• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Essai Transit-Oriented Development (TOD)

N/A
N/A
19-083 Wahyu Tirta

Academic year: 2024

Membagikan "Tugas Essai Transit-Oriented Development (TOD) "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Essai Transit-Oriented Development (TOD) Nama : Wahyu Tirta Nugraha

NIM : 190406083

Pendahuluan

Transit-Oriented Development (TOD) adalah pendekatan perencanaan perkotaan yang bertujuan untuk menciptakan komunitas yang lebih berkelanjutan dengan menggabungkan transportasi publik yang efisien dengan pengembangan hunian dan komersial. Konsep ini telah menjadi tren global dalam perencanaan perkotaan sejak beberapa dekade terakhir. Namun, seperti halnya banyak ide besar, TOD tidaklah tanpa kritik. Tulisan ini akan mengeksplorasi kritik terhadap konsep Transit-Oriented Development dan berusaha untuk menyajikan pandangan yang seimbang tentang apakah TOD benar-benar solusi ideal untuk perkotaan masa depan.

Transit Oriented Development (TOD) merupakan suatu konsep yang diciptakan untuk mengurangi kemacetan yang dapat memberikan landasan ekonomi, ekologi dan sosial untuk pembangunan regional (Calthorpe, 1993). Landasan ekonomi, ekologi dan sosial tersebut berkaitan dengan indikator transportasi berkelanjutan yang juga merupakan tujuan dari konsep TOD. Berdasarkan beberapa teori-teori menurut Calthorpe (1993), Cervero (1997), ITDP (2014) terkait variabel konsep TOD yaitu tersedianya terminal/stasiun, ruang publik/ruang terbuka, pusat perdagangan, pusat permukiman dan fasilitas umum, density (kepadatan), diversity (keberagaman), design (desain), berjalan kaki, bersepeda, saling terhubung, angkutan umum, percampuran penggunaan lahan, memadatkan, kekompakan kawasan, dan beralih atau beralihnya perilaku masyarakat dalam berkendara menjadi berjalan kaki. Berdasarkan teori-teori yang ada, variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang dicetuskan oleh Cervero (1997) yaitu Density, Diversity dan Design dan ITDP (2014) Transit (angkutan umum) karena variabel tersebut sudah menggambarkan seluruh prinsip utama dalam penerapan TOD secara lebih singkat. Berdasarkan variabel-variabel yang telah ditemukan dan ditetapkan, yang dapat diambil dari tema studi kasus terkait penerapan TOD sebagai upaya mewujudkan transportasi yang berkelanjutan adalah Kota Surabaya didominasi oleh variabel transit, Kota Bandung didominasi oleh variabel density (kepadatan kawasan) dan transit (angkutan umum) dan Kota Jakarta didominasi oleh variabel density dan transit. Dari ketiga studi kasus, terdapat perbedaan antara indikator teori dan indikator studi kasus, dan masing- masing indikator pada studi kasus juga memiliki parameter yang berbeda pula. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi penyesuaian teori penerapan TOD di Indonesia, selain itu indikator penerapan TOD juga disesuaikan sesuai dengan karakteristik dan kebijakan kawasan tersebut sehingga terjadi perbedaan antara kawasan yang satu dengan yang lain.

(2)

Kritik terhadap Transit-Oriented Development adalah bagian penting dari proses perencanaan perkotaan yang sehat. Meskipun TOD memiliki potensi untuk menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dalam perencanaan perkotaan, kritik-kritik ini harus dianggap serius agar TOD dapat berkembang menjadi konsep yang lebih baik. Dalam menghadapi masalah seperti kemacetan lalu lintas, gentrifikasi, kerusakan lingkungan, dan partisipasi masyarakat, perencanaan TOD harus memprioritaskan keberlanjutan, keadilan sosial, dan partisipasi masyarakat agar benar-benar menjadi solusi yang efektif untuk perkotaan masa depan. Dengan pemikiran kritis dan pembaruan yang berkelanjutan, kita dapat mengembangkan konsep Transit-Oriented Development yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan. Berikut beberapa rangkuman kritik yang berlandas pada beberapa aspek yang terjadi di perkotaan yang menerapkan TOD :

1. TOD dan Kemacetan Lalu Lintas

Salah satu kritik utama terhadap Transit-Oriented Development adalah bahwa meskipun diklaim sebagai solusi untuk kemacetan lalu lintas, dalam beberapa kasus, TOD justru dapat memperburuk kemacetan tersebut. Beberapa proyek TOD mungkin gagal dalam mengakomodasi pertumbuhan jumlah penduduk yang dihasilkan oleh peningkatan aksesibilitas transportasi publik. Akibatnya, kawasan TOD yang semestinya mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang digunakan justru menjadi semakin padat dengan kendaraan, memperburuk kemacetan lalu lintas.

Selain itu, TOD sering kali tidak memperhitungkan infrastruktur transportasi yang memadai. Jika sistem transportasi publik yang ada tidak ditingkatkan secara serius dan tidak diikuti dengan perbaikan jaringan jalan, maka kawasan TOD dapat menjadi terlalu tergantung pada transportasi publik yang mungkin tidak cukup memadai. Akibatnya, penduduk di kawasan tersebut tetap bergantung pada kendaraan pribadi, dan hal ini dapat mengurangi manfaat yang diharapkan dari TOD.

2. Kritik terhadap Gentrifikasi

Gentrifikasi adalah proses di mana kawasan yang semula dihuni oleh penduduk berpenghasilan rendah digantikan oleh penduduk berpenghasilan tinggi karena peningkatan nilai properti akibat pembangunan TOD. Salah satu kritik terhadap TOD adalah bahwa hal ini dapat memicu gentrifikasi yang mengakibatkan pengusiran penduduk berpenghasilan rendah. Harga properti yang naik dapat membuat harga sewa dan biaya hidup di kawasan tersebut tidak lagi terjangkau bagi penduduk asli, yang akhirnya terpaksa pindah ke kawasan yang lebih terpencil.

(3)

Selain itu, gentrifikasi juga dapat menghilangkan karakter kultural kawasan tersebut. Kehadiran penduduk baru dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda dapat menggantikan elemen-elemen bersejarah dan budaya yang sudah ada, merusak identitas kawasan tersebut.

3. Kekhawatiran akan Kerusakan Lingkungan

Kritik lain terhadap Transit-Oriented Development adalah potensi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Meskipun TOD bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengurangi emisi gas rumah kaca, implementasinya tidak selalu berjalan sesuai rencana.

Pembangunan kawasan TOD seringkali melibatkan perubahan tata guna lahan yang dapat merusak ekosistem alami. Penyusutan lahan hijau yang penting untuk menjaga keanekaragaman hayati dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

Selain itu, pembangunan kawasan TOD yang intensif dapat memicu pembuangan limbah dan polusi suara yang berdampak buruk pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, keberlanjutan lingkungan harus menjadi perhatian utama dalam perencanaan TOD, bukan hanya peningkatan transportasi publik.

4. Kritik terhadap Partisipasi Masyarakat

Kritik terhadap Transit-Oriented Development juga mencakup kurangnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pengembangan. Terlalu sering, keputusan tentang proyek-proyek TOD dibuat oleh pihak pemerintah dan pengembang tanpa mempertimbangkan pendapat dan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpuasan dan resistensi dari masyarakat, yang merasa bahwa kepentingan mereka diabaikan.

Selain itu pula, Pembangunan berorientasi Transit Oriented Development (TOD) merupakan sebuah pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi sehingga menciptakan sebuah kota yang efisien. Konsep Transit Oriented Development (TOD) memiliki sebuah tujuan yaitu untuk memberikan sebuah alternatif dan pemecahan masalah bagi pertumbuhan metropolitan yang cenderung memiliki pola pengembangan yang berorientasi.

Konsep KawasanTransit Oriented Development(TOD) mengintegrasikan jaringan transit secara regional dan melengkapi strategi pengembangan lingkungan yang telah ada di sekitar simpul transit. Kawasan Transit Oriented Development (TOD) menggabungkan guna lahan residensial, perdagangan, jasa, perkantoran, ruang terbuka, dan ruang publik sehingga memudahkan masyarakat dan pengguna untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, maupun moda transportasi umum (Calthorpe, 1993).

(4)

Dibawah ini beberapa manfaat pengembangan sebuah kota dengan konsep Kawasan Transit Oriented Development(TOD):

1. Mengurangi jumlah pengguna kendaraan pribadi sehingga terhindar dari kemacetan, polusi udara, serta emisi gas rumah kaca.

2. Meningkatkan angkutan penumpang transit dan pendapatan daerah dari tarif angkutan.

3. Memperluas mobilitas dengan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, sehingga bisa mengurangi biaya transportasi.

4. Meningkatkan akses terhadap pekerjaan dan memberikan kesempatan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

5. Membuat atau menciptakan komunitas pejalan kaki guna mengakomodasi masyarakat supaya hidup lebih sehat dan aktif.

Salah satu contoh negara yang sukses menerapkan konsep kawasan Transit Oriented Development (TOD) yaitu Singapura. Keberhasilan penerapan konsep kawasanTransit Oriented Development (TOD) membuat banyak warga Singapura dimanjakan dengan fasilitas dan infrastruktur, terutama transportasi massal yang terintegritas dengan hunian dan tempat aktifitas sehari-hari. Adanya konsep kawasan Transit Oriented Development (TOD) ini telah mendorong masyarakat untuk memusatkan aktivitas sehari-hari disekitar stasiun transit atau paling tidak masih di dalam koridor transit.

Pemerintah, perencana kota, dan para pemangku kepentingan lainnya di Indonesia perlu mengadopsi prinsip-prinsip Transit Oriented Development (TOD) untuk diterapkan di kawasan-kawasan transit. Namun ada dua kunci yang perlu diperhatikan pada penerapan konsep Transit Oriented Development(TOD) di Indonesia adalah:

1. Perlunya dukungan sistem transit berkapasitas tinggi dengan rute yang cukup dengan jangkauan hingga regional dan persyaratan headway yang cukup pendek yang mampu mendorong perkembangan lingkungan disekitar simpul transit

2. Perlunya menciptakan lingkungan yang ramah untuk moda transportasi tidak bermotor.

Transit-Oriented Development (TOD) adalah pendekatan perencanaan perkotaan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang berfokus pada sistem transportasi umum, seperti kereta bawah tanah, bus cepat, dan kereta komuter. Tujuan utama TOD adalah mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi, mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan mobilitas, dan menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berikut adalah ringkasan singkat tentang konsep Transit-Oriented Development:

1. Lokasi Strategis: TOD biasanya berlokasi di sekitar stasiun kereta api, terminal bus, atau pusat transportasi umum lainnya. Hal ini memudahkan akses penduduk ke transportasi umum.

(5)

2. Kepadatan Tinggi: Perkembangan TOD biasanya memiliki kepadatan tinggi, dengan bangunan bertingkat tinggi, apartemen, dan pusat perbelanjaan yang berdekatan dengan stasiun transportasi. Hal ini memungkinkan penduduk untuk berjalan kaki ke stasiun.

3. Beragam Penggunaan Lahan: TOD mencakup beragam penggunaan lahan, seperti perumahan, komersial, perkantoran, dan rekreasi. Tujuannya adalah menciptakan komunitas yang beragam dan berfungsi sepanjang hari.

4. Desain Pejalan Kaki: Desain perkotaan TOD didasarkan pada pejalan kaki. Trotoar yang luas, lintasan pejalan kaki yang aman, dan aksesibilitas yang baik ke stasiun transportasi adalah komponen penting.

5. Fasilitas Transportasi Publik yang Baik: Transportasi publik yang handal, sering, dan terjangkau adalah kunci keberhasilan TOD. Stasiun harus memiliki fasilitas yang nyaman untuk penumpang.

6. Pengurangan Ketergantungan pada Mobil: TOD dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi. Ini dapat dicapai dengan menyediakan transportasi umum yang efisien dan akses mudah ke stasiun.

7. Pelestarian Lingkungan: TOD berfokus pada pelestarian lingkungan dengan mengurangi polusi udara dan emisi karbon. Penggunaan transportasi umum yang lebih banyak membantu mengurangi tekanan pada lingkungan.

8. Kualitas Hidup yang Lebih Baik: TOD bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk perkotaan dengan memberikan akses mudah ke pekerjaan, pendidikan, hiburan, dan fasilitas umum lainnya.

9. Pengembangan yang Berkelanjutan: TOD harus berkelanjutan dalam jangka panjang, mempertimbangkan aspek-aspek seperti penggunaan lahan yang hemat energi, pengelolaan air yang efisien, dan penggunaan material yang ramah lingkungan.

10. Partisipasi Masyarakat: Penting untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan TOD untuk memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi mereka dipertimbangkan.

Singkatnya, Transit-Oriented Development adalah pendekatan perencanaan perkotaan yang berfokus pada transportasi umum, kepadatan tinggi, dan pengurangan ketergantungan pada mobil pribadi untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih berkelanjutan, efisien, dan berdaya guna bagi penduduknya.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan rumah susun yang berada dalam kawasan transit oriented development juga sudah dipecahkan dengan skycross yang berada pada lantai 2 rumah susun yang

Hasil studi menunjukkan bahwa Kawasan Stasiun K.A Medan sebagai kawasan TOD sudah memiliki karakteristik pembentuk TOD seperti Fungsi transit, area komersial

Teori dan konsep yang dipakai pada terminal ini adalah Transit Oriented Development (TOD), TOD telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia dan telah dikenal luas

Berdasarkan TOD Guidebook (dalam Ayuningtias & Karmilah, 2019) kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep pengembangan serta

Dan tempat yang sesuai untuk meletakkan rumah susun tersebut adalah kawasan dengan konsep transit oriented development. Permasalahan yang terdapat pada projek ini adalah

dan karunia yang telah diberikan- Nya, sehingga Tugas Akhir “ Kesesuaian Kawasan Transit di Kota Surakarta berdasarkan Konsep TOD ” ini dapat diselesaikan.. Tugas Akhir ini

Teori dan konsep yang dipakai pada terminal ini adalah Transit Oriented Development (TOD), TOD telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia dan telah

Influence area Transit mode Comments National Transit Oriented Development TOD Policy 500–800 m Transit mode not specified Delineated zone of 500 m is specified on either side of