BELAWAN
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
OLEH :
HANA MARIA M SIANTURI 110406069
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
BELAWAN
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
RTA 4231 - STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6 SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015
OLEH :
HANA MARIA M SIANTURI 110406069
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI KAWASAN
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)
BELAWAN
LAPORAN AKHIR SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh :
HANA MARIA M SIANTURI 110406069
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI KAWASAN
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)
BELAWAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015
Judul Skripsi : PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI
KAWASAN TRANSIT-ORIENTED
DEVELOPMENT (TOD) BELAWAN
Nama Mahasiswa : Hana Maria M Sianturi
Nomor Pokok : 110406069
Program Studi : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T, M.T.,IAI
NIP. 197308281999031002
Ketua Program Studi, Koordinator Skripsi,
Ir. Vinky Rahman, M.T. Ir. Vinky Rahman, M.T.
NIP. 196606221997021001 NIP. 196606221997021001
Tanggal Lulus : Juli 2015
Telah diuji pada
Tanggal: 24 Juli 2015
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nasution, S.T, M.T.,IAI
Anggota Komisi Penguji : 1. Benny O.Y.M., S.T, M.T, Ph.D
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Atas kemurahan
dan kasih karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan segala keseluruhan dari proses
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Tugas Akhir ini diproses dengan penuh duka dan suka cita yang tidak bisa dilalui
tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian yang tiada berhenti mengalir dari kedua orang
tua, kedua saudaraku, teman-teman, dan semua orang yang terlibat dalam proses pengerjaan
Tugas Akhir ini.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan kedalaman hati, saya
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing
Tugas Akhir, Bapak Achmad Delianur Nasution, S.T,M.T, yang mana atas kesediaannya
untuk terus membantu, mendorong, memotivasi, pengarahan serta waktu yang terus diberikan
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Tidak
lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada para penguji bapak Hajar Suwantoro S.T, M.T
dan ibu Beny O.Y Marpaung S.T, M.T. yang memberikan komentar dan kritikan dengan
tujuan untuk membangun tugas akhir ini semakin baik.
Kepada kedua orangtua saya yang begitu saya kasihi, yang selalu saya doakan dan selalu mendoakan dan mendukung saya dalam setiap kegiatan dan keperluan saya,
dr. G. Sianturi dan K. Turnip. Terimakasih, Pa, Ma. I love you both.
Untuk keluarga saya, adik-adik saya (Yuli dan Samuel), tante Elsa, Opung, yang
selalu ada selalu siap membantu, bahkan di saat terdesak selalu mengupayakan
apa yang saya butuhkan.
Untuk bang Samuel yang selalu membantu sebisa mungkin dalam proses
pengerjaan Tugas Akhir ini, juga selalu meluangkan waktu untuk menemani.
berwarna. Untuk teman-teman yang lain, Robert, BP, Joshua, Dana, terimakasih
buat bantuan-bantuannya dalam mengerjakan tugas, terlebih buat Robert yang
selalu sabar mengajari. Tidak lupa terimakasih untuk teman-teman stambuk 2011,
kita hebat !!
Untuk teman-teman satu grup dalam perancangan PA-6 ini, Shella, Imam,
Komting dan Noni, sukses buat kita ya!
Terakhir, untuk Laptop saya yang meskipun kemarin sempat jatuh dan casingnya
rusak, tapi tidak pernah berulah sampai sekarang dan tidak pernah menyusahkan
saya dalam pengerjaan tugas.
Medan, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 3
1.3. Rumusan Masalah ... 3
1.4. Lingkup / Batasan Proyek ... 4
1.5. Pendekatan Perancangan ... 4
1.6. Kerangka Berfikir ... 5
1.7. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II STUDI LITERATUR ... 7
2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek ... 7
2.2. Pengertian Shopping Center ... 9
2.3. Shopping Center Sebagai Fasilitas Publik dalam TOD ... 12
2.4. Prinsip-Prinsip Hemat Energi Pada Bangunan ... 13
2.5. Studi Banding Shopping Center ... 14
BAB III ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN ... 21
3.1. Deskripsi Umum Proyek Shopping Center ... 21
3.2. Analisa ... 22
3.3. Konsep Perancangan ... 31
BAB IV HASIL RANCANGAN ... 47
4.1. Masterplan TOD dan Ground Plan Shopping Center ... 47
4.2. Denah Shopping Center ... 49
4.2. Tampak dan Potongan Shopping Center ... 53
4.3. Rencana Pondasi dan Pembalokan Shopping Center ... 55
4.4. Skematik Utilitas Shopping Center ... 58
4.5. Eksterior Shopping Center ... 60
4.6. Interior Shopping Center ... 61
BAB V KESIMPULAN ... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Plaza Indonesia ... 16
Gambar 2.2. Interior Plaza Indonesia ... 16
Gambar 2.3. Plaza Semanggi ... 18
Gambar 2.4. Gedung Balai Sarbini ... 18
Gambar 2.5. Mall Ciputra ... 19
Gambar 2.6. Interior Mal Ciputra ... 20
Gambar 3. 1. Site Perancangan Sumber : Google Maps ... 21
Gambar 3. 2. Peta Udara Lokasi Perancangan Sumber : penulis, 2015 ... 22
Gambar 3. 3. Pembagian Tata Guna Lahan Existing ... 23
Gambar 3. 4. Kondisi Kepadatan Permukiman ... 24
Gambar 3. 5. Pembagian jalur Kawasan Belawan II (Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan) ... 25
Gambar 3. 6. Area Kosong di sekitar site ... 26
Gambar 3. 7. Keadaan jalur pedestrian pada site ... 26
Gambar 3. 8. Keadaan jalur pedestrian pada permukiman ... 27
Gambar 3. 9. Skema kegiatan pengunjung ... 27
Gambar 3. 10. Skema kegiatan karyawan ... 27
Gambar 3. 11. Skema kegiatan pengelola ... 28
Gambar 3. 12. Masterplan TOD Belawan ... 40
Gambar 3. 13. Letak RTH pada kawasan ... 41
Gambar 3. 14. Suasana RTH pada siang hari ... 41
Gambar 3. 15. Suasana RTH pada malam hari ... 42
Gambar 3. 16. View jembatan penyebrangan dari jl Sumatera ... 42
Gambar 3. 17. Massa Bangunan ... 42
Gambar 3. 18. Proses pengembangan bentuk gelombang menjadi desain secondary skin pada fasad bangunan ... 43
Gambar 3. 19. Penerapan secondary skin pada fasad ... 43
Gambar 3. 20. Diagram Penyaluran Energi Matahari oleh Solar panel ... 44
Gambar 3. 21. Sistem Struktur ... 45
Gambar 3. 22. Pembagian garis dilatasi ... 46
Gambar 4.1. Masterplan TOD Belawan ... 47
Gambar 4.2. Groundplan Belawan Shopping Center ... 48
Gambar 4.3. Denah Basement 2 ... 49
Gambar 4.4. Denah Basement 1 ... 49
Gambar 4.5. Denah Lantai 1 ... 50
Gambar 4.6. Denah Lantai 2 ... 51
Gambar 4.7. Denah Lantai 3 ... 51
Gambar 4.12. Potongan A-A’ dan Potongan B-B’ ... 54
Gambar 4.13. Rencana Pondasi ... 55
Gambar 4.14. Rencana Pembalokan Lantai Basement ... 55
Gambar 4.15. Rencana Pembalokan Lantai 1... 56
Gambar 4.16. Rencana Pembalokan Lantai 2 dan 3 ... 56
Gambar 4.17. Rencana Pembalokan Lantai 4... 57
Gambar 4.18. Rencana Pembalokan Lantai 5-8 ... 57
Gambar 4.19. Skematik Utilitas Listrik dan Fire Alarm ... 58
Gambar 4.20. Skematik Utilitas Air Bersih dan Air Kotor ... 59
Gambar 4.21. Perspektif Eksterior Belawan Shopping Center ... 60
ABSTRAK
Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan interaksi sosial dengan
manusia lain dalam kehidupannya. Ruang publik mengambil alih sebagai latar bagi
perkembangan kehidupan publik, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, hiburan, hingga
politik. Berlangsungnya kehidupan publik atau interaksi sosial sangat bergantung pada
keberadaan dan perkembangan ruang publik.
Pengembangan kawasan baru Belawan yang akan dikembangkan menjadi kawasan berbasis
TOD (Transit-Oriented Development) tentunya memiliki beberapa fungsi utama yang
berhubungan dengan moda transportasi yaitu : Stasiun KA Belawan, Pelabuhan Belawan,
serta Terminal Belawan.
Pengembangan kawasan baru Belawan ini dianggap belum lengkap bila tidak menyertakan
sebuah pusat perbelanjaan sebagai ikonnya. Dengan tipe bangunan container yang mampu
menampung berbagai benda sekaligus melindungi isinya dari luar dan memiliki ciri arsitektur
yang dapat menonjolkan citra dari kawasan Belawan itu sendiri disertai ketersediaan lahan
parkir yang cukup, sehingga mampu melengkapi ritual belanja sebuah masyarakat konsumtif
yang muncul akibat kapitalisme.
ABSTRACT
Humans as social beings will always need social interaction with other human beings
in his life. Public space takes over as the backdrop for the development of public life, both in
economic activity, social, entertainment, to politics. Ongoing public life or social interaction
is very dependent on the existence and development of public spaces.
Belawan new area development that will be developed into a region-based TOD
(Transit-Oriented Development) certainly has some major functions associated with other modes of
transport, namely: railway station Belawan Belawan port, as well as Terminal Belawan.
Belawan new area development is considered incomplete if they do not include a shopping
center as its icon. With this type of container building that can accommodate a variety of
objects while protecting the contents from the outside and has a characteristic architecture
that can accentuate the image of Belawan region itself with the availability of ample parking
space, so as to complete the ritual of shopping a consumerist society that arise as a result of
capitalism.
ABSTRAK
Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu membutuhkan interaksi sosial dengan
manusia lain dalam kehidupannya. Ruang publik mengambil alih sebagai latar bagi
perkembangan kehidupan publik, baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, hiburan, hingga
politik. Berlangsungnya kehidupan publik atau interaksi sosial sangat bergantung pada
keberadaan dan perkembangan ruang publik.
Pengembangan kawasan baru Belawan yang akan dikembangkan menjadi kawasan berbasis
TOD (Transit-Oriented Development) tentunya memiliki beberapa fungsi utama yang
berhubungan dengan moda transportasi yaitu : Stasiun KA Belawan, Pelabuhan Belawan,
serta Terminal Belawan.
Pengembangan kawasan baru Belawan ini dianggap belum lengkap bila tidak menyertakan
sebuah pusat perbelanjaan sebagai ikonnya. Dengan tipe bangunan container yang mampu
menampung berbagai benda sekaligus melindungi isinya dari luar dan memiliki ciri arsitektur
yang dapat menonjolkan citra dari kawasan Belawan itu sendiri disertai ketersediaan lahan
parkir yang cukup, sehingga mampu melengkapi ritual belanja sebuah masyarakat konsumtif
yang muncul akibat kapitalisme.
ABSTRACT
Humans as social beings will always need social interaction with other human beings
in his life. Public space takes over as the backdrop for the development of public life, both in
economic activity, social, entertainment, to politics. Ongoing public life or social interaction
is very dependent on the existence and development of public spaces.
Belawan new area development that will be developed into a region-based TOD
(Transit-Oriented Development) certainly has some major functions associated with other modes of
transport, namely: railway station Belawan Belawan port, as well as Terminal Belawan.
Belawan new area development is considered incomplete if they do not include a shopping
center as its icon. With this type of container building that can accommodate a variety of
objects while protecting the contents from the outside and has a characteristic architecture
that can accentuate the image of Belawan region itself with the availability of ample parking
space, so as to complete the ritual of shopping a consumerist society that arise as a result of
capitalism.
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang dilakukan manusia sehari hari adalah berbelanja,
dan kegiatan ini merupakan kebiasaan yang disukai bagi manusia sekarang ini.
Berbelanja merupakan mengeluarkan uang untuk suatu keperluan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), dan fungsi dari berbelanja itu sendiri selain memenuhi
keperluan juga sebagai hiburan dan rekreasi. Di Negara Indonesia dengan jumlah
penduduknya sekitar 241 juta orang, memiliki sifat konsumtif yang cukup tinggi
dalam berbelanja.
Kecanggihan alat komunikasi pada masa kini, semakin tidak membuat
jarak antara penjual dan pembeli dan ini memungkinkan kegiatan berbelanja
semakin meningkat. Masyarkat itu sendiri juga menginginkan tempat yang
menawarkan kenyamanan dan keamanan untuk memudahkan kegiatan
perbelanjaan.
Dari masalah tersebut, beberapa investor baik dari dalam negeri maupun
asing melihat kesempatan besar untuk merauf keuntungan. Maka dengan ide
membangun suatu tempat dengan skala besar untuk menampung ratusan bahkan
ribuan masyarakat yang dapat berbelanja, tempat tersebut dinamakan pusat
perbelanjaan (shopping centre). Pusat perbelanjaan ini sendiri menyediakan
kebutuhan mulai dari sandang pangan, pakaian, alat elektronik hingga kebutuhan
berupa jasa.
Belawan merupakan kawasan pelabuhan Indonesia yang terletak di Pulau
Sumatera. Secara administrasi pemerintahan Belawan merupakan sebuah
kecamatan dengan Luasnya adalah 26,25 km² dan mempunyai 6 kelurahan yang
Bagan Deli
Pada tahun 2010 jumlah penduduk kota Belawan adalah sebajak 95. 584
jiwa dimana 48. 833 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 46.751 jiwa berjenis
kelamin wanita dengan kepadatan penduduk < 4000 jiwa. Aktivitas peti kemas di
belawan membuat kawasan ini menjadi kawasan potensial bagi penduduk sekitar.
Banyak kapal baik itu kapal lokal maupun asing yang berlabuh di kawasan ini
menghubungkan dengan ibu kota sumatera utara yaitu medan.
Dengan kawasan Belawan yang berpotensi besar tersebut sangat
menunjang apabila didirikan kawasan perbelanjaan (shoping centre) yang
didukung dengan sistem transit-oriented development (TOD). Transit oriented
development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu pendekatan
pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi
penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT),
Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda
(Wikipedia). Kondisi terkini akses kereta api hanya digunakan untuk pengiriman
minyak dan barang export import, sementara kereta api penumpang hanya
digunakan sebagian kecil masyarakat dikarenakan fasilitas kereta api yang dinilai
belum memberi kenyamanan.. Sementara untuk akses jalan tol sendiri dan jalan
berlubang dan hancur, dua kondisi ini memerlukan perhatian lebih sehingga
nantinya dapat menunjang pusat perbelanjaan yang akan didirikan di Belawan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Berdasarkan Latar Belakang dari perancangan yang telah dijelaskan di
atas, proyek ini direncanakan dengan maksud sebagai fasilitas penunjang bagi
kawasan TOD Belawan, serta memberikan fasilitas dan menunjang kebutuhan
masyarakat Belawan maupun dari luar kawasan Belawan untuk berbelanja
kebutuhan sehari hari yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan
maksud tersebut, maka tujuan dari proyek ini adalah :
1. Menyediakan pusat perbelanjaan berskala besar bagi kawasan Belawan
yang berbasis Transit Oriented Development (TOD),
2. Menyediakan akses pencapaian yang mudah aman dan nyaman bagi
pengguna dari setiap bangunan yang ada pada kawasan
1.3. Rumusan Masalah
Dari penelaahan Latar Belakang dan penelusuran maksud dan tujuan dari proyek
ini, adapun permasalahan-permasalahan dari berbagai aspek yang menyangkut
proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menciptakan akses kereta api yang mudah dijangkau oleh
pejalan kaki dari ruas jalan Sumatera yang bersebrangan dengan pelabuhan
Belawan dan dari bangunan Shopping Center itu sendiri,
2. Bagaimana menciptakan hubungan yang harmonis antara bangunan
Shopping Center dengan bangunan di sekitarnya yang sama-sama
memiliki fungsi pendukung dari kawasan TOD tersebut,
3. Bagaimana menunjukkan citra dan potensi tersendiri dari kawasan
1.4. Lingkup / Batasan Proyek
Perancangan dan perencanaan Kawasan Museum Budaya bisa memiliki
lingkup pembahasan yang sangat luas, agar dapat ditangani dengan jelas, dalam
pembahasan dan perencanaan ini maka dibuat batasan-batasan berikut:
1. Lokasi yang menjadi lingkup pembahasan dalam tugas akhir Studio
Perancangan Arsitektur VI ini adalah Kawasan Belawan II dengan batasan
wilayah perancangan seluas ±3,5 Ha dari keseluruhan ±15 Ha lahan yang tersedia.
2. Batasan fungsi dari perancangan ini adalah tempat perbelanjaan, rekreasi ,
kegiatan hiburan dan pengelolaan bangunan, sementara batasan arsitekturalnya
berupa bentuk dan ruang , penataan ruang luar dan dalam beserta karakteristik
lahan.
1.5. Pendekatan Perancangan
Pendekatan yang ada dalam perancangan ini menggunakan beberapa
metoda sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Metoda yang digunakan dengan cara mempelajari permasalahan yang ada
pada perancangan dengan menggunakan pemecahan masalah, pengambilan teori,
penggunaan data berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan,
kontekstual, dan mendukung dalam proses perancangan.
b. Studi Banding
Metoda yang digunakan untuk melakukan perbandingan terhadap
pendekatan masalah, pendekatan pemecahan masalah, dan perbandingan kasus
yang memiliki kesamaan isu ataupun tema yang diambil dari berbagai sumber
seperti buku, internet, majalah, dan lainnya.
c. Survey Lapangan
1.6. Kerangka Berfikir
Gambar 1. 1. Diagram Kerangka Berfikir
Sumber : penulis, 2015
Latar Belakang
Kawasan Belawan mempunyai potensi besar sebagai kawasan TOD dan pentingnya Shopping Center sebagai sarana penunjang
bagi kawasan TOD
Maksud dan Tujuan
Menyediakan kawasan perbelanjaan berbasis TOD serta memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat Belawan
Judul Proyek :
TOD Belawan (Shopping Center)
Rumusan Masalah
Bagaimana menciptakan sirkulasi kendaraan bermotor yang baik di dalam site perancangan dan menciptakan sirkulasi pengunjung yang
baik pula di dalam bangunan.
Analisa pengguna, aktivitas , kebutuhan
Konsep
Konsep Tapak Konsep Masterplan
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam perancangan ini adalah sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan
perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan,
rumusan masalah, metode perancangan, lingkup/batasan perancangan, asumsi
BAB II. Studi Literatur
Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi
kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi
dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
BAB III. Analisa dan Konsep Perancangan
Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa
teknologi, analisa dan penerapan tema beserta konsep penerapan hasil analisis
komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dan
kesimpulan.
BAB IV. Hasil Perancangan
Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket
BAB V. Kesimpulan
Berisi kesimpulan dari hasil penulisan laporan
BAB VI. Daftar Pustaka
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses
perencanaan dan perancangan kasus proyek.
BAB II
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Pengertian dan Penjelasan Singkat Proyek
Proyek “Perancangan Shopping Center di Kawasan Transit Oriented
Developmeny (TOD) Belawan”, yang mempunyai pengertian :
Perancangan : Proses, cara atau perbuatan
merancang, mengatur segala sesuatu.
Shopping Center : Suatu kompleks pertokoan/retail yang dapat menampung kebutuhan
berbelanja dan berekreasi bagi para
pengunjung
Kawasan : Daerah tertentu yang mempunyai ciri
tertentu, seperti tempat tinggal,
pertokoan, industri, dll.
Transit Oriented Development : Suatu kawasan mixed-use dimna kita dapat berjalan kaki dengan radius
±600m (sesuai dengan kondisi
keadaaan lingkungan negara TOD)
dari pusat pemberhentian transit dan
area inti komersial.
Belawan : Salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara, Indonesia..
Berdasarkan penelaahan pengertian dari tiap kata-kata pada Judul Proyek
tersebut, penulis menetapkan bahwa Perancangan Shopping Center di Kawasan
Transit Oriented Development (TOD) di Belawan adalah sebuah konsep
perancangan pusat perbelanjaan guna mendukung fungsi transit dan sebagai saran
2.1.1. Belawan Sebagai Pengembangan Kawasan Transit di Sumatera
Utara
Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan
Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau
pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan
domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai
fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa
pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta
berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.
Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana
perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping
itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air besih dan
Kawasan Industri Medan (KIM).
Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana
sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Primer dan Pusat Sekunder. Pusat
Sekunder harus terintegrasi dengan Pusat Primer. Pengembangan struktur ruang
Kota Medan terkait Belawan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara
lain:
1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota
(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain:
Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam
pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani
sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara.
Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang
peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara
Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional,
nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan
Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional;
2. Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara
diarahkan sebagai pengembangan:
Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan
ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman.
Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri
high technology, pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan
bersejarah, water front city, dan theme park.
2.2. Pengertian Shopping Center
Pengertian shopping center atau pusat perbelanjaan secara umum
adalah kompleks pertokoan yang dikunju ngi untuk membeli atau melihat dan
membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sosial
masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi
pengunjung.
Menurut International Council of Shopping Centre (ICSC) – organisasi paling besar dan paling berpengaruh untuk pusat perbelanjaan dunia–definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok usaha ritel dan usaha komersial lainnya
yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai satu properti
tunggal. Menurut Nadine Beddington (1982), pusat perbelanjaan adalah suatu
komplek pertokoan / perbelanjaan terencana y ang pengelolaanny a ditangani
oleh suatu manajemen pusat yang menyewakan atau menjual unit-unit toko yang
tersedia untuk pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya
dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat
Menurut Levy dan Weitz (2004), Pusat perbelanjaan juga dapat
didefinisikan sebagai penyewa utama (anchor tenant), luas kotor area yang
disewakan (gross leaseable area) dan wilayah bisnis. Sedangkan menurut Urban
Land Institute, definisi pusat perbelanjaan adalah sekelompok bangunan komersial
dengan arsitektur terpadu yang dibangun pada lokasi yang direncanakan,
dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai sebuah unit operasional (Kowinski,
1985). Istilah “terpadu, serta direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan dikelola sebagai sebuah unit operasional” merujuk pada cara yang dilakukan manajemen pusat perbelanjaan untuk mengendalikan lingkungan mereka dalam upaya
menciptakan dunia yang mereka khayalkan untuk para pengunjung di lingkungan
pusat perbelanjaan.
2.2.3. Klasifikasi Shopping Center
Klasifikasi shopping center antara lain :
a. Dilihat dari luas areal pelayanan berdasarkan U.L.I. standar (Shopping
Centers, Planning, Development & Administration, Edgar Lion P.Eng)
1) Regional Shopping Centers :
Luas areal antara 27.870–92.900 m2, terdiri dari 2 atau lebih yang seukuran dengan department store. Skala pelayanan antara 150.000–400.000 penduduk, terletak pada lokasi yang strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran,
rekreasi dan seni.
2) Community Shopping Centre :
Luas areal antara 9.290 – 23.225 m2, terdiri at as junior departmen store, supermarket dengan jangkauan pelayanan antara 40.000-150.000 penduduk,
terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota (wilayah).
Luas areal antara 2.720 – 9.290 m2. Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket, berada pada suatu lingkungan
tertentu.
b. Dilihat dari jenis barang yang dijual (Design for Shopping Centers, Nadine
Beddington)
1) Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga
merupakan kebutuhan pokok.
2) Semi Demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barang barang
untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3) Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah
yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4) Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum
dan lain-lain.
c. Berdasarkan Bauran Jenis Usaha
Berdasarkan bauran jenis usahanya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :
1) Pusat Perbelanjaan Berorientasi Keluarga
Pusat perbelanjaan ini menyediakan semua hal dalam satu atap (all under one
roof family–oriented shopping centre), dengan luas bersih area yang disewakan
sekitar 400.000 – 500.000 kaki persegi. Dimana didominasi oleh hy permarket, pusat hiburan, cinema, area bowling dan biliar.
2) Pusat Perbelanjaan Spesialis (Specialist Shopping Centre)
Jenis pusat perbelanjaan ini lebih kecil dari pada pusat perbelanjaan
berorientasi keluarga dan hanya menawarkan satu jenis perdagangan utama,
yang dilengkapi sejumlah toko lain yang mendukung bisnis utama, seperti
3) Pusat perbelanjaan gaya hidup (Lifestyle Shopping Centre)
Pusat perbelanjaan ini melayani para professional muda yang bekerja di
wilayah kota. Dan menawarkan produk tematis yang terkait dengan gaya
hidup. Luas area ini sekitar 100.000 – 200.000 kaki persegi.
d. Berdasarkan Kepemilikan
Berdasarkan kepemilikannya, pusat perbelanjaan dibedakan menjadi :
1) Unit Ruang Usaha Dengan Hak Milik Bersusun (Strata Title Lot)
Merujuk pada pusat perbelanjaan dengan unit-unit toko y ang dimiliki oleh
banyak individu dan setiap pemilik unit individu bebas memperlakukan unit
property miliknya sesuai keinginan. Pemilik unit dapat membuka toko ritel,
kantor korporasi kecil, atau menyewakan propertinya karena setiap pemilik
unit membuat keputusan sendiri berdasarkan kepentingan pribadi mereka.
2) Manajemen Kepemilikan Tunggal (Single Owner-Ship Manajemen)
Dimana suatu tim professional di suatu pusat perbelanjaan dilibatkan untuk
memaksimalkan hasil investasi dari satu property. Manajeme n pusat
perbelanjaan bertugas merencanakan, menetapkan nama, memasarkan, serta
mengelola property tersebut.
2.3. Shopping Center Sebagai Fasilitas Publik dalam TOD
Transit-oriented development atau disingkat TOD dapat menjadi salah satu
langkah strategis merancang kota masadepan yang lebih baik, termasuk juga
mengurangi kepadatan lalulintas. TOD merupakan pendekatan perencanaan
yang terkait dengan area berkepadatan tinggi, dengan pola ruang yang
terklaster di sekitar stasiun dan koridor (Preiss & Shapiro, 2002). Indikator
keberhasilan sistem TOD di suatu wilayah adalah lebih banyak orang dapat
tinggal dan bekerja, pergi bersekolah, berbelanja, dan kegiatan lain dengan
berjalan kaki dari dan ke stasiun. Atau dengan kata lain, orang-orang dapat
Dalam aplikasinya, sistem TOD tidak bisa berdiri sendirian. TOD perlu
ditunjang oleh mixed-use development atau sistem pengembangan berbasis
penyampuran fungsi. Mixed-use development merupakan pengembangan
produk properti (perkantoran, hotel, tempat tinggal, komersial) yang
dikembangkan menjadi satu kesatuan, atau minimal dua produk properti yang
dibangun dalam satu kesatuan (Mandala, 2013). Manfaat nyata dari aplikasi
mixed-use development ini adalah pengembangan kota dapat lebih efisien
karena banyak fungsi/produk properti disatukan dalam satu bangunan, kota
menjadi lebih compact, dan mobilisasi lebih ‘rapi’ karena tidak terlalu banyak
berlalulalang dalam mengakses tempat tertentu.
2.4. Prinsip-Prinsip Hemat Energi Pada Bangunan
Berdasarkan buku Inovasi Model Desain Rusunawa Sederhana Hemat
Energi oleh Ir. E.B. Handoko Sutanto, MT, pertimbangan desain bangunan hemat
energi secara umum unutk bangunan apartemen dan rumah susun di Indonesia,
yaitu:
Merekayasa terbentuknya iklim mikro yang nyaman dengan mendesain
open space dan ruang terbuka hijau –semaksimal mungkin.
Mendesain konfigurasi massa bangunan dalam komposisi dan bentuk yang
tidak kompleks, agar komposisi massa dan bentuk bangunan tidak
menghalangi dalam upaya penerimaan energi matahari serta penghawaan
alami, mempermudah dan menyederhanakan pengaturan orientasi massa
dan desain bidang bukaan pada bangunan dan meminimalisir heat transfer
Mengatur orientasi bangunan untuk menghindari panas matahari langsung,
dengan mendesain arah memanjang yaitu massa bangunan dominan ke
Utara/Selatan
Mengutamakan desain massa yang “ramping”
Mengatur organisasi ruang (mengatur zoning ruangan)
Mengatur agar penghawaan alami dapat berlangsung secara efektif,
pengaturan arah dan dimensi serta perlindungan bukaan dan
Mendesain agar sekat antar ruangan dalam unit tidak rapat sampai plafon,
agar aliran udara dan transmisi cahaya antar ruang masih dapat
berlangsung dengan baik
Menggunakan atau merekayasa bahan bangunan agar semaksimal
mungkin dapat menahan/mereduksi matahari ke dalam ruangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip desain diatas, pertimbangan desain bangunan
untuk menghemat energi pada bangunan pusat perbelanjaan yaitu:
Memakai secondary skin pada bangunan untuk menghindari panas berlebih
Merancang bangunan yang ramping
Menambahkan ruang terbuka hijau yang lapang sebagai salah satu elemen
perancangan dalam pusat perbelanjaan
Menambahkan skylight di tengah bangunan agar memaksimalkan cahaya yang masuk sehingga meminimalkan penerangan buatan pada bangunan
Mengatur agar penghawaan buatan tetap dapat maksimal mengalir dengan
adanya koridor yang panjang dan mengalir
2.5. Studi Banding Shopping Center
Pada pembahasan studi banding shopping centre bertujuan untuk
menjelaskan perbandingan antara proyek shopping centre yang dibangun di
kawasan pelabuhan Belawan dengan shopping centre yang sejenis di kawasan
lain. Akan dibahas juga mengenai beberapa poin penting dari shopping centre
sebagai hal utama dalam pembangunan. Berikut ini merupakan shopping centre
yang berada di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
2.5.1. Plaza Indonesia
Plaza Indonesia diresmikan pada awal tahun 1990, terdiri dari empat lantai
Bundaran Hotel Indonesia, tepatnya pada perantara jalan M.H. Thamrin dan jalan
Kebon Kacang Raya di kawasn bisnis utama Jakarta.
Plaza Indonesia juga dilengkapi dengan hotel Grand Hyatt Jakarta, sebuah
hotel bintang lima berlantai 28 yang resmi dibuka juga pada awal tahun 1990.
Hotel ini memiliki lebih dari 300 kamar dengan desain modern minimalis,
restoran-restoran eksklusif, dan fasilitas yang sangat lengkap.Pengembangan
Plaza Indonesia Berlanjut ketika Entertainment X'nter dibuka disebelah gedung
yang ada dengan membidik pangsa pasar anak muda. Kedua gedung disambung
dengan sebuah jembatan yang dikelilingi toko-toko.
Kini, Plaza Indonesia telah dilengkapi dengan gedung perkantoran The
Plaza Office Tower dan apartement The Keraton Grand Hyatt Residences.Plaza
Indonesia dikembangkan oleh PT Global Property Development Tbk (sebelumnya
bernama PT Kridaperdana Indahgraha Tbk).
Pada tahun 2009, Plaza Indonesia diperluas dengan 42,325 meter persegi
dari luas lantai kotor di 6 tingkat, dengan 24.672 meter persegi lebih banyak
ruang. Tiga tingkat pertama perpanjangan ritel yang terhubung ke pusat
perbelanjaan yang ada. The 4th ke tingkat 6 berdedikasi untuk "konsep gaya hidup
modern" dengan berbagai hiburan dan fasilitas. Perpanjangan ritel memiliki pintu
masuk di Jalan M. H Thamrin menyediakan akses dari jalan utama Jakarta, Jalan
M. H Thamrin dan Jalan Sudirman. Ekstensi ini juga menyediakan 5 tingkat
parkir bawah tanah. Plaza Indonesia rumah merek mewah seperti Hermes, Louis
Vuitton, Celine, Chanel, Dior, Gucci, Givenchy, Kenzo, Longchamp, Bottega
Veneta, Giuseppe Zanotti, Jimmy Choo, TOD'S, Valentino, Versace, Etro, Fendi,
Furla, Balenciaga, Saint Laurent Paris, Lanvin, Marc by Marc Jacobs, Mulberry,
MaxMara, Burberry, Stella McCartney, Ermenegildo Zegna, Diane von
Furstenberg, Emporio Armani, Giorgio Armani, Victoria Beckham, Aigner, Hugo
Boss, Loewe, Brioni, Salvatore Ferragamo, Chrsitian Louboutin , Cartier, BCBG
Max Azria, Bvlgari, Tiffany & Co dan Rolex. Kebanyakan mewah dan merek
Indonesia, dan banyak merek ini penyewa sejak pembukaan pusat perbelanjaan
pada tahun 1990.
Gambar 2.1. Plaza Indonesia
Sumber : Google
Gambar 2.2. Interior Plaza Indonesia
2.5.2. Plaza Semanggi
Plaza Semanggi memiliki luas ± 45.034 m2 yang terdiri dari 17 lantai.
Bangunan ini terletak di antara jalan Jedral Sudirman dan jalan Gatot Subroto.
Plaza Semanggi memiliki bangunan serba guna dan gedung perkantoran yang
melekat yaitu Balai Sarbini dan Gedung Veteran R.I. Untuk menghormati kedua
bangunan tersebut, maka konsep eksterior masa bangunan The Plaza Semanggi
adalah menyatukan bentuk bangunan lama yang bersejarah dengan bentuk
bangunan baru yang modern. Bentuk massanya sendiri merupakan pengembangan
dari bentuk gedung Balai Sarbini yang orientasinya mengikuti bentuk jalan yang
melengkung. Begitu pula dengan konsep fasadnya, merupakan penggabungan
antara gaya arsitektur lama dengan gaya arsitektur modern.
Konsep umum The Plaza Semanggi adalah downtown experience
pertemuan dari berbagai budaya, dengan slogan Experience The Downtown
Eperience. Konsep downtown ini terwujud dalam perencanaan interior bangunan
yang dibagi menjadi 8 Downtown Sensation, yaitu berbagai menu nasional dan
internasional (Wide Variety of The World Cuisine), berbagai retail tenant lokal
dan mancanegara (Mix n’Match Fashion Boutique), lounge and pool, bioskop 21
dan karaoke (Absolute Entertainment), berbagai peralatan elektronik (Information
Technology) and Electronic Center), area bermain anak (Kids Heaven), berbagai
perlengkapan rumah (Household Center), klub kebugaran dan kecantikan (Health
Beauty and Spa Clubs), dan gedung pertemuan tempat berbagai acara
Gambar 2.3. Plaza Semanggi
Sumber : Google
Gambar 2.4. Gedung Balai Sarbini
Sumber : Google
2.5.3. Mal Ciputra Jakarta
Mal Ciputra terletak dipersimpangan antara Jl. S. Parman – Jl. Kyai Tapa
–Jl. Tol Dalam Kota, adalah lokasi yang strategis karena selalu menjadi daerah yang dilewati setiap orang yang akan menuju ke kawasan Jakarta Barat. Dengan
luas lahan ± 5 Ha, Mal Ciputra adalah sebuah superblock dengan Mix-used
Complex yaitu mal dengan luas ± 80.000 m2 yang terdiri dari 9 lantai dan hotel
arsitektural keseluruhan baik eksterior maupu interior adalah festive, bersifat
cerah dan ramai. Konsep ini dapat terlihat antara lain pada permainan 2 warna
utama yaitu peach yang pada saat itu menjadi trend warna Internasional dan hijau
tosca yang melambangkan corporate identity Grup Ciputra. Terlihat juga pada
permainan bentuk massa bangunan yang merupakan perpaduan antara bangunan
mal dan hotel yang disambungkan melalui sebuah podium dibagian tengah
dilengkapi dengan menara pada kedua ujungnya.
Gambar 2.5. Mall Ciputra
Sumber : Google
Berbagai fasilitas tersedia di mal ini yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok. Fasilitas pusat pertokoan berupa retai tenant yang
berjumlah 360 unit. Fasilitas khusus berupa area pameran di atrium/centercourt,
area bermain anak, ruang ibu dan bayi, tempat penitipan anak, playgroup bekerja
sama dengan Sanggar Bobo, ruang serba guna Amadeus, taman bacaan anak dan
berbagai kelas khusus seperti kelas musik dan kelas komputer. Fasilitas hiburan
berupa Bioskop Citra 21 (4 studio), stringer dan Fun city. Fasilitas sosial berupa
kantin murah untuk karyawan. Fasilitas pelengkap berupa ATM center, toilet
pengunjung disetiap lantai, pusat informasi, kursi roda, musholla, dan telepon
umum. Fasilitas lain yang tidak kalah penting adalah fasilitas parkir yang dibagi
tertutup berupa gedung parkir 11 lantai dengan system split level. Kapasitas
keduanya dapat dapat menampung ± 1.500 buah mobil dan ± 700 buah sepeda
motor serta dapat memenuhi daya tampung pengunjung baik pada hari – hari biasa maupun pada akhir pekan dan libur.
Gambar 2.6. Interior Mal Ciputra
BAB III
ANALISA DAN KONSEP
21
BAB III
ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN
3.1. Deskripsi Umum Proyek Shopping Center
Sesuai buku Masterplan Kawasan Transit Oriented Develpoment (TOD)
Belawan tugas PA 6 Kelompok Tiga, sarana pendukung fungsi transit berupa
Pusat Perbelanjaan seluas ±4 Ha.
Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah :
1. Judul proyek : TOD Belawan (Shopping Center)
2. Lokasi Proyek : Jln Sumatera
Batas Site :
a. Utara : Pasar Tradisional
b. Selatan : Stasiun KA Belawan
c. Timur : Rumah Susun
d. Barat : Pelabuhan Belawan
3. Luas Site : ±35.000 m2
4. Status Proyek : Fiktif
5. Pemilik Proyek: PT. Kereta Api Medan / Pemerintah Kota Medan
Gambar 3. 1. Site Perancangan
22
Hana Maria M Sianturi | 110406069
3.2. Analisa
Pada tahap analisa ini, perancang menganalisa berdasarkan buku
Masterplan Kawasan Transit Oriented Develpoment (TOD) Belawan tugas PA 6
Kelompok Tiga serta mengaitkannya terhadap eksisting yang sudah ada diluar
masterplan.
3.2.1. Analisa Lokasi
Gambar 3. 2. Peta Udara Lokasi Perancangan
Sumber : penulis, 2015
Perancangan bangunan Shopping Center ini berlokasi di area Kelurahan
Belawan II yang kondisinya sangat padat penduduk. Lokasi existing sendiri
berbatasan dengan :
23
Sebelah Barat : Pelabuhan
Sebelah Timur : Permukiman Kumuh
Sebelah Selatan : Stasiun KA
3.2.2. Analisa Tapak
a. Analisa Tata Guna Lahan
Gambar 3. 3. Pembagian Tata Guna Lahan Existing
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
Pada gambar analisa tata guna lahan di atas, terlihat bahwa fungsi transit
(Pelabuhan dan Stasiun Belawan) tidak diintegrasikan dengan baik. Setiap
24
Hana Maria M Sianturi | 110406069
untuk ditempuh berjaan kaki. Koefisien area hijau mendominasi namun
kurang terencana karena memusat, seharusnya setiap zoning fungsi
memiliki area hijau.
b. Analisa Bentuk dan Massa Bangunan
Keadaan massa bangunan disekitar kawasan cenderung tidak memiliki ciri
khas. Mayoritas bangunan yang berada di kawasan memiliki fungsi tempat
tinggal dan fungsi komersil (warung) sebagai tambahan mata pencaharian
penduduk.
Tata Ruang wilayah sangat padat (high on density) dan tidak ada keserasian
dalam penataan bangunan pada area permukiman warga menyebabkan
kawasan menjadi kawasan permukiman kumuh.
Gambar 3. 4. Kondisi Kepadatan Permukiman
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
c. Analisa Sirkulasi dan Parkir
Jalur sirkulasi di Kawasan Belawan II ini masih buruk karena jalur
sirkulasi yang ada sangat kecil dan pedestrian yang sangat buruk dan tidak
terhubung satu sama lain. Ada tiga jenis jalan yang ada di Kawasan ini yaitu
jalan primer, jalan sekunder, jalan tersier. Jalan primer dikawasan ini
terletak dijalan Sumatera atau terletak tepat didepan Stasiun jalur ini dapat
dilewati oleh kendaraan roda empat atau lebih, sepeda motor dan lain – lain namun dijalan in pedestriannya sangat buruk dan tanpa vegetasi yang
25
banyak kendaraan yang parkir dibadan jalan. Pada jalur sekunder hanya
dapa dilewati kendaraan roda empat dan sepeda motor karena lebarnya yang
sempit serta tidak adanya area parkir sehingga banyak kendaraan yang
parkir dibadan jalan sehingga membuat kemacetan. Dijalan ini juga tidak
ada pedestrian dan juga vegetasi yang sangat minim serta kondisi yang
sangat kumuh. Begitu juga dengan jalur Tersier yang hanya dapat dilewati
oleh sepeda motor dan pejalan kaki karena lebarnya yang hanya 1 m – 2 m dan kondisinya sangat kumuh dan padat karena diapit oleh pemukiman
penduduk. Pembagian jalan tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3. 5. Pembagian jalur Kawasan Belawan II
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
Keterangan:
- Garis Merah : Jalan Primer
- Garis Biru : Jalan Sekunder
26
Hana Maria M Sianturi | 110406069
d. Analisa Ruang Terbuka
Bangunan yang mendominasi area perancangan adalah permukiman padat
dan kumuh. Tidak ditemukan open space yang baik karena kawasan ini
dipenuhi oleh perumahan dan permukiman. Selain itu di sekitar rel Kereta
Api juga banyak ditemukan bangunan non permanen yang jaraknya sangat
dekat dengan rel yaitu sekitar 2 m – 2,5 m dari rel.
Gambar 3. 6. Area Kosong di sekitar site
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
Massa bangunan yang tidak teratur serta jarak antar bangunan yang dekat
menghasilkan permukiman padat sehingga sirkulasi udara terhambat dan
tidak dapat menyebar, ditambah tidak adanya ruang terbuka hijau di dalam
kawasan mengakibatkan kawasan menjadi gersang dan tidak asri.
e. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 3. 7. Keadaan jalur pedestrian pada site
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
Pada area permukiman sendiri tidak terdapat jalur pedestrian. Ruas jalan
27
Gambar 3. 8. Keadaan jalur pedestrian pada permukiman
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
3.2.3. Analisa Pengguna Bangunan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penggunan Belawan Shopping Center :
Pengunjung
Gambar 3. 9. Skema kegiatan pengunjung
Sumber : Data Pribadi
Karyawan
Gambar 3. 10. Skema kegiatan karyawan
28
Hana Maria M Sianturi | 110406069
Pengelola
Gambar 3. 11. Skema kegiatan pengelola
Sumber : Data Pribadi
3.2.4. Analisa Kebutuhan Ruang
Adapun kebutuhan-kebutuhan ruang secara umum dalam perancangan
pusat perbelanjaan :
FUNGSI FASILITAS PEMAKAI KEGIATAN KEBUTUHAN
RUANG
Fasilitas
Perbelanjaan
Book Store Pengelola Mengatur
pemasukan dan
Karyawan Melayani pembeli, memeriksa kondisi
Pengunjung Berdiri atau duduk membaca,
melihat-Karyawan Melayani pembeli, isoma
29 Cafe Pengelola Admnistrasi,
Mengontrol, isoma
Pengunjung Makan/ minum, duduk-duduk,
30
Keamanan Petugas Menjaga keamanan, menindak kriminal, Istirahat
- Pos Keamanan - R. Istirahat/ Berjaga.
Utilitas Karyawan Mengawasi alat bekerja, Pergudangan Karyawan Mengontrol, servis,
administrasi
Mall Pengunjung Duduk-duduk, bermain, jalan-jalan,
Pengunjung Parkir mobil, roda dua
-.Umum
Tabel 3.1. Tabel Analisa Kegiatan
31
3.3. Konsep Perancangan 3.3.1. Program Ruang
Belawan Shopping Center ini menyediakan beberapa fasilitas, seperti
fasilitas perbelanjaan, fasilitas hiburand an fasilitas peristirahatan. Berikut adlaah
analisa tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan berserta ruangannya.
3.3.1.1. Fasilitas Perbelanjaan
1. Ruang Umum (Public)
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.2. Program Ruang Umum (Publik)
2. Supermarket
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.3. Program Ruang Supermarket
32
Hana Maria M Sianturi | 110406069
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.4. Program Ruang Departemen Store
4. Retail/Pertokoan
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.5. Program Ruang Retail/Pertokoan
5. Toko Buku
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
33
Jumlah total luasan ruang untuk fasilitas perbelanjaan setelah ditambah dengan
sirkulasi 20% adalah sebagai berikut :
Ruang Umum (publik) = 1.166 m2
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.7. Program Ruang Food Court
2. Restauran
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
34
Tabel 3.8. Program Ruang Restaurant
3. Cafe
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.9. Program Ruang Cafe
4. Play Zone
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.10. Program Ruang Play Zone
Jumlah total luasan ruang untuk fasilitas rekreasi setelah ditambah dengan
sirkulasi 20% adalah sebagai berikut :
35
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
36
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.12. Program Ruang Utilitas
2. Keamanan
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.13. Program Ruang Keamanan
3. Ibadah Shalat
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
(m2)
R. Shalat 0.72 4 60 Asumsi 0.72 x 4 x 60 172.8 Tempat Wudhu 1.2 8 10 Asumsi 1.2 x 8 x 10 96
Jumlah 268.8
Tabel 3.14. Program Ruang Ibadah Shalat
Jumlah total luasan ruang untuk Fasilitas Penunjang setelah ditambah dengan
37
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
Tabel 3.15. Program Ruang Kelompok Kegiatan Resepsionis
3.3.1.4.2. Kelompok Kegiatan Pengguna Gedung
Ruang Standart
(m2/Org) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
38
Hana Maria M Sianturi | 110406069
3.3.1.5. Kebutuhan Parkir
Jumlah penduduk kecamatan Belawan adalah 95.506 (data tahun 2010). Jumlah
penduduk sekitar kecamatan Belawan = 50.000 jiwa (asumsi)
Penduduk Kecamatan Belawan = 95.506 jiwa
Penduduk sekitar Kec. Belawan = 50.000 jiwa
---
Total = 145.506 jiwa
Diasumsikan pengunjung yang datang ke kecamatan Belawan antara 2 – 3 % dari jumlah rata-rata penduduk kecamatan Belawan dengan latar belakang penghasilan
berbeda-beda.
Hari biasa diasumsikan 2% dari jumlah total penduduk Belawan yang akan
mengunjungi Belawan Shopping Center.
= 2 % dari 145.506 jiwa
= 2.910 orang/hari biasa
Hari libur diasumsikan 3% dari jumlah total penduduk Belawan yang akan
mengunjungi Belawan Shopping Center.
= 3 % dari 145.506 jiwa
= 4.365 orang/hari biasa
Asumsi waktu kunjungan ke mall = 3 jam / orang
Waktu buka mall = 10 pagi – 10 malam = 12 jam
Berarti ada 4 shift waktu dimana 1 shift waktu = 4.365/4
39
Dengan pertimbangan penggunaan fasilitas gedung parkir dan lahan parkir yang
juga difungsikan untuk menampung kendaraan-kendaraan dari pengguna Balai
Warga dan Pasar Tradisional yang berada di sebelah utara site, maka lahan parkir
pada basement ditambahkan dan jumlahnya diperbanyak menjadi :
Mobil : 340
Motor : 494
Ruang Standart
(m2/unit) Unit
Kapasitas
(Org) Sumber Perhitungan
Luasan
(m2)
Parkir Mobil 7.5 340 4 NAD 7.5 x 340 2.550 Parkir Motor 2 495 2 NAD 2 x 495 990
Jumlah 3.540
Tabel 3.17. Program Ruang Keamanan
Jadi Luasan bangunan Belawan Shopping Center secara keseluruhan adalah
penjumlahan antara semua luasan ruang-ruang dari fasilitas-fasilitas yang disediakan,
antara lain adalah sebagai berikut:
Fasilitas Perbelanjaan = 11.556 m2
Fasilitas Rekreasi/Hiburan = 4.213 m2
Fasilitas Administrasi = 599.4 m2
Fasilitas Penunjang = 528 m2
Gedung Kantor = 3.479 m2
40
Hana Maria M Sianturi | 110406069
---
Total Luas Bangunan = 28.760 m2
3.4.2. Konsep Perencanaan Tapak
Konsep Perencanaan Tapak pada kawasan perancangan TOD Belawan ini
adalah dengan menciptakan pola baru pada kawasan, dengan menambahkan
fungsi transit tambahan untuk mempermudah perpindahan moda transportasi yaitu
fungsi Terminal Bus juga fungsi perbelanjaan dan rekreasi yaitu Shopping Center.
Fungsi Transit awal yang ada pada kawasan direvitalisasi dan dirancang ulang
agar saling berkesinambungan, serta dilengkapi dengan adanya sky-cross yang
menciptakan suatu kawasan dengan tema “Pedestrian Lantai 2”.
Gambar 3. 12. Masterplan TOD Belawan
41
Konsep perencanaan tapak pada bangunan Shopping Center sendiri adalah
dengan merancang ruang terbuka hijau sebagai plaza dari bangunan serta
sebagai fasilitas publik bagi para penduduk kawasan sekitar.
Gambar 3. 13. Letak RTH pada kawasan
(Sumber :Data Pribadi)
Ruang Terbuka Hijau ini diharapkan menarik banyak pengunjung dan
penduduk sekitar agar lebih banyak berjalan kaki dan mengitari kawasan
dengan sepeda, menghasilkan sebuah kawasan yang walkable.
Gambar 3. 14. Suasana RTH pada siang hari
42
Hana Maria M Sianturi | 110406069
Gambar 3. 15. Suasana RTH pada malam hari
Sumber : Data Pribadi
Gambar 3. 16. View jembatan penyebrangan dari jl Sumatera
Sumber : Data Pribadi
Bangunan berada tepat di tengah lahan, gedung parkir berada di utara dari
site sehingga dekat dengan gedung pasar tradisional dan balai warga yang
“menumpang” parkir ke dalam area parkir bangunan Shopping Center.
Gambar 3. 17. Massa Bangunan
43 3.4.3. Konsep Fasad Bangunan
Belawan Shopping Center yang lokasi site perancangannya berada di Belawan
diharapkan agar dapat menunjukkan imej dan citra Belawan sehingga dapat
menjadi landmark bagi kawasan Belawan itu sendiri.
Belawan sangat kuat kaitannya dengan pelabuhan dan dermaganya yang
merupakan salah satu pelabuhan dengan mobilitas yang cukup sibuk. Selain itu
kawasan ini sangat dekat dengan laut dan banyak penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan. Keberadaan laut adalah penunjuk bahwa inilah
kawasan Belawan. Sungai Belawan yang menciptakan ciri khas dari wilayah
Belawan.
Sungai erat pula kaitannya dengan ombak, yang mana ombak inilah yang
dikembangkan untuk menjadi tema pada perancangan desain fasad bangunan
Belawan Shopping Center ini.
Gambar 3. 18. Proses pengembangan bentuk gelombang menjadi desain secondary skin pada fasad bangunan
Sumber : Data Pribadi
44
Hana Maria M Sianturi | 110406069
Sumber : Data Pribadi
3.4.4. Konsep Sustainability Energi
Indonesia merupakan negara tropis dengan pasokan energi matahari yang
banyak serta curah hujan yang tinggi. Kecamatan Belawan sendiri sangat terkenal
akan cuaca yang sangat panas dikarenakan terik matahari serta berada dekat
dengan laut. Selain itu angin yang kencang juga banyak bertiup di daerah ini.
Keadaan Belawan yang sarat akan sinar matahari ini yang sangat
mendukung untuk adanya pemakaian solar panel pada bangunan. Selain pasokan
listrik dari PLN, bangunan Belawan Shopping Center juga menggunakan pasokan
energi listrik yang berasal dari energi matahari yang ditangkap oleh solar panel.
Solar panel ini akan diletakkan di lantai atap (rooftop).
Gambar 3. 20. Diagram Penyaluran Energi Matahari oleh Solar panel
Sumber : spiresolarsystems.com
3.4.5. Konsep Sistem Struktur
Sistem struktur yang dipakai dalam konstruksi bangunan adalah sistem
Rangka Kaku Baja (Rigid Frame Steel). Sistem struktur ini adalah sistem struktur
yang paling sering digunakan karena sangat ekonomis dan efisien untuk sistem
konstruksi bangunan di bawah 20 lantai (material beton) dan 30 lantai (material
45
Sistem rangka kaku pada umumnya berupa grid persegi teratur terdiri dari
balok horizontal dan kolom vertikal yang dihubungkan di suatu bidang dengan
menggunakan sambungan kaku (rigid).
Karena kontinuitasnya, maka rangka kaku beraksi terhadap beban lateral,
terutama melalu lentur dari kolom dan balok seperti gambar 2.10. Sifat menerus
dari rangka bergantung pada tahanan rotasi dari sambungan batang-batang
sehingga tidak terjadi peleset.
Bangunan Mix-Used Shopping Center dan Office ini memiliki 5 lantai
tower, 4 lantai podium, serta 2 lantai basement. Secara keseluruhan bahan yang
digunakan adalah kolom baja WF.
Gambar 3. 21. Sistem Struktur
Sumber : Data Pribadi
Menyesuaikan dengan panjang bangunan sepanjang 218 m, maka sistem
rigid frame disini dibagi menjadi 4 bagian utama dengan 3 titik garis dilatasi, yang
menggunakan sistem dilatasi kolom.
46
Hana Maria M Sianturi | 110406069
Gambar 3. 22. Pembagian garis dilatasi
BAB IV
BAB IV
HASIL RANCANGAN
4.1. Masterplan TOD dan Ground Plan Shopping Center
Gambar 4.1. Masterplan TOD Belawan
Site plan menunjukkan perancangan struktur ruang kawasan TOD yang terdiri
dari 3 fungsi transit utama (Stasiun KA, Pelabuhan, Terminal Bus), fungsi
perbelanjaan dan rekreasi (Shopping Center), fungsi hunian (Rusunami), serta
fungsi pendukung lainnya (Sekolah, Pasar Tradisional, Balai Warga). Tiap-tiap
lantai 2 bangunan digabungkan dengan sky-cross untuk menciptakan bangunan
yang “hidup” dan padat dilalui oleh para pengunjung.
Gambar 4.2. Groundplan Belawan Shopping Center
(Sumber :Buku Masterplan TOD Belawan)
Terdapat dua jalur drop off pada bangunan yaitu drop off area timur dan barat.
Sebelah timur dari bangunan ditujukan untuk para pengendara mobil dan motor
sedangkan sebelah barat dari bangunan ditujukan untuk para pejalan kaki yang
melewati jembatan penyebrangan untuk dapat mencapai bangunan Shopping
Center.
Di sekeliling bangunan terdapat vegetasi untuk menambah kesan asri pada site
4.2. Denah Shopping Center
Sub-bab berikut akan menjelaskan mengenai isi dan keterangan dari denah
rancangan bangunan Belawan Shopping Center :
4.2.1. Denah Basement 1 dan 2
Gambar 4.3. Denah Basement 2
(Sumber :Data Pribadi)
Gambar di atas menunjukkan denah basement lantai 2. Pada lantai ini
terletak ruang-ruang utilitas berupa Ground Water Tank, Ruang STP
(Sewage Treatment Plan), serta Ruang Pompa. Ruangan-ruangan lain
yang vital di lantai bagian ini adalah Ruang Server, Kantor Engineer,
beberapa retail serta Lift Lobby. Total parkir yang dapat ditampung
pada lantai ini adalah sebanyak 246 parkir sepeda motor dan 216 parkir
mobil.
Gambar 4.4. Denah Basement 1
(Sumber :Data Pribadi)
Gambar di atas menunjukkan denah basement lantai 1. Pada lantai ini
Genset dan Ruang Pengendali Kebakaran. Sama dengan lantai
basement 2, pada lantai ini juga terdapat beberapa Kantor Engineer,
Ruang Server, beberapa retail serta Lift Lobby. Jumlah parkir yang
dapat ditampung oleh lantai ini juga sama dengan jumlah parkir yang
dapat ditampung oleh lantai basement 2 yaitu sebanyak 246 parkir
sepeda motor dan 216 parkir mobil.
4.2.2. Denah Groundplan
Gambar 4.5. Denah Lantai 1
(Sumber :Data Pribadi)
Pada denah Lantai 1 dapat dilihat bahwa terdapat 3 jalur masuk menuju
bangunan yaitu satu pintu masuk utama di arah timur dari bangunan
serta 2 pintu masuk tambahan di arah barat. Bangunan dibagi menjadi 4
zona yaitu Zona A, Zona B, Zona C serta Zona Parkir. Anchor Tenant
pada lantai 1 ini berupa Supermarket yang berada di Zona A. Entrance
masuk menuju tower office berada di Zona C. Retail diletakkan di
samping entrance Office untuk meleburkan pintu masuk office dengan
bangunan Shopping Center. Pada Zona B terdapat atrium yang besar
4.2.3. Denah Lantai 2
Gambar 4.6. Denah Lantai 2
(Sumber :Data Pribadi)
Organisasi ruang pada lantai 2 kurang lebih sama dengan lantai 1,
perbedaannya terdapat pada jenis Anchor Tenant yang ada di zona A yaitu
berupa Department Store yang terhubung dengan Department Store di
lantai 3 melalui eskalator. Pada sisi atas Department Store sendiri terdapat
jalur masuk dari bangunan Stasiun yaitu melalu Sky-Cross. Pada zona B
juga terdapat Toko Buku yang sistemnya sama dengan Departement Store
yaitu terhubung melalui eskalator ke lantai 3.
4.2.4. Denah Lantai 3
Gambar 4.7. Denah Lantai 3
Organisasi Ruang Lantai 3 sama dengan lantai 2 hanya saja pada lantai 3
tidak terdapat Sky-Cross entrance.
4.2.5. Denah Lantai 4
Gambar 4.8. Denah Lantai 4
(Sumber :Data Pribadi)
Pada denah lantai 4, Anchor Tenant yang terdapat pada zona A adalah
berupa Food Court, kemudian pada zona B terdapat Play Zone. Kapasitas
gedung parkir pada tiap lantai mulai dari lantai 1-4 adalah 66 slot parkir
mobil.
4.2.6. Denah Lantai 5-8
Gambar 4.9. Denah Lantai 5-8
Denah lantai 5-8 berisikan ruang-ruang kantor, pantry, toilet, serta lift
dan tangga kebakaran khusus untuk tower bangunan office.
4.2. Tampak dan Potongan Shopping Center 4.2.1. Tampak Shopping Center
Gambar 4.10. Tampak Depan dan Tampak Belakang
(Sumber :Data Pribadi)
Gambar 4.11. Tampak Kiri dan Tampak Kanan