MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA
TIGARAKSA
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
.
Bogor, Juli 2014
Anggit Latifah Sukmasari
ABSTRAK
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa. Dibimbing oleh NURHAYATI H S ARIFIN.
Kota Tigaraksa adalah kecamatan yang terletak di Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2000, Kota Tigaraksa diresmikan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi lanskap yang terpusat dan memiliki pemandangan bagus pada area pertamanannya menjadikan Tigaraksa menarik untuk dijadikan objek magang di bidang arsitektur lanskap, terutama terkait dengan ruang terbuka hijau dan lanskapnya yang digunakan untuk pusat pemerintahan. Kegiatan magang dilaksanakan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang selama empat bulan. Tujuan dari kegiatan magang adalah untuk mendapatkan pengalaman kerja di bidang arsitektur lanskap khususnya terhadap sistem manajemen lanskap Kota Tigaraksa. Fokus kegiatan magang adalah ruang lingkup kegiatan pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab DKPP. Metode yang digunakan pada saat kegiatan magang adalah dengan berpartisipasi aktif baik di kantor maupun di lapang. Melalui analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) terhadap kondisi taman dan sistem manajemen eksisting, diusulkan 9 strategi. Strategi tersebut diharapkan dapat membantu dan menjadi acuan dalam kegiatan pengelolaan di DKPP Kabupaten Tangerang.
Kata kunci: kota tigaraksa, lanskap kota, manajemen lanskap, pusat pemerintahan
ABSTRACT
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI. Landscape Management of Tigaraksa City as The Government District of Tangerang Regency). Supervised by NURHAYATI H S ARIFIN.
Tigaraksa City was designed as goverment district of Tangerang Regency. The newly developed landscape of this district was interesting as internship object in the field of Landscape Architecture. The internship activity was conducted in Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) - Office of Park and Cemetery - Tangerang Regency for four months. The aim of internship were to gain work experience in Landscape Architecture sector in particular to the landscape management system of Tigaraksa city. The focus of the internship was
maintenance activity of area belong to DKPP’s responsibility. The method of the
internship was active participation both in the office and the field works. Through the SWOT analysis (strengths, weaknesses, opportunities, threats) to the condition of park and the existing management system, 9 strategies were proposed. These strategies are expected to be reference of management activities in DKPP Tangerang Regency.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
MANAJEMEN LANSKAP KAWASAN PUSAT
PEMERINTAHAN KABUPATEN TANGERANG DI KOTA
TIGARAKSA
ANGGIT LATIFAH SUKMASARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa
Nama : Anggit Latifah Sukmasari NIM : A44090018
Disetujui oleh
Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bambang Sulistiyantara, MAgr Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Manajemen Lanskap Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nurhayati H S Arifin, MSc selaku pembimbing skripsi dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku pembimbing akademis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dra. Elfida, MSi selaku Kepala Bidang Pertamanan dan para pegawai dari Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan bantuan pada saat kegiatan magang dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 46, atas segala doa dan kasih sayang, dan semangat yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Magang 1
Manfaat Magang 2
Kerangka Pikir 2
Batasan Magang 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Pengelolaan Lanskap Kota 4
Lanskap Pusat Pemerintahan 5
METODOLOGI 6
Lokasi dan Waktu Magang 6
Metode Magang 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Konsep Tata Ruang 14
Sistem Pertamanan Kota 17
Aspek Pengelolaan Lanskap 19
Persepsi Pengunjung 30
Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa 32
Evaluasi Pengelolaan 33
Analisis SWOT 36
Rekomendasi Rencana Pengelolaan 44
KESIMPULAN DAN SARAN 51
Kesimpulan 51
Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 53
DAFTAR TABEL
1 Jenis, bentuk, dan sumber data 7
2 Contoh penilaian bobot strategis faktor internal 9 3 Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) 9
4 Contoh Matriks Internal-Eksternal 10
5 Matriks SWOT 10
6 Data iklim Kabupaten Tangerang 12
7 Pembagian kawasan Kota Tigaraksa 14
8 Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP 17
9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan 18
10 Pembagian wilayah pemeliharaan 21
11 Jadwal pemeliharaan 21
12 Tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap 27
13 Kapasitas kerja tenaga kerja kawasan pusat pemerintahan 28
14 Peralatan pemeliharaan 29
15 Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan 29
16 Tingkat kepentingan faktor internal 38
17 Penilaian bobot faktor strategis internal 39
18 Tingkat kepentingan faktor eksternal 39
19 Penilaian bobot faktor strategis eksternal 39
20 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) 40
21 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) 40
22 Matriks SWOT 41
23 Peringkat alternatif strategi pengelolaan 43
24 Rekomendasi kegiatan pemeliharaan 45
25 Perhitungan HOK selama 1 tahun 46
26 Anggaran biaya peralatan dan bahan pemeliharaan 48
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir magang 3
2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang) 6
3 Akses menuju Kota Tigaraksa 12
4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang 14
5 Peta zonasi ruang 15
6 Peta kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan Kabupaten
Tangerang 16
7 a) Taman kota, (b) Hutan kota, (c) pocket park, (d) Green parking area, (e) Jalur hijau jalan, (f) Taman perkantoran, (g) Gerbang pusat kota, (h)
welcome park 18
8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan 20
9 Peta zonasi pemeliharaan 22
10 Kegiatan penyapuan 23
11 Kegiatan penyiangan tanaman 24
13 Penyiraman menggunakan mobil tanki 25 14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan
pusat pemerintahan 31
15 Persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap Kota Tigaraksa 33
16 Matriks Internal-Eksternal (IE) 41
17 Rekomendasi struktur organisasi pemelihara lanskap Kota Tigaraksa 44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang 53
2 Standar pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan 54 3 Kuisioner persepsi pengunjung tentang lanskap kawasan pusat
pemerintahan 59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tigaraksa adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan pusat kegiatan pengelolaan dan pemerintahan Kabupaten Tangerang. Keberadaannya berada di jantung kota sekaligus sebagai ikon Kabupaten Tangerang. Kota ini berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor, dan Kota Serang. Wilayahnya yang strategis menjadikan Kota Tigaraksa sebagai ibu kota Kabupaten Tangerang dan pusat pemerintahan secara resmi pada awal tahun 2000.
Wilayah Tigaraksa yang luas dan masih tergolong kota baru menjadikan wilayah ini memiliki banyak lahan kosong. Lahan kosong yang menjadi milik pemerintah daerah (pemda) saat ini adalah sebesar 19.02 Ha dengan luas Tigaraksa secara keseluruhan sebesar 4 812 Ha. Wilayah Tigaraksa yang luas dan banyak lahan kosong memungkinkan pemerintah kabupaten (Pemkab) untuk menata lanskap pusat pemerintahan menjadi kawasan publik yang asri dengan ruang terbuka hijau. Wilayah ini memiliki view yang bagus yang terdapat di beberapa titik, salah satunya dapat dinikmati dari sekitar danau yang berada tidak jauh dari perkantoran pemerintah daerah (Pemda) Tigaraksa. Daerah sekitar danau juga memiliki area cukup luas yang digunakan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai kawasan rekreasi. Jalan menuju perkantoran juga memiliki view bagus dengan penataan pohon peneduh dan tanaman lain yang ditata cukup baik.
Luas ruang terbuka hijau (RTH) Kota Tigaraksa yang ada saat ini adalah ±635.81 Ha atau sekitar 0.66% dari luas wilayah Kabupaten Tangerang (±95 961 Ha). Target peningkatan RTH untuk Kota Tigaraksa berdasarkan rancangan RTRW tahun 2011-2031 adalah 2.54% dari luas Kabupaten atau ±1 462.60 Ha. Perencanaan wilayah pemerintahan yang cermat tidak saja memudahkan pelayanan publik tapi juga mendukung keseimbangan ekosistem. Pengelolaan lanskap yang baik akan menjadikan wilayah ini menjadi pusat pemerintahan yang asri dan berkelanjutan sehingga memberikan kenyamanan bagi pengguna baik pegawai Pemda maupun masyarakat. Diperlukan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengelola lanskap Kota Tigaraksa dengan baik.
Wilayah ini menarik untuk dijadikan obyek magang di bidang arsitektur lanskap terutama terkait pengembangan lanskap RTH dan pertamanan di kota baru seperti Kota Tigaraksa. Untuk itu kegiatan magang merupakan salah satu upaya dalam mempelajari bagaimana pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa yang digunakan sebagai pusat pemerintahan. Selain mendapatkan pengalaman kerja, mahasiswa diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang pengelolaan lanskap kota kepada pemerintah daerah.
Tujuan Magang Tujuan dari kegiatan magang ini adalah :
1. mempelajari konsep dan sistem pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa terutama pada kawasan pusat pemerintahannya;
2
3. mengindentifikasi serta menganalisis permasalahan dalam manajemen lanskap kota, serta mencari alternatif pemecahan masalah dalam manajemen lanskap pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa; dan
4. memberikan rekomendasi pengelolaan untuk pihak pengelola lanskap kawasan pusat pemerintahan di Kota Tigaraksa.
Manfaat Magang
Manfaat dari magang ini adalah menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintaahan Kabupaten Tangerang di Kota Tigaraksa yang dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang untuk mendukung peningkatan kualitas lanskap Kota Tigaraksa secara menyeluruh. Selain itu magang juga bermanfaat untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan pihak pengelola (DKPP), serta antara pihak institusi IPB dengan pihak DKPP Kabupaten Tangerang.
Kerangka Pikir
Kota Tigaraksa merupakan pusat pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Kota ini menarik untuk dipelajari melalui kegiatan magang karena memiliki penataan lanskap yang cukup baik terutama pada kawasan pusat pemerintahannya. Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang. Hal yang dipelajari pada kegiatan magang ini adalah manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang dikelola oleh DKPP dimana suatu kawasan pusat pemerintahan harus dikelola dengan baik agar dapat mendukukung kualitas lanskap disekitarnya.
Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dan kegiatan partisipasi aktif baik di kantor maupun di lapangan. Data pendukung diperoleh dari data sekunder dan hasil wawancara maupun hasil dari kuisioner. Partisipasi aktif dilakukan baik dikantor dan di lapang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari struktur organisasi dan aspek pengelolaan lanskap di DKPP yang akan menghasilkan data magang.
3
Gambar 1 Kerangka pikir magang
Batasan Magang
Kegiatan magang dibatasi oleh ruang lingkup kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan pada area yang dikelola atau yang menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang khususnya pada kawasan pusat pemerintahannya. Namun demikian, kondisi lanskap Kota Tigaraksa secara keseluruhan menjadi bahan pertimbangan.
Manajemen lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang
Kegiatan magang
Pengumpulan data
pendukung Partisipasi aktif
Data sekunder
Wawancara /kuisioner
Sistem dan organisasi pengelolaan
Aspek pengelolaan
lanskap
Data penduung
Data hasil magang
Analisis SWOT Rekomendasi strategi rencana pengelolaan lanskap kawasan pusat
pemerintahan Faktor-faktor:
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengelolaan Lanskap Kota
Menurut Stoner dan Freman (1992) pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controling) anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri dari penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap, diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan, 1989).
Arifin dan Arifin (2005) menyatakan pengelolaan lanskap sebagai upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan ini merupakan upaya terpadu yang terdiri atas penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup.
Suatu lanskap kota yang baik harus dikelola dengan tepat. Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape). Menurut Simonds and Starke (2006) lanskap kota yang ideal adalah kota-kota yang diwujudkan sebagai suatu seni umum tiga dimensi, serta dalam kerangka pola-pola dan bentuk dari ruang-ruang terbuka yang penuh arti.
Kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis penggunaan tanah non pertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi. Kota merupakan tempat yang dipandang dan dirasakan dari berbagai sudut pandang yang menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan kompleksitasnya. Selain itu kota juga sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu penduduk atau lebih (Branch, 1995).
Tarigan (2005) mengemukakan beberapa pandangan tentang kota sebagai pusat di antaranya sebagai berikut:
1. kota adalah pusat pemerintahan,
2. kota merupakan sebuah pusat perdagangan (kegiatan ekonomi dan industri yang berkembang),
3. kota merupakan pusat pelayanan jasa (administrasi bagi warga kota itu sendiri),
5 5. kota merupakan sebuah fasilitas sosial yang meliputi fasilitas pendidikan,
olah raga, rekreasi, dan lain-lain,
6. kota merupakan pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya dari kota tersebut masyarakat dapat berhubungan dengan banyak tujuan dengan berbagai pilihan alat penghubung, dan
7. kota merupakan pusat lokasi dimana permukiman tertata dengan baik.
Lanskap Pusat Pemerintahan
Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan, yang memiliki keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional (Arifin 2009). Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakterisitik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds dan Starke 2006).
Ibukota Kabupaten disebut sebagai kota tempat kedudukan pusat pemerintahan kabupaten, dalam perkembangannya dapat menjelma menjadi kota yang makin mempunyai ciri dan tingkat kemajuan yang memenuhi syarat untuk diklasifikasikan sebagai kota. Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pemerintahan, baik itu kegiatan politik dan administatif, serta segala kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal mengenai politik dan pemerintahan. Salah satu tujuan dari direncanakannya kawasan tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dimana hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran pemerintah sendiri dalam melaksanakannya (Sadyohutomo, 2008).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (2012) menentukan bahwa lokasi yang ideal untuk menjadi ibukota Kabupaten adalah sebagai berikut: 1. kondisi geografis yang memiliki resiko bencana alam paling sedikit, tidak berada dalam kawasan lindung, memiliki kemiringan lereng kurang dari 21%, mempunyai potensi sumberdaya air bersih, memiliki kondisi drainase permukaan baik, dan memiliki daya dukung tanah yang baik,
2. memiliki kesesuaian dengan rencana tata ruang, yaitu harus berpedoman pada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi untuk provinsi dan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota untuk Kabupaten/Kota,
3. memiliki ketersediaan lahan yang tersedia di kawasan budidaya sesuai dengan rencana tata ruang daerah,
4. memiliki kondisi sosial, budaya masyarakat, sejarah, dan kearifan lokal yang ada di wilayah propinsi dan wilayah Kabupaten/Kota,
5. memiliki kondisi masyarakat yang kondusif bagi berlangsungnya pemerintahan dan kemasyarakatan serta adanya kesepakatan masyarakat terhadap lokasi ibukota/pusat pemerintahan,
6
7. memiliki sistem jaringan prasarana transportasi darat dan/atau perairan serta udara yang memadai terhadap lokasi ibukota/pusat pemerintahan dengan memperhatikan keterjangkauan pelayanan dalam wilayah Kabupaten/Kota atau propinsi.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilakukan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang yang beralamat di perumahan Citra Raya Propinsi Banten selaku pengelola area pusat pemerintahan dan pengelola area lain di Kota Tigaraksa. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan efektif, yaitu pada awal bulan Maret hingga akhir Juni 2013 (04 Maret-30 Juni 2013). Lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Lokasi magang (Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang)
Metode Magang
Metode magang yang dilakukan adalah berpartisipasi aktif, yaitu mengikuti kegiatan manajemen lanskap baik secara manajerial di kantor maupun secara teknis di lapang pada aspek pengelolaan lanskap. Tahapan dari kegiatan magang ini dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Persiapan
7 Pengenalan Lapang
Pada tahap ini dilakukan perkenalan dengan para staf yang bekerja di DKPP Kabupaten Tangerang dan mempelajari kondisi lapang dengan kunjungan langsung pada tapak.
Partisipasi Aktif
Pada tahap ini secara umum dilakukan partisipasi aktif dengan ikut terlibat dalam melakukan pengelolaan lanskap kota. Partisipasi aktif mencakup kegiatan administrasi di kantor dan kegiatan di lapang. Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya adalah membuat jadwal pemeliharaan untuk kawasan pusat pemerintahan, membuat surat perintah penataan RTH untuk instansi tertentu, pembuatan laporan terkait penataan RTH, dan pembuatan laporan lainnya. Kegiatan lapang yang dilakukan adalah mengikuti setiap proses pelaksanaan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa seperti memantau pekerja yang sedang melakukan kegiatan pemeliharaan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan magang, namun ada juga data yang diperoleh dari luar kegiatan magang seperti penyebaran kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung kawasan pusat pemerintahan dan masyarakat sekitar. Menurut Daniel dan Boster (1976), jumlah responden yang dibutuhkan yaitu sebanyak ± 30 orang. Penyebaran kuisioner dilakukan kepada 30 responden yang mengunjungi kawasan pusat pemerintahan dan 40 responden masyarakat Kota Tigaraksa. Penyebaran kuisioner bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pengunjung tentang kualitas lanskap Kota Tigaraksa sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan rekomendasi. Data yang diperoleh selama kegiatan magang adalah data yang terkait dengan lembaga pengelola, sistem pertamanan kota, kondisi tapak, dan aspek pengelolaan (Tabel 1).
Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data
Jenis Data Bentuk Data Sumber Lembaga Pengelola
Struktur Organisasi Bagan/Diagram DKPP
Sistem kerja Deskriptif DKPP/ Wawancara
Jadwal Kerja Bagan/Diagram DKPP
Tenaga kerja Deskriptif DKPP
Sistem Pertamanan Kota
Taman kota Deskriptif/Spasial DKPP/Pihak terkait Taman jalan Deskriptif/Spasial DKPP/Pihak terkait Hutan kota Deskriptif/Spasial DKPP/Pihak terkait Gerbang pusat kota Deskriptif/Spasial DKPP/Pihak terkait
8
Tabel 1 Jenis, bentuk, dan sumber data (Lanjutan)
Jenis Data Bentuk Data Sumber Kondisi Tapak
Letak kawasan Spasial Studi pustaka/DKPP
Luas dan batas Deskriptif DKPP
Aksesibilitas Spasial/Deskriptif DKPP/Observasi
Kualitas lanskap Deskriptif Observasi
Iklim Deskriptif Studi pustaka/BMG
Topografi Deskriptif DKPP/Bakorsurtanal
Tanah Deskriptif DKPP
Aspek Pengelolaan
Kegiatan pengelolaan Deskriptif DKPP/Observasi
Teknik pengelolaan Deskriptif DKPP/Observasi
Pengelolaan tenaga kerja Deskriptif DKPP
Biaya pemeliharaan Deskriptif/Bagan DKPP
Standar pemeliharaan Deskriptif DKPP
Bahan dan alat yang digunakan
Deskriptif DKPP/Observasi
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan tahapan yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kegiatan magang berupa studi pustaka, wawancara dengan pengunjung/masyarakat sekitar maupun pengelola serta data yang diperoleh saat pengamatan di lapang. Hasil dari analisis kemudian dijadikan pertimbangan untuk menyusun faktor-faktor strategis pada analisis SWOT.
Analisis SWOT
Rangkuti (1998) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dengan menggunakan logika untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Langkah yang harus dilakukan dalam menyusun analisis SWOT yaitu sebagai berikut :
a. analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal, dengan faktor internal yang terdiri dari atas peluang dan ancaman,
b. penentuan bobot setiap variabel sesuai dengan kepentingan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh, dengan pemberian nilai kepentingan dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola menggunakan Skala Likert (Kinnear dan Taylor 1991) pada kisaran bobot 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup penting), dan 1 (tidak penting). Rangkuti (1998) menyebutkan bahwa nilai peringkat untuk faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman),
c. menentukan setiap bobot strategis (Tabel 2) menggunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor 1991) dengan ketentuan
9 faktor vertikal,
2. bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan faktor vertikal,
3. bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan faktor vertikal, dan
4. bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan faktor vertikal.
Tabel 2 Contoh penilaian bobot strategis faktor internal Faktor
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991) dengan penyesuaian
d. pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks
Eksternal Factor Evaluation (EFE) (Tabel 3) untuk menentukan kekuatan kondisi internal dan eksternal dari tapak,
Tabel 3 Contoh Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) (a) Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Keterangan:
(a) hingga (f) = nilai dari paired comparison
(g) Total = Σ semua nilai pada suatu baris (a) hingga (f) (h) Bobot = nilai pada setiap kolom total (g)
nilai keseluruhan kolom total (g)
Keterangan:
(a) Simbol = simbol dari setiap faktor internal (b) Faktor internal = kalimat yang menjelaskan setiap faktor
internal
(c) Tingkat kepentingan = kalimat penilaian kepentingan setiap faktor (kurang penting hingga sangat penting)
(d) Rating = angka penilaian kepentingan setiap faktor (e) Bobot = bobot setiap faktor sesuai paired
10
e. pembuatan Matriks Internal-Eksternal (Tabel 4) untuk mengetahui tipe strategi yang harus digunakan untuk mengatasi permasalahan, terdapat tiga strategi yaitu grow and built (Sel I, II, 1V), hold and maintain (Sel II, V, VII), serta harvest or divest (Sel VI, VIII, dan IX),
f. penentuan alternatif strategi dengan Matriks SWOT (Tabel 5), g. pembuatan tabel peringkat analisis strategi, serta
h. penyusunan sintesis sebagai hasil dari analisis strategi. Tabel 4 Contoh Matriks Internal-Eksternal
TOTAL SKOR IFE
Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Dengan menggabungkan kedua faktor internal (strengths dan weaknesses) dan kedua faktor eksternal (opportunities dan threats), akan diperoleh sebuah Matriks SWOT yang kemudian mengarahkan kepada empat jenis strategi untuk mengatasi permasalahan (Tabel 5).
Strengths (S) Strategi SO Strategi ST
1. 1. 1.
2. 2. 2.
Weaknesses (W) Strategi WO Strategi WT
1. 1. 1.
2. 2. 2.
Sumber: David (2008) dengan penyesuaian
Berdasarkan Matriks SWOT tersebut, terdapat empat jenis strategi yang dapat dihasilkan untuk menyelesaikan permasalahan, dengan mempertimbangkan masing-masing faktor, Rangkuti (1998) menyebutkan keempat strategi tersebut : a. SO (strengths-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, Keterangan:
(f) Skor = nilai setiap rating (d) x nilai setiap bobot (e) (g) Total = jumlah keseluruhan skor, merupakan nilai
Kekuatan kondisi internal tapak
11 b. ST (weaknesses-opportunities), yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman,
c. WO (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman,
d. WT (weaknesses-threats), strategi dengan meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman.
Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan
Dari hasil analisis SWOT terhadap kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa menghasilkan rekomendasi berupa rencana kegiatan pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa pada area yang menjadi tanggung jawab pihak DKPP. Untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja, dilakukan perhitungan jam kerja perminggu dan kebutuhan tenaga kerja (KTK) dengan rumus sebagai berikut.
Penyusunan Skripsi
Penyusunan skripsi merupakan tahapan terahir setelah semua proses sebelumnya selesai dikerjakan. Skripsi ini merupakan media untuk mendokumentasikan seluruh proses magang, mulai dari tahapan persiapan hingga tersusunnya strategi pengelolaan lanskap Kota Tigaraksa sebagai pusat pemerintahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Sejarah Kota Tigaraksa
Cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa. Nama Tigaraksa itu sendiri berarti Tiang Tiga atau Tilu Tanglu, sebuah pemberian nama sebagai wujud penghormatan kepada tiga Tumenggung yang menjadi tiga pimpinan ketika itu. Seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane, saat ini diyakini berada di Kampung Gerendeng. Sejarah pemindahan ibukota Kabupaten Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa bermula sejak Kabupaten Tangerang memekarkan Kota Tangerang berdasarkan UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Pada tahun 1995, keluar Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Proses pemindahan itu baru dimulai pada tahun 1997. Pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang yang tadinya masih berada di Kota Tangerang secara resmi dipindahkan ke Kecamatan Tigaraksa. Pemindahan Jam kerja perminggu = HOK (hari orang kerja) 1 tahun x 8 orang/jam/hari
Jumlah minggu dalam 1 tahun (52 minggu)
12
ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, selain itu pemindahan ibukota ke Tigaraksa dinilai strategis, karena menggugah kembali cita-cita dan semangat para pendiri untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang bebas dari belenggu penjajahan (kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan) menuju masyarakat yang mandiri, maju dan sejahtera.
Luas dan Aksesibilitas
Kota Tigaraksa memiliki luas sebesar 4 812 Hadengan presentase sebesar 5.08% dari luas keseluruhan Kabupaten Tangerang yaitu 95 961 Ha. Wilayah Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan yang terdiri dari kawasan pusat pemerintahan seluas 86 Ha, kawasan permukiman seluas 4 276.60 Ha, kawasan industri seluas 450 Ha, dan terdapat lapangan golf seluas 62.69 Ha. Lokasi dapat dicapai dari berbagai jalan seperti Jalan Raya Serang, Jalan Raya Sarwani, dan Jalan Raya Tenjo. Jalan Raya Serang merupakan jalan utama menuju kota ini (Gambar 3).
Gambar 3 Akses menuju Kota Tigaraksa Iklim
Kota Tigaraksa berada di Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah dengan suhu relatif panas dan kelembaban yang tinggi. Selama tahun 2011, temperatur udara rata-rata mencapai 26.60°C. Suhu tertinggi pada Bulan Oktober dan Desember yaitu 35.40°C dan suhu terendah pada bulan Agustus yaitu 20.20°C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78%. Kecepatan angin rara-rata tahunan sebesar 3.5 m/detik dengan arah angin yang bertiup dari arah barat. Curah hujan rata- rata per tahun adalah sebesar 1 475 mm/tahun (Tabel 6). Tabel 6 Data iklim Kabupaten Tangerang
Iklim Nilai Satuan
Suhu 26.60 ˚C
Kelembaban 78.00 %
Hari hujan 15.00 hari/bulan
Curah hujan 1 475.00 mm/tahun
Kecepatan angin 3.50 m/detik
13 Topografi dan Jenis Tanah
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran rendah. Struktur tanah di Wilayah Kecamatan Tigaraksa merupakan tanah dataran yang tidak berbukit dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 - 3% dengan ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan laut. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang mendominasi lahan di Kota Tigaraksa. Tanah latosol merupakan tanah yang memiliki beberapa jenis warna, seperti warna merah, merah kecoklatan, dan coklat kekuningan. Jenis tanah di Kota Tigaraksa didominasi oleh jenis tanah latosol berwarna coklat kemerahan dengan PH 6.5-7.
Geografi
Secara astronomis Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°43’ Bujur Timur dan 6°00’--6°20’ Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu kabupaten yang menjadi bagian dari wilayah Provinsi Banten. Jarak dari Pusat Ibu Kota Kabupaten Tangerang ± 3 Km yang dihubungkan oleh jalan Kabupaten dengan batas-batas Wilayah Kecamatan sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisoka, Solear dan Kecamatan Balaraja.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Panongan.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Balaraja.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jambe dan Kecamatan Tenjo Kabupaten Bogor.
Posisi Wilayah Kota Tigaraksa berada pada posisi sebelah Tenggara dibatasi oleh 2 (dua) sungai, yaitu :
- Sungai Cimanceri sebelah Timur – Utara - Sungai Cipayaeun sebelah Barat – Timur Dihubungkan oleh 6 (enam) jalan, yaitu :
- Jalan Cibadak – Tigaraksa ( Pemerintah Daerah ) - Jalan Cibadak – Tigaraksa
- Jalan Cisoka – Tigaraksa - Jalan Jambe – Tigaraksa - Jalan Kutruk – Tigaraksa - Jalan Cikasungka – Tigaraksa Kependudukan
14
Gambar 4 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang Struktur Organisasi Pengelola
Lanskap Kota Tigaraksa dikelola oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang. Struktur organisasi DKPP terdiri dari jabatan utama yaitu kepala dinas yang membawahi 4 bidang yaitu bidang kebersihan, bidang reklame dan pertamanan, bidang pemakaman, dan bidang penerangan jalan umum (Lampiran 1). Visi dari Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kabupaten Tangerang adalah terwujudnya kabupaten yang bersih, teduh, hijau, indah dan terang benderang. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penanggulangan kebersihan, penataan taman, dan reklame serta penerangan jalan umum, b. meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor kebersihan,
pertamanan dan reklame, serta penerangan jalan umum.
Konsep Tata Ruang Kota Tigaraksa
Kota Tigaraksa memiliki tiga kawasan, yaitu kawasan pusat pemerintahan seluas 86 Ha, kawasan industri seluas 450 Ha, dan kawasan permukiman seluas 4 275.31 Ha (Gambar 5). Untuk kawasan pusat pemerintahan dan industri letaknya terpusat pada area tertentu. Pembagian kawasan Kota Tigaraksa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Pembagian kawasan Kota Tigaraksa
No Kawasan Luas
(Ha)
Presentase (%) 1. Pusat pemerintahan 86.00 1.76
2. Industri 450.00 9.23
3. Permukiman 4 276.60 87.72
15
16
Pusat Pemerintahan
Kawasan pusat pemerintahan terdiri dari 2 bagian, yaitu kawasan utama dan kawasan penunjang. Kawasan utama pusat pemerintahan memiliki luas sebesar 45 Ha dan kawasan penunjang memiliki luas sebesar 41 Ha. Kawasan pusat pemerintahan terletak di pusat kota sehingga memudahkan masyarakat atau pun pihak lain untuk mengakses kawasan ini. Kondisi eksisting kawasan pusat pemerintahan terdapat pada gambar di bawah berikut (Gambar 6)
17 Sistem Pertamanan Kota
Konsep Pertamanan
Kawasan pusat pemerintahan memiliki sistem pertamanan kota dengan konsep “simbol keterbukaan pemerintah terhadap masyarakat” dimana taman -taman yang dibuat terdapat pada kawasan pusat pemerintahan dan terbuka untuk umum. Masyarakat dapat melakukan aktivitas pada taman-taman tersebut seperti berekreasi atau hanya sekedar menikmati pemandangan. Selain taman, kawasan pusat pemerintahan juga memiliki hutan kota yang dapat dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Taman yang berada di pusat pemerintahan merupakan ruang terbuka hijau publik (Gambar 7) dengan berbagai jenis tanaman yang memberi pengaruh pada kualitas lanskap kawasan pusat pemerintahan. Saat ini luas RTH seluruh Kota Tigaraksa adalah ±635.81 Ha. Terdiri dari 457.15 Ha RTH publik dan 178.66 Ha RTH privat. Berikut adalah rincian taman/ruang terbuka hijau yang dikelola oleh DKPP pada kawasan pusat pemerintahan (Tabel 8).
Tabel 8 Jenis taman/ruang terbuka hijau yang dikelola DKPP
No Jenis
20 413.30 - Area parkir pada perkantoran di
pusat pemerintahan
6 Jalur hijau jalan 66 860.05 - Jalur penghubung dari gerbang
pusat kota menuju pusat
849.29 - Landmark Kota Tigaraksa
- Pintu masuk utama Kota
Tigaraksa
Total 250 840.60
18
Kawasan pusat pemerintahan memiliki banyak jenis vegetasi seperti pohon, semak, dan penutup tanah. Pada kawasan ini, jenis tanaman yang digunakan tergolong ke dalam pohon, palem, perdu, semak, dan penutup tanah (Tabel 9). Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan
No Nama Latin Nama Lokal Keadaan
Pohon
1 Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu Tidak semua baik
2 Caesalpinia pulcherrima Bunga merak Baik
3 Ficus lyrata Biola cantik Baik
4 Jacaranda acutifolia Jakaranda Baik
5 Mimusoph elengi Tanjung Baik
6 Oleina syzygium Pucuk merah Baik
7 Pterocarpus indicus Angsana Tidak semua baik
8 Samanea saman Trembesi Tidak semua baik
9 Terminalia catappa Ketapang Baik
10 Thuja orientalis Cemara kipas Baik
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
19 Tabel 9 Jenis tanaman di kawasan pusat pemerintahan (Lanjutan)
No Nama Latin Nama Lokal Keadaan
Pohon (Hutan Kota)
1 Albizia chinensis Sengon Baik
2 Samanea saman Trembesi Baik
3 Psidium guajava Jambu biji Baik
Palem
1 Butia capitata Pindo palm Baik
2 Cyrtostachis renda Palem merah Baik
3 Elaeis guinensis Sawit Tidak semua baik
4 Phoenix canariensis Palem punik Baik
5 Roystonea regia Palem raja Baik
6 Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai Baik
Perdu
1 Cordyline sp. Hanjuang Tidak semua baik
2 Codiaeum sp. Puring Baik
3 Dracaena sp. Drasena Baik
4 Heliconia sp. Pisang hias Tidak semua baik
5 Mussaenda sp. Nusa indah Baik
Semak
1 Aerva sanguinolenta Sambang colok Baik
2 Bougainvillea sp. Bogenvil Tidak semua baik
3 Furcraea gigantea Agave Baik
4 Ixora sp. Soka Tidak semua baik
5 Rhapis excelsa Palem wregu Baik
6 Jatropha pandurifolia Batavia Baik
7 Zephyranthes sp. Bawang brojol Tidak semua baik
Penutup Tanah
1 Arachis pintoi Kacang-kacangan Baik
2 Axonopus compressus Rumput gajah Baik
3 Carex morrowii Kucai Baik
4 Chupea hyssopifolia Taiwan beauty Baik
5 Chlorophytum sp. Lili paris Tidak semua baik
6 Iresine herbstii Simbang darah Baik
7 Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik
8 Ruellia Ruelia bunga ungu Baik
9 Sanseviera sp Lidah mertua Tidak semua baik
10 Zephyranthes sp. Bawang brojol Baik
Aspek Pengelolaan Lanskap Sistem Pengelolaan
20
RTH dilaksanakan oleh pihak ke tiga (penyedia barang) melalui pengadaan langsung dan lelang sederhana. Kota Tigaraka memiliki 3 kawasan yang terdiri kawasan pusat pemerintahan, kawasan permukiman, dan kawasan industri.
Untuk kawasan permukiman, DKPP bekerja sama dengan para warga dan memberikan tanggung jawab pemeliharaan kepada warga. Untuk kawasan permukiman DKPP hanya melakukan pemeliharaan terhadap pengangkutan sampah rumah tangga. Sedangkan untuk kawasan industri DKPP tidak melakukan kegiatan pemeliharaan lanskap secara langsung pada kawasan tersebut.
Gambar 8 Struktur organisasi bidang reklame dan pertamanan
Tugas dari bidang tersebut adalah merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan taman dan dekorasi kota. Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang ini memiliki fungsi sebagai berikut.
a. perencanaan perumusan petunjuk teknis pembangunan taman dan dekorasi kota,
b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data perumusan pembangunan taman dekorasi kota,
c. pelaksanaan kegiatan pembangunan taman serta dekorasi kota,
d. pelaksanaan koordinasi dengan instasi/lembaga lainnya terkait perumusan pembangunan taman dan dekorasi kota,
e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan, dan
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugasnya. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang No.10 tahun 2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang pelaksana kegiatan penataan ruang terbuka hijau, dibentuklah panitia pelaksana pemeliharaan lanskap di lingkup Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 1 orang sebagai kuasa pengguna anggaran, 1 orang sebagai PPTK (pejabat pelaksana teknis kegiatan), dan staf pelaksana kegiatan. Dengan demikian kegiatan pengelolaan lanskap kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang menjadi tanggung jawab tim atau panitia ini.
Pemeliharaan Lanskap
Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal (Arifin 2009). Tingkat pemeliharaan pada lanskap Kota Tigaraksa
Kepala Bidang Reklame & Pertamanan
Seksi Pertamanan
Seksi Reklame Seksi Sarpras Reklame
& Pertamanan
21 dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan intensif dan ekstensif. Pemeliharaan intensif dilakukan secara rutin pada kawasan pusat pemerintahan yang memiliki luas 86 Ha(45 Hakawasan utama dan 41 Hakawasan penunjang) dengan area pemeliharaan seluas 25.08 Ha dan pemeliharaan ekstensif dilakukan secara insidental pada jalan utama Kota Tigaraksa sepanjang 22 000 m dengan area pemeliharaan seluas 6.60 Ha. Karena fungsinya sebagai pusat aktivitas kegiatan pemerintahan, pusat pelayanan, dan area rekreasi, maka kawasan pusat pemerintahan harus dikelola secara intensif.
Pembagian wilayah pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 9. Secara umum kegiatan pemeliharaan intensif yang dikerjakan adalah penyapuan, penyiangan, pemangkasan, penyiraman, pemupukan, proteksi tanaman, perbaikan
hard material, dan pembersihan kolam. Pemeliharaan intensif dilakukan setiap hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB. Untuk pemeliharaan ekstensif kegiatan yang dilakukan adalah pemangkasan/penebangan dan penanaman pohon. Tabel 10 Pembagian wilayah pemeliharaan
Wilayah Cakupan wilayah Luas (m2) Jenis
Setiap pekerjaan pemeliharaan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan pemeliharaan yang teratur akan dapat menghasilkan suatu pemeliharaan yang baik dan dapat meningkatkan kenyamanan Kota Tigaraksa. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dijadwalkan berdasarkan jadwal yang dibuat oleh DKPP. Jadwal pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Jadwal pemeliharaan
No Kegiatan Pemeliharaan Frekuensi Pemeliharaan
Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental
22
Tabel 11 Jadwal pemeliharaan (Lanjutan)
No Kegiatan Pemeliharaan Frekuensi Pemeliharaan
Harian Bulanan Triwulan Tahunan Insidental
5 Pemupukan √
6 Proteksi tanaman √
7 Pembersihan kolam √
8 Penebangan pohon √
9 Penyulaman tanaman pohon
√
10 Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak
√
Sumber: Wawancara dan pengamatan di lapang
Sumber peta : Google Earth (2013)
23 Secara umum, kegiatan pemeliharaan yang berlangsung sudah berjalan sesuai dengan standar operasional yang ditetapkan. Hanya saja terkadang kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tidak sesuai dengan jadwal, hal ini disebabkan oleh cuaca dan iklim yang berubah-ubah dan kurangnya tingkat kedisiplinan tenaga kerja.
Kegiatan Pemeliharaan Kawasan Pusat Pemerintahan
Kegiatan pemeliharaan kawasan pusat pemerintahan dilakukan secara rutin pada hari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 12.00 WIB tanpa waktu istirahat. Kegiatan ini diawasi oleh pengawas lapangan yang berjumlah 6 orang dengan 2 orang pada kawasan utama pusat pemerintahan dan 4 orang pada jalur hijau jalan. Jumlah tenaga kerja di lapangan adalah 140 orang.
a) Penyapuan
Kondisi bersih merupakan prioritas utama pada kawasan pusat pemerintahan. Penyapuan di area ini lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Kegiatan penyapuan dilakukan pada rumput, pedestrian, taman dan bagian pinggir jalan (Gambar 10). yang terdapat di kawasan pusat pemerintahan. Adapun sasaran dari kegiatan penyapuan adalah sampah plastik, sampah hasil pangkas tanaman dan daun-daun yang rontok. Alat yang digunakan adalah sapu lidi, keranjang sampah, dan karung. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan penyapuan kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung sampah kemudian diangkut oleh mobil sampah dan dibawa ke tempat pembuangan sampah sementara (TPSS Tigaraksa). Kegiatan penyapuan ini sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari para pekerja yang datang sesuai dengan jadwal dan kondisi pusat pemerintahan yang bersih.
b) Penyiangan
Penyiangan merupakan kegiatan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang tidak diinginkan pertumbuhannya selain tanaman utama atau sering disebut dengan gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan 1 bulan sekali. Sistem penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabuti gulma dari bagian akar pada hamparan rumput atau dengan menggunakan kored dan biasa dilakukan sebelum kegiatan pemangkasan (Gambar 11). Penyiangan dilakukan pada seluruh area taman di pusat pemerintahan, namun untuk area hutan kota kegiatan ini tidak dilakukan.
24
Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara menyeluruh agar tidak mengganggu tanaman lain. Penyiangan gulma pada suatu taman hendaknya dilakukan secara teratur, minimal 1 bulan sekali atau sesuai dengan tingkat sebaran jumlah gulma yang ada. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebelum pemupukan tanaman (Arifin dan Arifin 2005).
c) Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan serta menjaga keamanan dan kesehatan tanaman. Pemangkasan dilakukan untuk semak, rumput, dan juga pohon. Pemangkasan rumput dan semak dilakukan pada seluruh kawasan pusat pemerintahan (Gambar 12). Untuk semak dan rumput dilakukan 1 bulan sekali sedangkan untuk pohon dilakukan 3 bulan sekali pada area jalur hijau. Pemangkasan dilakukan pada rumput yang tandas dengan menggunakan mesin potong rumput gendong. Penggunaan mesin pangkas gendong sudah tepat untuk kegiatan pekerjaan karena kondisi pusat pemerintahan yang cukup luas sehingga waktu pengerjaan lebih efisien. Pekerja yang bertugas untuk kegiatan pemangkasan berjumlah 28 orang.
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pelaksanaan pemangkasan tanaman, terutama pohon, yang baik harus memperhatikan waktu yang tepat. Pemangkasan pohon dilakukan pada musim tertentu, bergantung pada jenis pertumbuhannya. Pemangkasan tidak dilakukan pada saat pohon sedang musim berbunga dan berbuah. Pelaksanaan pemangkasan yang baik adalah setelah musim berbunga atau berbuah. Hal ini bertujuan merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif pada musim berikutnya, terutama jika setelah pemangkasan dilakukan pemupukan.
Gambar 11 Kegiatan penyiangan tanaman
25 d) Penyiraman
Penyiraman tanaman diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman dan sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Selain itu, penyiraman dapat meningkatkan kelembaban tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat proses evaportranspirasi. Penyiraman dilakukan setiap 1 kali sehari dengan menggunakan mobil tanki air berkapasitas 5 000 liter. Mobil tanki air beroperasi dengan dikendalikan oleh 2 orang pekerja. Salah satu bertindak sebagai supir dan seorang lagi bertindak sebagai tukang semprot air. Kegiatan penyiraman biasa dilakukan pada pagi hari (Gambar 13). Kegiatan penyiraman ini sudah dilakukan cukup efektif untuk penyiraman pohon, tetapi untuk tanaman semak dan penutup tanah belum berjalan efektif. Hal ini dikarenakan area penyiraman cukup luas sedangkan truk tanki air hanya berjumlah 6 unit.
Menurut Nasrullah (2008), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman tanaman adalah: (a) penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari; (b) penyiraman pada daerah berkelembaban tinggi dilakukan pagi hari untuk menghindari perkembangan jamur atau cendawan; (c) intensitas penyiraman disesuaikan dengan porositas media tanam; (d) banyaknya air siraman tidak melebihi kemampuan maksimal penyerapan air oleh media tanam, selain untuk meminimalkan pengikisan media tanam tersebut oleh air; (e) jika menggunakan air ledeng untuk penyiraman, air sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama semalam agar kandungan Cl nya berkurang dan airnya bersuhu kamar.
e) Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menyuplai hara tambahan yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara. Kegiatan pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sekali menggunakan pupuk urea dengan cara disebar. Pemberian pupuk dilakukan untuk pohon, sedangkan tanaman lain seperti semak dan penutup tanah hanya diberi pupuk pada saat tanaman tersebut ditanam dengan menggunakan pupuk kandang. Kegiatan pemupukan dilakukan oleh perawat taman dan dilakukan setelah kegiatan pemangkasan rumput. Pemupukan biasa dilakukan pada waktu sore hari atau pada waktu cuaca sedang teduh.
Menurut Nasrullah (2008), hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pupuk adalah: (a) pupuk mudah menguap pada siang hari atau pada cuaca panas; (b) malam hari tanaman juga mampu menyerap hara; (c)
26
bunga mekar, tunas daun, dan kuncup bunga akan mudah rusak jika terkena pupuk; (d) kekurangan atau kelebihan dosis pupuk akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman yang abnormal; (e) pemupukan umumnya dilakukan 3 minggu setelah penanaman dan dilakukan 2 sampai 3 bulan sekali secara teratur; (f) jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan dan fase pertumbuhan tanaman; (g) pemberian pupuk pada daun, akar, dan batang sebaiknya dilakukan pada pukul 8 sampai 10 pagi atau sore hari; (h) waktu, dosis, dan cara pemakaian pupuk yang tercantum pada kemasan sebaiknya diperhatikan. f) Proteksi HPT (Pengendalian hama dan penyakit tanaman)
Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit tanaman agar tetap sehat dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Tanaman yang terkena gangguan hama maupun penyakit, selain memberkan kesan yang kurang baik, juga mengganggu keindahan karena dedaunan yang tidak segar, meranggas, percabangan, dan batang yang kering atau keropos, serta hadirnya jenis-jenis serangga yang tidak diinginkan. Kegiatan proteksi tanaman dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan pestisida. Jenis pestisida yang digunakan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan tanaman. Kegiatan proteksi tanaman sudah dilakukan secara efektif, namun kegiatan ini hanya dilakukan pada pohon dan perdu saja. Langkah yang tepat dalam pengendalian hama dan penyakit adalah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi permasalahan yang ada; (b) pemilihan pestisida yang tepat; (c) penggunaan pestisida pada waktu yang tepat (Carpenter et al 1975).
g) Pembersihan kolam
Kolam merupakan salah satu elemen keras taman yang harus dipelihara secara rutin agar tetap menarik. Kegiatan ini dilakukan pada kolam yang berada pada taman kota. Kolam yang terdapat di taman adalah kolam jenis kolam buatan yang terbuat dari campuran kerikil dan semen. Kegiatan pembersihan kolam dilakukan dengan cara menguras isi kolam lalu diisi kembali dengan air yang bersih. Kegiatan ini belum efektif karena dilakukan setiap 1 tahun sekali yang menyebabkan air kolam terlihat keruh yang berpengaruh pada keindahan taman. Menurut Arifin dan Arifin (2005) standar penampilan pada kolam air mancur adalah cukup baik dan akurat, indah serasi, berfungsi dengan baik, dan bersih dari lumut, sampah, atau kotoran lain.
h) Perbaikan hard material
Perbaikan hard material meliputi kegiatan pengecatan ulang pada hard material yang terdapat pada taman-taman di kawasan pusat pemerintahan. Pengecatan dilakukan pada kursi taman, kolam, pot tamanam dan gazebo yang berada pada taman kota dan welcome park.
Kegiatan Pemeliharaan Pada Jalan Utama Kota Tigaraksa
27 perlu diganti. Pemangkasan pohon lebih baik dilakukan enam bulan sekali untuk menjaga pertumbuhan ranting pohon tetap teratur dan tidak mengganggu pengguna jalan (Arifin dan Arifin 2005).
Pengelolaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Berhasilnya kegiatan pemeliharaan sangat ditentukan oleh tenaga kerjanya. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki DKPP adalah 140 orang (Tabel 12) yang terdiri dari pekerja tetap dan pekerja lepas. Pekerja tetap yang bekerja secara rutin pada kawasan pusat pemerintahan berjumlah 135 orang. Pekerja tersebut bertugas sebagai tukang pangkas rumput, semak dan pohon, supir tangki air, tukang sapu taman/jalan, dan supir motor gerobak. Untuk pekerja lepas yang bekerja secara insidental berjumlah 5 orang. Pekerja lepas tersebut merupakan penebang dan pemangkas pohon yang bekerja pada jalan utama Kota Tigaraksa. Selain memiliki tenaga kerja sendiri, DKPP juga menyewa beberapa tenga kerja dari penyedia jasa apabila diperlukan.
Tabel 12 Tenaga kerja pelaksana pemeliharaan lanskap
No Jenis pekerjaan Jumlah (orang)
1 Tukang sapu taman dan jalan 55
2 Tukang pangkas rumput 28
3 Supir motor gerobak 6
4 Tukang tebang pohon 5
5 Tukang rawat taman
Pemangkasan semak dan penyiangan gulma
21
Penyemprotan pestisida 2
Pemupukan 11
6 Supir dan kenek tangki air 12
Total 140
Gaji dari tiap pekerja berbeda tergantung jenis kegiatan yang dilakukan. Untuk pekerja tetap yang khusus menangani pemeliharaan lanskap di lapang, upah yang diberikan berkisar antara Rp400.000,00 hingga Rp550.000,00 per bulan. Untuk pekerja lepas upah yang diberikan adalah Rp200.000,00 per hari/orang.
Terdapat beberapa kriteria yang diperlukan terhadap tenaga kerja agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Kriteria tersebut berhubungan dengan pendidikan, pengalaman, dan keterampilan para pekerja terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan. Umumnya pekerja untuk kawasan pusat pemerintahan adalah penduduk setempat dengan tingkat pendidikan SD hingga SMP. Keterampilan pekerja didasarkan pada pengalaman dan juga arahan dari pengawas lapangan.
Efektivitas kerja tenaga pemeliharaan menentukan efisiensi biaya pemeliharaan. Bila mereka bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga dan keterampilannya maka biaya pemeliharaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Efektivitas kerja tenaga pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut :
28
3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan,
5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor dan antara mandor dengan pekerja pemeliharaan di lapangan.
Kapasitas kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja pemeliharaan diperoleh berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan (Tabel 13). Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ada beberapa kegiatan yang belum berjalan secara efektif, yaitu kegiatan penyiraman pohon, penyiraman rumput dan penutup tanah, penyemprotan pestisida pada pohon, penyiangan tanaman, dan pemupukan pohon. Hal ini disebabkan kurangnya tingkat kedisiplinan para pekerja seperti saling mengobrol dan kurangnya motivasi para pekerja. Selain itu, kondisi cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi kapasitas kerja di lapang.
Tabel 13 Kapasitas kerja tenaga kerja kawasan pusat pemerintahan
No Jenis Pemeliharaan taman Kapasitas Kerja/jam
di lapang Pustaka* 1. Pembersihan dan penyapuan rumput 440 m2 400 m2
2. Penyapuan jalan 832 m2 800 m2
3. Pemangkasan rumput dengan mesin gendong 250 m2 250 m2 4. Penyiraman pohon dengan mobil tangki 120 pohon 150 pohon 5. Penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah
dengan mobil tangki 650 m
2
700 m2 6. Penyemprotan pestisida pada pohon dengan
sprayer gendong 13 pohon 15 pohon
7 Penyiangan gulma 32 m2 40 m2
8 Pemangkasan semak dengan gunting pangkas 14 m2 10 m2
9 Pemangkasan ranting dan dahan pohon - 5 pohon
10 Pemupukan pohon 5 pohon 7 pohon
11 Penyulaman tanaman pohon - 3 pohon
12 Penyulaman tanaman penutup tanah dan semak - 3 m2
13 Pembersihan kolam air mancur 8 m2 -
*Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, tingkat pengawasan di lapangan masih belum maksimal, komunikasi antara pimpinan dan pekerja di lapang pun belum berjalan dengan baik.
Pengelolaan Biaya Pemeliharaan
29 Pengelolaan Alat dan Bahan
Kegiatan pemeliharaan lanskap di Kota Tigaraksa membutuhkan beberapa alat dan bahan yang memadai dengan kualitas dan kuantitas yang baik untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pemeliharaan. Alat-alat tersebut juga harus dipelihara dengan baik agar dapat digunakan dalam waktu yang lama. Selain memiliki sendiri peralatan untuk pemeliharaan, DKPP juga terkadang menyewa alat pemeliharaan apabila diperlukan seperti alat penyemprot hama.
Pengadaan peralatan dan bahan yang digunakan dilakukan setiap satu tahun sekali. Pergantian peralatan dilakukan berdasarkan kondisi peralatan itu sendiri. Apabila dalam kondisi tidak baik, maka akan dilakukan pergantian peralatan pemeliharaan. Evaluasi kelayakan peralatan pemeliharaan dilakukan setiap menjelang akhir tahun. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan adalah sapu lidi, mobil tangki air, motor gerobak, mesin potong rumput, mesin penebang pohon, mobil pick up, baju seragam, dan kored (Tabel 14). Sedangkan bahan yang digunakan dalam proses pemeliharaan adalah berbagai macam jenis pupuk dan pestisida (Tabel 15).
Tabel 14 Peralatan pemeliharaan
No Nama Alat Jumlah Kondisi
1 Mobil tangki air 6 Baik
2 Motor grobak 6 Baik
3 Mesin potong rumput 28 Baik
4 Mesin penebang pohon 10 Baik
5 Mobil Pick up 2 Baik
6 Sapu lidi 400 Baik
7 Baju seragam 159 Baik
8 Pacul 150 Baik
9 Kored 50 Baik
10 Gunting pangkas 100 Baik
Tabel 15 Bahan yang digunakan untuk pemeliharaan
No Nama dagang Fungsi
1 Furadan 3G Pengendali hama penggerek batang 2 Decis 200 ml Insektisida pengendali kutu putih
3 Dursban 200 ml Insektisida pengendali serangga pada tanaman kelapa sawit
4 Herbisida Round up Pembasmi gulma 5 Curacron 200 ml Insektisida kontak
6 Pupuk Urea Membantu pertumbuhan tanaman
Setelah peralatan digunakan, peralatan tersebut dibersihkan dan disimpan kembali di gudang penyimpanan yang berada di DKPP. Begitu juga dengan bahan pemeliharaan. Setelah bahan tersebut digunakan akan kembali disimpan pada gudang penyimpanan apabila masih terdapat sisa.
Standar Pemeliharaan
30
pelaksanaan kerja pemeliharaan taman dan kebersihan yang didapat dari pihak
nursery. Acuan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pemeliharaan lanskap di Kota Tigaraksa. Pada awalnya standar pemeliharaan yang digunakan merupakan standar pemeliharaan yang didapat dari pihak nursery,
namun seiring berjalannya waktu standar tersebut direvisi kembali oleh pihak Dinas Pertamanan berdasarkan pemeliharaan apa yang dapat dilakukan oleh dinas dan kondisi di lapang itu sendiri (Lampiran 2).
Persepsi Pengunjung
Pengunjung merupakan faktor yang menentukan apakah suatu lanskap tersebut tergolong baik atau buruk. Jika suatu lanskap dikunjungi dengan tingkat frekuensi pengunjung yang tinggi maka hal tersebut mengindikasikan bahwa lanskap tersebut indah dan menarik. Secara tidak langsung, hal ini juga mengindikasikan bahwa lanskap tersebut juga dipelihara dengan baik. Untuk mengetahui kondisi dan kualitas lanskap Kota Tigaraksa khususnya di taman-taman pusat pemerintahan dibutuhkan suatu kuisioner terhadap para pengunjung. Berikut dilampirkan bentuk kuisioner yang disebarkan kepada para pengunjung kawasan pusat pemerintahan (Lampiran 3).
Survai ini dilakukan selama satu minggu setelah kegiatan magang berakhir. Responden yang diambil dipilih secara acak yang sedang tidak melakukan aktivitas aktif. Dari diagram persepsi pengunjung pada kawasan Pusat Pemerintahan rata-rata pengunjung adalah pelajar yang didominasi oleh pengunjung dengan tingkat pendidikan SMA. Hal ini dapat dilihat dari presentase yang dihasilkan yaitu sebesar 90% untuk pelajar dan 67% untuk tingkat SMA.
Tujuan mengunjungi pusat pemerintahan didominsasi untuk mengisi waktu istirahat. Selain itu pengunjung juga bertujuan untuk berekreasi dan mengunjungi fasilitas pelayanan yang ada. Hal ini sesuai dengan konsep pusat pemerintahan Kota Tigaraksa yang terbuka kepada masyarakat. Kawasan pusat pemerintahan dikunjungi oleh masyarakat dengan frekuensi kadang-kadang (1 kali/bulan-3 kali/tahun) namun banyak juga masyarakat yang sering berkunjung (hampir setiap hari-4 kali/bulan).
Pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang memiliki karakteristik berupa
landmark yang terdapat di Kota Tigaraksa. Tugu Tigaraksa berada di urutan paling tinggi yang dipilih pengunjung sebagai karakter pusat pemerintahan yaitu sebanyak 70%, sedangkan gerbang utama berada di nomor dua yang dipilih oleh pengunjung. Berdasarkan persepsi pengunjung, pemandangan pada taman-taman di pusat pemerintahan didominasi dengan jawaban indah sebanyak 77%. Beberapa lainnya mengatakan bahwa pemandangannya cukup indah. Hal ini menandakan bahwa kawasan Pusat Pemerintahan memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang berkunjung.
31 mengatakan bahwa kondisi Pusat Pemerintahan bersih. Hal ini terjadi karena pemerintah daerah sangat menjaga tingkat kebersihan di daerah ini.
Menurut sebagian besar pengunjung menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan adalah sikap dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kenyamanan kawasan Pusat Pemerintahan. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran pengunjung untuk menjaga kawasan Pusat Pemerintahan agar tetap nyaman.
32
Gambar 14 Diagram persepsi pengunjung terhadap kondisi lanskap kawasan pusat pemerintahan
Persepsi Masyarakat Terhadap Kota Tigaraksa
Masyarakat merupakan salah faktor penting yang membentuk suatu kota. Kuisioner ini digunakan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Kota Tigaraksa mengenai kondisi lanskap Kota Tigaraksa yang digunakan sebagai Pusat Pemerintahan. Kuisioner dibagikan kepada berbagai masyarakat yang tinggal di Kota Tigaraksa. Hasil dari kuisioner dapat dilihat pada diagram persepsi masyarakat (Gambar 15).
Sebanyak 68% penduduk sudah tinggal di Kota Tigaraksa selama lebih dari sepuluh tahun dan sebanyak 16% sudah tinggal selama lima hingga sepuluh tahun. Tingkat kenyamanan masyarakat yang tinggal adalah sebesar 79%. Hal ini mengindikasikan bahwa Kota Tigaraksa memberikan rasa nyaman untuk ditinggali. Sebanyak 71% masyarakat mengatakan bahwa Kota Tigaraksa cocok untuk dijadikan pusat pemerintahan. Alasannya adalah karena letak Kota Tigaraksa yang strategis.
Kondisi RTH/pertamanan di Kota Tigaraksa tergolong baik. Hal ini ditunjukkan oleh persentase masyarakat sebesar 47%. Namun sebesar 37% mengatakan bahwa kondisi RTH/pertamanan di Kota Tigaraksa jelek. Hal ini dikarenakan kondisi RTH yang belum ditata dan dimanfaatkan secara optimal. Sebanyak 55 % masyarakat Kota Tigaraksa mengatakan bahwa pengelolaan/pemeliharaan taman sudah baik dan sebanyak 39% mengatakan bahwa pengelolaan/pemeliharaan tamannya masih jelek.
Menurut masyarakat, sebesar 53% mengatakan bahwa yang bertanggung jawab untuk mengelola lanskap Kota Tigaraksa adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mau ikut bersama-sama dengan pemerintah dalam mengelola lanskap Kota Tigaraksa.
23%
67% 10%
Tingkat Pendidikan
SMP
SMA
Diploma
Sarjana 90%
3% 7%
Jenis Pekerjaan
Pelajar
Ibu Rumah Tangga
33
Gambar 15 Persepsi masyarakat terhadap kondisi lanskap Kota Tigaraksa
Evaluasi Pengelolaan Sistem Pengelolaan
Sistem pengelolaan yang dilakukan oleh DKPP adalah sistem Swakelola dan pihak ketiga. Dengan sistem pengelolaan secara swakelola, DKPP dapat mengawasi secara langsung proses pemeliharaan yang dilakukan. Selain itu, menggunakan pihak ketiga juga memberikan keuntungan bagi pihak DKPP dalam hal penataan taman atau RTH mengingat tidak adanya tenaga ahli lanskap pada struktur organisasi DKPP.
Kerjasama yang dilakukan antara DKPP dengan masyarakat dalam hal pemeliharaan lanskap sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari program-program yang dilakukan oleh pihak pengelola terkait penataan ruang terbuka hijau salah