• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERANCANGAN

5.2 Konsep Perencanaan Kawasan

konsep perencanan kawasan berorientasi transit mengarahkan tata gunan lahan, sirkulasi kendaraan dan jalur pedestrian untuk mendukung aktifitas publik yang berlangsung di Kawasan terminal.

Konsep tata guna lahan secara makro mengakomodasi kebutuhan fungsi komersial campuran berupa perdagangan barang dan jasa, perkantoran, hunian serta fasilitas publik. Fungsi-fungsi tersebut akan terintegrasi dengan fungsi utama kawasan sebagai pusat transit, yaitu Terminal Pinang Baris Medan. Hal ini dilakukan mengingat keberadaan Jalan TB Simatupang sebagai akses utama menuju gerbang masuk kawasan. Pada beberapa blok terdapat fungsi hunian yang bercampur dengan fungsi komersial sehingga kawasan ini diharapkan dapat hidup selama 24 jam. Arahan tata guna lahan pada fungsi mixed-use secara vertikal pada Gambar 5.2 meliputi:

1. Peruntukan lantai satu/podium

Mewadahi kegiatan komersial yang bersifat retail, dimana aktivitasnya dapat dinikmati langsung oleh pejalan kaki yang melintasi di sekitarnya. Konsep peruntukan lantai dasar juga diarahkan untuk menciptakan suatu lingkungan pejalan kaki yang menarik dan menyenangkan. Beberapa fungsi yang direncanakan pada lantai satu/podium adalah: pusat kuliner, retail-retail dan area tunggu bagi penumpang dan pengunjung serta orang- orang yang hanya mengantar dan menjemput penumpang.

2. Peruntukan lantai 2

menunggu bus AKAP atau AKDP di lantai 2 sehingga retail-retail dan kantor-kantor travel di lantai-2 dapat berfungsi secara maksimal. setelah menunggu, penumpang diarahkan untuk menaiki bus masing-masing melewati eskalator menuju bus di area parkiran.

3. Peruntukan lantai atas/tower

Konsep peruntukan lantai-lantai atas di dalam daerah perencanaan diarahkan untuk mewadahi fungsi hunian berupa hotel transit, sehingga kawasan dapat hidup pada malam hari, dan tidak menjadi kawasan yang 'ditinggalkan' sesudah jam kerja perkantoran berakhir.

Pengembangan kawasan terminal dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong yang berada di bagian selatan kawasan, lahan kosong yang saat ini jarang digunakan dan dimanfaatkan dijelaskan pada Gambar 5.3.

Konsep tata guna lahan pada kawasan perancangan dengan peruntukan lahan sebagian besar adalah area transit untuk kedatangan dan keberangkatan bus AKAP, AKDP dan angkutan umum, selain itu bangunan yang akan di terapkan adalah

Gambar 5.3 Pengembangan kawasan terrminal eksisting dan penambahan site usulan dari lahan kosong

Melalui kajian studi kasus kawasan TOD pada bagian terdahulu juga telah disinggung mengenai fungsi-fungsi prospektif yang dapat dikembangkan pada sebuah kawasan yang berorientasi pada transit. Masing-masing kawasan memiliki karakternya sendiri, baik mengenai jenis maupun proporsi fungsi-fungsi prospektif yang dapat dikembangkan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:

4. Fungsi komersial core/employment, terdiri dari: a. retail, shopping mall, convenience retail, restoran 5. Fungsi hunian, terdiri dari:

b. transit hotel, business hotel

c. cultural space, community park, pusat kuliner Kota Medan.

5.2.2 Konsep Tata Massa dan Bangunan

Secara umum, perancangan massa dan tata bangunan pada kawasan ini menggunakan sistem bangunan yang memiliki keterkaitan fungsi satu sama lain. Intensitas bangunan sedang, dengan KDB antara 50-60% sehingga dapat memberikan kesempatan secara optimal untuk mengolah ruang-ruang terbuka bagi kepentingan publik. Tata massa dan bentuk bangunan harus menciptakan ruang-ruang positif yang selalu terawasi dan terbuka, sehingga tidak menciptakan ruang-ruang negatif yang memungkinkan terjadinya tindak kriminal.

Jarak antara massa dengan ketinggian tertentu diatur sehingga tidak menimbulkan gangguan pencahayaan bagi daerah di sekelilingnya. Bangunan dengan menara memiliki podium dengan ketinggian 2 lantai (7-9 meter). Bangunan memiliki bukaan yang berorientasi pada ruang terbuka dan jalan. Konsep tata masa dan bangunan di jelaskan pada Gambar 5.5.

Penentuan KDB, KLB dan ketinggian bangunan di kawasan perancangan harus mempertimbangkan kondisi eksisting kawasan sekitar, misalnya penyesuaian kebutuhan ruang terbuka hijau pada kawasan (minimal 30%), keterkaitan visual, keseimbangan skyline, serta mempertimbangkan karakter kawasan sekitarnya.

Gambar berikut menjelaskan kondisi kawasan dari view jalan utama yaitu jalan TB Simatupang dan tampak samping dari view jalan swadaya untuk memperjelas ketinggian tata masa dan bangunan dari jalan utama pada kawasan perancangan dijelaskan pada Gambar 5.6.

Gambar berikut menjelaskan kondisi kawasan tampak samping dari view jalan swadaya untuk memperjelas ketinggian massa bangunan dari jalan utama pada kawasan perancangan dijelaskan pada Gambar 5.7.

Fungsi bangunan akan disesuaikan dengan peruntukan fungsi lahan di sekitar lingkungannya. Penempatan dan perumusan fungsi didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya adalah: identitas baru kawasan sebagai kawasan transit yang prospektif pada Kota Medan, fungsi eksisting pada kawasan dan sekitar kawasan, kebutuhan pasar, segmentasi kawasan dan target market. Identifikasi fungsi dan aktivitas terkait dengan target market yang akan menggunakan fasilitas pada kawasan perancangan.

Berdasarkan kajian fungsi-fungsi prospektif pada literatur dan kasus-kasus TOD serta potensi kawasan, maka program ruang yang akan dikembangkan dalam kawasan terminal Pinang Baris Medan adalah:

6. Transit center/eksisting

Fungsi terminal eksisting tetap dipertahankan, hanya saja terdapat penambahan fasilitas pendukung kegiatan dalam terminal, area transit angkutan, tempat menunggu bagi calon penumpang dan lain-lain.

7. Hotel transit

Berdasarkan analisa trend properti serta keberadaan fungsi-fungsi hotel pada kawasan pengaruh, maka fungsi hotel yang akan diterapkan berupa hotel bintang 3 (tiga).

8. Taman Kota

transit ini akan direncanakan zoning-zoning yang saling terpisah untuk meminimalisir penumpukan pada fungsi-fungsi tertentu. lantai-1 bangunan akan dikhususkan sebagai area public bagi pengunjung yang sekedar datang untuk mengantar atau menunggu penumpang yang menaiki bus, sedangkan penumpang yang akan melakukan keberangkatana akan menunggu pada lantai-2. Penzoningan ruang-ruang pada lantai-1 terminal berdasarkan kebutuhan pengguna, berupa, area informasi, pusat kuliner, retail atau pertokoan serta fasilitas umum (toilet, mushala dll) seperti dijelaskan pada Gambar 5.8.

Pusat Kuliner Retail Area Publik Pintu Masuk Utama

pengguna, diperuntukkan pada fungsi keberangkatan dan kedatangan bus, fungsi publik, area drop off penumpang, lobby hotel dan fasilitas pendukung (toilet dll), seperti dijelaskan pada Gambar 5.9.

5.2.4 Konsep Sirkulasi Kendaraan dan Parkir

Sistem sirkulasi ini dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Jalur kendaraan hanya terdapat di perimeter kawasan perencanaan, sementara di dalam kawasan hanya bisa diakses oleh pejalan kaki. Beberapa konsep perbaikan sirkulasi kendaraan pada kawasan perancangan yang dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya:

Area Kedatangan penumpang Bus

Area Publik Area drop off calon

penumpang Lobby Hotel

Transit

Gambar 5.9 Konsep zoning lantai-2 pada bangunan perancangan Area Keberangkatan penumpang Bus

tidak berhubungan langsung dengan bangunan mixed-use disekitarnya, sehingga terdapat zoning yang jelas antara kendaraan umum dan pribadi. 2. Pintu keluar bus dan angkutan umum dipisahkan menjadi 2 jalur, masing-

masing berada pada jalan TB Simatupang dan jalan swadaya, dengan tujuan tidak terjadi penumpukan kendaraan di satu jalur.

3. Pada bangunan pusat transit terdapat area transit yang berfungsi sebagai parkir bus maupun angkutan, dengan konsep pemisahan area agar angkutan yang lalu lalang dengan angkutan yang sedang menunggu penumpang dapat dibedakan.

Bagian terpenting dalam suatu desain sarana transportasi publik ialah terletak pada bagian sirkulasi dan pencapaian di dalam menuju luar dan sebaliknya. karena itu perlu dibuat konsep skenario kedatangan dan keberangkatan yang akan mempermudah pengunjung. sirkulasi terbagi-bagi berdasarkan kebutuhan pengguna, seperti sirkulasi pengunjung terminal, pengunjung kawasan maupun pengunjung hotel. kemudian di kategorikan lagi berdasarkan angkutan yang akan digunakan seperti bus AKAP,AKDP atau angkutan umum. berikut ialah skenario tersebut:

1. Skenario sirkulasi kendaraan pribadi.

penumpang atau bisa langsung keluar dari kawasan dan jika pengunjung yang datang untuk mengantarkan calon penumpang ikut menunggu, maka pengunjung diarahkan untuk drop off di lantai-1 kemudian parkir lalu menikmati fasilitas di lantai-1 berupa kuliner dan toko yang menjual oleh- oleh khas Kota Medan, kemudan calon penumpang bisa langsung ke lantai-2 untuk menunggu kedatangan bus (Gambar 5.10).

Area Parkir Pengunjung

Skenario kendaraan transportasi bus AKAP dibedakan dengan kendaran transportasi yang lain, agar jalur masing-masing kendaraan tidak terganggu. Jalur yang di rencanakan untuk bus AKAP berada pada bagian barat kawasan untuk jalur masuk/kedatangan dan bagian timur sebagai jalur keluar/keberangkatan. Berikut konsep sirkulasi untuk kendaraan transportasi bus AKAP (Gambar 5.12).

kendaraan lain untuk menghindari penumpukan kendaraan pada titik tertentu. Berikut ilustrasi jalur masuk kendaraan transportasi bus AKAP (Gambar 5.13).

Selain jalur sirkulasi dan parkir pada kendaraan transportasi bus AKAP di buat Gambar 5.13 Ilustrasi sirkulasi kendaraan transportasi bus AKAP

2, sehingga pada saat bus akan berangkat calon penumpang di arahkan turun ke lokasi parkir bus menggunakan elevator. pada saat kedatangan juga diberlakukan sistem yang sama, saat bus sampai penumpang diharapkan menaiki elevator ke lantai-2 kemudian dapat melanjutkan aktivitas, apakah langsung menuju tempat tujuan menggunakan angkutan umum maupun dijemput kendaraan pribadi atau menikmati fasilitas yang berada di lantai-2 kemudian check in ke hotel. Berikut ilustrasi sistem keberangkatan dan kedatangan bus (Gambar 5.14).

3. Skenario sirkulasi kendaraan transportasi umum (AKDP)

Skenario kendaraan transportasi umum bus AKDP yang mana ukuran bus tidak terlalu besar dan jarak tempuh juga tidak terlalu jauh tidak seperti pada bus AKAP, oleh sebab itu jalur masuk dan keluar berada pada

sirkulasi bersebelahan. Jalur untuk kendaraan transportasi umum bus AKDP ini berdampingan dengan angkutan umum.Berikut penjelasan konsep sirkulasi kendaraan umum bus AKDP yang terjadi pada kawasan perancangan berorientasi transit (Gambar 5.15).

4. Skenario sirkulasi kendaraan angkutan umum

Skenario kendaraan angkutan umum berupa area terpisah parkir angkuatan umum, sehingga tidak terjadi adanya perselisihan antar supir kendaraan dalam hal menguasai area. Lokasi parkir angkutan berada pada bagian terdepan dari kawasan untuk memudahkan calon penumpang menaikinya, karena sistem angkutan tidak memerlukan pembelian tiket perjalanan. Untuk sirkulasi angkutan umum tidak berbeda dengan kendaraan tranportasi AKAP maupun AKDP, hanya perletakan parkir yang berbeda. Berikut penjelasan konsep sirkulasi kendaraan angkutan umum yang terjadi pada kawasan perancangan berorientasi transit (Gambar 5.17). Gambar 5.16 Ilustrasi sirkulasi kendaraan transportasi bus AKDP

Lokasi parkir masing-masing kendaraan umum diletakkan pada sisi bangunan (Gambar 5.18).

Sirkulasi pejalan kaki menjadi prioritas pada perencanaan kawasan ini. Dimulai dengan pengoptimalan akses yang permeabel pada kawasan secara menyeluruh, penerapan konsep pedestrian mall pada kawasan retail, hingga penerapan konsep ruang terbuka hijau pada pusat kawasan. Jarak temput tidak terlalu jauh, sehingga pengguna yang berjalan kaki masih merasa nyaman dan dapat berhenti untuk istirahat kapan saja dan dimana saja, sambil menikmati kawasan yang menawarkan suasana berbeda-beda.sirkulasi yang menyeluruh pada setiap kawasan dan saling menghubungkan antar fungsi kawasan seperti di jelaskan pada Gambar 5.19.

karakter kawasaan yang berorientasi pada jalur pejalan kaki (pedestrian oriented). Pada perancangan kawasan ini di utamakan akses bagi pejalan kaki, pedestrian yang diciptakan nyaman sehingga menarik untuk dilalui. berikut ilustrasi salah satu pedestrian yang terletak pada bangunan transit seperti pada Gambar 5.20.

5.2.6 Konsep Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Penataan ruang terbuka publik dan tata hijau pada kawasan adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan pada kawasan dengan menyediakan lingkungan yang nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis, melalui penciptaan berbagai jenis ruang terbuka dan pola tata hijau. Ruang terbuka juga merupakan sarana dalam mengakomodasi pertumbuhan serta menghindari dampak negatif dari

Gambar 5.21.

Setiap ruang terbuka dan tata hijau pada kawasan perancangan memiliki karakter sesuai dengan zonanya. Selain beberapa konsep ruang terbuka hijau diatas yang merupakan pengolahan ruang terbuka pada level ground, perlu juga diolah ruang terbuka dan tata hijau pada level kedua dan level-level diatasnya, terutama pada level paling atas (level atap). Implementasi ruang terbuka hijau pada level atap rooftop garden diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi penyediaan ruang terbuka hijau pada kota yang keberadaannya semakin langka, terutama di Kota Medan. Berikut ini ilutrasi tata hijau pada kawasan pengembangan terminal berorientasi yang di gambarkan pada Gambar 5.22.

Gambar 5.21 Konsep Ruang Terbuka dan Tata hijau

Pusat ruang terbuka hijau berada pada titik tengah kawasan sebagai penghubung dan pemisah fungsi-fungsi tertentu

Gambar 5.22 Ilustrasi tata hijau pada level ground dan level atap rooftop garden terhadap pengembangan kawasan perancangan

BAB VI

Dokumen terkait