• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit (Studi Kasus : Terminal Pinang Baris Medan) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit (Studi Kasus : Terminal Pinang Baris Medan) Chapter III VI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI

3.1 Metodologi Pendekatan

Metode adalah instrumen utama dalam melakukan sebuah penelitian. tanpa adanya metodologi, penelitian tidak akan berjalan secara maksimal. metodologi meliputi asumsi dasar, model dan konsep penelitian. metode juga berarti suatu proses dan prosedur dalam melakukan sebuah penelitian, bisa juga berarti teori hingga hasil analisis ketika hendak melakukan sebuah penelitian. metodologi bersifat konseptual teoritis. Metode tidak sama dengan metodologi. metode lebih bersifat teknis, yaitu instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian, sedangkan metodologi lebih kepada konsep dan teori.

Metodologi penelitian ilmiah ada dua macam. yaitu metodologi penelitian kuantitatif dan metodologi penelitian kualitatif. metodologi penelitian kuantitatif adalah metodologi yang lebih mementingkan jumlah atau banyaknya kajian, sementara metodologi penelitian kualitatif lebih mementingkan kepada mutu atau kualitas dari penelitian tersebut.

3.2 Pengertian Metodologi Penelitian Kualitatif

(2)

berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metedologis. Masalah kuantitatif umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasa yang tak terbatas.

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.

3.2.1 Karakteristik metodologi penelitian kualitatif

(3)

sejak awal hingga akhir penelitian.

Ada lima ciri pokok karakteristik metodologi penelitian kualitatif, yaitu: 1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Lokasi yang diteliti adalah kawasan terminal Pinang Baris Kota Medan.

2. Memiliki sifat deskriptif analitik

(4)

informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut.

4. Bersifat induktif

(5)

Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Ketepatan informasi dari partisipan diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.

Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang berusaha membahas konsep teoristik berbagai metode, kelebihan dan kelemahan-kelemahannya yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yanng akan digunakan. Maka dari itu dengan mengetahui metodologi penelitian yang digunakan, filsafat ilmu dan kajian teoritisnya, kelemahan dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan kesesuaian metodologi dengan fokus masalah penelitian.

(6)

Gambar 3.1 Kerangka Metode Dasar Penelitian Proses

Perijinan

studi awal

 Penentuan tema dan

permasalahan yang diangkat  Penentuan tujuan, ssasaran dan

manfaat studi

 Penentuan ruang lingkup

Study literartur & Hipotesis Ada hubungan yang erat antara kawasan pembangunan dengan

fungsi terminal transit

Analisa :  Analisa Kawasan  Analisa Tapak

(7)

Dalam penelitian kualitaif belum terdapat format baku tahapan-tahapan atau sistematika yang dpat dijadikan patokan dalam penelitian (Kristi, Poerwandari, 2001). Ini dikarenakan penelitian kualitaif terkait dengan salah-satu karakteristik dari penelitian kualitas itu sendiri, yaitu fleksibel. Sehingga dengan ke-fleksibelan-nya jalan penelitian berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi, meskipun demikian para ahli sependapat bahwa setidaknya terdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Mengangkat permasalahan.

Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas, memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang sangat bersifat invidual (karena beberapa penelitian kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi).

2. Memunculkan pertanyaan penelitian.

Pertanyaan merupakan cirri khas dari penelitian kualitatif. Adalah sebagai spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis dalam penelitian kuantitaif.

3. Mengumpulkan data yang relevan.

Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata, kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam.

(8)

diperoleh.

5. Menjawab pertayaan penelitian

Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam menjawab pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis yan lebih bebas, seperti narasi atau storytelling. Sehingga dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca.

3.3 Metodologi Penelitian Perancangan

(9)

kawasan.

Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian

Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji.

b. Populasi dan Sampel

(10)

cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.

c. Instrumen penelitian

(11)

yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data

(12)

persyaratan tertentu.

Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya natural setting, mungkin berkenaan dengan aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas.

(13)

Gambar 3.2 Skematik Metodologi Perancangan

FASE AWAL DAN ANALISIS FASE PERANCANGAN

KARYA LITERTUR KARYA GRAFIS

M

 Teori Pengembangan kawasan Berorientasi Transit (TOD)

 Teori Kawasan Terminal secara umum.

Studi Banding :

Keberhasilan dan kekurangan perancangan kawasan berorientasi transit di beberapa negara maju

Maksud dan

Prinsip dan kriteria perancanagn terminal berorientasi transit

Analisis :

 Analisa Kawasan  Analisa Tapak

 Analisa bangunan terminal  Perkembangan kawasan

berorientasi transit

(14)

Data dan informasi yang diperoleh dan diolah dalam penelitian ini akan disajikan peneliti dalam bentuk:

a) Secara deskriptif untuk data-data yang berkaitan dengan gambaran umum lokasi studi, seperti: fungsi bangunan, kondisi, aktivitas dalam bangunan, bentuk dan gaya bangunan, serta perilaku masyarakat pengguna.

b) Tabulasi untuk data angka dan rangkuman potensi maupun masalah yang spesifik;

c) Peta secara tematik dan skalatis untuk mendukung data deskriptif;

(15)

BAB IV

ANALISIS TERMINAL TERPADU PINANG BARIS KOTA

MEDAN

4.1 Deskripsi Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit

Kawasan pembangunan berorientasi transit atau TOD memiliki pusat aktivitas seperti stasiun transit, dan dikelilingi oleh perkembangan kawasan dengan kepadatan tinggi. Pembangunan Berorientasi Transit adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal. Pengembangan kawasan maupun tempat transit itu sendiri dengan harapan penggunaan fasilitas transportasi massal yang lebih efektif dan efisien dapat ditingkatkan. Kawasan pembangunan berorientasi transit yang akan dianalisis berada pada perbatasan Kota Medan dengan Aceh. Kawasan ini merupakan satu-satunya kawasan transit antara Kota Medan dan Aceh.

4.1.1 Keadaan Kawasan Pembangunan

(16)

Kawasan penelitian berada pada Kota Medan (Gambar 4.1).

b. Lokasi Proyek

Site yang dipilih adalah terminal Pinang Baris Medan (Gambar 4.3) dengan luas site 10,7 Ha dan batas-batas site sebagai berikut;

(17)

kantor terminal, area parkir untuk kendaraan umum dan pribadi serta pusat jajanan di sepanjang jalan pada terminal. Kondisi eksisting dijelaskan pada Gambar 4.2.

(18)

Gambar A merupakan bangunan terminal dengan fungsi bagi penumpang untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan membeli tiket, maupun layanan informasi bagi para penumpang maupun pegawai yang bertugas. Gambar B adalah fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi yang terletak didepan bangunan induk. Gambar C berfungsi sebagai teluk atau tempat penyimpanan angkutan umum berupa angkot, beberapa bus antar provinsi dan kota. Sebagian besar bus-bus di simpan di pool bus

Gambar 4.3 Suasana Terminal Pinang Baris Medan

A

B

(19)

Denah terminal beserta ukuran nya pada Gambar 4.4.

(20)
(21)

4.2 Tinjauan Permasalahan di sekitar Kawasan Perencanaan (Kawasan Pengaruh)

Sebelum dilakukan analisis yang mempengaruhi terhadap fungsi Terminal terlebih dahulu dilakukan orientasi lapangan untuk mendapatkan informasi, sedangkan informasi diperoleh dengan melakukan peninjauan lapangan (kondisi terminal, pool angkutan, dan kondisi lalu lintas disekitar terminal), wawancara dengan pihak pemerintah /regulator, wawancara dengan pengusaha angkutan sebagai operator (pengusaha/pengemudi) dan wawancara dengan pengguna (penumpang dan calon penumpang) di lokasi pool, kantor perusahaan yang berfungsi sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang. Kondisi yang dimaksud dari hasil orientasi lapangan dan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Pelayanan Jalan, dari pengamatan dilapangan disekitar pintu masuk dan pintu keluar sering terjadi kemacetan, hal ini diakibatkan : oleh adanya kendaraan angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang pada pintu masuk dan pintu keluar tersebut, tidak adanya pengaturan lalulintas pada dua pintu tersebut dan eksisting geometrik

persimpangan yang kurang menguntungkan untuk manuver bus angkutan

umum. Kondisi ini adalah salah satu penilaian yang mempengaruhi

efektifitas fungsi Terminal Pinang Baris Medan.

(22)

a. Penyediaan bus kota dan angkot sebagai moda angkutan umum Kota. b. Trayek Angkutan Kota diarahkan melayani fasilitas-fasilitas primer dan

sekunder yaitu pasar, Terminal, lokasi perkantoran, pendidikan, industri dan lokasi wisata.

c. Pengaturan trayek angkutan umum yang mempertimbangkan biaya dan waktu perjalanan yang mana dalam perencanaan trayek angkutan umum semua nilai waktu di minimumkan sehingga menghasilkan aksessibilitas yang merata ke semua lokasi.

Dari penjelasan diatas bahwa lokasi Terminal terhadap aksessibilitas telah diatasi, dari pengamatan kondisi lapangan pengaturan tata letak parkir Angkutan Kota dan bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) berjauhan, tidak adanya petunjuk dan fasilitas informasi dan sedikitnya jumlah Agkutan Kota yang masuk kedalam Terminal Pinang Baris Medan yang semuanya berakibat tidak tercapainya kemudahan untuk melakukan perpindahan yang melanjutkan perjalanan yang aman dan nyaman dan hal tersebut merupakan salah satu penilaian yang mempengaruhi efektifitas fungsi Terminal Pinang Baris Medan.

(23)

dalam penentuan efektifitas Terminal. Kenyataan dilapangan banyak fasilitas yang tidak difungsikan dan pengaturan dalam operasinya terkesan tanpa dilakukan dengan baik, pada bangunan inti hanya digunakan oleh pegawai pemerintahan yang bertugas sedangakan area pelataran bus hanya di kuasai oleh pemilik angkutan sehingga para penumpang dan calon penumpang tidak memiliki teritorialnya sendiri, dimana hal ini salah satu penyebab tidak efektifnya fungsi Terminal Pinang Baris Medan.

4. Keamanan Terminal, Kondisi keamanan penumpang atau calon penumpang dan pengemudi pada saat berada didalam Terminal adalah satu penilaian yang mempengaruhi tercapainya tujuan atau sasaran penyelenggaan Terminal Pinang Baris Medan yang efektif. Kondisi keamanan Terminal Pinang Baris Medan berdasarkan informasi dari data yang diperoleh dari instansi POLRES Kota Medan, bahwa belum pernah terjadi tindak kriminal tapi melihat kondisi lingkungan sekitar Terminal Pinang Baris Medan yang sepi diduga membuat para pengguna jasa layanan merasa takut untuk masuk kedalam Terminal.

5. Kenyamanan Lingkungan, Kenyamanan lingkungan Terminal Terpadu

(24)

mengetahui pola distribusi yang terjadi, langkah selanjutnya adalah menghitung kebutuhan kapasitas parkir kendaraan yang ada di dalam lokasi Terminal. Kapasitas kebutuhan ruang parkir ini didasarkan pada jumlah kendaraan yang ada dikalikan dengan Satuan Ruang Parkir (SRP). Apabila kebutuhan ruang parkir lebih kecil dari ruang parkir yang ada,

maka dapat dikatakan bahwa lokasi tersebut cukup mampu untuk

menampung kendaraan yang ada didalam lokasi pelayanan. Begitu pula

apabila terjadi sebaliknnya, apabila kebutuhan ruang parkir lebih besar dari ruang parkir yang ada, makadapat dikatakan bahwa lokasi tersebut

tidak mampu menampung semua kendaraan yang ada secara baik.

Pengunaan terminal dan fasilitas terminal yang kurang maksimal, berdasarkan hasil penelitian pada terminal terpadu pinang baris penggunaan hanya terjadi pada

pagi hingga sore hari, sedangkan pada malam hari tidak ada aktivitas yang terjadi didalam area terminal, sehingga angkutan maupun bus yang ingin berangkat hanya meregistrasi melalui pos satpam.

4.2.1 Pemanfaatan Lahan di Sekitar Kawasan Perancangan

(25)

aktivitas masyarakat perkotaan sehingga lebih mudah terjangkau dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Percampuran fungsi ini dikombinasikan dengan keseluruhan ruang-ruang publik seperti plaza, berbentuk seperti sebuah kompleks kawasan yang compact, dimana warganya dapat hidup, bekerja, dan bersantai pada ruang-ruang pedestrian dan menawarkan variasi pilihan aktivitas dengan akses yang nyaman.

Pemanfaatan lahan, adalah penggunaan tanah untuk aktivitas/kegiatan orang atau badan hukum yang dapat ditunjukkan secara nyata. Pemanfaatan lahan merupakan suatu ketentuan dasar dalam melakukan pemanfaatan lahan sesuai dengan berbagai pertimbangan, komponen dan kriteria dalam menghasilkan output pemanfaatan lahan yang optimal. Dalam pemanfaatan lahan perlu dikelola serta direncanakan fungsi dan penggunaannya sesuai dengan karakteristik lahan dan sesuai dengan rencana fungsi kawasan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

(26)

U

Gambar 4.6 Peta persebaran pemanfaatan lahan di sekitar kawasan perencanaan (kawasan pengaruh)

Legenda : Permukiman Perkantoran Perdagangan/jasa sekolah

(27)

Pengamatan pada kawasan yang berpengaruh pada lokasi perancangan, terdapat fungsi-fungsi komersial seperti mall dan hotel dengan skala hotel berbintang dan hotel melati. Permasalahan pada kawasan terminal yaitu tidak terdapat hotel transit bagi pengguna terminal, sehingga jarak tempuh penguna terminal yang akan ke hotel sangat jauh. oleh sebab itu, kawasan pada terminal memiliki potensi sebagai kawasan komersil untuk menunjang aktivitas terminal transit. Beberapa generator aktivitas di sekitar kawasan pengaruh (Gambar 4.7).

(28)

4.2.2 Jaringan dan Pola Pergerakan Di Sekitar Kawasan Perancangan

Penggunaan transportasi di Medan semakin bertambah, baik kendaraan pribadi (roda dua dan roda empat), juga angkutan umum yang diakibatkan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Kawasan perancangan merupakan kawasan perbatasan kota medan bagian barat anatara Kota Medan dengan NAD, beberapa daerah seperti binjai,stabat,brandan dll adalah pengguna transportasi terbesar pada pintu masuk Kota Medan dengan alasan transport barang, migrasi pekerja, serta alasan pendidikan (Gambar 4.8).

Jaringan pola pergerakan kendaraan pada kawasan berpengaruh, dimana terdapat jalur utama lintas sumatera dengan NAD, jalur utara selatan dan barat timur, titik-tik traffic light serta lokasi yang memiliki tingkat kemacetan tinggi kawasan tersebut (Gambar 4.9).

(29)

Gambar 4.9 Jaringan dan Pola Pergerakan Di Sekitar Kawasan Perancangan (kawasan pengaruh)

Keterangan :

Perbatasan Kota Medan

(30)

4.3 Perencanaan Fungsi Lahan sebagai Area Pengembangan Kawasan TOD Konsep kawasan TOD adalah menciptakan beberapa fungsi lahan, sebagai area pengembangan dan mendukung fasilitas transit. Pembangunan komersial dan jasa didahulukan agar terjadi pemasukan pada pihak pembangun (investor) dengan asumsi pembangunan blok komersial dan jasa dapat dilakukan dalam 1 (satu) tahun, sehingga pembangunan blok perkantoran, hotel, dan apartemen dapat disubsidi untuk sementara waktu dari pemasukan penjualan blok komersial dan jasa. Selain itu, perhitungan terhadap pengkondisian yang dapat menghidupkan kawasan menjadi pertimbangan dalam pemilihan pembangunan blok komersial dan jasa. Kawasan yang sudah hidup akibat fungsi-fungsi komersial dan jasa akan mudah dijual sebagai kawasan hunian di tengah kota yang memang menuntut adanya aktivitas yang padat pada kawasan pengembangan.

Dalam kriteria pengembangan TOD disebutkan bahwa fungsi-fungsi yang dikembangkan harus saling melengkapi dan mengusahakan agar aktivitas tetap terjaga dalam waktu lebih lama sehingga pengembangan diarahkan dalam konsep mixed-use. Fungsi-fungsi prospektif itu antara lain: hunian, komersial, perkantoran dan fungsi publik (ruang terbuka).

(31)

karakternya sendiri, baik mengenai jenis maupun proporsi fungsi-fungsi prospektif yang dapat dikembangkan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:

1. Fungsi komersial (core/employment), terdiri dari: a. retail, shopping mall, convenience retail, restoran 2. Fungsi hunian, terdiri dari:

b. townhouse, service apartment, transit hotel, business hotel 3. Fungsi publik, terdiri dari:

c. cultural space, community park, rumah sakit, kantor polisi, penitipan anak. Kecenderungan pasar menunjukkan bahwa fungsi komersial pada Kota Medan mengarah pada kawasan komersial bidang jasa bernuansa tematik. Kawasan komersial tersebut harus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tempat lainnya. Cakupan pelayanan kawasan komersial di Kota Medan menurut pandangan stakeholder harus mengarah pada skala regional dengan pasar penduduk Kota Medan maupun di luar Kota Medan. Tren tersebut dapat dilihat pada hari-hari libur atau akhir dimana seluruh kawasan komersial Kota Medan sangat padat khususnya di pusat-pusat perdagangan.

4.3.1 Tinjauan Sosio-Ekonomi

(32)

baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota.

Medan kota terbesar ketiga setelah Jakarta dan Surabaya, tampilan tadi masih kental dan toleran. Dinamis dan terbuka, adalah karakter warga kota yang kerap terlihat di setiap aktifitas sosial. Sebuah kota majemuk yang masih dilapisi ruh persahabatan dan religius ditengah keragaman budaya dan keyakinan. Pertumbuhan penduduk mulai tak sebanding dengan ketersediaan lahan. Bertambahnya kendaraan semakin tak terimbangi dengan kondisi ruas jalan. Lahan semakin menyempit, jumlah kenderaan terus melejit. Jalan raya kian padat dibanjiri penumpukkan kendaraan yang macet.

(33)

Tabel 4.1 Distribusi PDRB Kota Medan 2010 – 2012 (%)

No Lapangan Usaha Distribusi PDRB (%)

2010 2011 2012

1

Pertanian 2,15 2,06 2,05

2 Pertambangan dan

Penggalian 0,00 0,00 0,00

3

Industri Pengolahan 13,34 12,86 12,39

4

Listrik, Gas, dan Air Minum 1,39 1,35 1,28

5

Bangunan 11,15 11,17 11,11

6 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran 26,69 27,09 27,07

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 20,46 20,52 20,76

8 Keuangan, Ansuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah

(34)

Sektor perdagangan tetap menjadi andalan utama perekonomian Kota Medan, sementara sektor transportasi menjadi andalan kedua, sekalipun perannya hampir seimbang dengan sektor manufaktur dan sektor jasa keuangan. Namun, kecenderungan penurunan peran sektor manufaktur dan perdagangan serta peningkatan peran sektor transportasi secara konsisten tetap terlihat.

Peran ruang publik di kota Medan merupakan bagian dari pengembangan suatu kawasan untuk meningkatkan nilai social pada masyarakat. Berdasarkan analisa pada beberapa ruang publik di Kota Medan tidak beraturan, karena diperebutkan oleh banyak pihak, seperti pengguna lalu lintas, pedagang kaki lima, pejalan kaki, pengguna tempat parkir, maupun pengguna papan reklame. Tempat-tempat tertentu, seperti taman kota diperebutkan juga oleh kelompok masyarakat kecil yang melakukan kegiatan ekonomi di satu pihak dan dipihak lain terdapat kelompok masyarakat atas dan menengah yang ingin melakukan aktivitas rekreasi, olahraga, maupun bersantai.

4.3.2 Tren properti

(35)

beli yang relatif stabil. Golongan menengah tersebut terdiri dari golongan muda produktif yang pola konsumsinya tidak dipengaruhi oleh pinjaman perbankan, namun kekuatan modal sendiri, sehingga kasus kemacetan kredit perbankan sangat jarang ditemukan. Mereka juga memiliki daya beli sangat kuat untuk melakukan investasi. Sumatera Utara dipilih sebagai lokasi peruntungan bisnis karena provinsi ini memberi peluang besar mengembangkan hunian vertikal. Hal itu tercermin dari adanya pertumbuhan yang cukup signifikan terhadap permintaan unit hunian vertikal di Sumatera Utara. Pertumbuhan angka permintaannya cukup besar, karena adanya pergeseran gaya hidup, menyusul makin terbatasnya lahan kosong untuk pembangunan rumah tapak. Hal ini kemudian memacu Sumatera Utara, khususnya Kota Medan sangat prospektif untuk bisnis properti, baik perumahan, kondominium, pusat perbelanjaan, dan properti lainnya. Berikut gambaran kondisi perkembangan bisnis properti di Kota Medan:

a. Hotel

(36)

belum terdapat hotel transit yang terletak di sekitar pusat transit seperti terminal, yang dapat memudahkan pergerakan/mobilitas pengunjung dan wisatawan. Hotel-hotel yang ada pada kawasan pengaruh kebanyakan berupa hotel keluarga, dimana pengunjung kawasan ini kebanyakan adalah masyarakat aceh dengan tujuan berbelanja serta berekreasi di Kota Medan. Sehingga kebutuhan untuk kamar hotel berupa hotel-hotel bintang 3 maupun hotel melati. Beberapa hotel yang berada pada wilayah yang mempengaruhi kawasan (Gambar 4.10).

b. Pusat Perbelanjaan

Tingginya minat investor untuk membangun mall di Kota Medan, juga menjadi satu indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi di Medan akan semakin menjanjikan pada tahun mendatang. Pusat perbelanjaan shopping mall di Kota Medan terdistribusi di kawasan pusat kota dengan jumlah yang sudah cukup banyak. Kawasan pertokoan berkembang tanpa Gambar 4.10 Hotel-hotel yang berada pada wilayah yang mempengaruhi kawasan

(37)

seperti trotoar, sempadan, jalan, drainase, dan jalan utama. Pedagang kaki lima (PKL), keberadaannya belum terakomodasi dalam penataan ruang kota sehingga banyak menggunakan ruang publik. Pusat perbelanjaan yang berada dekat site perancangan adalah intero (mall perabotan), lottemart (supermarket) serta berbagai macam toko-toko elektronik di sepanjang jalan medan-binjai. Minat masyarakat sekitar dan pendatang dari aceh-sekitar adalah berbelanja barang-barang elektronik dan kebutuhan rumah tangga sehingga perkembangan toko-toko kecil berbentuk ruko kian hari semakin banyak pada kawasan pengaruh (Gambar 4.11).

c. Perkantoran

Trend dalam pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan yang tengah terjadi pada saat sekarang ini, juga diiringi dengan trend perubahan perilaku (dan juga gaya hidup) dari masyarakat kawasan perkotaan yang bersangkutan. Di banyak kota besar bahkan di kota yang sudah berstatus Gambar 4.11 Pusat perbelanjaan yang berada pada wilayah yang mempengaruhi

(38)

metropolitan, kegiatan masyarakat warganya bukan saja dalam bidang industri (awal) tetapi sudah berkembang kearah industri. Pada sebagian besar dari masyarakat warga kota besar dan metropolitan, kegiatan utama atau mata pencaharian yang dilakukannya sudah mengarah ke bidang perdagangan (bisnis) dan jasa. Keberadaan perkantoran memiliki dampak penting terhadap suatu kawasan, yang menjelaskan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan produktif dengan berbagai macam kegiatan. Beberapa kantor besar yang berada dekat lokasi terminal yaitu kantor BKN (Badan Kepegawaian Negara), kantor dinas PU dan Kantor Kementrian Agama bagian diklat pelatihan (Gambar 4.12).

d. Apartemen

Pangsa pasar apartemen di Sumatera Utara (Sumut) khususnya Kota Medan semakin meningkat. Berdasarkan penyaluran kredit apartemen oleh perbankan Sumut tumbuh signifikan. Penyaluran kredit untuk flat Gambar 4.12 Perkantoran yang berada pada wilayah yang mempengaruhi

(39)

dengan nilai kreditnya naik menjadi Rp114,173 miliar pada Agustus 2012 dari hanya Rp15,896 miliar saja pada Agustus 2011. Meski budaya masyarakat Sumut belum banyak mengarah tinggal di apartemen, namun 5 hingga 10 tahun mendatang akan terlihat perubahannya. Keinginan untuk tinggal di dalam kota dan lokasi strategis, harganya sulit dijangkau. Kawasan terminal memiliki potensi tersendiri dalam pembangunan apartemen. Konsep apartemen yang akan di terapkan pada kawasan ini adalah apartemen ruang terbuka hijau karena unitnya lebih optimal. Ini juga yang menginspirasi pengembang membangun apartemen. Karena membangun land house di daerah perkotaan sudah tidak mamadai lagi karena kurangnya lahan.

4.3.3 Potensi Kawasan berdasarkan Lokasi

Berdasarkan lokasinya, terminal ini berada pada lahan redevelopable, yaitu kawasan terminal yang akan dikembangkan kembali dengan fungsi-fungsi baru yang lebih intensif, modern, dan melayani fungsi-fungsi yang berhubungan dengan aktifitas transit. Kawasan pembangunan berorientasi transit pada Terminal Terpadu Pinang Baris Medan memiliki potensi dan keunggulan sebagai berikut:

(40)

2. Salah satu kawasan dengan potensi transit bagi beberapa sistem moda transportasi darat dalam pola transportasi makro, seperti bus antar kota dan angkutan umum.

3. Salah satu kawasan dengan potensi pusat pertumbuhan ekonomi baru di dalam kawasan strategis sebagai penghubung Kota Medan dan NAD. Melalui analisis pasar, diketahui kecenderungan pasar dan kompetensi kawasan Terminal Terpadu Pinang Baris Kota Medan tidak memiliki saingan dalam hal pasar dan jumlah moda transportasi yang melalui kawasan, karena kawasan tersebut satu-satunya kawasan terminal penghubung Kota Medan bagian barat. Selain itu juga, kawasan Terminal Terpadu Pinang Baris Medan adalah satu-satunya kawasan utama sebagai pintu masuk Kota Medan.

Berdasarkan kajian fungsi-fungsi prospektif pada literatur dan kasus-kasus TOD serta potensi kawasan, maka program ruang yang akan dikembangkan dalam kawasan terminal Pinang Baris Medan adalah:

1. Transit center/eksisting.

Fungsi terminal eksisting tetap dipertahankan, hanya saja terdapat penambahan fasilitas pendukung kegiatan dalam terminal, area transit angkutan, tempat menunggu bagi calon penumpang dan lain-lain.

(41)

Fungsi mall yang akan diterapkan pada kawasan perancangan adalah mall sebagai pusat elektronik dan pusat perbelanjaan alat-alat rumah tangga/furniture (seperti Ace Hardware, informa dll).

3. Hotel transit

Berdasarkan analisa trend properti serta keberadaan fungsi-fungsi hotel pada kawasan pengaruh, maka fungsi hotel yang akan diterapkan berupa hotel bintang 3.

4. Taman Kota

5. Pusat makanan, jajanan dan oleh-oleh khas Kota Medan

4.4 Analisa Kawasan Pembangunan TOD

Kawasn terminal terpadu pinang baris memeiliki beberapa masalah kompleks mulai dari tata guna lahan, tata masa bangunan sekitar, sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta lokasi parkir dan ruang terbuka hijau. Berikut analisa terhadap kawasan pembangunan TOD.

4.4.1 Analisa Tata Guna Lahan Kawasan

(42)

Sebelah Utara kawasan didominasi bangunan komersial, terutama di sepanjang Jalan Pinang Baris. Sebelah Selatan masih banyak terdapat lahan kosong, sekolah (SMP Negri 9 Medan), dan beberapa kantor pemerintahan. Sebelah Barat terdapat Kantor Dinas PU dan Kantor Dinas Kebersihan Kota Medan, lahan kosong dan permukiman penduduk. Sebelah Timur didominasi area komersil dan permukiman penduduk. Berikut analisa tata guna lahan kawasan pada terminal Pinang Baris Medan. Kondisi eksisting tata guna lahan dijelaskan pada Gambar 4.13.

`

Gambar 4.13 Analisa Tata Guna Lahan Kawasan

(43)

Sebagian besar tata guna lahan di sekitar kawasan didominasi oleh ruko dan residensial. Fungsi ruko paling banyak ditemukan terutama di sepanjang Jalan TB Simatupang merupakan bengkel serta ruko yang menjual onderdil kendaraan. Sedangkan fungsi residensial banyak terdapat di daerah dalam atau jauh dari jalan Protokol. Fungsi-fungsi yang ada cukup mendukung dalam menghidupkan kawasan ini. Banyaknya lahan kosong juga memberikan nilai dan prospek yang bagus kedepannya bagi kawasan ini sebagai pengembangan kawasan TOD dengan konsep bangunan mixed-use (Gambar 4.14).

Gambar 4.14 Lokasi perancangan terminal dan kawasan mixed-use Lokasi Terminal Pinang

baris Medan

Lahan kosong yang akan digunakan sebagai

kawasan mixed-use

U

Jl Dinas PU

Jl Dinas PU

Jl TB Simatupang

(44)

Berdasarkam kriteria TOD optimalisasi sirkulasi, maka terdapat persyaratan-persyaratan yang dapat dipertemukan dengan permasalahan dan potensi kawasan sebagai berikut:

1. Densitas Fungsi

Dalam hal densitas terdapat beberapa prinsip dalam TOD yang dapat dipertemukan dengan permasalahan dan potensi kawasan (Tabel 4.2)

Prinsip Rancangan

Indikator Permasalahan dan Potensi Kawasan

Densitas rata 15 unit/acre (37,5 unit/ha). Dan pada urban downtown rata-rata 60 unit/acre. yang harus dihubungkan dengan peraturan setempat

a. Kawasan eksisting memiliki kepadatan peduduk pada bagian utara, sedangkan sekitar terminal masih banyak area kosong yang dapat dikembangkan

b. Dengan pengembangan superblok maka pengalihan KLB dan intervensi land use diperbolehkan. KDB dan KLB yang digunakan dapat dirata-ratakan.

Berdasarkan indikator perancangan pada densitas TOD, dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan kawasan terminal pinang baris menggunakan konsep neighborhood TOD . Dimana neighborhood TOD harus berada pada lingkungan hunian dengan densitas menengah, fasilitas umum, servis, retail dan rekreasi. Hunian

(45)

hunian bagi masyarakat menengah kebawah, dengan dimungkinkannya pencampuran variasi hunian.

2. Jenis Land Use

Jenis land use terdapat beberapa prinsip dalam TOD yang dapat dipertemukan dengan permasalahan dan potensi kawasan (Tabel 4.3).

Berdasarkan tabel jenis fungsi pada kawasan eksisiting belum terintegrasi dengan fasilitas transit. Keragaman fungsi komersial di sekitar kawasan dapat ditambah dengan jenis-jenis fungsi baru yang lebih prospektif, menjangkau kebutuhan pasar yang lebih luas, dan dapat mendukung fasilitas transit. Seperti yang

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan Potensi Kawasan

Memaksimalkan

a. Kawasan eksisiting belum memiliki fasilitas yang memadai seperti fasilitas untuk fungsi transit maupun fungsi pendukung lainnya.

b. Keberadaan mall, hunian serta perkantoran pada kawasan pengaruh menggambarkan tingkat ekonomi masyarakat sekitar dengan jumlah tingkat kepadatan penduduk sedang.

c. Berdasarkan analisa pasar yang disarankan antara fungsi komersial, hunian dan publik dengan menerapkan tema pembangunan berorientasi transit diharapkan kawasan ini menjadi lebih hidup.

(46)

telah diarahkan dalam analisis pasar, bahwa pada kawasan perancangan dapat dikembangkan jenis-jenis fungsi yang bersifat tematik sebagai berikut:

a. Transit center (eksisting) b. Transit mall

c. Hotel transit

3. Letak dan Konfigurasi Land Use

Dalam perletakan dan konfigurasi land use terdapat beberapa prinsip dalam TOD yang dapat dipertemukan dengan permasalahan dan potensi kawasan (Tabel 4.4).

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan Potensi Kawasan

a. Area komersil pusat dan publik berjarak maksimal 5 menit berjalan kaki (380m). b. Area permukiman dan

area sekunder berjarak

a. Kawasan merupakan fungsi terminal yang ingin disamping terminal akan dimanfaatkan semaksimal mungkin

(47)

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan Potensi Kawasan potensi yang telah ada berdasarkan analisa pasar

perencanaan ulang

c. Dengan demikian diperoleh area-area konsentrasi dan dapat diketahui potensi

pembagian area

berdasarkan TOD

Melalui tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa diperlukan intervensi desain yang dapat menghubungkan pusat transit dengan core area. Penempatan core area harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi tapak. Berikut potensi pembagian letak dan konfigurasi fungsi pada kawasan perancangan, dijelaskan pada Gambar 4.15.

(48)

4. Perletakan Magnet Aktifitas

Berdasarkan kriteria, prinsip dan indikator pada aktivitas yang telah ditetapkan, maka akan diketahui permasalahan dan potensi pembentukan magnet aktivitas (Tabel 4.5).

Dengan demikian, diperlukan adanya magnet kegiatan anchor point misalnya anchor store. Untuk memperoleh pusat-pusat kegiatan dan fungsi sebagai elemen penarik pergerakan area transit dan komersial sebagaimana kriteria yang

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan potensi Kawasan

Memberi orientasi yang jelas pada area transit

Magnet aktifitas pada titik terdekat dari titik transit dan titik-titik terjauh pada jalur sirkulasi dan area komersial pusat, sementara toko-toko yang lebih kecil akan berorientasi pada jalur pejalan kaki utama atau plaza

a. letak titik transit berada sepanjang jalan TB Simatupang sehingga terjadi kemacetan disepanjang jalan pada jam-jam tertentu, titik transit yang menyebar tersebut yang pada akhirnya mendukung terciptanya pembentukan pusat kegiatan. b. Dengan ada nya pembangunan

berorientasi transit diharapkan orientasi terhadap fungsi transit dapat terlihat dengan jelas dan menjadi pusat transit yang aman dan nyaman.

(49)

4.4.2 Analisa massa dan tata bangunan

Secara umum kawasan didominasi oleh bangunan ruko dan residensial berlantai 1 hingga 3. Selain itu ada beberapa bangunan dengan tipologi kantor pemerintahan dan sekolah. Tatanan bangunan ruko dan rumah terkesan tidak berirama, seperti ruko yang berbeda dengan ruko di sebelahnya, dan ruko yang berdempetan dengan bangunan rumah tinggal. Pemanfaatan jalan sebagai lahan parkir menimbulkan kemacetan karena sebagian ruko tidak menyediakan lahan parkir/ kantung parkir. Analisa masa dan tata bangunan di jelaskan pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Ilutrasi potongan kawasan perancangan

Berlantai 1-2 Berlantai 3-4

Permukim an

Lahan Kosong Lokasi Proyek Ruko Permukiman

3 2 1

1

2

(50)

Konfigurasi massa bangunan perdagangan (ruko) berkesan monoton dengan tiplogi bangunan deret berorientasi ke jalan, sehingga seringkali membuat kemacetan karena kenderaan menggunakan jalan sebagai area parkir on-street parking. Skala bangunan sekitar masih wajar dengan intensitas rendah karena masih banyak lahan kosong pada daerah ini.Selain memperhatikan peraturan dalam RDTR Kota Medan, penentuan KDB, KLB dan ketinggian bangunan di kawasan perancangan harus mempertimbangkan kondisi eksisting kawasan sekitar, misalnya penyesuaian kebutuhan ruang terbuka hijau pada kawasan (minimal 30%), keterkaitan visual, keseimbangan skyline, serta mempertimbangkan karakter kawasan sekitarnya.

4.4.3 Analisa Sirkulasi kendaraan dan Parkir

(51)

kendaraan umum bermuatan besar (truk). Pada Jalan TB Simatupang terdapat barisan ruko berkepadatan sedang dengan ketinggian 2-3 lantai (Gambar 4.17).

Gambar 4.17 Sirkulasi kendaraan di kawasan perencanaan

3

akses utama bagi kantor

pemerintahan melalui

jalan dinas PU

Lahan kosong sebagai

(52)

Berikut data teknis dari beberapa jalan yang berpengaruh terhadap besar pengembangan di kawasan Terminal Pinang Baris Medan (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Data teknis beberapa jalan pada kawasan berpengaruh

No Nama Jalan Keterangan

1 Jalan TB Simatupang

Lebar jalan = 23 m Jumlah lajur = 4 lajur Jumlah arah = 2 arah Parkir on street = paralel Lebar efektif = 20 m Pedestrian = 1.5 m

2 Jalan Swadaya Lebar jalan = 10 m

Jumlah lajur = 2 lajur Jumlah arah = 2 arah Parkir on street = paralel Lebar efektif = 8 m Pedestrian = 0 m

3 Jalan Dinas PU Lebar jalan = 13 m

(53)

Sirkulasi kendaraan dan parkir pada areal terminal memiliki beberapa permasalahan diantaranya, yaitu :

a. Jalur masuk antara bus dan angkutan umum tidak dibedakan. hal ini yang yang sering menimbulkan macet karena terjadi penumpukan kendaraan pada jalan TB Simatupang.

b. Kurangnya kesadaran para pemilik kendaraan angkutan umum untuk menertibkan kendaraan nya serta areal yang memang kurang dari kebutuhan yang seharusnya seperti di jelaskan pada Gambar 4.18

(54)

Situasi kendaraan bus maupun angkutan umum di dalam areal terminal, terlihat parkir yang berantakan dan tidak teratur diakibatkan penzoningan lokasi parkir bagi kendaraan umum tidak jelas (Gambar 4.19).

Tinjauan analisis terhadap parkir kendaraan pribadi, sejauh di gunakan dengan baik, terdapat perawatan berjangka pada parkir kendaraan pribadi. hanya saja area ini jarang digunakan secara maksimal dengan beragam permasalahan, salah satu nya locket tiket yang berada pada gedung jarang kunjungi para calon penumpang yang mana calon penumpang lebih sering membeli tiket di luar area terminal (penjualan

Keterangan :

Parkir kendaraan pribadi

Parkir angkutan trayek

Parkir Bis-bis penumpang

(55)

dikarenakan pengguna parkir merasa tidak aman dengan area tersebut sehingga parkir kendaraan di dalam bangunan bukan pada lahan yang sudah di sediakan (Gambar 4.20).

Tinjauan analisis pada areal parkir untuk angkutan umum kurang memadai, karena pertambahan kendaraan dari tahun ke tahun dan areal parkir yang tidak bertambah. hal ini yang menyebabkan bus-bus yang berasal dari pool masing-masing enggan memasuki areal ini dan para penumpang memilih untuk menunggu bus dari gudang penyimpanan bus bukan dari terminal. Pada kenyataan nya, areal terminal hanya di kuasi oleh supir-supir angkutan umum dalam kota saja.

Analisa Kegiatan yang terjadi pada kawasan terminal pinang baris Kota Medan. Analisa kegiatan terbagi atas beberapa macam yaitu:

1. Sirkulasi dan Proses Keberangkatan Penumpang.

Sirkulasi dan proses keberangkatan penumpang di lustrasikan pada Gambar 4.21.

(56)

2. Sirkulasi Dan Proses Kedatangan Penumpang.

Sirkulasi dan proses kedatangan penumpang (Gambar 4.22). Kendaraan Angkutan Umum Pejalan kaki

Parkir Masuk Terminal

Lobby

Berangkat Cek Tiket AKDP Cek Tiket AKAP Bagasi

R.Tungg

Ruang Tunggu Bus R. Tunggu MPU

Lobby Beli Tiket

 Belanja  Makan  Shalat

(57)

3. Sirkulasi Dan Proses Pengantar/Penjemput.

Sirkulasi dan proses pengantar/penjemput (Gambar 4.23).

4. Sirkulasi Dan Proses Kedatangan Pengelola Terminal. Sirkulasi dan proses kedatangan pengelola (Gambar 4.24).

Berdasarkan kriteria, prinsip dan indikator pada komponen sirkulasi yang telah ditetapkan, maka akan diketahui permasalahan dan potensi kawasan (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Indikator Perencanaan Sirkulasi pada TOD

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan

potensi Kawasan a. Lokasi jalur

transit harus

d.Lokasi titik transit menjadi pusat dari area komersial

a.Akses utama eksisiting tetap menjadi akses

Kantor Pengelola Service Lobby

Gambar 4.23 Ilustrasi sirkulasi dan proses pengantar/penjemput.

(58)

Prinsip Perancangan

Indikator Permasalahan dan

potensi Kawasan

e.Adanya pemisahan jalur tiap moda transportasi dengan elemen penghubung antar titik transit dan pusat kegiatan yang tercepat dan termudah.

f.Trotoar bersisian dengan jalur kendaraan.

g.Gang kecil sebagai alternatif penghubung permukiman dengan fungsi komersial atau antar permukiman h.Penggabungan titik

transitnya dengan bangunan atau jalur pejalan kaki

utama usulan, melihat potensi jalan yang sering dilalui kendaraan b.Lokasi titik transit eksisiting berada pada kawasan terminal, dengan ada nya pengembangan

berorientasi transit titik transit akan menjadi pusat aktivitas pada kawasan perancangan.

Tinjauan analisis pada areal parkir untuk angkutan umum kurang memadai, karena pertambahan kendaraan dari tahun ke tahun dan areal parkir yang tidak bertambah. hal ini yang menyebabkan bus-bus yang berasal dari pool masing-masing enggan memasuki areal ini dan para penumpang memilih untuk menunggu bus dari gudang penyimpanan bus bukan dari terminal.

4.4.4 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

(59)

ruas jalan yang lain, misalnya Jalan swadaya, sama sekali tidak terdapat jalur pedestrian. Ruas jalan yang ada terlalu kecil, sebagian juga sudah diokupansi oleh parkir kendaraan pada bagian depan bangunan dan beberapa pedestrian digunakan tidak tepat dengan fungsi nya, seperti tempat berjualan pedagang kaki lima (PKL) pada sebagian jalan utama maupun tempat orang bermain catur. Untuk itu, perlu dibuat fasilitas/fungsi yang dapat membangkitkan aktivitas di sepanjang jalan ini, sehingga lebih atraktif. Kondisi eksisting jalur pedestrian di jelas pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Jalur pedestrian eksisting dan usulan pada kawasan perencanaan

2 1

2

4

4 3

3

(60)

Jalur pedestian bagi penjalan kaki, sebaiknya memiliki akses yang saling berhubungan antar fungsi bangunan, sehingga pengguna merasa aman dan nyaman serta tidak mengganggu jalan umum yang dilewati kendaraan bermotor.

Sirkulasi yang terjadi pada kawasan penelitian. Sirkulasi para pejalan kaki pada area terminal telah disediakan oleh pihak pengelola terminal, beberapa konflik kendaraan yang terjadi seperti dijelaskan pada Gambar 4.26

Gambar 4.26 Konflik pejalan kaki dan kendaraan pada kawasan terminal Keterangan :

Lalu lintas kendaraan

Jalur pedestrian

(61)

Pengunaan jalur pedestrian untuk pejalan kaki pada area terminal masih banyak yang disalah gunakan oleh pemilik kendaraan pribadi maupun umum, seperti pada Gambar 4.28 kendaraan pribadi memarkir kendaraan nya di jalur pedestrian.

Gambar 4.27 Analisa sirkulasi pejalan kaki pada area terminal

(62)

4.4.5 Analisa Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Pada kawasan perencanaan terdapat ruang terbuka yang pada dasarnya lahan tersebut adalah lahan kosong. Lahan tersebut tidak terdapat aktivitas sedikitpun . Melalui perencanaan desain, area tersebut dapat dirancang untuk menunjang kegiatan pada terminal, sekaligus juga bermanfaat untuk publik. Intervensi fisik bangunan pada kawasan perencanaan diusahakan agar mengoptimalkan ruang terbuka dan tata hijau, sehingga selain menyumbangkan ruang hijau bagi Kota Medan, juga dapat berperan sebagai ruang terbuka publik. Diharapkan ruang ini dapat memenuhi kebutuhan ruang terbuka publik yang semakin langka di Kota Medan, khususnya di Kawasan terminal Pinang baris Kota Medan (Gambar 4.29).

Lahan kosong pada kawasan yang akan dikembangkan sebangai

kawasan pembangunan terminal transit diharapkan

dapat menyumbangkan ruang hijau bagi Kota Medan, juga dapat berperan

(63)

4.5 Temuan Analisa Tapak

Berdasarkan analisa pada tapak dimulai dari analisa tata guna lahan kawasan, analisa tata massa bangunan, analisa sirkulasi kendaraan, analisa sirkulasi pejalan kaki dan analisa jalur pedestrian, maka dapat disimpulkan persoalan dari masing-masing analisa serta dapat ditarik kesimpulan terhadap potensi dan prospek. Pada Tabel 4.8 akan didefinisikan temuan analisa tapak.

Tabel 4.8 Temuan Analisa Tapak

No Elemen Persoalan Potensi Prospek

1 Tata Guna Lahan

Fungsi-fungsi bangunan tidak ter zoning dengan baik serta antar bangunan tidak memiliki hubungan secara fungsi ,

struktural maupun secara visual.

Fungsi-fungsi pada kawasan tersebut dapat meningkatkan aktivitas yang terjadi pada terminal. Baik fungsi komersil, perkantoran maupun

permukiman.

Perencaan pada perancangan kawasan ini untuk memperbaikin keterkaitan fungsi, visual serta struktural yang mendukung aktivitas yang terjadi pada kawasan.

2 Massa dan Tata Bangunan

Massa Bangunan yang

berfungsi sebagai perdagangan (ruko) berkesan monoton dengan tiplogi bangunan deret berorientasi ke jalan, hal ini menyebabkan tingkat kemacetan yang tinggi pada daerah tersebut

Pada kawasan terminal ini skala bangunan masih dalam batas wajar dengan intensitas sedang (KDB 60-80%), sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan pengembangan yang lebih intensif

Pada kawasan ini akan menerapkan

(64)

No Elemen Persoalan Potensi Prospek

3 Sirkulasi kendaraan dan Parkir

Kondisi tertentu, beberapa kendaraan parkir pada badan jalan sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas, seperti angkutan umum maupun pribadi yang sering parkir atau berhenti disembarang tempat.

Pada beberapa ruas jalan utama Kota Medan, LOS (Level of Service) jalan masih pada ambang normal

Perlu disediakan ruang parkir yang lebih representatif berupa kantung parkir ataupun penyediaan gedung parkir, dan mengurangi parkir di badan jalan, terutama pada ruas jalan yang tidak terlalu lebar. Serta penertiban angkutan umum.

4 Sirkulasi dan Pejalan kaki

Kondisi Jalur pedestrian pada beberapa jalan belum terencana dengan baik, selain terputus-putus juga tidak nyaman untuk dilalui oleh pejalan kaki.

Pada bagian dalam terminal, ruas jalan cukup besar, trotoar juga sudah tersedia, namun tidak terdapat fasilitas/ fungsi yang dapat membangkitkan aktivitas pada skala pejalan kaki

Perlu dibuat fungsi yang dapat membangkitkan aktivitas di sepanjang jalan sehingga lebih atraktif. Area ini dapat dijadikan area penerima pada kawasan yang berorientasi pada pedestrian

5 Ruang Terbuka dan tata Hijau

Keberadaan lahan kosong tidak dipergunakan, pada lahan tersebut sering dijadikan sebagai parkir bus.

Lahan yang sudah kosong tidak memerlukan relokasi/

pemindahan, sehingga

mengurangi pengeluaran/biaya untuk persiapan dan

pematangan lahan

Pada lahan kosong tersebut dapat dikembangkan fungsi-fungsi untuk meningkatkan aktivitas pada terminal, sehingga selain

(65)

Analisa fungsional bertujuan untuk mengetahui luasan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan dan perancangan Terminal Pinang Baris.

4.6.1 Analisa Jumlah Penumpang

Analisa jumlah bus keberangkatan dan dan kedatangan serta jumlah penumpang keberangkatan dan dan kedatangan di mulai dari data Dinas Perhubungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Penumpang type A Pinang Baris Kota Medan tentang pelayanan angkutan hari-hari besar/perayaan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Rata-rata jumlah bus dan penumpang terpadat dimulai dari H-7 s.d H+7 pada hari-hari besar/perayaan pada 5 tahun terakhir (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Rata-rata jumlah bus dan penumpang terpadat pertahun.

NO TAHUN BUS AKAP PENUMPANG BUS AKDP PENUMPANG

BRKT TIBA BRKT TIBA BRKT TIBA BRKT TIBA

1 2014 168 166 3764 3562 473 467 7046 6712

2 2013 160 158 3436 3165 461 458 6741 6478

3 2012 160 158 3417 3165 461 458 6741 6478

4 2011 137 138 3032 2953 448 451 6206 6147

5 2010 144 140 3242 3094 455 448 6690 6359

Persentase kenaikan jumlah bus dan penumpang 5 tahun terakhir : Persentase (%)

= selisih jumlah bus dan penumpang tahun 2010 s.d 2014 Jumlah bus dan penumpang tahun 2010

(66)

= 168-144 = 24 bus = 24/144 x 100% = 16.7 %

Proyek terminal Pinang Baris merupakan proyek pemerintah berjangka, maka kebutuhan luas ruang akan disesuaikan dengan pembangunan untuk 2-5 tahun kedepan. Berdasarkan peningkatan jumlah bus dan penumpang tahun 2010 s.d 2014, maka 5 tahun kedepan jumlah bus dan penumpang pada tahun 2020 di prediksikan dengan persentasi kenaikannya yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Simulasi prediksi jumlah Bus AKAP Keberangkatan pada tahun 2020 = Kenaikan 5 tahun terakhir ( 2010 s.d 2014) adalah 16.7 % = Kenaikan pada tahun 2014 s.d 2020

= 16.7 % x 2 = 33.4% = 33.4/100 x 144 = 48 bus

Prediksi jumlah Bus AKAP Keberangkatan pada tahun 2020 adalah = 144 + 48 = 192 bus

(67)

NO TAHUN BUS AKAP PENUMPANG BUS AKDP PENUMPANG

BRKT TIBA BRKT TIBA BRKT TIBA BRKT TIBA

1 2020 192 192 4279 4022 491 486 7399 7058

Berdasarkan kajian studi dan analisa data, maka kebutuhan ruang masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu secara terperinci. Kebutuhan Area Pelataran pada fungsi Terminal Bus AKAP dan Bus AKDP. Area pelataran yang di sediakan untuk bus AKAP, AKDP dan angkutan umum berdasarkan prediksi jumlah bus pada hari tersibuk tahun 2020 (Tabel 4.11).

Tabel 4.11 Kebutuhan Pelataran Bus AKAP dan AKDP No Jenis Transportasi Jumlah

Bus

Standar Luas Sumber

1 AKAP Keberangkatan 192 12 x 3 m2 6912 m2 NAD

2 AKAP Kedatangan 192 12 x 3 m2 6912 m2 NAD

3 AKDP Keberangkatan 491 7 x 2.5 m2 8592.5 m2 NAD

4 AKDP Kedatangan 486 7 x 2.5 m2 8505 m2 NAD

5 Angkot 200 5 x 2.5 m2 2500 m2 Asu

Sub total (m2) 33421.5 m2

Sirkulasi 100% 33421.5 m2

Total 66843 m2

Kebutuhan area parkir bagi penumpang, pengunjung, pengelola dan penghuni hotel, antara lain:

i. Penumpang yang mengunakan kendaraan pribadi (menitipkan kendaraanya)

(68)

persen/hari dengan rata-rata parkir 3 hari

maka = 0.5% x 11.678 x 3 hari = 175 tempat parkir diantaranya :

a) 60 % penumpang menggunakan mobil = 60% x 175 = 105 tempat parkir roda 4

b) 40 % penumpang menggunakan sepeda motor = 40 % x 175 = 70 tempatparkir roda 2

ii. Pengunjung yang parkir sebagai pengantar dan penjemput penumpang. diasumsikan pengguna parkir 5% dari total penumpang, maka parkir harus yang harus disediakan 5% x 11678 = 584 tempat parkir

Dengan asumsi :

a) 60% penumpang menggunakan mobil = 60% x 584 = 350 orang Rata - rata pengantar dan penjemput per mobil 2 orang, maka kebutuhan parkir mobil = 350/2 = 175 tempat parkir roda 4

b) 40% penumpang menggunakan sepeda motor = 40% x 584 = 234 orang. Rata - rata pengantar dan penjemput per sepeda motor 2 orang, maka kebutuhan parkir sepeda motor = 234/2 = 117 tempat parkir roda 2

(69)

b) 25 % menggunakan sepeda motor = 13 orang/tempat parkir c) 25 % menggunakan transportasi umum = 12 orang

iv. Kebutuhan parkir penghuni hotel

Menurut SBT, Standar parkir untuk hotel bintang 3 dihitung 1 slot parkir per 7 kamar. Jadi jumlah parkir hotel yang memiliki 60 kamar 10 tempat parkir (Tabel 4.12).

Tabel 4.12 Total Kebutuhan Parkir penumpang, pengunjung, pengelola dan penghuni hotel dalam kawasan terminal.

No Kebutuhan Jenis

4.6.2 Analisa Proporsi Fungsi Utama dan Fungsi-fungsi Prospektif

(70)

B. Fungsi komersial core/employment, terdiri dari: Retail, shopping mall, convenience retail, restoran C. Fungsi hunian, terdiri dari:

Transit hotel/business hotel D. Fungsi publik, terdiri dari:

Cultural space, community park.

Berdasarkan kajian studi dan analisa pasar, maka kebutuhan ruang masing-masing fungsi akan dijelaskan satu persatu secara terperinci. Program ruang terminal transit berdasarkan kebutuhan ruang, kapasitas pengunjung dan kapasitas kendaraan di dalam terminal (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Kebutuhan Ruang Terminal untuk Kegiatan Utama

(71)

o ruang/unit area /jam Ruang luas

Program ruang untuk fasilitas ruang terminal yang digunakan untuk kegiatan pengelola (Tabel 4.14).

Tabel 4.14 Kebutuhan Ruang Terminal untuk Kegiatan Pengelola

(72)

o ruang/unit area /jam Ruang luas

Program ruang untuk fasilitas ruang terminal yang digunakan untuk kegiatan pendukung (Tabel 4.15).

Tabel 4.15 Kebutuhan Ruang Terminal untuk Kegiatan Pendukung

(73)
(74)

bus (Tabel 4.16).

4.16 Kebutuhan Ruang Terminal untuk Kegiatan Supir Bus

N

(75)

N

5 Kegiatan Servis dan utilitas

Kebutuhan semua kegiatas di rangkum dalam total luasan yang dibutuhkan (Tabel 4.18).

Tabel 4.18 Total Luasan Kebutuhan Ruang dalam Prancangan Terminal

No Kebutuhan Ruang Total Luasan

(76)

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar Pengembangan Kawasan

Untuk memperkuat konsep dasar pengembangan kawasan, dibuat perencanaan sehingga memberikan batasan-batasan yang dapat digunakan dalam konsep perancangan kawasan. Prinsip-prinsip new urbanism yang dapat diterapkan pada konsep perancangan kawasan ini, seperti:

a. Walkability dan koneksifitas

Prinsip New Urbanism yang menciptakan lingkungan yang "walkable" (dapat dilalui dengan berjalan kaki). Sebuah permukiman seharusnya memiliki akses ke taman, pusat bisnis, fasilitas publik dengan melalui berbagai jenis koridor pedestrian.

b. Smart Transportation

Dengan berbagai macam jenis transportasi, seperti jalur sepeda, jalur untuk pejalan kaki, dan transportasi publik, sehingga ketergantungan kepada kendaraan pribadi dapat dikurangi.

c. Kepadatan

(77)

Permukiman yang luas seharusnya dapat mengakomodasi semua kalangan muda dan tua, single dan berkeluarga, miskin dan kaya dapat menemukan tempat untuk hidup (Gambar 5.1).

5.1.1 Perencanaan tata-letak dan desain komponen prasarana terminal

Lokasi terminal telah ditentukan pada tahap sebelumnya, maka pada lokasi dimaksud perlu dilakukan perencanaan rinci, yang meliputi perencanaan tata-letak dan perencanaan komponen-komponen prasarana. Hal terpenting dari kedua aspek di atas adalah perencanaan tata letak fungsi-fungsi yang terkait pada kawasan

Gambar 5.1 Konsep yang dapat diterapkan pada perancangan kawasan Walkability & Connectivity Smart Transportation

(78)

efektifitas sistem terminal secara keseluruhan.

Suatu sistem tata letak yang baik adalah sistem tata-letak yang menghasilkan situasi kawasan berorientasi transit di mana:

1) Interaksi antara satu fungsi bangunan dengan bangunan lainnya dapat terjalin dengan baik, sehingga penumpang dapat dengan mudah mencapai tujuannya.

2) Interaksi antara lalu lintas bis yang keluar/masuk terminal dengan lalu lintas yang ada di daerah sekitarnya dapat dilakukan dengan baik , sehingga tidak menyebabkan gangguan yang signifikan bagi kelancaran lalu lintas ataupun kelancaran lalu lintas bis itu sendiri.

3) Interaksi antara penumpang dengan bis dapat dilakukan dengan mudah, sehingga penumpang yang datang ke terminal dengan moda apapun (berjalan kaki, kiss&ride, atau park&ride) dapat dengan mudah mencari lintasan bis yang diinginkan dan penumpang yang baru turun dari bis dapat dengan mudah keluar dan melanjutkan perjalanannya dengan moda lain.

4) Sirkulasi pejalan kaki (pedestrian) dapat dilakukan secara efektif dan efisien tanpa harus menyebabkan pejalan kaki berputar-putar.

(79)

lainnya.

Untuk menghasilkan sistem tata letak pada terminal, maka komponen prasarana terminal yang harus mendapat perhatian utama adalah:

a. Jalur masuk dan keluar untuk bis

b. Ramp untuk bis keluar dari atau masuk ke terminal dari jaringan jalan sekitar

c. Loading bay/bis bay/berth

d. Unloading platform untuk penumpang turun dari bis e. Loading queue (tempat antrian untuk naik ke bis) f. Platform untuk penumpang menunggu

g. Platform untuk kiss and ride

h. Areal parkir untuk kendaraan pengantar/penjemput atau kendaraan milik penumpang

i. Jalur masuk dan keluar bagi kendaraan non bis

Fasilitas pelengkap lainnya, yaitu areal khusus untuk penyimpanan bis atau perawatan bis, kios tempat penjualan tiket, papan informasi dan ruang kontrol.

5.2 Konsep Perencanaan Kawasan

(80)

Konsep tata guna lahan secara makro mengakomodasi kebutuhan fungsi komersial campuran berupa perdagangan barang dan jasa, perkantoran, hunian serta fasilitas publik. Fungsi-fungsi tersebut akan terintegrasi dengan fungsi utama kawasan sebagai pusat transit, yaitu Terminal Pinang Baris Medan. Hal ini dilakukan mengingat keberadaan Jalan TB Simatupang sebagai akses utama menuju gerbang masuk kawasan. Pada beberapa blok terdapat fungsi hunian yang bercampur dengan fungsi komersial sehingga kawasan ini diharapkan dapat hidup selama 24 jam. Arahan tata guna lahan pada fungsi mixed-use secara vertikal pada Gambar 5.2 meliputi:

1. Peruntukan lantai satu/podium

Mewadahi kegiatan komersial yang bersifat retail, dimana aktivitasnya dapat dinikmati langsung oleh pejalan kaki yang melintasi di sekitarnya. Konsep peruntukan lantai dasar juga diarahkan untuk menciptakan suatu lingkungan pejalan kaki yang menarik dan menyenangkan. Beberapa fungsi yang direncanakan pada lantai satu/podium adalah: pusat kuliner, retail-retail dan area tunggu bagi penumpang dan pengunjung serta orang-orang yang hanya mengantar dan menjemput penumpang.

2. Peruntukan lantai 2

(81)

menunggu bus AKAP atau AKDP di lantai 2 sehingga retail-retail dan kantor-kantor travel di lantai-2 dapat berfungsi secara maksimal. setelah menunggu, penumpang diarahkan untuk menaiki bus masing-masing melewati eskalator menuju bus di area parkiran.

3. Peruntukan lantai atas/tower

Konsep peruntukan lantai-lantai atas di dalam daerah perencanaan diarahkan untuk mewadahi fungsi hunian berupa hotel transit, sehingga kawasan dapat hidup pada malam hari, dan tidak menjadi kawasan yang 'ditinggalkan' sesudah jam kerja perkantoran berakhir.

(82)

Pengembangan kawasan terminal dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong yang berada di bagian selatan kawasan, lahan kosong yang saat ini jarang digunakan dan dimanfaatkan dijelaskan pada Gambar 5.3.

Konsep tata guna lahan pada kawasan perancangan dengan peruntukan lahan sebagian besar adalah area transit untuk kedatangan dan keberangkatan bus AKAP, AKDP dan angkutan umum, selain itu bangunan yang akan di terapkan adalah

(83)

Melalui kajian studi kasus kawasan TOD pada bagian terdahulu juga telah disinggung mengenai fungsi-fungsi prospektif yang dapat dikembangkan pada sebuah kawasan yang berorientasi pada transit. Masing-masing kawasan memiliki karakternya sendiri, baik mengenai jenis maupun proporsi fungsi-fungsi prospektif yang dapat dikembangkan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:

4. Fungsi komersial core/employment, terdiri dari: a. retail, shopping mall, convenience retail, restoran 5. Fungsi hunian, terdiri dari:

b. transit hotel, business hotel

(84)

c. cultural space, community park, pusat kuliner Kota Medan.

5.2.2 Konsep Tata Massa dan Bangunan

Secara umum, perancangan massa dan tata bangunan pada kawasan ini menggunakan sistem bangunan yang memiliki keterkaitan fungsi satu sama lain. Intensitas bangunan sedang, dengan KDB antara 50-60% sehingga dapat memberikan kesempatan secara optimal untuk mengolah ruang-ruang terbuka bagi kepentingan publik. Tata massa dan bentuk bangunan harus menciptakan ruang-ruang positif yang selalu terawasi dan terbuka, sehingga tidak menciptakan ruang-ruang negatif yang memungkinkan terjadinya tindak kriminal.

(85)

Penentuan KDB, KLB dan ketinggian bangunan di kawasan perancangan harus mempertimbangkan kondisi eksisting kawasan sekitar, misalnya penyesuaian kebutuhan ruang terbuka hijau pada kawasan (minimal 30%), keterkaitan visual, keseimbangan skyline, serta mempertimbangkan karakter kawasan sekitarnya.

Gambar berikut menjelaskan kondisi kawasan dari view jalan utama yaitu jalan TB Simatupang dan tampak samping dari view jalan swadaya untuk memperjelas ketinggian tata masa dan bangunan dari jalan utama pada kawasan perancangan dijelaskan pada Gambar 5.6.

(86)

Gambar berikut menjelaskan kondisi kawasan tampak samping dari view jalan swadaya untuk memperjelas ketinggian massa bangunan dari jalan utama pada kawasan perancangan dijelaskan pada Gambar 5.7.

(87)

Fungsi bangunan akan disesuaikan dengan peruntukan fungsi lahan di sekitar lingkungannya. Penempatan dan perumusan fungsi didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya adalah: identitas baru kawasan sebagai kawasan transit yang prospektif pada Kota Medan, fungsi eksisting pada kawasan dan sekitar kawasan, kebutuhan pasar, segmentasi kawasan dan target market. Identifikasi fungsi dan aktivitas terkait dengan target market yang akan menggunakan fasilitas pada kawasan perancangan.

Berdasarkan kajian fungsi-fungsi prospektif pada literatur dan kasus-kasus TOD serta potensi kawasan, maka program ruang yang akan dikembangkan dalam kawasan terminal Pinang Baris Medan adalah:

6. Transit center/eksisting

Fungsi terminal eksisting tetap dipertahankan, hanya saja terdapat penambahan fasilitas pendukung kegiatan dalam terminal, area transit angkutan, tempat menunggu bagi calon penumpang dan lain-lain.

7. Hotel transit

Berdasarkan analisa trend properti serta keberadaan fungsi-fungsi hotel pada kawasan pengaruh, maka fungsi hotel yang akan diterapkan berupa hotel bintang 3 (tiga).

8. Taman Kota

Gambar

Gambar 3.2 Skematik Metodologi Perancangan
Gambar 4.1 Terminal Pinang Baris terhadap Kota Medan
Gambar 4.2  Kondisi Eksisting Terminal Pinang Baris Medan
Gambar 4.3 Suasana Terminal Pinang Baris Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait