• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA

SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN GEDONGJETIS,

TULUNG, KLATEN

DIYAH YUNINGSIH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten adalah hasil karya saya dengan bimbingan dan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan infromasi yang diperoleh baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan telah dicantumkan dalam daftar pustaka.

Bogor, Februari 2012

(3)

Diyah Yuningsih. A44070004. Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten. Dibimbing oleh Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.

RINGKASAN

Gedongjetis merupakan salah satu sentra produksi rambutan di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, terletak pada 7°35ꞌ46ꞌꞌLS - 7°36ꞌ31ꞌꞌLS dan 110°37ꞌ07ꞌꞌBT - 110°38ꞌ46ꞌꞌBT. Desa Gedongjetis memiliki luas 161,7 ha dengan area persawahannya seluas 116,6 ha termasuk di dalamnya kebun rambutan dengan luas 20 ha. Kebun rambutan di desa Gedongjetis hanya ramai dikunjungi ketika datang musim panen rambutan. Untuk itu solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif dan imparsial diharapkan mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi sawah, palawija, hortikultura khususnya rambutan, dan tanaman hias agar kawasan ini dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan memanfaatkan potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi fasilitas pelayanan wisata dalam suasana pertanian pedesaan.

Penelitian ini mengikuti metode perencanaan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas, dan dibatasi hingga tahap perencanaan. Tahapan yang dilakukan meliputi inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Pada tahap inventarisasi dikumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian baik yang primer maupun sekunder. Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi, kendala, dan amenitas yang ada sehingga dihasilkan peta tematik dan peta analisis tapak. Pemecahan masalah dan pengembangan potensi diperoleh dengan melihat hasil analisis sehingga dihasilkan solusi perencanaan berupa konsep perencanaan.

(4)

lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan dengan dilengkapi fasilitas pelayanan wisata. Konsep dasar pada perencanaan desa Gedongjetis dikembangkan menjadi konsep ruang dan sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep fasilitas dan utilitas. Tahap akhir penelitian ini adalah perencanaan lanskap yang diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan.

Rencana lanskap yang dihasilkan berupa gambar site plan dan dijelaskan dalam rencana ruang, rencana sirkulsai, rencana vegetasi, rencana fasilitas dan utilitas, dan rencana daya dukung tapak. Selurah tapak merupakan daerah pengembangan agrowisata dengan ruang penerimaan dan pelayanan seluas 0,1 ha, ruang wisata umum 1,4 ha, ruang konservasi 7,2 ha, dan sisanya adalah persawahan dan permukiman. Kegiatan wisata yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua, yakni kegiatan wisata pertanian dan kegiatan wisata non pertanian. Kegiatan wisata pertanian yang dikembangkan adalah menikmati obyek wisata tanaman rambutan, padi, dan palawija beserta mengikuti kegiatan budidayanya, serta mengenal ikan konsumsi dan belajar pemijahan. Wisata non pertanian yang direncanakan adalah belajar kerajinan anyaman lidi, menikmati pemandangan, piknik, bermain, outbound, photo hunting, dan berolahraga.

(5)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(6)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA

SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN, GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN

DIYAH YUNINGSIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Di Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul : Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten

Nama : Diyah Yuningsih

NRP : A44070004

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP. 19620118 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Nosutan, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah tanggal 11 Juni 1989. Penulis adalah anak kandung nomor dua dari tiga bersaudara dari pasangan Sutoto (bapak) dan Marsiyam (ibu).

Penulis menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Klaten. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan tahun 2001 di SD Negeri 2 Cawas. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1 Cawas tahun 2004. Sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) masuk pada tahun 2007.

Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis mengikuti beberapa kegiatan di luar perkuliahan yang terdapat di kampus. Tahun 2008-2010 penulis mengikuti organisasi Bapan Pengawas Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (BP HIMASKAP). Di samping aktif dalam organisasi yang terdapat di dalam kampus, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) yaitu Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK). Penulis aktif dalam kegiatan KMK sejak masuk IPB hingga tahun 2010. Selain itu, dalam mengikuti perkuliahan di IPB, penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. KKP merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang dilaksanakan di luar kampus, yakni dengan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat selama kurang lebih 2 bulan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan di Gedongjetis, Tulung, Klaten berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Departemen Arsitektur Lanskap Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi arahan dengan sabar dan penuh dukungan selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama penulis menjalani kuliah di Departemen Arsitektur Lanskap IPB.

3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen penguji yang telah memberi saran, kritik dan masukan demi perbaikan skripsi menjadi lebih baik lagi.

4. BAPPEDA Kabupaten Klaten yang telah memberi ijin lokasi untuk penelitian, Dinas Pertanian Klaten, Dinas Pekerjaan Umum Klaten, Kecamatan Tulung, Kelurahan Gedongjetis, dan seluruh warga Gedongjetis yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

5. Bapak, Ibu, Mbak Helly, Mas Yusuf, keponakanku Rosyid, adikku Royan, sepupuku Galuh dan Lia serta seluruh keluarga dan saudara atas dukungan moril materiil serta kasih sayangnya kepada penulis.

6. Iis atas bantuannya selama pengambilan data, Rini, Dewi, dan Fika atas bantuan dan sarannya dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman

ARL’44 yang telah memberi dukungan dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini.

(10)

8. Mas Donny atas motivasi, bantuan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pemerintah Kabupaten Klaten untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Klaten.

Bogor, Februari 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Kerangka Berpikir ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Perencanaan Lanskap ... 5

2.2 Rekreasi dan Wisata ... 6

2.3 Agrowisata ... 8

2.4 Produksi Rambutan ... 10

BAB III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Lokasi dan Waktu ... 15

3.2 Bahan dan Alat ... 15

3.3 Metode ... 16

3.4 Batasan Studi ... 19

BAB IV. KONDISI UMUM ... 21

4.1 Aspek Fisik ... 21

4.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian ... 21

4.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan ... 24

4.1.3 Hidrologi dan Drainase ... 24

4.1.4 Geologi dan Jenis Tanah ... 26

4.1.5 Iklim ... 27

4.1.6 Vegetasi dan Satwa ... 30

4.1.7 Tata Guna Lahan ... 31

4.1.8 Visual dan Akustik ... 34

(12)

4.2 Aspek Sosial ... 37

4.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 37

4.2.2 Data Pengunjung ... 40

4.2.2.1 Identitas Pengunjung ... 40

4.2.2.2 Aktivitas Pengunjung ... 41

4.2.2.3 Persepsi Pengunjung ... 42

4.2.2.4 Preferensi Pengunjung ... 43

BAB V. ANALISIS DAN SINTESIS ... 46

5.1 Aspek Fisik ... 46

5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian ... 46

5.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan ... 50

5.1.3 Hidrologi dan Drainase ... 50

5.1.4 Geologi dan Jenis Tanah ... 51

5.1.5 Iklim ... 51

5.1.6 Vegetasi dan Satwa ... 54

5.1.7 Tata Guna Lahan ... 56

5.1.8 Visual dan Akustik ... 56

5.1.9 Fasilitas, dan Utilitas ... 59

5.2 Aspek Sosial ... 59

5.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ... 59

5.2.2 Pengunjung ... 60

5.3 Analisis - Sintesis ... 60

5.4 Program Ruang ... 64

BAB VI. KONSEP DAN PERENCANAAN ... 67

6.1 Konsep Dasar ... 67

6.2 Konsep Pengembangan ... 68

6.2.1 Konsep Ruang dan Sirkulasi ... 68

6.2.2 Konsep Wisata ... 69

6.2.3 Konsep Fasilitas dan Utilitas ... 69

6.2.4 Konsep Vegetasi ... 72

6.3 Perencanaan Lanskap ... 74

(13)

6.3.2 Rencana Sirkulasi ... 76

6.3.3 Rencana Vegetasi ... 76

6.3.4 Rencana Aktivitas Wisata ... 79

6.3.5 Rencana Fasilitas dan Utilitas ... 80

6.3.6 Rencana Daya Dukung ... 85

BAB VII. PENUTUP ... 86

7.1 Kesimpulan ... 86

7.2 Saran ... 87

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 18

2. Land Use Desa Gedongjetis Berdasar RTRW Kabupaten Klaten ... 31

3. Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang ... 31

4. Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis ... 37

5. Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis ... 39

6. Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner ... 41

7. Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner ... 42

8. Persepsi Pengunjung ... 44

9. Preferensi Pengunjung ... 45

10. Analisis dan Sintesis Tapak ... 61

11. Standar Kesesuaian Ruang ... 65

12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak ... 65

13. Rencana Pembagian Ruang ... 74

14. Rencana Sirkulasi ... 76

15. Rencana Vegetasi ... 79

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 4

2. Lokasi Penelitian ... 15

3. Metode Perencanaan ... 20

4. Peta Batas Tapak Penelitian ... 22

5. Peta Aksessibilitas Tapak ... 23

6. Peta Topografi ... 25

7. Saluran Drainase untuk Irigasi ... 26

8. Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis ... 28

9. Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis ... 28

10. Grafik Suhu Rata-rata Desa Gedongjetis ... 29

11. Grafik Kelembaban Rata-rata Desa Gedongjetis ... 29

12. Grafik Kecepatan Angin Rata-rata Desa Gedongjetis ... 30

13. Peta Penutupan Lahan ... 32

14. Peta Tata Guna Lahan ... 33

15. View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis ... 34

16. Akses Menuju Tapak dan Gerbang Desa ... 36

17. Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak ... 36

18. Akses Dalam Tapak ... 37

19. Peta Fasilitas dan Utilitas ... 38

20. Peta Analisis Aksessibilitas ... 47

21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten ... 48

22. Peta Analisis Kemiringan Lahan ... 49

23. Peta Analisis Hidrologi ... 52

24. Peta Analisis Vegetasi ... 55

25. Peta Analisis Tata Guna Lahan ... 57

26. Peta Analisis Visual ... 58

27. Peta Komposit ... 66

28. Konsep Ruang ... 70

29. Konsep Sirkulasi ... 71

(16)

31. Block Plan ... 75

32. Site Plan ... 82

33. Site Plan Kolam Demo Budidaya dan Sawah Demo Budidaya ... 83

34. Site Plan Saung Anyaman dan Pusat Hasil Produksi Pertanian ... 84

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki keindahan alam yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada periode Januari-Mei 2010 mencapai 2.770.000 orang mengalami kenaikan 14,59% dibandingkan jumlah wisatawan pada periode yang sama pada tahun 2009 yang berjumlah 2.410.000 orang (BPS Pusat, 2010). Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia memberikan peluang bagi perkembangan wisata di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata tersebut adalah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS Kabupaten Klaten (2010), jumlah pengunjung yang berwisata di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 adalah 347.565 orang yang mengalami peningkatan 35,52% jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada tahun 2009 yang sejumlah 256.463 orang.

Salah satu keindahan alam Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan adalah keindahan bentang alam Indonesia yang kebanyakan berupa sawah dan hutan. Areal persawahan Indonesia yang luas dengan topografi yang beragam memberikan keindahan yang mampu dijadikan sebagai potensi wisata alternatif yang dapat mendatangkan devisa. Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan pengunjung dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh (Arifin, 1992).

(18)

kota, penghasilan yang rendah, peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi yang buruk, produksi subsisten yang tidak sesuai, terjadi degradasi lahan, dan erosi serta banjir di lahan pertanian (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Selain gejala alih guna lahan, kegiatan pertanian yang tidak stabil karena dipengaruhi oleh cuaca juga berpengaruh dalam pengembangan agrowisata. Pengaruh cuaca dalam pengembangan agrowisata menyebabkan kawasan agrowisata hanya menjadi obyek pilihan pengunjung pada musim tertentu. Salah satu contohnya adalah Desa Gedongjetis dengan tanaman rambutan sebagai unggulan agrowisatanya.

Kawasan Gedongjetis dengan luas 161,7 ha berpotensi untuk dikembangkannya suatu agrowisata karena memiliki keunikan tersendiri. Hal ini karena agrowisata kebun buah tersebut memberikan pelayanan yang sangat menyenangkan. Pengunjung bisa dengan sesuka hati memetik sendiri buah rambutannya. Disinilah keunggulan yang ada, ketika pengunjung sudah merasa puas memetik buah rambutan sesuai keinginan, baru kemudian ditimbang dengan harga rata-rata per kilogramnnya yang sangat terjangkau. Dan tentunya pengunjung juga boleh mencicipi rambutan masak di kebun tersebut (www.pariwisataklaten.com).

Tanaman rambutan sangat sensitif terhadap perubahan cuaca seperti yang terjadi akhir-akhir ini, cuaca berubah-ubah tidak menentu dan berpengaruh terhadap proses pembungaan dan pembuahan rambutan. Adanya perubahan cuaca ini berpengaruh terhadap kondisi pariwisata desa tersebut, karena kawasan pertanian seperti sentra rambutan di Gedongjetis hanya ramai dikunjungi ketika datang musim panen rambutan. Ketika tanaman rambutan telah berhenti berbuah, daerah ini akan sepi pengunjung. Hal ini dikarenakan di Gedongjetis belum tertata menjadi kawasan wisata yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah tersebut. Di samping itu, berkembangnya sarana rekreasi buatan mengalihkan perhatian masyarakat terhadap rekreasi alam termasuk agrowisata.

(19)

dapat mempertahankan dan terus memberdayakan lahannya serta dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi sawah, palawija, hortikultura khususnya rambutan, tanaman hias, dan perikanan agar kawasan ini dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan memanfaatkan potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi fasilitas pelayanan wisata dalam suasana pertanian pedesaan. Lanskap agrowisata ini direncanakan agar berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan, dan secara tidak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan rencana pengembangan agrowisata oleh pemerintah setempat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha pelestarian pertanian lokal.

1.4 Kerangka Berpikir

(20)

tanaman rambutan sebagai unggulannya di Desa Gedongjetis, Kabupaten Klaten. Gambaran kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Lanskap

Perencanaan lanskap adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikan masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut (Knudson, 1980). Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan yang tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, akan mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat dilakukan pada masa mendatang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.

(22)

perencanaan dan perancangan. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami prinsip dasar dalam perencanaan. Menurut Gold (1980), prinsip umum dalam perencanaan terutama perencanaan suatu kawasan rekreasi adalah:

1. Semua orang harus melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi

yang lain untuk menghindari duplikasi.

3. Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang.

5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dilaksanakan.

6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan.

7. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi.

8. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi.

9. Terlebih dahulu harus ada lahan yang akan dikembangkan menjadi taman atau tempat wisata.

10. Fasilitas-fasilitas yang ada harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin dalam menyediakan tempat yang sebaik-baiknya demi kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan pengunjung.

Perencanaan lanskap kawasan wisata alam merupakan suatu perencanaan yang menyesuaikan dengan bentuk program rekreasi yang menjaga kelestarian suatu lanskap. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana proses perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan wisata (Knudson, 1980).

2.2 Rekreasi dan Wisata

(23)

rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta menambah pengetahuan dan pengalaman mental dari sumberdaya alam dalam ruang dan waktu yang terluang. Dilihat dari sudut tempat kegiatan rekreasi dilakukan, terdapat rekreasi di dalam ruangan dan rekreasi di luar ruangan. Rekreasi di luar ruangan termasuk di dalamnya rekreasi alam. Rekreasi alam terbuka merupakan suatu kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi adanya bangunan, yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam, atau kehidupan bebas.

Rekreasi menuntut pilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun pasif (Gold, 1980). Aktivitas rekreasi terjadi pada berbagai tingkatan umur manusia, ditentukan elemen waktu, kondisi dan sikap manusia serta situasi lingkungan. Rekreasi aktif lebih berorientasi pada manfaat fisik dan pelakunya aktif secara fisik. Sedangkan rekreasi pasif lebih berorientasi pada mental. Pada praktiknya, kegiatan rekreasi dapat berupa aktivitas berenang, memancing, berperahu, berpiknik, jogging, berkemah, mendaki gunung, dan sebagainya.

(24)

Kawasan yang ditunjuk sebagai obyek wisata alam harus mengandung potensi daya tarik alam, baik flora, fauna beserta ekosistemnya, formasi geologi, dan gejala alam. Kawasan yang demikian nantinya mampu mendukung pengembangan selanjutnya sesuai dengan fungsi dan memenuhi motivasi pengunjung. Motivasi pengunjung pada hakekatnya akan timbul karena 5 kelompok kebutuhan (Soemarno, 2008), yaitu :

1. adanya daya tarik,

2. angkutan dan jasa kemudahan yang melancarkan perjalanan, 3. perjalanan,

4. akomodasi, serta

5. makanan dan minuman.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengembangan pariwisata menurut Soemarno (2008) adalah :

1. tersedianya obyek dan atraksi wisata, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu kawasan wisata, misalnya keindahan alam kebun buah-buahan, taman teknologi, tata cara produksi, adat istiadat masyarakat, festival tradisional produk buah,

2. adanya fasilitas aksesibilitas, yaitu sarana dan prasarana perhubungan dengan segala fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan dapat mengunjungi suatu kawasan wisata tertentu, dan

3. tersedianya fasilitas amenitas, yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberi pelayanan pada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilaksanakannya.

2.3 Agrowisata

(25)

No. KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989, bahwa wisata agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha dibidang agro yang dilakukan secara terus menerus.

Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata merupakan upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut:

1. perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada,

2. perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin,

3. perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar,

4. perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada, selanjutnya

5. perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.

Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai berikut :

1. Kebun Raya. Obyek wisata kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya oleh perkebunan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

(26)

4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, seperti memancing ikan.

5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisonal dalam peternakan serta budidaya hewan ternak.

Dalam mewujudkan suatu kawasan wisata yang baik harus memperhatikan daya dukung dari kawasan tersebut. Daya dukung rekreasi menurut Gold (1980) merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami dari segi fisik dan sosial untuk dapat mendukung aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan.

Adanya agrowisata mampu memberikan manfaat sebagai berikut (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996) :

1. meningkatkan konservasi lingkungan,

2. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, 3. memberikan nilai rekreasi,

4. meningkatkan kegiatan ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan 5. mendapatkan keuntungan ekonomi.

2.4 Produksi Rambutan

(27)

hingga daerah dengan ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan iklim basah merata sepanjang tahun hingga iklim yang memiliki 1-3 bulan kering. Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin serta zat mineral makro dan mikro yang menyehatkan keluarga (Anonim, 2000). Selanjutnya menurut Kalie (1994), buah rambutan memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Buah ini cukup digemari masyarakat sebagai buah segar maupun buah olahan. Selain buahnya, bagian tubuh lain dari pohon rambutan dapat bermanfaat. Tunas atau pucuk daun muda pohon rambutan bermanfaat untuk mengubah warna kain sutra yang telah berubah kuning menjadi hijau. Akar pohon rambutan dapat menurunkan demam dengan merebusnya. Kulit batangnya yang keras dan kuat dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Tetapi ada pula masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di pekarangan, sebagai tanaman hias.

Rambutan sebagai tanaman buah dengan banyak manfaat banyak dibudidayakan masyarakat baik sebagai penghias pekarangan maupun diproduksi dalam jumlah besar. Berdasarkan data Anonim (2000), terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan di atas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi, diantaranya:

1. Rambutan Rapiah. Varietas ini berasal dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi. Kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan berambut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal. Daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.

(28)

halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok. Daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.

3. Rambutan Simacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat per pohon. Kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair. Rambutan jenis ini kurang tahan dalam pengangkutan.

4. Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia yang berasal dari Binjai, Sumatra Utara. Buahnya cukup besar, kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, serta rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.

5. Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa. Rambutan ini memiliki batang yang kuat sehingga cocok untuk diokulasi. Warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.

Budidaya tanaman rambutan di Indonesia pada umumnya bersifat pekarangan. Jarak tanamnya tidak beraturan, tindakan agronomis seperti pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan lainnya kurang diperhatikan. Kerapatan dan kepadatan tanaman tiap satuan luas cukup tinggi, mencapai 50-78 tanaman per hektar, sehingga kualitas dan kuantitas rambutan yang dihasilkan juga sangat beragam. Untuk menghasilkan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik diperlukan perbaikan dalam tindakan agronomis (Kalie, 1994).

(29)

tunas samping atau tunas lateral yang kemudian menghasilkan malai bunga yang lebih kecil. Ketika malai bermunculan dan bermekaran akan memberikan pesona yang lebih pada pohon rambutan tersebut. Pesona akan semakin bertambah ketika tajuk pohon mulai dipenuhi dengan buah rambutan yang bergelantungan dengan warna merah dan oranye yang merona.

Proses pembungaan dan pembuahan pada pohon rambutan lebih lanjut menurut Kalie (1994) terjadi pada tajuk bagian luar. Pada proses pembungaan, pohon yang menghasilkan bunga jantan merupakan pohon jantan yang tidak dapat menghasilkan buah. Dengan kata lain, tanaman rambutan yang dapat menghasilkan buah adalah pohon yang menghasilkan bunga sempurna. Pembungaan pohon rambutan terjadi pada penghujung musim kemarau. Iklim kering selama sekitar sebulan, merupakan kebutuhan awal aktivitas pembentukan tunas-tunas bunga rambutan. Apabila musim kemarau berkepanjangan, bunga yag dihasilkan akan berguguran dan apabila terjadi pembuahan, buah yang dihasilkan bermutu rendah. Bunga sempurna mulai mekar dan masak pada pagi hari dan masa mekar bunga sempurna cukup singkat, yakni sekitar 1-8 hari. Sehingga proses penyerbukan pohon rambutan tergolong singkat dan memerlukan perhatian khusus. Untuk menjamin proses penyerbukan, sebaiknya rambutan yang ditanam dari beberapa varietas sekaligus dalam satu pertanaman. Penyerbukan pohon rambutan biasanya dibantu oleh serangga, yaitu lebah madu. Bunga-bunga rambutan yang telah mekar membutuhkan kelembaban dan air hujan. Akan tetapi apabila hujan turun terus-menerus, maka bunga-bunga akan berguguran. Selanjutnya pada masa pertumbuhan pentil buah membutuhkan kelembaban dan hujan yang kian melebat. Pada saat pertumbuhan buah, kualitas dan intensitas cahaya merupakan faktor penentu keberhasilan pematangan buah. Cahaya yang diperlukan berkisar 40-80%. Buah yang terkena cahaya matahari akan lebih cepat masak berwarna merah menyala. Buah yang telah masak dan berwarna merah menyala sudah siap panen.

(30)

Buah rambutan yang dipanen harus buah yang telah matang di pohon. Apabila buah dipetik sebelum masak, maka kualitas buah akan menurun. Hal ini karena setelah dipetik, proses pemasakan buah telah terhenti. Proses respirasi dan produksi etilen relatif tetap, sehingga proses pemasakan tidak dapat berlanjut. Buah yang memiliki sifat fisiologis demikian ini disebut buah non klimaterik

(Kalie, 1994).

Cara yang baik untuk menentukan kapan waktu panen yang tepat untuk buah rambutan menurut Kalie (1994) adalah dengan melihat warna kulit dan rambut buah. Warna merah kekuningan sampai merah untuk rambutan varietas berkulit dan berambut merah, serta warna kuning kehijauan hingga kuning untuk varietas berkulit dan berambut kuning. Selain itu, saat panen juga dapat ditentukan dari umur buah. Umur buah mulai dari masa pembungaan sampai saat buah siap dipanen adalah 90-120 hari. Buah-buah yang terdapat dalam satu tangkai masak secara tidak serempak. Sehingga pemetikan sebaiknya dilakukan bertahap agar kualitas buah dapat terjaga. Buah yang telah dipetik sebaiknya dihindarkan dari paparan sinar matahari langsung. Buah rambutan yang telah dipanen tidak tahan lama, hanya tahan 1-2 hari. Setelah dua hari, rambut akan berubah warna menjadi coklat dan lama kelamaan menghitam. Meski daging buahnya masih terasa enak tetapi buah sudah tidak laku dipasaran.

(31)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar 2).

Gambar 2. Lokasi Penelitian

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan data dikumpulkan dalam penelitian ini, diantaranya adalah : 1. Data objek, tata ruang, dan aksessibilitas.

2. Data view (foto-foto kondisi eksisting tapak), 3. Data peta.

(32)

Data peta yang dikumpulkan berupa peta dasar yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan analisis, yaitu :

1. Peta tutupan lahan, peta topografi, peta tata guna lahan, dan peta hidrologi. 2. Foto udara (www.googleearth.com) tahun 2010 yang diunduh pada 06

Oktober 2011 dan 05 Februari 2012.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kamera digital Nikon.

2. Notebook Acer Tipe ASPIRE 4736 dengan processor Intel® Core™ 2 Duo. 3. Software ArcGIS 9.3, AutoCAD 2009, Corel Draw X5, Photoshop CS5, dan

Microsoft Excel 2010 untuk mengolah data.

4. Software Microsoft Word 2010 dan Microsoft Power Point 2010 untuk penyusunan dan penyajian skripsi.

5. GPS (Global Positioning System) Garmin Colorado 300 untuk ground check

ketinggian tapak.

3.3 Metode

Studi ini dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas (Gambar 3), yang dibatasi hingga proses perencanaan dengan hasil akhir berupa rencana lanskap (siteplan). Tahap-tahapnya meliputi :

1. Pengumpulan Data (Inventarisasi)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer (Tabel 1). Data sekunder yang dikumpulkan didapat dari Bappeda, Dinas Pertanian, dan instansi lainnya. Data sekunder yang dikumpulkan berupa peta administrasi dan peta infrastruktur dari Bappeda Kabupaten Klaten. Peta topografi, peta tanah dan tata guna lahan diperoleh dari pemetaan dan data sekunder dari Bappeda Kabupaten Klaten. Data yang juga diambil adalah data sosial, ekonomi dan data-data pendukung lainnya.

(33)

pengelola, serta wawancara kepada pengunjung. Kegiatan wawancara kepada pemerintah dan pengelola dilakukan dengan mendatangi instansi yang diwawancara yakni Bappeda, Dinas Pertanian, dan perangkat Desa Gedongjetis. Dari data hasil wawancara diperoleh gambaran umum tentang kawasan dan data pendukung lainnya. Pertanyaan yang diajukan kepada instansi antara lain kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan wisata dan tapak penelitian, sistem pengelolaan kawasan, dan rencana ke depan terhadap wisata terutama kawasan wisata yang menjadi tapak penelitian. Wawancara kepada pemerintah dan pengelola digunakan untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh.

(34)

Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No Jenis Data Spesifikasi Cara Pengambilan Sumber

DATA FISIK

1 Lahan Lokasi, Batas, dan Luasan Studi Pustaka BAPPEDA

2 Topografi dan

Drainase Kemiringan Lahan Studi Pustaka BAPPEDA

3 Hidrologi

Drainase Alami Studi Pustaka, Survey

DPU-SDA, Lapang Pola Sirkulasi Air Studi Pustaka DPU-SDA

Kualitas Air Studi Pustaka DPU-SDA

4 Vegetasi dan Satwa Jenis Rambutan dan Persebaran

Vegetasi lainnya Survey Lapang

5 Iklim

Curah Hujan dan Hari Hujan Studi Pustaka DPU-SDA Suhu Rata-rata Studi Pustaka BMG

Kelembaban Studi Pustaka BMG

Kecepatan Angin Studi Pustaka BMG

6 Tanah Jenis dan Kriteria Studi Pustaka BAPPEDA, Bakosurtanal

7 Sense of Quality

Akustik Survey Lapang

Kenyamanan Survey Lapang

Visual Survey Lapang

8 Sirkulasi Jaringan Transportasi

Studi Pustaka,

Survey Lapang

Sirkulasi Survey Lapang

9 Fasilitas/Utilitas Fasilitas dan Utilitas Wisata Survey Lapang

10 Atraksi/Objek

Wisata Objek yang Diminati Pengunjung

Studi Pustaka,

Survey Lapang

DATA SOSIAL

11 Kebutuhan

Pengelola Strategi Pengelolaan Wawancara

Kelurahan

- Wawancara Pengunjung

13 Kebutuhan Pengunjung

Stratesi Penawaran Wawancara BAPPEDA

Tawaran Pengunjung Wawancara Pengunjung

14 Peraturan dan

Kebijakan Kerangka Aturan Wawancara BAPPEDA

(35)

2. Analisis

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis faktor utama dan penunjang agrowisata, diantaranya analisis zona dan sirkulasi, analisis fasilitas wisata, serta analisis populasi dan produksi rambutan. Analisis dilandaskan pada potensi, kendala, serta amenities faktor fisik/biofisik dan faktor ekonomi sosial masyarakat yang ada pada tapak, ditinjau dari tujuan pengembangannya sebagai kawasan agrowisata.

Selain itu, data hasil wawancara dan kuisioner pengunjung digunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi untuk pengembangan kawasan agrowisata rambutan Gedongjetis. Kegiatan analisis ini menghasilkan peta tematik dan peta analisis tapak.

3. Sintesis

Tahap pemecahan masalah dan pengembangan potensi berupa perpaduan peta hasil analisis baik data fisik kawasan maupun data sosial-ekonomi yang disajikan secara spasial dengan teknik overlay untuk dihasilkan solusi perencanaan berupa konsep perencanaan. Konsep perencanaan terdiri dari konsep tata ruang, konsep rekreasi, konsep tata hijau, konsep sirkulasi, serta konsep fasilitas dan utilitas. Selanjutnya dikembangkan menjadi konsep pembagian ruang dalam bentuk blockplan.

4. Perencanaan Lanskap

Pada tahap ini merupakan pengembangan ide-ide konsep terpilih sebagai alternatif terbaik. Hasil akhir penelitian ini mengarah pada penyusunan semua elemen lanskap meliputi perencanaan obyek wisata, rencana fasilitas/utilitas, dan rencana vegetasi kawasan agrowisata dengan hasil akhir berupa siteplan.

3.4 Batasan Studi

(36)
(37)

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Aspek Fisik

4.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sentra produksi rambutan Kabupaten Klaten yang terdapat di Desa Gedongjetis. Gedongjetis merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata yang menjadi perhatian Kabupaten Klaten dengan luasan 161,7 ha. Sebagian besar wilayah Desa Gedongjetis berupa ruang terbuka hijau berupa sawah, pekarangan, dan kebun buah. Salah satu produksi buah yang menjadi andalan Desa Gedongjetis adalah buah rambutan. Desa Gedongjetis

terletak pada 7°35’46”LS - 7°36’31”LS dan 110°37’07”BT - 110°38’46”BT (Gambar 4), dan berbatasan langsung dengan:

Utara : Desa Cokro Selatan : Desa Dalangan Timur : Desa Cokro Barat : Desa Sorogaten

Jarak tapak dari ibukota Kabupaten Klaten sekitar 15 km yang dapat ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kendaraan bermotor dan 1,5 jam dengan kendaraan tidak bermotor. Sedangkan jarak Desa Gedongjetis dengan kantor Kecamatan Tulung hanya 1 km dapat ditempuh dengan waktu ± 25 menit dengan berjalan kaki dan 15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor.

Akses utama menuju tapak adalah jalan raya Klaten-Boyolali (Gambar 5). Sarana transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju tapak adalah bus antar kota jurusan Klaten-Boyolali atau angkutan kota jurusan Klaten-Jatinom yang kemudian disambung dengan angkutan desa jurusan Jatinom-Boyolali.

(38)
(39)

Klaten-Gambar 5. Aksessibilitas Menuju Desa Gedongjetis (Sumber: www.googlemaps.com dengan penyesuaian)

(40)

antar kota maupun angkutan kota dan angkutan desa beroperasi dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.

Desa Gedongjetis terbagi menjadi 10 dukuh yaitu, dukuh Pranan, Gatak, Kopat Gede, Kopat Cilik, Menggung, Kios Srayu, Jetis, Ngerangan, Bakungan, dan Gedong. Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa sebelah untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Desa Gedongjetis memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi.

4.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan

Desa Gedongjetis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 210-290 mdpl (meter di atas permukaan laut), termasuk daerah landai dengan tingkat kemiringan lahan 2-5%, dapat dilihat pada Gambar 6. Titik tertinggi Desa Gedongjetis berada di SMP Negeri 1 Tulung yaitu 290 mdpl (meter di atas permukaan laut), dan titik terendah di Dukuh Kios Srayu yakni 210 mdpl. Karena wilayahnya cukup luas dengan tingkat kemiringan 2-5%, desa Gedongjetis terlihat datar.

4.1.3 Hidrologi dan Drainase

Sumber air untuk keperluan pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil yang ada di Desa Gedongjetis, yaitu Umbul Kopat Gede, dan Umbul Jetis. Aliran air dari umbul yang ada memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Selain bendungan, di batas desa sebelah selatan terdapat sungai kecil namun debit airnya kecil, airnya keruh serta tercemar. Keadaan saluran irigasi dan sungai yang ada di Gedongjetis dapat dilihat pada Gambar 7.

(41)
(42)

Kebutuhan air untuk rambutan tidak dapat diketahui dengan pasti. Tanaman rambutan yang masih berusia 1-2 minggu setelah tanam (MST) memerlukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore. Setelah itu penyiraman menjadi sekali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh kuat, penyiraman dapat dikurangi lagi frekuensinya. Tanaman dapat disiram pada saat-saat yang diperlukan saja. Apabila pasokan air berlebih, diharapkan tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air, sehingga lubang drainase sangat diperlukan untuk menjaga kondisi tanah.

Gambar 7. Saluran Drainase untuk Irigasi (kiri), dan Kondisi Air Sungai Batas Desa (kanan)

4.1.4 Geologi dan Jenis Tanah

Tanah menurut Soepardi (1983) adalah tubuh alam tempat hidup tumbuhan dan binatang. Tanah sebagai tubuh alam memiliki dimensi dalam dan luas sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur. Tanah di Desa Gedongjetis adalah regosol kelabu, bertekstur lempung dan berwarna merah. Batuan yang membentuk struktur geologi desa ini berasal dari batuan gunungapi Merapi.

(43)

Tanah jenis Regosol kelabu memiliki ciri-ciri tidak bertekstur kasar dari bahan albik, tidak mempunyai horizon diagnostik atau horizon apapun (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A okrik, horizon H histik atau sulfurik serta berkadar fraksi pasir 60% atau lebih pada kedalaman antara 25-100 cm dari permukaan tanah mineral (Rachim dan Suwardi, 2002). Dan menurut Soepardi (1983), tanah regosol terdiri dari tekstur kasar berupa pasir dan debu (>60%), struktur kursai/lemah, konsistensi lepas sampai gembur, dengan pH 6-7.

4.1.5 Iklim

Data-data iklim Desa Gedongjetis diperoleh dari beberapa sumber. Data jumlah curah hujan dan hari hujan selama waktu 2007-2010 diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum bagian Sumber Daya Air Kabupaten Klaten. Sedangkan untuk data suhu, kelembaban rata-rata, dan kecepatan angin diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Kebayoran, Jakarta.

(44)

Gambar 8. Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

Gambar 9. Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

Suhu rata-rata bulanan Desa Gedongjetis tahun 2007-2010 berkisar antara 21,6-26,3°C. Suhu rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni 26,3°C dan suhu rata-rata bulanan terendah pada bulan Desember 21,6°C. Perbedaan suhu tiap bulannya tidak terlalu signifikan, dapat dilihat pada Gambar 10. Sedangkan kisaran kelembaban rata-rata bulanan Desa Gedongjetis antara 69-84,7%. Bulan dengan kelembaban rata-rata tertinggi pada bulan Februari yaitu 84,7% dan bulan dengan kelembaban rata-rata terendah pada bulan Desember 69% (Gambar 11). Kemudian untuk kecepatan angin di Desa Gedongjetis tergolong rendah dan hampir sama tiap bulannya dengan kecepatan angin rata-rata bulanannya sebesar 1,5 m/sec. Kecepatan angin tertinggi pada puncak musim

(45)

kemarau, yaitu bulan Agustus (3,6 m/sec) dan bulan Juli sebesar 2,9 m/sec. Grafik kecepatan angin dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 10. Grafik Suhu Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

(46)

Gambar 12. Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun 2007-2010

4.1.6 Vegetasi dan Satwa

Jenis vegetasi yang dominan terdapat di tapak adalah rambutan (Nephellium lappaceum L.) seluas 20 ha. Vegetasi lain yang ada dalam tapak yang juga dibudidayakan warga adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kedelai (Glycine max). Tanaman pertanian selain rambutan yang dibudidayakan warga berubah-ubah tergantung musim. Selain itu terdapat beberapa vegetasi liar yang tumbuh bukan karena ditanam, antara lain rumput (Pennisetum purpureum), bambu (Bambusa vulgaris), ki hujan (Samanea saman), dan beberapa tanaman penaung lainnya. Vegetasi yang terdapat di Desa Gedongjetis tersebar secara acak dan tidak teratur. Kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 13. berbagai jenis burung pemakan biji, kadal, dan ular sawah.

(47)

4.1.7 Tata Guna Lahan

Desa Gedongjetis merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk pertanian. Dalam dokumen rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten tahun 2011-2031 yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembanguna Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten, Desa Gedongjetis diarahkan untuk menjadi kawasan permukiman, pertanian lahan basah, dan perkebunan (Gambar 14). Pembagian luasan peruntukan lahan Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Land Use Desa Gedongjetis

No. Peruntukan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Permukiman 58,3 36,1

2 Pertanian Lahan Basah 100,8 62,3

3 Perkebunan 2,6 1,6

Total Luas 161,7 100

Sumber: RTRW Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031

Sedangkan untuk luasan Desa Gedongjetis berdasarkan penutupan lahan yang dilihat pada tapak dibagi menjadi permukiman, pekarangan, lahan pertanian, perkantoran, dan prasarana umum (Tabel 3). Luas lahan pertanian 113,1 ha terdiri dari kebun rambutan seluas 20 ha, sawah untuk perangkat desa (tanah bengkok) 11,1 ha, dan sisanya merupakan sawah warga yang ditanami tanaman semusim.

Tabel 3. Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

1 Permukiman (Perkampungan) 42,4

2 Persawahan 82

3 Tanah Bengkok 11,1

4 Kebun Rambutan 20

5 Area Konservasi Tepi Sungai 4,4

6 Perkantoran dan Prasarana Umum 1,8

(48)
(49)
(50)

Hak milik lahan di Desa Gedongjetis merupakan hak milik masyarakat, dan ada beberapa lahan yang menjadi hak milik negara dalam hal ini dikelola oleh Kantor Kelurahan Gedongjetis, dimana lahan tersebut digunakan sebagai ganti upah (gaji) untuk pegawai kelurahan. Lahan yang digunakan sebagai gaji pegawai ini disebut tanah bengkok. Tanah bengkok diberikan kepada pegawai yang saat itu menjabat di kelurahan dengan sistem peminjaman lahan untuk diolah sebagai lahan pertanian dan dimanfaatkan hasilnya. Setelah masa jabatan pegawai tersebut berakhir, tanah bengkok dikembalikan lagi kepada pihak kelurahan sebagai perwakilan dari negara untuk digunakan sebagai gaji pegawai yang menjabat berikutnya.

4.1.8 Visual dan Akustik

Kebun rambutan Gedongjetis tersebar di seluruh wilayah Gedongjetis dengan variasi tanaman sawah seperti padi, jagung, atau kedelai, tergantung musim. Desa Gedongjetis merupakan daerah yang cukup datar dengan kiri kanan berupa pohon rambutan. Ketika melintasi jalan raya Klaten-Boyolali akan terlihat kebun-kebun rambutan berwarna hijau subur dan akan berubah menjadi hijau dengan warna merah buah ketika musim panen tiba, apabila telah memasuki Desa Gedongjetis. Pemandangan kebun rambutan dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis

(51)

tergantung musim. Sehingga berkunjung ke Desa Gedongjetis pada musim yang berbeda akan memberi kesan yang berbeda pula.

Pada waktu siang hari mengelilingi desa memberi kesan terang dan sejuk. Hal ini karena pancaran sinar matahari ke tapak khususnya jalan tidak terhalang. Kesan sejuk ditimbulkan oleh hijaunya kebun rambutan dan beberapa pohon penaung tepi jalan yang tumbuh di beberapa titik. Sedangkan kesan pencahayaan pada malam hari agak kurang terang, bahkan dapat dikatakan gelap karena penerangan hanya berasal dari lampu-lampu beranda rumah warga dan kurangnya lampu penerangan jalan yang ada. Lampu penerangan jalan hanya terdapat di beberapa titik dan jaraknya berjauhan. Bahkan di perempatan jalan tidak terdapat lampu jalan. Ketika malam hari berjalan di desa Gedongjetis akan terlihat gelap dan yang terlihat paling gelap adalah deretan kebun rambutan.

Kesan akustik yang dapat dinikmati di kawasan ini berasal dari aliran angin. Aliran angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan akan menciptakan suara yang memberi kesan sejuk. Suara kicauan burung yang hinggap terbang di sela-sela dedaunan memberi kesan ramai dan alami. Ketika berkunjung pada saat sawah tidak ditanami, akan terdengar suara mesin traktor membalik tanah. Apabila berkunjung pada musim tanam akan terdengar suara para petani dan buruh tani yang mengisi waktu sambil terus bekerja di sawah. Dan apabila berkunjung pada saat musim panen akan terdengar suara mesin perontok padi dan suara gesekan gabah-gabah yang berjatuhan dari mesin perontok. Apabila musim panen padi telah usai, ketika melewati rumah-rumah warga akan terdengar suara gabah kering yang dijemur.

4.1.9 Sirkulasi, Fasilitas, dan Utilitas

(52)

dan intensitas kendaraan berat membawa bahan material seperti truk pengangkut pasir, batu kali dan kerikil cukup tinggi. Hal ini karena jalan ini merupakan jalan alternatif dengan jarak lebih dekat yang menghubungkan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Karena kerusakan jalan ini, sering terjadi kemacetan jalan karena antrian kendaraan yang lewat menghindari lubang jalan. Gambaran keadaan jalan yang berlubang dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 16. Akses Utama Menuju Tapak (kiri), dan Gerbang Desa Gedongjetis (kanan)

Gambar 17. Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak

(53)

Gambar 18. Akses Utama Masuk ke Dalam Tapak (kiri), dan Kondisi Jalan dalam Tapak (kanan)

Fasilitas yang menunjang kegiatan wisata belum dijumpai pada tapak penelitian. Hal ini karena Desa Gedongjetis belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah daerah sebagai daerah wisata. Akan tetapi, potensi wisata desa ini telah menjadi salah satu alternatif wisata yang ada di Kabupaten Klaten. Sarana yang ada di Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 19.

Tabel 4. Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Sarana Kesehatan 1 Puskesmas Tulung, terletak 2 km dari tapak ke arah selatan

2. Sarana Pendidikan 3 Terdiri dari 2 SD dan 1 SMP

3. Sarana Ibadah 6 Mushola terdapat hampir di setiap kampung 4. Kios 4 Berderet di pinggir jalan raya

5. Jalan - panjang = 13,8 km, lebar = 3m, terbuat dari aspal

4.2 Aspek Sosial

4.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat

(54)
(55)

Penduduk yang berprofesi sebagai petani sebanyak 540 keluarga dengan pembagian 172 keluarga sebagai petani dan 368 keluarga sebagai buruh tani. Dari 172 keluarga yang berprofesi sebagi petani terbagi lagi menurut kepemilikan lahan, yaitu 100 keluarga memiliki lahan < 10 ha, dan 72 keluarga mempunyai lahan 10-50 ha. Petani yang ada di Gedongjetis tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani Desa Gedongjetis ada tiga, yaitu Kelompok Subur Makmur (Kampung Gedong), Kelompok Tunas Taruna (Kampung Bakungan, Jetis, Ngerangan, Kios Srayu, dan Menggung), dan Kelompok Tani Maju (Kampung Pranan, Gatak, Kopat Gede, dan Kopat Cilik).

Tabel 5. Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis

No. Hewan Ternak Jumlah (ekor) Jumlah Penduduk yang Menekuni (orang)

1 Sapi 225 200

2 Kerbau 60 30

3 Ayam Kampung 1700 500

4 Bebek 350 25

5 Kambing 700 350

6 Burung Puyuh 15000 6

7 Kuda 1 1

8 Ikan (Lele dan Nila) - 10

Sumber: Data Kelurahan Gedongjetis Januari 2011

Selain petani, warga yang berprofesi sebagai peternak sebanyak 1122 orang. Jumlah hewan ternak dan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 5. Burung puyuh yang dikembangkan warga tersebar ke beberapa dukuh, yaitu Dukuh Kopat Gede, Kopat Cilik, Gatak, dan Pranan. Produksi ikan lele dan nila terpusat di Dukuh Gedong. Ikan yang dikembangkan hanya ikan kecil dari telur yang dihasilkan oleh induk (pemijahan), ketika ikan berukuran 2-3 cm dikirim ke wilayah lain untuk dikembangkan di kolam-kolam pemancingan. Ikan kecil ini biasanya dikirim ke Desa Cokro, Kecamatan Tulung dan Desa Janti, Kecamatan Polanharjo untuk

(56)

4.2.2 Data Pengunjung

Pengunjung yang datang ke Gedongjetis berasal dari Desa Gedongjetis dan dari luar Desa Gedongjetis, bahkan ada yang berasal dari kecamatan yang berbeda. Sebagian besar pengunjung datang pada musim panen rambutan dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Selain musim panen, terkadang pada waktu liburan seperti hari minggu akan ada kunjungan dari wisatawan luar Desa Gedongjetis. Kunjungan ini biasanya beramai-ramai dengan menggunakan kereta mini. Ketika musim panen tiba, pengunjung dapat dengan bebas masuk ke kebun rambutan yang mana dan dapat memetik sendiri buah rambutan yang dikehendaki. Jumlah pengunjung setiap musim dan tarif masuk ke tiap kebunnya kurang diketahui karena tidak adanya koordinasi dari pihak desa dan pemilik kebun. Setiap pemilik kebun bebas menentukan tarif sendiri dan jumlah wisatawan kurang terkontrol. Untuk itu perlu diketahui persepsi dan preferensi pengunjung mengenai kawasan ini.

Persepsi dan preferensi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada pengunjung dengan menggunakan kuisioner. Dalam kuisioner dilakukan penilaian terhadap pengunjung dari setiap variabel, seperti asal daerah, jenis kelamin, usia, pekerjaan, frekuensi kunjungan, aktivitas, persepsi pengunjung dan preferensi pengunjung.

4.2.2.1 Identitas Pengunjung

(57)

untuk menuju tapak adalah pengunjung dari luar Desa Gedongjetis yang datang secara beramai-ramai (rombongan). Dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner

No. Variabel Frekuensi (%)

7. Kecenderungan kunjungan ke kawasan

- Sendiri saja 41,7

- Beramai-ramai 58,3

8. Sarana transportasi yang digunakan untuk berkunjung

- Motor 50,0

- Mobil 11,1

- Bis Umum 5,6

- Lainnya 33,3

9. Asal informasi yang diperoleh mengenai tapak

- Keluarga 36,1

(58)

sebanyak 52,8%. Kegiatan piknik dilakukan di kebun rambutan, di bawah naungan pohon rambutan. Selain itu ada pula pengunjung yang bermain-main (25%), menikmati pemandangan (16,7%), olah raga (13,9%), dan foto-foto (8,3%).

Tabel 7. Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner

No. Aktivitas yang dilakukan di Tapak ( > 1 jawaban ) Frekuensi (%)

1. Piknik 52,8

2. Bermain 25,0

3. Menikmati pemandangan 16,7

4. Membeli buah rambutan 52,8

5. Olah raga 13,9

6. Foto-foto 8,3

4.2.2.3 Persepsi Pengunjung

Persepsi pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner meliputi persepsi pengunjung mengenai keindahan, kenyamanan, keamanan, pengalaman yang diperoleh, dan kebersihan kawasan (Tabel 8). Dari hasil survei, 77,8% pengunjung menilai bahwa tapak penelitian merupakan kawasan yang indah untuk menjadi kawasan agrowisata, dan 22,2% menganggap tapak penelitian sangat indah. Alasan keindahan kawasan penelitian menurut pengunjung sebanyak 52,8% karena tapak memiliki obyek yang unik, yakni potensi rambutannya. Dan sebanyak 47,2% menilai keindahan kawasan karena memiliki pemandangan yang indah. Sedangkan untuk tingkat kenyamanan kawasan menurut 91,7% pendapat pengunjung adalah nyaman, dan 8,3% nya mengatakan kawasan sangat nyaman. Alasan kenyamanan pengunjung karena beberapa hal, yaitu udara di tapak penelitian sejuk (41,7%), pemandangan hijau di kawasan (27,8%), tempatnya bersih (25%), dan banyak tempat untuk menikmati pemandangan (5,6%).

(59)

cukup bersih, dan 5,6% mengatakan kawasan sangat bersih. Dan fasilitas yang diharapkan pengunjung dapat meningkatkan kebersihan kawasan adalah dengan pengadaan tempat sampah pada tempat yang terjangkau (83,3%), adanya peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah sembarangan (11,1%), serta penggunaan material yang memberi kesan bersih (5,6%).

Selanjutnya jika dilihat dari pengalaman yang diperoleh pengunjung setelah berkunjung ke tapak penelitian, sebanyak 61,1% pengunjung merasa mendapat pengalaman baru, 27,8% merasa hanya sedikit pengalaman yang diperoleh, dan 11,1% pengunjung merasa mendapat sangat banyak pengalaman setelah berkunjung ke tapak penelitian. Dan menurut pengunjung, fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di tapak penelitian adalah adanya arena bermain dan belajar pertanian (88,9%), adanya papan-papan informasi (5,6%), dan penggunaan tanaman yang bervariasi dan menarik (5,6%).

Kondisi jalan menuju tapak menurut wisatawan 91,7% kondisi jalannya buruk, dan sisanya 8,3% menyatakan kondisinya baik. Hal ini karena ketika survey dilakukan di beberapa sudut jalan banyak yang berlubang, aspalnya mengelupas. Sedangkan jalan di dalam tapak kondisinya cukup baik, semua responden menyatakan kondisi jalan di dalam tapak baik.

4.2.2.4 Preferensi Pengunjung

(60)

Tabel 8. Persepsi Pengunjung

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Alasan Berkunjung ( > 1 jawaban )

- Memiliki pemandangan alam yang indah 91,7 - Kemudahan akses menuju kawasan 25,0 - Sebagai tempat untuk menyambung tali silaturahim (bersosialisasi) 25,0 - Memiliki fasilitas yang lengkap 0,0 - Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pertanian 44,4 2. Kondisi Jalan menuju tapak

- Sangat Baik 0,0

- Baik 8,3

- Buruk 91,7

3. Kondisi Jalan di dalam tapak

- Sangat Baik 0,0

- Baik 100,0

- Buruk 0,0

4. Persepsi pengunjung terhadap kawasan

Keindahan

- Sangat banyak pengalaman baru 11,1

- Banyak pengalaman baru 61,1

- Sedikit pengalaman baru 27,8

Kebersihan

- Sangat Bersih 5,6

- Bersih 94,4

- Kurang Bersih 0,0

5. Faktor yang dapat menimbulkan rasa nyaman berkunjung ke kawasan

- Udaranya sejuk 41,7

- Tempatnya bersih 25,0

- Banyak tempat untuk menikmati pemandangan (istirahat) 5,6

- Memiliki pemandangan hijau 27,8

- Menggunakan material yang menarik 0,0 6. Fasilitas yang mendukung keamanan (tindak kriminalitas dan keamanan pengguna) di kawasan ini

- Terdapat penjaga kawasan (misal: satpam) 83,3 - Terdapat pagar pembatas kawasan agrowisata 0,0 - Penggunaan material yang sesuai dan tidak membahayakan 16,7 7. Fasilitas yang dapat menunjang kebersihan di kawasan ini

Penggunaan jenis material dan warna material yang memberikan kesan bersih 5,6 - Letak tempat sampah yang relatif terjangkau 83,3

- Terdapat peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah di

sembarang tempat 11,1

8. Fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di kawasan - Terdapat arena bermain dan belajar pertanian 88,9 - Terdapat papan informasi pada titik-titik utama 5,6 - Menggunakan jenis tanaman yang bervariasi dan menarik 5,6

9. Daya tarik kawasan ini

- Terdapat pemandangan yang indah 47,2 - Terdapat obyek yang unik dan berbeda dengan lokasi wisata alam lain 52,8

- Dengan berkunjung ke kawasan ini dapat menambah pengalaman dan ilmu

(61)

Fasilitas pelayanan yang diharapkan pengunjung dari data kuisioner yang disajikan pada Tabel 9 adalah 97,2% menginginkan adanya kios cinderamata, 88,9% menghendaki adanya tempat parkir, 86,1% ingin adanya toilet, 75% menginginkan adanya kafetaria, 72,2% menginginkan adanya kendaraan untuk menuju kawasan, 47,2% menginginkan adanya tempat ibadah, 41,7% menginginkan adanya tempat istirahat, 27,8% menginginkan adanya penginapan, dan 5,6% menginginkan adanya sarana pendidikan.

Dari data hasil survey, kesediaan pengunjung untuk dikenakan biaya masuk kawasan adalah sebanyak 69,4% responden bersedia dikenakan biaya masuk dan sisanya 30,6% tidak bersedia dikenakan biaya masuk. Responden yang menyatakan bersedia dikenakan biaya masuk mengusulkan biaya masuk kawasan berkisar antara Rp 1.000,00 per orang hingga Rp 7.000,00 per orang. Dan kawasan akan padat pengunjung ketika musim panen rambutan dan hari libur.

Tabel 9. Preferensi Pengunjung

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Wisata pertanian yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban )

- Perikanan 16,7

- Perkebunan 0,0

- Persawahan (agronomi dan hortikultura) 100,0

- Kehutanan 0,0

- Peternakan 0,0

2. Jenis wisata yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban )

- Piknik 91,7

3. Fasilitas pelayanan yang diinginkan ( > 1 jawaban )

(62)

BAB V

ANALISIS DAN SINTESIS

5.1 Aspek Fisik

5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian

Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor. Gedongjetis memiliki kebun rambutan yang cukup luas dan tersebar di sepanjang jalan desa. Hal ini membuat wisatawan leluasa menikmati panorama dan memetik rambutan ketika panen tiba. Pengunjung dapat membeli buah rambutan yang masih segar dari pohonnya dengan harga yang lebih murah. Pesona kebun rambutan seluas 20 ha dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata pertanian.

Tapak penelitian berbatasan langsung dengan jalan raya penghubung Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan akses pengunjung menuju tapak. Kondisi jalan raya menuju tapak sudah diaspal tetapi belum dapat mendukung pengembangan wisata karena banyak terdapat lubang di sepanjang jalan ini (Gambar 20). Sedangkan akses di dalam tapak sudah cukup baik kondisinya. Sebagian besar jalur sirkulasi dalam tapak telah diaspal. Namun lebar jalan terlalu sempit apabila ada dua kendaraan roda empat yang berpapasan. Apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Kondisi jalan seperti ini memerlukan perhatian khusus, mengingat aksessibilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam wisata.

(63)
(64)

petunjuk akses untuk memudahkan pengunjung yang belum pernah berkunjung ke tapak agar tidak kesasar.

Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten

Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa lain untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Gedongjetis ada yang memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi. Potensi ini dapat menjadi wisata alternatif perikanan ketika pohon rambutan tidak sedang dalam masa berbuah.

Kawasan perencanaan lanskap agrowisata Desa Gedongjetis yang akan dikembangkan menjadi agrowisata hanya sebagian dari kawasan Gedongjetis. Hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian warga dan kehidupan masyarakat Gedongjetis tidak terganggu dengan adanya agrowisata ini. Untuk itu diperlukan pemilihan tapak yang tepat untuk dikembangkan menjadi agrowisata.

Gedongjetis

5 km

10 km 15 km

Kecamatan Tulung

(65)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Lokasi Penelitian
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian
Gambar 5. Aksessibilitas Menuju Desa Gedongjetis  (Sumber: www.googlemaps.com dengan penyesuaian)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat dusun lain yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agrowisata yaitu Dusun Muara Dua yang telah direncanakan sebagai kawasan agrowisata, selain itu

1) Kawasan pusat pemerintahan dapat digunakan sebagai area rekreasi. Lanskap Kota Tigaraksa memiliki area rekreasi yang terletak di kawasan pusat pemerintahan, hal ini

Studi ini bertujuan untuk membuat suatu rencana lanskap kawasan rekreasi Pantai Widarapayung, salah satu dari serangkaian obyek wisata pantai di Cilacap yang akan

Tujuan studi perencanaan ini adalah untuk membuat perencanaan lanskap kawa- san rekreasi arung jeram Sungai ~itarik, Kabupaten Sukabumi melalui penataan spasial, berupa

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat perencanaan tapak di Desa Cikahuripan menjadi kawasan lanskap agrowisata terpadu dengan menyediakan ruang wisata yang dilengkapi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan lanskap agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yaitu dengan mengembangkan komoditi khas Gunung Muria yang meliputi Jeruk

Konsep dasar yang digunakan dalam pengembangan kawasan ini yaitu perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis ecovillage yang memadukan antara potensi aktivitas

ii LEMBAR PENGESAHAN EVALUASI KONDISI SOSIAL DAN VISUAL LANSKAP KELURAHAN PULUTAN KOTA SALATIGA SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA EVALUATION OF SOCIAL AND VISUAL CONDITIONS OF