BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
C. Konsep Peningkatan Kualitas Pendidikan
Pendidikan merupakan consern setiap umat manusia; dalam masyarakat primitif pendidikan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri, orang tua memandang bahwa anak-anak mereka perlu dipersiapkan untuk hidup dalam masyarakat atau lingkungan yang menjadi tempat mereka hidup ( suharsaputra,2013:124).
Kondisi ini tentu saja mengandung makna bahwa adalah tidak mungkin anak manusia dibiarkan hidup dengan hanya potensi bawaan tanpa ada intervensi apapun dari orang dewasa. Disamping itu, potensi manusia untuk berfikir menjadikan sebagai mahluk yang mampu berubah dan beradaptasi dengan lingkungannya dalam melanjutkan dan mengembangkan kehidupannya.Agar masyarakat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus ditekankan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan dimiliki setiap anggota.Tiap masyarakat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi sosial, dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi (Suharsaputra,2013:124).
Oleh karena itu menurut Suharsaputra (2013:124) Pendidikan merupakan upaya manusia dalam bermasyarakat yang pelembagaannya telah memilah lingkungan Pendidikan ke dalam beberapa jalur atau lingkungan Pendidikan yang semuanya pada dasarnya merupakan komponen-komponen dari suatu lingkungan Masyarakat secara umum.
Hal ini sudah barang tentu memerlukan upaya-upaya untuk memosisikan Pendidikan sebagai suatu bagian penting kehidupan dlam keseluruhan budaya masyarakat, karena pendidikan tidak mungkin akan berhasil apabila hanya sebagian pihak yang memerankannya. Untuk menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, maka diperlukan pondasi yang kuat sebagai dasar pijak bagi pembangunan Pendidikan (Suharsaputra,2013:124). Dasar tersebut jlas perlu mengacu pada nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, baik nilai agama,moral, nilai budaya, maupun norma-norma serta aturan hukum yang mengikat semua pihak, serta memandang Pendidikan secara komprehensif, sehingga dapat dicapai kesesuaian dan kesamaan pandangan dalam upayapencapaian tujuan berbangsa dan bernegara melalui kegiatan pendidikan.
Dalam keadaan seperti maka kita,guru, perlu memahami lingkungan pendidikan sebagai bagaian yang dapat membantu dalam melaksanakan peran dan tugas sebagai pendidik dan pengajar di sekolah. Sementara Saharsaputra (2013) memberikan pengertian lingkungan pendidikan merupakan lingkungan yang secara efektif memberi pengaruh pada proses pendewasaan manusia dalam hidup dan kehidupannya (Saharsaputra,2013:124).secara umum lingkungan pendidikan atau pendidikan dapat dikelompokkan kedalam tiga komponen antara laian : (1) pendidikan formal adalah pendidikan yang kelembagaannya mengacu pada persekolahan (schooling) dari mulai Sekolah Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Oleh karena itu umumnya pendidikan formal diidentikkan dengan Sekolah.
Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20/ 2003,Pendidikan formal diartikan sebagai jalur Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan menengah, dan Pendidikan tinggi. (2) pendidikan informal dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 13, Pendidikan informal diartikan sebagai jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pengertian ini amat ringkas dan tidak memberi gambaran tentang apa dan bagaimana Pendidikan informal itu.
Menurut Coombs dalam ( Suharsaputra,2013:126) Pendidikan informal adalah Pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai mati, didalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan sehari-hari. (3) Pendidikan non formal diartikan sebagai jalur Pendidikan diluar Pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (UU No 20/2003 Pasal 1 Ayat 12).
Sementara itu Coombs dalam (Suharsaputra,2013:127) berpendapat bahwa Pendidikan non formal adalah Pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan ketat sedangkan International Council for Educationl Development dalam (Suaharsaputra,2013:127) mengartikan Pendidikan non formal sebagai setiap kegiatan Pendidikan yang terorganisasi diluar sistem persekolahan yang mapan, apakah dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian terpenting kegiatan yang lebih luas dilakukan secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan merupakan consern setiap umat manusia dalam masyarakat primitif Pendidikan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri, orang tua memandang bahwa anak-anak mereka perlu dipersiapkan untuk hidup dalam masyarakat atau lingkungan yang menjadi tempat mereka hidup (suharsaputra,2013:124) dalam konteks ini paulu freire menyebut bahwa seyoyanya lembaga Pendidikan memiliki fungsi strategis seperti: (1) sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia untuk pertumbuhan ekonomi, (2) sebagai sarana sosialisasi nilai dan rekonstruksi sosial, (3) sebagai sarana penyadaran dan pembangunan Politik (Prihantoro dkk,2007:xxiii).
Menurut Poul Freire dalam (Prihantoro dkk,2007:xiii) menjelaskan bahwa sistem Pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini dapat diandaikan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education) dimana pelajar diberi ilmu pengetahuan agar kelak ia dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. jadi anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposito potensial.
Menurutnya mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim dikenal. Menharapka kualitas Pendidikan yang cara seperti demikian membutuhkan waktu yang panjang dan penuh ketidak pastian sebagaimana telah disinggung diawal bahwa salah satu tujuan atau fungsi Lembaga Pendidikan ialah untuk sebagai sarana sosialisasi nilai dan tempat penyadaran para individu.
Konsep Pendidikan Paulo Freire adalah konsep Pendidikan yang progresif dan kritis yang bergaya pembebasan. untuk mencapai kualitas Pendidikan yang baik maka freire smpai pada formulasi filsafat Pendidikan, yang dinamakannya sebagai pendidikan kaum tertindas. sebuah sistem pendidikan yang
ditempa dan dibangun kembali bersama dengan, dan bukan diperuntukkan bagi, kaum tertindas (Prihantoro dkk,2007:xiii). Menurut freire dalam (Prihantoro dkk,2007:xiii).Pendidkan yang baik haruslah model Pendidikan yang memerdekakan, bukan penjinakan sosial budaya
Ada beberapa model Pendidikan yang mesti dikembangkan untuk mendapatkan kualitas Pendidikan yang baik menurut Poulo Freire dalam (Prihantoro dkk,2007:195) antar lain adalah (1). Pendidikan yang humanis ialah suatu pendidikan yang berikan kebebasan yang luas untuk berfikir kritis, dan semakin banyakdilontarkan kritik, (2). Pendidikan dengan semangat pembebasan dimana, pola Pendidikan semacam ini tidak hanya dengan menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana teknologi yang lainnya, yang ditawarkan kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun, sebagai sebuah praksis sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan untuk membebaskan manusia didalam kehidupan objektif dari penindasan yang mencekik mereka (Prihantoro dkk,2007:195).
Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah “kualitet”: “mutu”; baik buruknya barang seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu.
Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan.
Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi
dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Begitupulah orang seringkali berbicara tentang kualitas pendidikan, tetapi yang sebenarnya adalah masih dirasakan kurang jelas pengertian soal itu.
Kualitas atau mutu (produk) adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna tanpa kecuali. Produk yang bermutu memiliki nilai dan prestise bagi pemiliknya. Mutu bersinonim dengan kualitas tinggi atau kualitas puncak. Kualitas ini dapat diberikan pada suatu produk atau layanan yang memilki spesifikasi tertentu.
Dengan adanya manajemen Sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara uru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test
kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, UAN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya.
Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber Pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif.
Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, Sekolah yang baik atau Sekolah yang sukses, Sekolah yang efektif dan Sekolah yang unggul.
Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akandatang. dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem
pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan Pendidikan melalui proses Pendidikan yang efektif.
Pendidikan yang berkualitas adalah Pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi Akademik dan non-Akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang (harapan bangsa).