• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Shopping Center di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Shopping Center di Kawasan Transit Oriented Development (TOD) Belawan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

BELAWAN

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

OLEH :

HANA MARIA M SIANTURI 110406069

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)

BELAWAN

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

OLEH :

HANA MARIA M SIANTURI 110406069

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(3)

PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI KAWASAN

TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

BELAWAN

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh :

HANA MARIA M SIANTURI 110406069

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI KAWASAN

TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

BELAWAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

(5)

Judul Skripsi : PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI

KAWASAN TRANSIT-ORIENTED

DEVELOPMENT (TOD) BELAWAN

Nama Mahasiswa : Hana Maria M Sianturi

Nomor Pokok : 110406069

Program Studi : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T, M.T.,IAI

NIP. 197308281999031002

Ketua Program Studi, Koordinator Skripsi,

Ir. Vinky Rahman, M.T. Ir. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 196606221997021001 NIP. 196606221997021001

(6)

Tanggal Lulus : Juli 2015

Telah diuji pada

Tanggal: 24 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T, M.T.,IAI

Anggota Komisi Penguji : 1. Benny O.Y.M., S.T, M.T, Ph.D

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Atas kemurahan

dan kasih karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan segala keseluruhan dari proses

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara.

Tugas Akhir ini diproses dengan penuh duka dan suka cita yang tidak bisa dilalui

tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian yang tiada berhenti mengalir dari kedua orang

tua, kedua saudaraku, teman-teman, dan semua orang yang terlibat dalam proses pengerjaan

Tugas Akhir ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan kedalaman hati, saya

menyampaikan rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing

Tugas Akhir, Bapak Achmad Delianur Nasution, S.T,M.T, yang mana atas kesediaannya

untuk terus membantu, mendorong, memotivasi, pengarahan serta waktu yang terus diberikan

kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Tidak

lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada para penguji bapak Hajar Suwantoro S.T, M.T

dan ibu Beny O.Y Marpaung S.T, M.T. yang memberikan komentar dan kritikan dengan

tujuan untuk membangun tugas akhir ini semakin baik.

 Kepada kedua orangtua saya yang begitu saya kasihi, yang selalu saya doakan dan selalu mendoakan dan mendukung saya dalam setiap kegiatan dan keperluan saya,

dr. G. Sianturi dan K. Turnip. Terimakasih, Pa, Ma. I love you both.

 Untuk keluarga saya, adik-adik saya (Yuli dan Samuel), tante Elsa, Opung, yang

selalu ada selalu siap membantu, bahkan di saat terdesak selalu mengupayakan

apa yang saya butuhkan.

 Untuk bang Samuel yang selalu membantu sebisa mungkin dalam proses

pengerjaan Tugas Akhir ini, juga selalu meluangkan waktu untuk menemani.

(8)

berwarna. Untuk teman-teman yang lain, Robert, BP, Joshua, Dana, terimakasih

buat bantuan-bantuannya dalam mengerjakan tugas, terlebih buat Robert yang

selalu sabar mengajari. Tidak lupa terimakasih untuk teman-teman stambuk 2011,

kita hebat !!

 Untuk teman-teman satu grup dalam perancangan PA-6 ini, Shella, Imam,

Komting dan Noni, sukses buat kita ya!

 Terakhir, untuk Laptop saya yang meskipun kemarin sempat jatuh dan casingnya

rusak, tapi tidak pernah berulah sampai sekarang dan tidak pernah menyusahkan

saya dalam pengerjaan tugas.

Medan, Juli 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Rumusan Masalah ... 3

1.4. Lingkup / Batasan Proyek ... 4

1.5. Pendekatan Perancangan ... 4

1.6. Kerangka Berfikir ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II STUDI LITERATUR ... 7

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek ... 7

2.2. Pengertian Shopping Center ... 9

2.3. Shopping Center Sebagai Fasilitas Publik dalam TOD ... 12

2.4. Prinsip-Prinsip Hemat Energi Pada Bangunan ... 13

2.5. Studi Banding Shopping Center ... 14

BAB III ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN ... 21

3.1. Deskripsi Umum Proyek Shopping Center ... 21

3.2. Analisa ... 22

3.3. Konsep Perancangan ... 31

BAB IV HASIL RANCANGAN ... 47

4.1. Masterplan TOD dan Ground Plan Shopping Center ... 47

4.2. Denah Shopping Center ... 49

4.2. Tampak dan Potongan Shopping Center ... 53

4.3. Rencana Pondasi dan Pembalokan Shopping Center ... 55

4.4. Skematik Utilitas Shopping Center ... 58

4.5. Eksterior Shopping Center ... 60

4.6. Interior Shopping Center ... 61

BAB V KESIMPULAN ... 62

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Plaza Indonesia ... 16

Gambar 2.2. Interior Plaza Indonesia ... 16

Gambar 2.3. Plaza Semanggi ... 18

Gambar 2.4. Gedung Balai Sarbini ... 18

Gambar 2.5. Mall Ciputra ... 19

Gambar 2.6. Interior Mal Ciputra ... 20

Gambar 3. 1. Site Perancangan Sumber : Google Maps ... 21

Gambar 3. 2. Peta Udara Lokasi Perancangan Sumber : penulis, 2015 ... 22

Gambar 3. 3. Pembagian Tata Guna Lahan Existing ... 23

Gambar 3. 4. Kondisi Kepadatan Permukiman ... 24

Gambar 3. 5. Pembagian jalur Kawasan Belawan II (Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan) ... 25

Gambar 3. 6. Area Kosong di sekitar site ... 26

Gambar 3. 7. Keadaan jalur pedestrian pada site ... 26

Gambar 3. 8. Keadaan jalur pedestrian pada permukiman ... 27

Gambar 3. 9. Skema kegiatan pengunjung ... 27

Gambar 3. 10. Skema kegiatan karyawan ... 27

Gambar 3. 11. Skema kegiatan pengelola ... 28

Gambar 3. 12. Masterplan TOD Belawan ... 40

Gambar 3. 13. Letak RTH pada kawasan ... 41

Gambar 3. 14. Suasana RTH pada siang hari ... 41

Gambar 3. 15. Suasana RTH pada malam hari ... 42

Gambar 3. 16. View jembatan penyebrangan dari jl Sumatera ... 42

Gambar 3. 17. Massa Bangunan ... 42

Gambar 3. 18. Proses pengembangan bentuk gelombang menjadi desain secondary skin pada fasad bangunan ... 43

Gambar 3. 19. Penerapan secondary skin pada fasad ... 43

Gambar 3. 20. Diagram Penyaluran Energi Matahari oleh Solar panel ... 44

Gambar 3. 21. Sistem Struktur ... 45

Gambar 3. 22. Pembagian garis dilatasi ... 46

Gambar 4.1. Masterplan TOD Belawan ... 47

Gambar 4.2. Groundplan Belawan Shopping Center ... 48

Gambar 4.3. Denah Basement 2 ... 49

Gambar 4.4. Denah Basement 1 ... 49

Gambar 4.5. Denah Lantai 1 ... 50

Gambar 4.6. Denah Lantai 2 ... 51

Gambar 4.7. Denah Lantai 3 ... 51

(11)

Gambar 4.12. Potongan A-A’ dan Potongan B-B’ ... 54

Gambar 4.13. Rencana Pondasi ... 55

Gambar 4.14. Rencana Pembalokan Lantai Basement ... 55

Gambar 4.15. Rencana Pembalokan Lantai 1... 56

Gambar 4.16. Rencana Pembalokan Lantai 2 dan 3 ... 56

Gambar 4.17. Rencana Pembalokan Lantai 4... 57

Gambar 4.18. Rencana Pembalokan Lantai 5-8 ... 57

Gambar 4.19. Skematik Utilitas Listrik dan Fire Alarm ... 58

Gambar 4.20. Skematik Utilitas Air Bersih dan Air Kotor ... 59

Gambar 4.21. Perspektif Eksterior Belawan Shopping Center ... 60

(12)

ABSTRAK

Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan interaksi sosial dengan

manusia lain dalam kehidupannya. Ruang publik mengambil alih sebagai latar bagi

perkembangan kehidupan publik, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, hiburan, hingga

politik. Berlangsungnya kehidupan publik atau interaksi sosial sangat bergantung pada

keberadaan dan perkembangan ruang publik.

Pengembangan kawasan baru Belawan yang akan dikembangkan menjadi kawasan berbasis

TOD (Transit-Oriented Development) tentunya memiliki beberapa fungsi utama yang

berhubungan dengan moda transportasi yaitu : Stasiun KA Belawan, Pelabuhan Belawan,

serta Terminal Belawan.

Pengembangan kawasan baru Belawan ini dianggap belum lengkap bila tidak menyertakan

sebuah pusat perbelanjaan sebagai ikonnya. Dengan tipe bangunan container yang mampu

menampung berbagai benda sekaligus melindungi isinya dari luar dan memiliki ciri arsitektur

yang dapat menonjolkan citra dari kawasan Belawan itu sendiri disertai ketersediaan lahan

parkir yang cukup, sehingga mampu melengkapi ritual belanja sebuah masyarakat konsumtif

yang muncul akibat kapitalisme.

(13)

ABSTRACT

Humans as social beings will always need social interaction with other human beings

in his life. Public space takes over as the backdrop for the development of public life, both in

economic activity, social, entertainment, to politics. Ongoing public life or social interaction

is very dependent on the existence and development of public spaces.

Belawan new area development that will be developed into a region-based TOD

(Transit-Oriented Development) certainly has some major functions associated with other modes of

transport, namely: railway station Belawan Belawan port, as well as Terminal Belawan.

Belawan new area development is considered incomplete if they do not include a shopping

center as its icon. With this type of container building that can accommodate a variety of

objects while protecting the contents from the outside and has a characteristic architecture

that can accentuate the image of Belawan region itself with the availability of ample parking

space, so as to complete the ritual of shopping a consumerist society that arise as a result of

capitalism.

(14)

ABSTRAK

Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan interaksi sosial dengan

manusia lain dalam kehidupannya. Ruang publik mengambil alih sebagai latar bagi

perkembangan kehidupan publik, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, hiburan, hingga

politik. Berlangsungnya kehidupan publik atau interaksi sosial sangat bergantung pada

keberadaan dan perkembangan ruang publik.

Pengembangan kawasan baru Belawan yang akan dikembangkan menjadi kawasan berbasis

TOD (Transit-Oriented Development) tentunya memiliki beberapa fungsi utama yang

berhubungan dengan moda transportasi yaitu : Stasiun KA Belawan, Pelabuhan Belawan,

serta Terminal Belawan.

Pengembangan kawasan baru Belawan ini dianggap belum lengkap bila tidak menyertakan

sebuah pusat perbelanjaan sebagai ikonnya. Dengan tipe bangunan container yang mampu

menampung berbagai benda sekaligus melindungi isinya dari luar dan memiliki ciri arsitektur

yang dapat menonjolkan citra dari kawasan Belawan itu sendiri disertai ketersediaan lahan

parkir yang cukup, sehingga mampu melengkapi ritual belanja sebuah masyarakat konsumtif

yang muncul akibat kapitalisme.

(15)

ABSTRACT

Humans as social beings will always need social interaction with other human beings

in his life. Public space takes over as the backdrop for the development of public life, both in

economic activity, social, entertainment, to politics. Ongoing public life or social interaction

is very dependent on the existence and development of public spaces.

Belawan new area development that will be developed into a region-based TOD

(Transit-Oriented Development) certainly has some major functions associated with other modes of

transport, namely: railway station Belawan Belawan port, as well as Terminal Belawan.

Belawan new area development is considered incomplete if they do not include a shopping

center as its icon. With this type of container building that can accommodate a variety of

objects while protecting the contents from the outside and has a characteristic architecture

that can accentuate the image of Belawan region itself with the availability of ample parking

space, so as to complete the ritual of shopping a consumerist society that arise as a result of

capitalism.

(16)

BAB I

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu kegiatan yang dilakukan manusia sehari hari adalah berbelanja,

dan kegiatan ini merupakan kebiasaan yang disukai bagi manusia sekarang ini.

Berbelanja merupakan mengeluarkan uang untuk suatu keperluan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), dan fungsi dari berbelanja itu sendiri selain memenuhi

keperluan juga sebagai hiburan dan rekreasi. Di Negara Indonesia dengan jumlah

penduduknya sekitar 241 juta orang, memiliki sifat konsumtif yang cukup tinggi

dalam berbelanja.

Kecanggihan alat komunikasi pada masa kini, semakin tidak membuat

jarak antara penjual dan pembeli dan ini memungkinkan kegiatan berbelanja

semakin meningkat. Masyarkat itu sendiri juga menginginkan tempat yang

menawarkan kenyamanan dan keamanan untuk memudahkan kegiatan

perbelanjaan.

Dari masalah tersebut, beberapa investor baik dari dalam negeri maupun

asing melihat kesempatan besar untuk merauf keuntungan. Maka dengan ide

membangun suatu tempat dengan skala besar untuk menampung ratusan bahkan

ribuan masyarakat yang dapat berbelanja, tempat tersebut dinamakan pusat

perbelanjaan (shopping centre). Pusat perbelanjaan ini sendiri menyediakan

kebutuhan mulai dari sandang pangan, pakaian, alat elektronik hingga kebutuhan

berupa jasa.

Belawan merupakan kawasan pelabuhan Indonesia yang terletak di Pulau

Sumatera. Secara administrasi pemerintahan Belawan merupakan sebuah

kecamatan dengan Luasnya adalah 26,25 km² dan mempunyai 6 kelurahan yang

(18)

 Bagan Deli

Pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Belawan adalah sebajak 95. 584

jiwa dimana 48. 833 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 46.751 jiwa berjenis

kelamin wanita dengan kepadatan penduduk < 4000 jiwa. Aktivitas peti kemas di

belawan membuat kawasan ini menjadi kawasan potensial bagi penduduk sekitar.

Banyak kapal baik itu kapal lokal maupun asing yang berlabuh di kawasan ini

menghubungkan dengan ibu kota sumatera utara yaitu medan.

Dengan kawasan Belawan yang berpotensi besar tersebut sangat

menunjang apabila didirikan kawasan perbelanjaan (shoping centre) yang

didukung dengan sistem transit-oriented development (TOD). Transit oriented

development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan

pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi

penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT),

Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda

(Wikipedia). Kondisi terkini akses kereta api hanya digunakan untuk pengiriman

minyak dan barang export import, sementara kereta api penumpang hanya

digunakan sebagian kecil masyarakat dikarenakan fasilitas kereta api yang dinilai

belum memberi kenyamanan.. Sementara untuk akses jalan tol sendiri dan jalan

(19)

berlubang dan hancur, dua kondisi ini memerlukan perhatian lebih sehingga

nantinya dapat menunjang pusat perbelanjaan yang akan didirikan di Belawan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan Latar Belakang dari perancangan yang telah dijelaskan di

atas, proyek ini direncanakan dengan maksud sebagai fasilitas penunjang bagi

kawasan TOD Belawan, serta memberikan fasilitas dan menunjang kebutuhan

masyarakat Belawan maupun dari luar kawasan Belawan untuk berbelanja

kebutuhan sehari hari yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan

maksud tersebut, maka tujuan dari proyek ini adalah :

1. Menyediakan pusat perbelanjaan berskala besar bagi kawasan Belawan

yang berbasis Transit Oriented Development (TOD),

2. Menyediakan akses pencapaian yang mudah aman dan nyaman bagi

pengguna dari setiap bangunan yang ada pada kawasan

1.3. Rumusan Masalah

Dari penelaahan Latar Belakang dan penelusuran maksud dan tujuan dari proyek

ini, adapun permasalahan-permasalahan dari berbagai aspek yang menyangkut

proyek ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menciptakan akses kereta api yang mudah dijangkau oleh

pejalan kaki dari ruas jalan Sumatera yang bersebrangan dengan pelabuhan

Belawan dan dari bangunan Shopping Center itu sendiri,

2. Bagaimana menciptakan hubungan yang harmonis antara bangunan

Shopping Center dengan bangunan di sekitarnya yang sama-sama

memiliki fungsi pendukung dari kawasan TOD tersebut,

3. Bagaimana menunjukkan citra dan potensi tersendiri dari kawasan

(20)

1.4. Lingkup / Batasan Proyek

Perancangan dan perencanaan Kawasan Museum Budaya bisa memiliki

lingkup pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan jelas, dalam

pembahasan dan perencanaan ini maka dibuat batasan-batasan berikut:

1. Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam tugas akhir Studio

Perancangan Arsitektur VI ini adalah Kawasan Belawan II dengan batasan

wilayah perancangan seluas ±3,5 Ha dari keseluruhan ±15 Ha lahan yang tersedia.

2. Batasan fungsi dari perancangan ini adalah tempat perbelanjaan, rekreasi ,

kegiatan hiburan dan pengelolaan bangunan, sementara batasan arsitekturalnya

berupa bentuk dan ruang , penataan ruang luar dan dalam beserta karakteristik

lahan.

1.5. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan beberapa

metoda sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada

pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori,

penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan,

kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.

b. Studi Banding

Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap

pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus

yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber

seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.

c. Survey Lapangan

(21)

1.6. Kerangka Berfikir

Gambar 1. 1. Diagram Kerangka Berfikir

Sumber : penulis, 2015

Latar Belakang

Kawasan Belawan mempunyai potensi besar sebagai kawasan TOD dan pentingnya Shopping Center sebagai sarana penunjang

bagi kawasan TOD

Maksud dan Tujuan

Menyediakan kawasan perbelanjaan berbasis TOD serta memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat Belawan

Judul Proyek :

TOD Belawan (Shopping Center)

Rumusan Masalah

Bagaimana menciptakan sirkulasi kendaraan bermotor yang baik di dalam site perancangan dan menciptakan sirkulasi pengunjung yang

baik pula di dalam bangunan.

Analisa pengguna, aktivitas , kebutuhan

Konsep

Konsep Tapak Konsep Masterplan

(22)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut :

BAB I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan

perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan,

rumusan masalah, metode perancangan, lingkup/batasan perancangan, asumsi

BAB II. Studi Literatur

Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi

kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi

dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

BAB III. Analisa dan Konsep Perancangan

Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa

teknologi, analisa dan penerapan tema beserta konsep penerapan hasil analisis

komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dan

kesimpulan.

BAB IV. Hasil Perancangan

Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket

BAB V. Kesimpulan

Berisi kesimpulan dari hasil penulisan laporan

BAB VI. Daftar Pustaka

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses

perencanaan dan perancangan kasus proyek.

(23)

BAB II

(24)

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek

Proyek “Perancangan Shopping Center di Kawasan Transit Oriented

Developmeny (TOD) Belawan”, yang mempunyai pengertian :

 Perancangan : Proses, cara atau perbuatan

merancang, mengatur segala sesuatu.

 Shopping Center : Suatu kompleks pertokoan/retail yang dapat menampung kebutuhan

berbelanja dan berekreasi bagi para

pengunjung

 Kawasan : Daerah tertentu yang mempunyai ciri

tertentu, seperti tempat tinggal,

pertokoan, industri, dll.

 Transit Oriented Development : Suatu kawasan mixed-use dimna kita dapat berjalan kaki dengan radius

±600m (sesuai dengan kondisi

keadaaan lingkungan negara TOD)

dari pusat pemberhentian transit dan

area inti komersial.

 Belawan : Salah satu dari 21 kecamatan di kota

Medan, Sumatera Utara, Indonesia..

Berdasarkan penelaahan pengertian dari tiap kata-kata pada Judul Proyek

tersebut, penulis menetapkan bahwa Perancangan Shopping Center di Kawasan

Transit Oriented Development (TOD) di Belawan adalah sebuah konsep

perancangan pusat perbelanjaan guna mendukung fungsi transit dan sebagai saran

(25)

2.1.1. Belawan Sebagai Pengembangan Kawasan Transit di Sumatera

Utara

Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan

Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau

pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan

domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai

fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa

pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta

berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.

Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana

perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping

itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air besih dan

Kawasan Industri Medan (KIM).

Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana

sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Primer dan Pusat Sekunder. Pusat

Sekunder harus terintegrasi dengan Pusat Primer. Pengembangan struktur ruang

Kota Medan terkait Belawan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara

lain:

1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota

(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang

memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain:

 Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam

pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani

sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara.

 Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang

peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara

(26)

 Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional,

nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan

Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional;

2. Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara

diarahkan sebagai pengembangan:

 Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan

ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.

Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri

high technology, pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan

bersejarah, water front city, dan theme park.

2.2. Pengertian Shopping Center

Pengertian shopping center atau pusat perbelanjaan secara umum

adalah kompleks pertokoan yang dikunju ngi untuk membeli atau melihat dan

membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sosial

masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi

pengunjung.

Menurut International Council of Shopping Centre (ICSC) – organisasi paling besar dan paling berpengaruh untuk pusat perbelanjaan dunia–definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok usaha ritel dan usaha komersial lainnya

yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu properti

tunggal. Menurut Nadine Beddington (1982), pusat perbelanjaan adalah suatu

komplek pertokoan / perbelanjaan terencana y ang pengelolaanny a ditangani

oleh suatu manajemen pusat yang menyewakan atau menjual unit-unit toko yang

tersedia untuk pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya

dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat

(27)

Menurut Levy dan Weitz (2004), Pusat perbelanjaan juga dapat

didefinisikan sebagai penyewa utama (anchor tenant), luas kotor area yang

disewakan (gross leaseable area) dan wilayah bisnis. Sedangkan menurut Urban

Land Institute, definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok bangunan komersial

dengan arsitektur terpadu yang dibangun pada lokasi yang direncanakan,

dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai sebuah unit operasional (Kowinski,

1985). Istilah “terpadu, serta direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai sebuah unit operasional” merujuk pada cara yang dilakukan manajemen pusat perbelanjaan untuk mengendalikan lingkungan mereka dalam upaya

menciptakan dunia yang mereka khayalkan untuk para pengunjung di lingkungan

pusat perbelanjaan.

2.2.3. Klasifikasi Shopping Center

Klasifikasi shopping center antara lain :

a. Dilihat dari luas areal pelayanan berdasarkan U.L.I. standar (Shopping

Centers, Planning, Development & Administration, Edgar Lion P.Eng)

1) Regional Shopping Centers :

Luas areal antara 27.870–92.900 m2, terdiri dari 2 atau lebih yang seukuran dengan department store. Skala pelayanan antara 150.000–400.000 penduduk, terletak pada lokasi yang strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran,

rekreasi dan seni.

2) Community Shopping Centre :

Luas areal antara 9.290 – 23.225 m2, terdiri at as junior departmen store, supermarket dengan jangkauan pelayanan antara 40.000-150.000 penduduk,

terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota (wilayah).

(28)

Luas areal antara 2.720 – 9.290 m2. Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket, berada pada suatu lingkungan

tertentu.

b. Dilihat dari jenis barang yang dijual (Design for Shopping Centers, Nadine

Beddington)

1) Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga

merupakan kebutuhan pokok.

2) Semi Demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barang barang

untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

3) Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah

yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.

4) Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum

dan lain-lain.

c. Berdasarkan Bauran Jenis Usaha

Berdasarkan bauran jenis usahanya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :

1) Pusat Perbelanjaan Berorientasi Keluarga

Pusat perbelanjaan ini menyediakan semua hal dalam satu atap (all under one

roof family–oriented shopping centre), dengan luas bersih area yang disewakan

sekitar 400.000 – 500.000 kaki persegi. Dimana didominasi oleh hy permarket, pusat hiburan, cinema, area bowling dan biliar.

2) Pusat Perbelanjaan Spesialis (Specialist Shopping Centre)

Jenis pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat perbelanjaan

berorientasi keluarga dan hanya menawarkan satu jenis perdagangan utama,

yang dilengkapi sejumlah toko lain yang mendukung bisnis utama, seperti

(29)

3) Pusat perbelanjaan gaya hidup (Lifestyle Shopping Centre)

Pusat perbelanjaan ini melayani para professional muda yang bekerja di

wilayah kota. Dan menawarkan produk tematis yang terkait dengan gaya

hidup. Luas area ini sekitar 100.000 – 200.000 kaki persegi.

d. Berdasarkan Kepemilikan

Berdasarkan kepemilikannya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :

1) Unit Ruang Usaha Dengan Hak Milik Bersusun (Strata Title Lot)

Merujuk pada pusat perbelanjaan dengan unit-unit toko y ang dimiliki oleh

banyak individu dan setiap pemilik unit individu bebas memperlakukan unit

property miliknya sesuai keinginan. Pemilik unit dapat membuka toko ritel,

kantor korporasi kecil, atau menyewakan propertinya karena setiap pemilik

unit membuat keputusan sendiri berdasarkan kepentingan pribadi mereka.

2) Manajemen Kepemilikan Tunggal (Single Owner-Ship Manajemen)

Dimana suatu tim professional di suatu pusat perbelanjaan dilibatkan untuk

memaksimalkan hasil investasi dari satu property. Manajeme n pusat

perbelanjaan bertugas merencanakan, menetapkan nama, memasarkan, serta

mengelola property tersebut.

2.3. Shopping Center Sebagai Fasilitas Publik dalam TOD

Transit-oriented development atau disingkat TOD dapat menjadi salah satu

langkah strategis merancang kota masadepan yang lebih baik, termasuk juga

mengurangi kepadatan lalulintas. TOD merupakan pendekatan perencanaan

yang terkait dengan area berkepadatan tinggi, dengan pola ruang yang

terklaster di sekitar stasiun dan koridor (Preiss & Shapiro, 2002). Indikator

keberhasilan sistem TOD di suatu wilayah adalah lebih banyak orang dapat

tinggal dan bekerja, pergi bersekolah, berbelanja, dan kegiatan lain dengan

berjalan kaki dari dan ke stasiun. Atau dengan kata lain, orang-orang dapat

(30)

Dalam aplikasinya, sistem TOD tidak bisa berdiri sendirian. TOD perlu

ditunjang oleh mixed-use development atau sistem pengembangan berbasis

penyampuran fungsi. Mixed-use development merupakan pengembangan

produk properti (perkantoran, hotel, tempat tinggal, komersial) yang

dikembangkan menjadi satu kesatuan, atau minimal dua produk properti yang

dibangun dalam satu kesatuan (Mandala, 2013). Manfaat nyata dari aplikasi

mixed-use development ini adalah pengembangan kota dapat lebih efisien

karena banyak fungsi/produk properti disatukan dalam satu bangunan, kota

menjadi lebih compact, dan mobilisasi lebih ‘rapi’ karena tidak terlalu banyak

berlalulalang dalam mengakses tempat tertentu.

2.4. Prinsip-Prinsip Hemat Energi Pada Bangunan

Berdasarkan buku Inovasi Model Desain Rusunawa Sederhana Hemat

Energi oleh Ir. E.B. Handoko Sutanto, MT, pertimbangan desain bangunan hemat

energi secara umum unutk bangunan apartemen dan rumah susun di Indonesia,

yaitu:

 Merekayasa terbentuknya iklim mikro yang nyaman dengan mendesain

open space dan ruang terbuka hijau –semaksimal mungkin.

 Mendesain konfigurasi massa bangunan dalam komposisi dan bentuk yang

tidak kompleks, agar komposisi massa dan bentuk bangunan tidak

menghalangi dalam upaya penerimaan energi matahari serta penghawaan

alami, mempermudah dan menyederhanakan pengaturan orientasi massa

dan desain bidang bukaan pada bangunan dan meminimalisir heat transfer

 Mengatur orientasi bangunan untuk menghindari panas matahari langsung,

dengan mendesain arah memanjang yaitu massa bangunan dominan ke

Utara/Selatan

 Mengutamakan desain massa yang “ramping”

 Mengatur organisasi ruang (mengatur zoning ruangan)

 Mengatur agar penghawaan alami dapat berlangsung secara efektif,

pengaturan arah dan dimensi serta perlindungan bukaan dan

(31)

 Mendesain agar sekat antar ruangan dalam unit tidak rapat sampai plafon,

agar aliran udara dan transmisi cahaya antar ruang masih dapat

berlangsung dengan baik

 Menggunakan atau merekayasa bahan bangunan agar semaksimal

mungkin dapat menahan/mereduksi matahari ke dalam ruangan.

Berdasarkan prinsip-prinsip desain diatas, pertimbangan desain bangunan

untuk menghemat energi pada bangunan pusat perbelanjaan yaitu:

 Memakai secondary skin pada bangunan untuk menghindari panas berlebih

 Merancang bangunan yang ramping

 Menambahkan ruang terbuka hijau yang lapang sebagai salah satu elemen

perancangan dalam pusat perbelanjaan

 Menambahkan skylight di tengah bangunan agar memaksimalkan cahaya yang masuk sehingga meminimalkan penerangan buatan pada bangunan

 Mengatur agar penghawaan buatan tetap dapat maksimal mengalir dengan

adanya koridor yang panjang dan mengalir

2.5. Studi Banding Shopping Center

Pada pembahasan studi banding shopping centre bertujuan untuk

menjelaskan perbandingan antara proyek shopping centre yang dibangun di

kawasan pelabuhan Belawan dengan shopping centre yang sejenis di kawasan

lain. Akan dibahas juga mengenai beberapa poin penting dari shopping centre

sebagai hal utama dalam pembangunan. Berikut ini merupakan shopping centre

yang berada di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

2.5.1. Plaza Indonesia

Plaza Indonesia diresmikan pada awal tahun 1990, terdiri dari empat lantai

(32)

Bundaran Hotel Indonesia, tepatnya pada perantara jalan M.H. Thamrin dan jalan

Kebon Kacang Raya di kawasn bisnis utama Jakarta.

Plaza Indonesia juga dilengkapi dengan hotel Grand Hyatt Jakarta, sebuah

hotel bintang lima berlantai 28 yang resmi dibuka juga pada awal tahun 1990.

Hotel ini memiliki lebih dari 300 kamar dengan desain modern minimalis,

restoran-restoran eksklusif, dan fasilitas yang sangat lengkap.Pengembangan

Plaza Indonesia Berlanjut ketika Entertainment X'nter dibuka disebelah gedung

yang ada dengan membidik pangsa pasar anak muda. Kedua gedung disambung

dengan sebuah jembatan yang dikelilingi toko-toko.

Kini, Plaza Indonesia telah dilengkapi dengan gedung perkantoran The

Plaza Office Tower dan apartement The Keraton Grand Hyatt Residences.Plaza

Indonesia dikembangkan oleh PT Global Property Development Tbk (sebelumnya

bernama PT Kridaperdana Indahgraha Tbk).

Pada tahun 2009, Plaza Indonesia diperluas dengan 42,325 meter persegi

dari luas lantai kotor di 6 tingkat, dengan 24.672 meter persegi lebih banyak

ruang. Tiga tingkat pertama perpanjangan ritel yang terhubung ke pusat

perbelanjaan yang ada. The 4th ke tingkat 6 berdedikasi untuk "konsep gaya hidup

modern" dengan berbagai hiburan dan fasilitas. Perpanjangan ritel memiliki pintu

masuk di Jalan M. H Thamrin menyediakan akses dari jalan utama Jakarta, Jalan

M. H Thamrin dan Jalan Sudirman. Ekstensi ini juga menyediakan 5 tingkat

parkir bawah tanah. Plaza Indonesia rumah merek mewah seperti Hermes, Louis

Vuitton, Celine, Chanel, Dior, Gucci, Givenchy, Kenzo, Longchamp, Bottega

Veneta, Giuseppe Zanotti, Jimmy Choo, TOD'S, Valentino, Versace, Etro, Fendi,

Furla, Balenciaga, Saint Laurent Paris, Lanvin, Marc by Marc Jacobs, Mulberry,

MaxMara, Burberry, Stella McCartney, Ermenegildo Zegna, Diane von

Furstenberg, Emporio Armani, Giorgio Armani, Victoria Beckham, Aigner, Hugo

Boss, Loewe, Brioni, Salvatore Ferragamo, Chrsitian Louboutin , Cartier, BCBG

Max Azria, Bvlgari, Tiffany & Co dan Rolex. Kebanyakan mewah dan merek

(33)

Indonesia, dan banyak merek ini penyewa sejak pembukaan pusat perbelanjaan

pada tahun 1990.

Gambar 2.1. Plaza Indonesia

Sumber : Google

Gambar 2.2. Interior Plaza Indonesia

(34)

2.5.2. Plaza Semanggi

Plaza Semanggi memiliki luas ± 45.034 m2 yang terdiri dari 17 lantai.

Bangunan ini terletak di antara jalan Jedral Sudirman dan jalan Gatot Subroto.

Plaza Semanggi memiliki bangunan serba guna dan gedung perkantoran yang

melekat yaitu Balai Sarbini dan Gedung Veteran R.I. Untuk menghormati kedua

bangunan tersebut, maka konsep eksterior masa bangunan The Plaza Semanggi

adalah menyatukan bentuk bangunan lama yang bersejarah dengan bentuk

bangunan baru yang modern. Bentuk massanya sendiri merupakan pengembangan

dari bentuk gedung Balai Sarbini yang orientasinya mengikuti bentuk jalan yang

melengkung. Begitu pula dengan konsep fasadnya, merupakan penggabungan

antara gaya arsitektur lama dengan gaya arsitektur modern.

Konsep umum The Plaza Semanggi adalah downtown experience

pertemuan dari berbagai budaya, dengan slogan Experience The Downtown

Eperience. Konsep downtown ini terwujud dalam perencanaan interior bangunan

yang dibagi menjadi 8 Downtown Sensation, yaitu berbagai menu nasional dan

internasional (Wide Variety of The World Cuisine), berbagai retail tenant lokal

dan mancanegara (Mix n’Match Fashion Boutique), lounge and pool, bioskop 21

dan karaoke (Absolute Entertainment), berbagai peralatan elektronik (Information

Technology) and Electronic Center), area bermain anak (Kids Heaven), berbagai

perlengkapan rumah (Household Center), klub kebugaran dan kecantikan (Health

Beauty and Spa Clubs), dan gedung pertemuan tempat berbagai acara

(35)

Gambar 2.3. Plaza Semanggi

Sumber : Google

Gambar 2.4. Gedung Balai Sarbini

Sumber : Google

2.5.3. Mal Ciputra Jakarta

Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa

–Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan

luas lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used

Complex yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel

(36)

arsitektural keseluruhan baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat

cerah dan ramai. Konsep ini dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna

utama yaitu peach yang pada saat itu menjadi trend warna Internasional dan hijau

tosca yang melambangkan corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada

permainan bentuk massa bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan

mal dan hotel yang disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah

dilengkapi dengan menara pada kedua ujungnya.

Gambar 2.5. Mall Ciputra

Sumber : Google

Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi

menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa retai tenant yang

berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,

area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja

sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan

berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan

berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa

kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet

pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon

umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi

(37)

tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas

keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda

motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa maupun pada akhir pekan dan libur.

Gambar 2.6. Interior Mal Ciputra

(38)

BAB III

ANALISA DAN KONSEP

(39)

21

BAB III

ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN

3.1. Deskripsi Umum Proyek Shopping Center

Sesuai buku Masterplan Kawasan Transit Oriented Develpoment (TOD)

Belawan tugas PA 6 Kelompok Tiga, sarana pendukung fungsi transit berupa

Pusat Perbelanjaan seluas ±4 Ha.

Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah :

1. Judul proyek : TOD Belawan (Shopping Center)

2. Lokasi Proyek : Jln Sumatera

Batas Site :

a. Utara : Pasar Tradisional

b. Selatan : Stasiun KA Belawan

c. Timur : Rumah Susun

d. Barat : Pelabuhan Belawan

3. Luas Site : ±35.000 m2

4. Status Proyek : Fiktif

5. Pemilik Proyek: PT. Kereta Api Medan / Pemerintah Kota Medan

Gambar 3. 1. Site Perancangan

(40)

22

Hana Maria M Sianturi | 110406069

3.2. Analisa

Pada tahap analisa ini, perancang menganalisa berdasarkan buku

Masterplan Kawasan Transit Oriented Develpoment (TOD) Belawan tugas PA 6

Kelompok Tiga serta mengaitkannya terhadap eksisting yang sudah ada diluar

masterplan.

3.2.1. Analisa Lokasi

Gambar 3. 2. Peta Udara Lokasi Perancangan

Sumber : penulis, 2015

Perancangan bangunan Shopping Center ini berlokasi di area Kelurahan

Belawan II yang kondisinya sangat padat penduduk. Lokasi existing sendiri

berbatasan dengan :

(41)

23

Sebelah Barat : Pelabuhan

Sebelah Timur : Permukiman Kumuh

Sebelah Selatan : Stasiun KA

3.2.2. Analisa Tapak

a. Analisa Tata Guna Lahan

Gambar 3. 3. Pembagian Tata Guna Lahan Existing

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

Pada gambar analisa tata guna lahan di atas, terlihat bahwa fungsi transit

(Pelabuhan dan Stasiun Belawan) tidak diintegrasikan dengan baik. Setiap

(42)

24

Hana Maria M Sianturi | 110406069

untuk ditempuh berjaan kaki. Koefisien area hijau mendominasi namun

kurang terencana karena memusat, seharusnya setiap zoning fungsi

memiliki area hijau.

b. Analisa Bentuk dan Massa Bangunan

Keadaan massa bangunan disekitar kawasan cenderung tidak memiliki ciri

khas. Mayoritas bangunan yang berada di kawasan memiliki fungsi tempat

tinggal dan fungsi komersil (warung) sebagai tambahan mata pencaharian

penduduk.

Tata Ruang wilayah sangat padat (high on density) dan tidak ada keserasian

dalam penataan bangunan pada area permukiman warga menyebabkan

kawasan menjadi kawasan permukiman kumuh.

Gambar 3. 4. Kondisi Kepadatan Permukiman

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

c. Analisa Sirkulasi dan Parkir

Jalur sirkulasi di Kawasan Belawan II ini masih buruk karena jalur

sirkulasi yang ada sangat kecil dan pedestrian yang sangat buruk dan tidak

terhubung satu sama lain. Ada tiga jenis jalan yang ada di Kawasan ini yaitu

jalan primer, jalan sekunder, jalan tersier. Jalan primer dikawasan ini

terletak dijalan Sumatera atau terletak tepat didepan Stasiun jalur ini dapat

dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih, sepeda motor dan lain – lain namun dijalan in pedestriannya sangat buruk dan tanpa vegetasi yang

(43)

25

banyak kendaraan yang parkir dibadan jalan. Pada jalur sekunder hanya

dapa dilewati kendaraan roda empat dan sepeda motor karena lebarnya yang

sempit serta tidak adanya area parkir sehingga banyak kendaraan yang

parkir dibadan jalan sehingga membuat kemacetan. Dijalan ini juga tidak

ada pedestrian dan juga vegetasi yang sangat minim serta kondisi yang

sangat kumuh. Begitu juga dengan jalur Tersier yang hanya dapat dilewati

oleh sepeda motor dan pejalan kaki karena lebarnya yang hanya 1 m – 2 m dan kondisinya sangat kumuh dan padat karena diapit oleh pemukiman

penduduk. Pembagian jalan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. 5. Pembagian jalur Kawasan Belawan II

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

Keterangan:

- Garis Merah : Jalan Primer

- Garis Biru : Jalan Sekunder

(44)

26

Hana Maria M Sianturi | 110406069

d. Analisa Ruang Terbuka

Bangunan yang mendominasi area perancangan adalah permukiman padat

dan kumuh. Tidak ditemukan open space yang baik karena kawasan ini

dipenuhi oleh perumahan dan permukiman. Selain itu di sekitar rel Kereta

Api juga banyak ditemukan bangunan non permanen yang jaraknya sangat

dekat dengan rel yaitu sekitar 2 m – 2,5 m dari rel.

Gambar 3. 6. Area Kosong di sekitar site

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

Massa bangunan yang tidak teratur serta jarak antar bangunan yang dekat

menghasilkan permukiman padat sehingga sirkulasi udara terhambat dan

tidak dapat menyebar, ditambah tidak adanya ruang terbuka hijau di dalam

kawasan mengakibatkan kawasan menjadi gersang dan tidak asri.

e. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar 3. 7. Keadaan jalur pedestrian pada site

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

Pada area permukiman sendiri tidak terdapat jalur pedestrian. Ruas jalan

(45)

27

Gambar 3. 8. Keadaan jalur pedestrian pada permukiman

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

3.2.3. Analisa Pengguna Bangunan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penggunan Belawan Shopping Center :

 Pengunjung

Gambar 3. 9. Skema kegiatan pengunjung

Sumber : Data Pribadi

 Karyawan

Gambar 3. 10. Skema kegiatan karyawan

(46)

28

Hana Maria M Sianturi | 110406069

 Pengelola

Gambar 3. 11. Skema kegiatan pengelola

Sumber : Data Pribadi

3.2.4. Analisa Kebutuhan Ruang

Adapun kebutuhan-kebutuhan ruang secara umum dalam perancangan

pusat perbelanjaan :

FUNGSI FASILITAS PEMAKAI KEGIATAN KEBUTUHAN

RUANG

Fasilitas

Perbelanjaan

Book Store Pengelola Mengatur

pemasukan dan

Karyawan Melayani pembeli, memeriksa kondisi

Pengunjung Berdiri atau duduk membaca,

melihat-Karyawan Melayani pembeli, isoma

(47)

29 Cafe Pengelola Admnistrasi,

Mengontrol, isoma

Pengunjung Makan/ minum, duduk-duduk,

(48)

30

Keamanan Petugas Menjaga keamanan, menindak kriminal, Istirahat

- Pos Keamanan - R. Istirahat/ Berjaga.

Utilitas Karyawan Mengawasi alat bekerja, Pergudangan Karyawan Mengontrol, servis,

administrasi

Mall Pengunjung Duduk-duduk, bermain, jalan-jalan,

Pengunjung Parkir mobil, roda dua

-.Umum

Tabel 3.1. Tabel Analisa Kegiatan

(49)

31

3.3. Konsep Perancangan 3.3.1. Program Ruang

Belawan Shopping Center ini menyediakan beberapa fasilitas, seperti

fasilitas perbelanjaan, fasilitas hiburand an fasilitas peristirahatan. Berikut adlaah

analisa tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan berserta ruangannya.

3.3.1.1. Fasilitas Perbelanjaan

1. Ruang Umum (Public)

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.2. Program Ruang Umum (Publik)

2. Supermarket

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.3. Program Ruang Supermarket

(50)

32

Hana Maria M Sianturi | 110406069

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.4. Program Ruang Departemen Store

4. Retail/Pertokoan

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.5. Program Ruang Retail/Pertokoan

5. Toko Buku

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

(51)

33

Jumlah total luasan ruang untuk fasilitas perbelanjaan setelah ditambah dengan

sirkulasi 20% adalah sebagai berikut :

Ruang Umum (publik) = 1.166 m2

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.7. Program Ruang Food Court

2. Restauran

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

(52)

34

Tabel 3.8. Program Ruang Restaurant

3. Cafe

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.9. Program Ruang Cafe

4. Play Zone

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.10. Program Ruang Play Zone

Jumlah total luasan ruang untuk fasilitas rekreasi setelah ditambah dengan

sirkulasi 20% adalah sebagai berikut :

(53)

35

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

(54)

36

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.12. Program Ruang Utilitas

2. Keamanan

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.13. Program Ruang Keamanan

3. Ibadah Shalat

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

(m2)

R. Shalat 0.72 4 60 Asumsi 0.72 x 4 x 60 172.8 Tempat Wudhu 1.2 8 10 Asumsi 1.2 x 8 x 10 96

Jumlah 268.8

Tabel 3.14. Program Ruang Ibadah Shalat

Jumlah total luasan ruang untuk Fasilitas Penunjang setelah ditambah dengan

(55)

37

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

Tabel 3.15. Program Ruang Kelompok Kegiatan Resepsionis

3.3.1.4.2. Kelompok Kegiatan Pengguna Gedung

Ruang Standart

(m2/Org) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

(56)

38

Hana Maria M Sianturi | 110406069

3.3.1.5. Kebutuhan Parkir

Jumlah penduduk kecamatan Belawan adalah 95.506 (data tahun 2010). Jumlah

penduduk sekitar kecamatan Belawan = 50.000 jiwa (asumsi)

Penduduk Kecamatan Belawan = 95.506 jiwa

Penduduk sekitar Kec. Belawan = 50.000 jiwa

---

Total = 145.506 jiwa

Diasumsikan pengunjung yang datang ke kecamatan Belawan antara 2 – 3 % dari jumlah rata-rata penduduk kecamatan Belawan dengan latar belakang penghasilan

berbeda-beda.

Hari biasa diasumsikan 2% dari jumlah total penduduk Belawan yang akan

mengunjungi Belawan Shopping Center.

= 2 % dari 145.506 jiwa

= 2.910 orang/hari biasa

Hari libur diasumsikan 3% dari jumlah total penduduk Belawan yang akan

mengunjungi Belawan Shopping Center.

= 3 % dari 145.506 jiwa

= 4.365 orang/hari biasa

Asumsi waktu kunjungan ke mall = 3 jam / orang

Waktu buka mall = 10 pagi – 10 malam = 12 jam

Berarti ada 4 shift waktu dimana 1 shift waktu = 4.365/4

(57)

39

Dengan pertimbangan penggunaan fasilitas gedung parkir dan lahan parkir yang

juga difungsikan untuk menampung kendaraan-kendaraan dari pengguna Balai

Warga dan Pasar Tradisional yang berada di sebelah utara site, maka lahan parkir

pada basement ditambahkan dan jumlahnya diperbanyak menjadi :

Mobil : 340

Motor : 494

Ruang Standart

(m2/unit) Unit

Kapasitas

(Org) Sumber Perhitungan

Luasan

(m2)

Parkir Mobil 7.5 340 4 NAD 7.5 x 340 2.550 Parkir Motor 2 495 2 NAD 2 x 495 990

Jumlah 3.540

Tabel 3.17. Program Ruang Keamanan

Jadi Luasan bangunan Belawan Shopping Center secara keseluruhan adalah

penjumlahan antara semua luasan ruang-ruang dari fasilitas-fasilitas yang disediakan,

antara lain adalah sebagai berikut:

Fasilitas Perbelanjaan = 11.556 m2

Fasilitas Rekreasi/Hiburan = 4.213 m2

Fasilitas Administrasi = 599.4 m2

Fasilitas Penunjang = 528 m2

Gedung Kantor = 3.479 m2

(58)

40

Hana Maria M Sianturi | 110406069

---

Total Luas Bangunan = 28.760 m2

3.4.2. Konsep Perencanaan Tapak

Konsep Perencanaan Tapak pada kawasan perancangan TOD Belawan ini

adalah dengan menciptakan pola baru pada kawasan, dengan menambahkan

fungsi transit tambahan untuk mempermudah perpindahan moda transportasi yaitu

fungsi Terminal Bus juga fungsi perbelanjaan dan rekreasi yaitu Shopping Center.

Fungsi Transit awal yang ada pada kawasan direvitalisasi dan dirancang ulang

agar saling berkesinambungan, serta dilengkapi dengan adanya sky-cross yang

menciptakan suatu kawasan dengan tema “Pedestrian Lantai 2”.

Gambar 3. 12. Masterplan TOD Belawan

(59)

41

Konsep perencanaan tapak pada bangunan Shopping Center sendiri adalah

dengan merancang ruang terbuka hijau sebagai plaza dari bangunan serta

sebagai fasilitas publik bagi para penduduk kawasan sekitar.

Gambar 3. 13. Letak RTH pada kawasan

(Sumber :Data Pribadi)

Ruang Terbuka Hijau ini diharapkan menarik banyak pengunjung dan

penduduk sekitar agar lebih banyak berjalan kaki dan mengitari kawasan

dengan sepeda, menghasilkan sebuah kawasan yang walkable.

Gambar 3. 14. Suasana RTH pada siang hari

(60)

42

Hana Maria M Sianturi | 110406069

Gambar 3. 15. Suasana RTH pada malam hari

Sumber : Data Pribadi

Gambar 3. 16. View jembatan penyebrangan dari jl Sumatera

Sumber : Data Pribadi

Bangunan berada tepat di tengah lahan, gedung parkir berada di utara dari

site sehingga dekat dengan gedung pasar tradisional dan balai warga yang

“menumpang” parkir ke dalam area parkir bangunan Shopping Center.

Gambar 3. 17. Massa Bangunan

(61)

43 3.4.3. Konsep Fasad Bangunan

Belawan Shopping Center yang lokasi site perancangannya berada di Belawan

diharapkan agar dapat menunjukkan imej dan citra Belawan sehingga dapat

menjadi landmark bagi kawasan Belawan itu sendiri.

Belawan sangat kuat kaitannya dengan pelabuhan dan dermaganya yang

merupakan salah satu pelabuhan dengan mobilitas yang cukup sibuk. Selain itu

kawasan ini sangat dekat dengan laut dan banyak penduduk memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan. Keberadaan laut adalah penunjuk bahwa inilah

kawasan Belawan. Sungai Belawan yang menciptakan ciri khas dari wilayah

Belawan.

Sungai erat pula kaitannya dengan ombak, yang mana ombak inilah yang

dikembangkan untuk menjadi tema pada perancangan desain fasad bangunan

Belawan Shopping Center ini.

Gambar 3. 18. Proses pengembangan bentuk gelombang menjadi desain secondary skin pada fasad bangunan

Sumber : Data Pribadi

(62)

44

Hana Maria M Sianturi | 110406069

Sumber : Data Pribadi

3.4.4. Konsep Sustainability Energi

Indonesia merupakan negara tropis dengan pasokan energi matahari yang

banyak serta curah hujan yang tinggi. Kecamatan Belawan sendiri sangat terkenal

akan cuaca yang sangat panas dikarenakan terik matahari serta berada dekat

dengan laut. Selain itu angin yang kencang juga banyak bertiup di daerah ini.

Keadaan Belawan yang sarat akan sinar matahari ini yang sangat

mendukung untuk adanya pemakaian solar panel pada bangunan. Selain pasokan

listrik dari PLN, bangunan Belawan Shopping Center juga menggunakan pasokan

energi listrik yang berasal dari energi matahari yang ditangkap oleh solar panel.

Solar panel ini akan diletakkan di lantai atap (rooftop).

Gambar 3. 20. Diagram Penyaluran Energi Matahari oleh Solar panel

Sumber : spiresolarsystems.com

3.4.5. Konsep Sistem Struktur

Sistem struktur yang dipakai dalam konstruksi bangunan adalah sistem

Rangka Kaku Baja (Rigid Frame Steel). Sistem struktur ini adalah sistem struktur

yang paling sering digunakan karena sangat ekonomis dan efisien untuk sistem

konstruksi bangunan di bawah 20 lantai (material beton) dan 30 lantai (material

(63)

45

Sistem rangka kaku pada umumnya berupa grid persegi teratur terdiri dari

balok horizontal dan kolom vertikal yang dihubungkan di suatu bidang dengan

menggunakan sambungan kaku (rigid).

Karena kontinuitasnya, maka rangka kaku beraksi terhadap beban lateral,

terutama melalu lentur dari kolom dan balok seperti gambar 2.10. Sifat menerus

dari rangka bergantung pada tahanan rotasi dari sambungan batang-batang

sehingga tidak terjadi peleset.

Bangunan Mix-Used Shopping Center dan Office ini memiliki 5 lantai

tower, 4 lantai podium, serta 2 lantai basement. Secara keseluruhan bahan yang

digunakan adalah kolom baja WF.

Gambar 3. 21. Sistem Struktur

Sumber : Data Pribadi

Menyesuaikan dengan panjang bangunan sepanjang 218 m, maka sistem

rigid frame disini dibagi menjadi 4 bagian utama dengan 3 titik garis dilatasi, yang

menggunakan sistem dilatasi kolom.

(64)

46

Hana Maria M Sianturi | 110406069

Gambar 3. 22. Pembagian garis dilatasi

(65)

BAB IV

(66)

BAB IV

HASIL RANCANGAN

4.1. Masterplan TOD dan Ground Plan Shopping Center

Gambar 4.1. Masterplan TOD Belawan

(67)

Site plan menunjukkan perancangan struktur ruang kawasan TOD yang terdiri

dari 3 fungsi transit utama (Stasiun KA, Pelabuhan, Terminal Bus), fungsi

perbelanjaan dan rekreasi (Shopping Center), fungsi hunian (Rusunami), serta

fungsi pendukung lainnya (Sekolah, Pasar Tradisional, Balai Warga). Tiap-tiap

lantai 2 bangunan digabungkan dengan sky-cross untuk menciptakan bangunan

yang “hidup” dan padat dilalui oleh para pengunjung.

Gambar 4.2. Groundplan Belawan Shopping Center

(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)

Terdapat dua jalur drop off pada bangunan yaitu drop off area timur dan barat.

Sebelah timur dari bangunan ditujukan untuk para pengendara mobil dan motor

sedangkan sebelah barat dari bangunan ditujukan untuk para pejalan kaki yang

melewati jembatan penyebrangan untuk dapat mencapai bangunan Shopping

Center.

Di sekeliling bangunan terdapat vegetasi untuk menambah kesan asri pada site

(68)

4.2. Denah Shopping Center

Sub-bab berikut akan menjelaskan mengenai isi dan keterangan dari denah

rancangan bangunan Belawan Shopping Center :

4.2.1. Denah Basement 1 dan 2

Gambar 4.3. Denah Basement 2

(Sumber :Data Pribadi)

Gambar di atas menunjukkan denah basement lantai 2. Pada lantai ini

terletak ruang-ruang utilitas berupa Ground Water Tank, Ruang STP

(Sewage Treatment Plan), serta Ruang Pompa. Ruangan-ruangan lain

yang vital di lantai bagian ini adalah Ruang Server, Kantor Engineer,

beberapa retail serta Lift Lobby. Total parkir yang dapat ditampung

pada lantai ini adalah sebanyak 246 parkir sepeda motor dan 216 parkir

mobil.

Gambar 4.4. Denah Basement 1

(Sumber :Data Pribadi)

Gambar di atas menunjukkan denah basement lantai 1. Pada lantai ini

(69)

Genset dan Ruang Pengendali Kebakaran. Sama dengan lantai

basement 2, pada lantai ini juga terdapat beberapa Kantor Engineer,

Ruang Server, beberapa retail serta Lift Lobby. Jumlah parkir yang

dapat ditampung oleh lantai ini juga sama dengan jumlah parkir yang

dapat ditampung oleh lantai basement 2 yaitu sebanyak 246 parkir

sepeda motor dan 216 parkir mobil.

4.2.2. Denah Groundplan

Gambar 4.5. Denah Lantai 1

(Sumber :Data Pribadi)

Pada denah Lantai 1 dapat dilihat bahwa terdapat 3 jalur masuk menuju

bangunan yaitu satu pintu masuk utama di arah timur dari bangunan

serta 2 pintu masuk tambahan di arah barat. Bangunan dibagi menjadi 4

zona yaitu Zona A, Zona B, Zona C serta Zona Parkir. Anchor Tenant

pada lantai 1 ini berupa Supermarket yang berada di Zona A. Entrance

masuk menuju tower office berada di Zona C. Retail diletakkan di

samping entrance Office untuk meleburkan pintu masuk office dengan

bangunan Shopping Center. Pada Zona B terdapat atrium yang besar

(70)

4.2.3. Denah Lantai 2

Gambar 4.6. Denah Lantai 2

(Sumber :Data Pribadi)

Organisasi ruang pada lantai 2 kurang lebih sama dengan lantai 1,

perbedaannya terdapat pada jenis Anchor Tenant yang ada di zona A yaitu

berupa Department Store yang terhubung dengan Department Store di

lantai 3 melalui eskalator. Pada sisi atas Department Store sendiri terdapat

jalur masuk dari bangunan Stasiun yaitu melalu Sky-Cross. Pada zona B

juga terdapat Toko Buku yang sistemnya sama dengan Departement Store

yaitu terhubung melalui eskalator ke lantai 3.

4.2.4. Denah Lantai 3

Gambar 4.7. Denah Lantai 3

(71)

Organisasi Ruang Lantai 3 sama dengan lantai 2 hanya saja pada lantai 3

tidak terdapat Sky-Cross entrance.

4.2.5. Denah Lantai 4

Gambar 4.8. Denah Lantai 4

(Sumber :Data Pribadi)

Pada denah lantai 4, Anchor Tenant yang terdapat pada zona A adalah

berupa Food Court, kemudian pada zona B terdapat Play Zone. Kapasitas

gedung parkir pada tiap lantai mulai dari lantai 1-4 adalah 66 slot parkir

mobil.

4.2.6. Denah Lantai 5-8

Gambar 4.9. Denah Lantai 5-8

(72)

Denah lantai 5-8 berisikan ruang-ruang kantor, pantry, toilet, serta lift

dan tangga kebakaran khusus untuk tower bangunan office.

4.2. Tampak dan Potongan Shopping Center 4.2.1. Tampak Shopping Center

Gambar 4.10. Tampak Depan dan Tampak Belakang

(Sumber :Data Pribadi)

Gambar 4.11. Tampak Kiri dan Tampak Kanan

Gambar

Gambar 2.6. Interior Mal Ciputra
Gambar 3. 2. Peta Udara Lokasi Perancangan
Gambar 3. 3. Pembagian Tata Guna Lahan Existing
Gambar 3. 5. Pembagian jalur Kawasan Belawan II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kesesuaian kawasan transit Blok M, Jakarta terhadap kriteria TOD yang ditinjau dari seluruh indikator

Berdasarkan TOD Guidebook (dalam Ayuningtias &amp; Karmilah, 2019) kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep pengembangan serta

Berdasarkan analisis kesesuaian antara kriteria konsep kriteria Transit Oriented Development (TOD) dengan kondisi eksisting kawasan stasiun Kota Baru Malang, dapat

Laporan yang penulis susun ini, adapun intinya merupakan pengembangan pusat komersial shopping mall dan office, yang berada pada suatu kawasan TOD yang berpusat pada

Jenis pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat perbelanjaan berorientasi keluarga dan hanya menawarkan satu jenis perdagangan utama, yang dilengkapi

dan karunia yang telah diberikan- Nya, sehingga Tugas Akhir “ Kesesuaian Kawasan Transit di Kota Surakarta berdasarkan Konsep TOD ” ini dapat diselesaikan.. Tugas Akhir ini

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik TOD apa saja yang sudah diimplementasikan pada kawasan stasiun K.A sebagai kawasan transit berbasis

EVALUASI TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT PADA KAWASAN STASIUN RAWA BUAYA BERDASARKAN TOD STANDARD 3.0 ITDP 2017 Abdul Azis Aulia Rachman1, Joni Hardi2 Program Studi Arsitektur,