Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online) JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur
Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendeketan Transit
Oriented Development (TOD) di Pekanbaru
Mix-Used Planning Area With the theme of
Transit Oriented Development (TOD) in Pekanbaru
Ratna Dilla Sukma1), Yohannes Firzal2) & Wahyu Hidayat3)*
1)Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 2) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia 3) Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Medan Area, Indonesia
Diterima: Maret 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020
*Corresponding author: ratna.dilla6011@student.unri.ac.id
Abstrak
Pekanbaru adalah kota dengan jumlah penduduk terpadat di Provinsi Riau dengan menyentuh 1.064.566 orang pada tahun 2016 (BPS, 2017). Selain itu, berdasarkan data dari BPS Kota Pekanbaru (2015), Kota Pekanbaru adalah kota dengan kepadatan kendaraan bermotor terbesar di Provinsi Riau dengan total 10.594,1 kendaraan, ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran di Kota Pekanbaru. Selain itu, faktor-faktor pertumbuhan populasi, urban sprawl, dan perilaku masyarakat konsumtif berdampak pada peningkatan mobilitas dalam tingkat perjalanan, jarak perjalanan, dan waktu perjalanan kendaraan. Perancangan Transit Oriented Development (TOD) mengacu pada pengembangan integritas transit dengan fungsi mix-used, dan menyesuaikan penggunaan lahan yang ada untuk mengurangi beberapa masalah yang ada di daerah perkotaan. Strategi konsep yang digunakan untuk memprioritaskan faktor konektivitas, kepadatan, dan campuran di area Terminal BRPS Pekanbaru yang merupakan titik transisi untuk moda transportasi umum Pekanbaru, untuk mengelola penggunaan lahan, dan integrasi mendukung semua kegiatan di daerah tersebut Adapun tuuan penelitian Kawasan Mix- Used merupakan memberikan satu solusi upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di bagian area suatu kota dengan luas area yang terbatas. MetodePenelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dan kuantitatif.
Kata Kunci : Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD
).
Abstract
Pekanbaru is a city with the most populous population in Riau Province by touching 1,064,566 people in 2016 (BPS, 2017). In addition, based on data from BPS Kota Pekanbaru (2015), Pekanbaru City is the largest density’s city of motor vehicles in Riau Province with a total of 10,594.1 vehicles, this is one of the factors causing sprawl in Pekanbaru City. In addition, factors of population growth, urban sprawl, and consumptive community behavior have an impact on increasing mobility in travel rates, travel distances and vehicle travel times. The design of Transit Oriented Development (TOD) refers to the development of the integrity of transit with Mix-usedarea, and adjusting existing land use to reduce some of the problems that exist in urban areas. The concept strategy used to prioritize factors of connectivity, density, and mix in
2
Pekanbaru BRPS Terminal area which is a transition point for public transportation mode of Pekanbaru, to management the land use, and the integration of supporting all activities in the area. The research objective of the Mix-Used Area is to provide a solution for a design approach that seeks to unify various activities and functions in the area of a city with a limited area. The research method used is qualitative and quantitative methods.
Keywords: Pekanbaru, Mix-Used, Transit Oriented Development (TOD)
How to Cite : Sukma, Ratna Dilla, Yohannes F, & Wahyu H. (2020). Perancangan Kawasan Mix-Used dengan Pendekatan Transit Oriented Development (TOD) di Pekanbaru. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research). 4 (1): 1-14
3
PENDAHULUAN
Salah satu dampak dari tingginya jumah penduduk Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru adalah meningkatnya angka urbanisasi pada kawasan perkotaan yang merupakan pusat dari kegiatan sosial, dan ekonomi. Dari segi sosial, kepadatan penduduk yang ada sangat mungkin
menyebabkan terjadinya urban sprawl.
Kegiatan masyarakat perkotaan yang beragam membutuhkan sarana fungsi terbangun yang sesuai dengan berbagai kebutuhan, sedangkan kebanyakan lahan terbangun berfungsi tunggal.
Selain itu, menurut Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Pekanbaru
(BKPSDM,2017) konsep dasar pada Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pekanbaru tahun 2017-2022, yaitu
“Terwujudnya Pekanbaru Sebagai Smart
City Yang Madani”, sebuah tatanan kota
yang menggunakan sistem teknologi
informasi sehingga memudahkan di dalam pengelolaan kota dan pelayanan.
Perkembangan mobilitas dan
dinamika kota yang berakibat pada
meningkatnya pergerakan aktifitas
masyarakat perkotaan yang menghasilkan hubungan antar tempat yang akan mempengaruhi pola tata guna lahan pada suatu kawasan perkotaan. Hubungan antar tempat tersebut tidak lepas dari penyediaan sarana transportasi umum, dan fasilitas pendukung lainnya sebagai penunjang dalam pengembangan kota.
Kota Pekanbaru merupakan kota dengan kepadatan kendaraan bermotor terbesar di Provinsi Riau dengan jumlah total 10.594,1 kendaraan (BPS, 2015). Melonjaknya tingkat pemakaian kendaraan
terjadi dikarenakan beberapa faktor
diantaranya kurangnya kesadaran akan efisiensi pemakaian tansportasi umum bagi
pengembangan kota, fasilitas transportasi umum yang kurang memadai, serta rasa bangga secara psikologis seseorang akan mengenakan kendaraan pribadi. Faktor
tersebut mengakibatkan timbulnya
permasalahan perkotaan yang kompleks seperti kemacetan, peningkatan emisi gas
karbondioksida, polusi suara, dan
pemakaian berlebih energi sumber daya tak terbarukan. Selain itu permasalahan sosial timbul akibat tidak adanya fasilitas ruang publik yang ramah lingkungan sebagai wadah pertemuan dan interaksi sosial
masyarakat, karena maraknya
pengalihfungsian lahan menjadi tempat parkir ataupun jalan.
Menurut Calthrope (1992), Transit Oriented Development (TOD) adalah sebuah
komunitas bangunan mix-use yang
mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memiliki
fasilitas transportasi umum dan
menurunkan kebiasaan masyarakat
mengendarai mobil pribadi. Transit Oriented Development (TOD) merupakan sistem perencanaan berkelanjutan sebuah kota.
Perancangan mengacu pada
pengembangan integritas dari sebuah kawasan transit dengan kawasan mix-used, dan penyesuaian tata guna lahan yang ada sehingga dapat mengurangi beberapa
permasalahan kawasan perkotaan.
Diperlukan peningkatan berbagai aspek seperti fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas transportasi moda angkutan umum yang ada, serta fasilitas penunjang berbagai kegiatan lainnya.
Menurut Rambe (2018) menyatakan Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan melakukan perjalanan (travel) (Kodhyat, 1996). Potensi wisata yang berasal dari sejarah meliputi obyek wisata
4
budaya. Dalam dunia pariwisata istilah obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang menjadi daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Ada beberapa sumber atau jenis obyek yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi seseorang untuk datang berkunjung ke daerah tujuan wisata, sumber-sumber tersebut antara lain :
a)
Sumber-sumber
yang
bersifat
alamiah (natural resources)
b)
Sumber-sumber
yang
bersifat
manusia (human resources)
c)
Sumber-sumber buatan manusia
(man made resources)
Adapun permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut: (a) Bagaimana merumuskan skema perancangan kawasan
Mix-used yang mengacu pada pendekatan
Transit Oriented Development (TOD)? (b) Bagaimana penataan ruang kawasan Mix-used dengan pendekatan Transit Oriented Development (TOD)? (c) Bagaimana merumuskan konsep perancangan Mix-used
pada kawasan transit?
Kawasan Mix- Used, merupakan suatu upaya pendekatan perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi di bagian area suatu kota dengan luas area yang terbatas, harga beli tanah yang relatif mahal, lokasi tanah yang strategis, serta nilai ekonomi tinggi, menjadi sebuah struktur yang kompleks dimana semua fasilitas yang memiliki keterkaitan berada dalam suatu kerangka integrasi yang kuat (Marlina, 2008).
Transit Oriented Development , menurut
Calthrope (1993), sebuah komunitas
bangunan mix-used mendorong masyarakat untuk tinggal dan beraktifitas di area kawasan yang memiliki fasilitas transportasi
umum dan menurunkan kebiasaan
masyarakat mengendarai mobil pribadi.
Gambar 1. Konsep TOD Peter Calthrope
Sumber : Calthrope, 1993
Terdapat dua model pengembangan didalam Transit-Oriented Development (TOD) menurut Calthorpe (1993), yaitu: a. Urban Transit-Oriented Development, merupakan
Transit-Oriented Development (TOD) dengan skala pelayanan kota pada jalur sirkulasi utama transit seperti halte bus antar kota dan stasiun kereta api baik light rail maupun heavy rail,
Gambar 2. Tipologi Urban Transit-Oriented Development (TOD)
Sumber : Calthrope, 1993
b. Neighborhood Transit-Oriented, Development (TOD), merupakan Transit-Oriented Development (TOD) yang berlokasi pada jalur bus feeder dengan jarak jangkauan 10 menit berjalan (tidak lebih dari 3 mil) dari titik transit.
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
5 Gambar 3. Tipologi Neighborhood
Transit-Oriented Development (TOD) Sumber : Calthrope, 1993 Tabel 1. Perbandingan Tipologi TOD
Fungsi Urban TOD Neighborhood
TOD Fasilitas publik 5-15% 10-15% Komersial/per kantoran 30-70% 10-40% Permukiman 20-60% 50-80% Sumber : Calthrope, 1993
Pertumbuhan perkotaan dengan pola tata ruang yang rapat dan padat mengakibatkan perancangan harus tumbuh secara vertikal (densifikasi). Perkembangan tersebut dengan memenuhi prinsip dasar pembangunan perkotaan yang padat (dense)
dengan perancangan tata ruang yang rapat
(compact) dan menghadirkan berbagai
kegiatan dan aktivitas yang saling
berdekatan dan terhubung satu sama lainnya dengan penggunaan transportasi pribadi ke moda transportasi umum
(accessibility)
METODE PENELITIAN
Kawasan Mix-used merupakan
kompleks bangunan yang terdiri dari dua atau lebih fungsi dalam satu area superblok. Tujuannya agar terciptanya tata ruang kota
yang lebih efektif, efisien, dan
berkelanjutan. Kawasan Mix-used yang akan dirancang di Pekanbaru menggunakan
pendekatan tema Transit-Oriented
Development (TOD) dengan
mempertimbangkan variabel yang
digunakanyaitu accessibility,density, dan mix,
karena variabel tersebut sudah
menggambarkan prinsip utama penerapan
Transit-Oriented Development (TOD) .
Strategi perancangan yang dilakukan adalah mengkaji studi literatur, survei, analisa fungsi, analisa site, mengkaji prinsip desain Transit Oriented Development (TOD), sehingga mendapatkan skematis solusi desain, dan konsep perancangan.
Metode yang dipilih dalam
pengumpulan data primer yaitu data yang secara langsung dapat diperoleh dari survei lapangan. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder diperoleh dengan mencari sumber literatur yang berkaitan seperti buku, jurnal, dan media, dan berupa studi pustaka dan studi banding.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi perancangan berada pada kawasan Terminal BRPS, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru. Lahan
seluas ±64ha dengan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) maksimum 70% untuk bangunan fungsi usaha, 60% untuk bangunan fungsi hunian, dan 50% untuk bangunan fungsi sosial, budaya dan keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan, dan
kenyamanan bangunan, ketinggian
bangunan lebih dari 8 lantai dan kontur yang relatif datar.
Gambar 5. Lokasi Tapak Sumber : Dokumentasi Pribadi
6
Accessibility
Gambar 6. Analisis Kawasan Accessibility
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Linkage dalam kawasan berdekatan dengan Terminal BRPS sebagai fungsi. pendukung dari kawasan perancangan TOD. Merupakan jalur transit angkutan umum antar kota antar provinsi, yang juga dilalui beberapa transportasi bus TMP dengan jalur koridor 6 dan koridor 2.
Densify, Penyebaran tingkat density
pada kawasan perancangan yaitu sebagai berikut :
Gambar 7. Analisis Kawasan Density
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dengan analisa presentase density
pada kawasan perancangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Presentase tata guna lahan kawasan Fungsi Luas Lahan Fungsi Luas Site Presentase Komersil 72.000 m2 64 ha 12 % Terminal BRPS 100.000 m2 64 ha 15% RTH 455.000 m2 64 ha 71% Kolam 13.000 m2 64 ha 2%
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penyesuaian presentase tata guna lahan prinsip Urban Transit Oriented
Development (TOD) dan Peraturan Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru yang akan dirancang menggunakan tingkat presentase sebagai berikut:
Tabel 4.6 Presentase tata guna lahan kawasan perancangan
Fungsi Urban TOD KDB KDH
Zona Publik 5-15% 50% 10%
Zona
Komersial 30-70% 70% 10%
Zona Hunian 20-60% 60% 10%
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Mix
Gambar 8. Analisis Kawasan Mix
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Desain yang digunakan yaitu
mengacu pada prinsip TOD dengan penggabungan beberapa fungsi dalam satu kawasan dengan jarak 380m pada fungsi komersil dan 760m pada fungsi hunian dari titik transit.
Analisis Fungsional
Accessibility
Gambar 9. Skema Analisis Fungsional
Accessibility
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
7
Pencapaian Zona Publik, dan
Komersil dalam jangkauan 5 menit berjalan kaki dari titik transit, atau 380m, dan Hunian 10 menit berjalanan kaki, atau 760m. Akses berorientasi pada titik transit, dengan penanda perbedaan pengerasan jalan, pesimpangan jalan, dan jembatan penghubung untuk mempermudah pejalan kaki menemukan titik transit. Setiap jalur dengan fungsi yang berbeda dipisah agar tidak terjadi crossing demi kenyamanan sirkulasi.
Pola Jalan
Gambar 10. Skema Analisis Pola Jalan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalan dibuat terkoneksi langsung ke area inti transit. Pemisahan jalur masing-masing moda transportasi pada level ang berbeda, guna menghindari crossing sirkulasi. Trotoar berbatasan langsung dengan jalur kendaraan, dan dilengkapi jalur pejalan kaki, dan jalur sepeda.
Sirkulasi Kendaraan Umum,
Pedestrian dan Jalur Sepeda
Gambar 11. Skema Analisis Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ketersediaan jaringan jalur kandaraan umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada jalan utama dalam radius kawasan transit yang nyaman. Jenis sirkulasi kendaraan umum dibagi menjadi 3 moda yaitu
kendaraan umum, bus TMP,dan Mass
Transportation berbasis rel. Selain itu, jalur pedestrian memiliki lebar jalur 2m, dan jalur sepeda memiliki lebar jalur 1,5m.
Density
Gambar 12. Skema Analisis Density
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Zona publik berada pada pusat transit dengan jangkauan 5 menit berjalan kaki, visibilitas tinggi, dengan pengaplikasian Terminal transit, taman dan plaza dengan presentase penggunaan lahan zona publik 5-15% mempertimbangkan KDB 50%, dan KDH 10%. Zona komersil merupakan
magnet aktivitas kawasan, dengan
presentase penggunaan lahan komersil 30-70% mempertimbangkan KDB 30-70%, dan KDH 10%, dan zona hunia berada pada
jangkauan 10 menit berjalan kaki,
menyediakan beragam tipe hunian dengan presentase penggunaah lahan hunian 20-60% mempertimbangkan KDB 20-60%, dan KDH 10%. Dengan kepadatan hunian 30 unit/ha dan rata-rata 37,5 unit/ha.
Mix
Gambar 13. Skema Analisis Fungsional Mix
8
Mix Zona Publik merupakan campuran fasilitas Terminal transit, plaza, dan taman. Mix Zona Komersil merupakan campuran fasilitas komersial mall, ruko, kantor, co-ex, pusat kebudayaan, dan rekreasi kuliner. Mix Hunian merupakan
campuran berbagai fasilitas hunian
apartemen, dan hotel. Gaya Kawasan
Sesuai dengan prinsip Transit Oriented Development (TOD), kawasan perancangan
Mix-used pengaplikasian plaza sebagai zona publik yang merupakan pusat kawasan yang terdekat dengan titik transit, dan fungsi Mix-used yang ada dalam perancangan radius 380m sebagai fungsi komersil dan 760m yaitu fungsi hunian dari titik transit. Pengaplikasian pedestrian, jalur sepeda, dan RTH sebagai sarana penghubung antar fungsi dalam kawasan.
Gambar 14. Analisa Gaya Kawasan Analisis Gubahan Massa Sumber : Dokumentasi Pribadi
Beberapa pertimbangan dalam
perancangan yaitu memilki pedestrian sebagai penghubung dari bebeapa bangunan tunggal, struktur dan massa tinggi dengan peletakkan fungsi pada setiap lantai, tipikal hunian merupakan gabungan dari beberapa tipe, fasad bangunan bervariasi untuk memberikan minat visual kepada pejalan kaki dan pengguna sepeda, dan gubahan massa berorientasi pada plaza dan RTH sebagai titik-titik pusat kawasan, maka ketinggian bangunan semakin berkurang mendekati titik pusat.
Gambar 15. Analisa Gubahan Massa Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Analisis Tampilan Kawasan
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka,
maka dalam tampilan kawasan
pertimbangan tempat tinggal dengan tipe yang bervariasi, konfigurasi area komersil harus mempertimbangkan kenyamanan, jarak pandang, dan aksesibilitas terhadap pejalan kaki dan mobil, yang juga berorientasi pada jalan utama dan plaza.
Gambar 16. Analisa Tampilan Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Analisis Tata Guna Lahan Kawasan, Berdasarkan analisa fungsi, maka pada perancangan kawasan Mix-used dengan pendekatan Transit Oriented Development (TOD) ini diterapkan 3 zona utama yaitu Zona Publik, Zona Komersil, dan Zona Hunian yang menjadi zona fungsi utama pada kawasan, 3 zona tersebut dibagi
menjadi beberapa blok-blok kecil.
Penentuan strategi perancangan pada setiap blok disesuaikan dengan fungsi dan lingkungan demi kenyamanan pengguna
Analisis Sistem Vegetasi Kawasan,
Penataan vegetasi pada kawasan
mempertimbangkan prinsip Transit Oriented Development (TOD), yaitu pohon pelindung dibutuhkan di semua jalan, pohon harus berjarak tidak lebih dari 9m yang terletak di
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
9
antara trotoar yang memberikan
kenyamanan dan mempermudah akses pengguna menuju titik transit, vegetasi pada taman umum dan plaza yang dirancang harus koheren dan mudah diingat, dan berorientasi pada pemandangan pedestrian, dan jenis tanaman harus mencerminkan iklim dan sejarah setempat.
Penerapan Tema, Variabel prinsip TOD yang diterapkan yaitu Accessibility,
pengaplikasian dilihat dari suatu
ketersediaan jaringan jalur kendaraan umum, pejalan kaki dan jalur sepeda pada jalan utama dalam radius kawasan transit yang nyaman. Density, dengan presentase yaitu Zona Publik5% - 15%, Zona Komersil 30% - 70%, dan Zona Hunian 20% - 60%, dan mempertimbangkan KDB maksimum 70% untuk bangunan fungsi usaha, 60% untuk bangunan fungsi hunian, dan 50% untuk bangunan fungsi sosial, budaya dan keagaman, ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan, dan
kenyamanan bangunan, dan mix,
pencampuran peruntukan tata guna lahan menjadi pada Zona Publik, Zona Komersil, dan Zona Hunian.
Konsep Perancangan,Perancangan
kawasan ini menggunakan konsep
“Sparkling yang berarti berkilau atau kilauan cahaya, alasan pemilihan konsep karena kawasan akan menjadi harapan dan terobosan baru bagi Kota Pekanbaru sebagai suatu penataan kota masa depan yang berkelanjutan. Penerapan Konsep pada Kawasan
Gambar 17. Konsep Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 18. Penerapan Konsep pada Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penerapan Konsep pada Elemen Lansekap
Gambar 19. Penerapan Konsep pada Elemen Lansekap
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 20. Penerapan Konsep pada Plaza Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 21. Penerapan Konsep pada Fasad Bangunan
10 Gambar 22. Penerapan Konsep pada Halte Bus
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 23. Penerapan Konsep padaStasiun LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi
Accessibillity, Pola jalan mengugunakan pola jariangan jalan radial
criss cross jalan terkoneksi langsung ke area inti Transit Oriented Development (TOD). Titik Transit,
Gambar 24. Perencanaan Titik Transit Sumber : Dokumentasi Pribadi
Titik transit yang dirancang menyebar pada area kawasan dengan jenis intermoda LRT, Bus TMP, dan Terminal Bus AKAP. Titik Transit saling dihubungkan dengan akses jalan radial grid yang menyesuaikan dengan bentuk tapak.
Sirkulasi
Gambar 25. Perencanaan Sirkulasi Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sirkulasi yang terbentuk dibagi menjadi 3 bagian yaitu Primer, Sekunder, Tersier
Jalur Pejalan Kaki
Gambar 26. Perencanaan Jalur Pejalan Kaki Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur pedestrian pejalan kaki dengan lebar 2,5m dirancang mengikuti jakur sirkulasi, dengan jalur penyeberangan pada setiap titik persinggungan, dan pertengahan blok dengan jarak maksimal 150m dengan elemen peredam berupa garis penanda, dan median cut through. Sedangkan Pelican cross dibuat pada area tingkatdensitas tinggi sekitar area transit.
Jalur Sepeda
Gambar
27. Perencanaan Jalur Sepeda Sumber : Dokumentasi Pribadi
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
11
Jalur sepeda dengan lebar 1,5m dirancang mengikuti jakur sirkulasi, dengan jalur penyeberangan pada setiap titik persinggungan. Titik parkir sepeda dibuat berdekatan dengan fungsi transit agar
memudahkan perpindahan ke moda
transportasi umum. Jalur LRT
Gambar 28. Perencanaan Jalur LRT Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur LRT melewati kawasan
perencanaan dengan penempatan titik transit stasiun. Sirkulasi transit LRT pada kawasan terhubung dengan pedestrian, dan juga lobi bangunan pada level 4 perencaan tata guna lahan
Jalur Bus TMP
Gambar 29. Perencanaan Jalur Bus TMP Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur Bus TMP pada kawasan perencanaan dengan titik transit berupa halte Bus TMP
Jalur Kendaraan
Gambar 30. Perencanaan Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Jalur kendaraan umum dibuat pada jalur arteri, jalur kolektor, dan jalur lokal, sedangkan akses menuju parkir basement dibuat mengikuti blok yang ada.
Tipe Jalur Kendaraan
Gambar 31. Perencanaan Tipe Jalur Kendaraan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Type Jalan dibedakan menjadi 3, yaitu jalan arteri yang memilii 2 jalur dan 6 lajur. Jalan kolektor yang memiliki 2 jalur dan 4 lajur. Jalan lokal yang memiliki 2 jalur dan 4 lajur. Jalan lingkungan bebas kendaraan.
Jalur Hijau
Gambar 32. Perencanaan Jalur Hijau Sumber : Dokumentasi Pribadi
12
Area hijau dibagi menjadi 3 jenis, yaitu area hijau pada fungsi plaza, area hijau pada fungsi taman, dan area hijau jalur lingkungan pada median jalan dan buffer.
Densify
Gambar 33. Faktor DensifyKawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tingkat intensitas kepadatan diukur berdasarkan jarak dari titik transit, dimana blok yang paling dekat dengan titik transit memiliki tingkat intensitas tertinggi dengan radius 380m dari titik transit, atau setara berjalan kaki 5 menit yang akan diiringi dengan fungsi bangunan publik mix-used, sedangkan area pada jarak 760m dari titik transit memiliki tingkat intensitas menengah sampai rendah atau setara berjalan kaki 10 menit, yang diiringi dengan fungsi hunian dan RTH.
Gambar 34. Perencanaan Zoning Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Fungsi bangunan pada setiap blok disesuaikan dengan tingkat intensitas, yaitu area intensitas tinggi difungsikan sebagai
terminal, dan zona komersil, sedangkan area intensitas rendah difungsikan sebagai zona hunian dan RTH
Mix
Gambar 35. Faktor Mix Kawasan Sumber : Dokumentasi Pribadi
Faktor mix pada kawasan
perencanaan yaitu terminal, plaza, taman, mall, kantor, ruko, rekreasi, apartemen, hotel, mix kantor, mix komersial-hotel, dan mix komersial-apartemen.
Gambar 36. Perencanaan Tata Guna Lahan Level Underground
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada level
underground, dan underground 2
difungsikan sebagai parkir basement, dimana penempatannya terletak pada fungsi komersil, dan fungsi hunian
Gambar 37.
Perencanaan Tata Guna Lahan Level 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi
Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020): 1-14
13
Tata guna lahan pada lantai 1 yaitu digunakan untuk zona publik yang mencakup terminal, plaza, dan tamanZona komersil yang mencakup mall, ruko, rekreasi, dan kantor. Zona hunian yang mencakup apartemen dan hotel
Gambar 38. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 2 yaitu digunakan untuk zona publik yang mencakup terminalZona komersil yang mencakup mall, ruko, rekreasi, dan kantor. Zona hunian yang mencakup apartemen dan hotel
Gambar 39. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 3 yaitu digunakan untuk zona publik yang mencakup terminal. Zona komersil yang mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona hunian yang mencakup apartemen dan hotel
Gambar 40. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 4
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 4 yaitu digunakan untuk zona komersil yang mencakup mall, ruko, dan kantor. Zona hunian yang mencakup apartemen dan hotel. Pada level ini digunakan jembatan penghubung dari transit LRT yang terhubung dengan lobi bangunan komersil pada lantai 4.
Gambar 41. Perencanaan Tata Guna Lahan Level 3
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Tata guna lahan pada lantai 5 memiliki timgkat kebisingan yang rendah, sehingga cocok digunakan untuk fingsi private yaitu zona komersil yang mencakup kantor, dan zona hunian yang mencakup apartemen dan hotel.
SIMPULAN
Perancangan Mix-used di Pekanbaru
14
Development (TOD) bertujuan menyediakan fasilitas Mix-used yang terintegrasi dengan titik transit transportasi umum Kota Pekanbaru dalam mencapai konsep Smart City. Oleh karena itu, dalam perancangan
kawasan diperoleh beberapa kesimpulan,
yaitu: (a) Pendekatan menggunakan
Tiplogi Urban TOD dengan variabel yang digunakan yaitu accessibility, densify, dan mix
yang menjadi dasar pengembangan
kawasan, (b) Kawasan Mix-used terdiri dari zona publik, zona komersil, dan zona hunian yang terintegrasi titik transit, dan mengoptimalkan kualitas pedestrian pejalan kaki, dan jalur sepeda, (c) Presentase tata guna lahan yang disesuaikan dengan prinsip
Urban TOD dan Peraturan Daerah, (d). Konsep tema rancangan yang digunakan yaitu “Sparkling” yang berarti berkilau, dimana kawasan akan menjadi terobosan baru bagi Kota Pekanbaru sebagai penataan kota masa depan yang berkelanjutan, transformasi konsep akan diaplikasikan pada kawasan yaitu mencakup lansekap dan elemen dalam kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Pekanbaru Tahun 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru tahun 2015.
Calthorpe, P. (1993), The Next American Metropolis: Ecology, Community, and the American Dreams. New York: Princeton Architectural Press.
Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru Tahun 2017. Marlina, Endy. (2008), Panduan Perancangan
Bangunan Komersial. Yogyakarta: ANDI Publisher.
Rambe, Yunita S.R (2018), Pengembangan Kawasan pda Kecamatan Medan Labuhan sebagai Kawasan Suaka alam dan Cagar Budaya,
UMA, JAUR, Vol 1 No 2,
https://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur/article/ view/1763