PERENCANAAN STASIUN KERETA API TRANSIT BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU Shindu Putra, Elfida Agus, Desy Aryanti
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Jl. Sumatra, Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia
E-mail : [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak
Perancanaan Stasiun Kereta Api Transit berbasis Transit Oriented Development (TOD) merupakan sarana pelayanan angkutan umum untuk memudahkan masyarakat khususnya kota Padang dalam melakukan perpindahan antar moda transportasi dan mengakses sumber daya kota. Sehingga dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk menggunakan sarana transportasi umum serta mengurangi kemacetan. Lokasi perencanaan berada di Jalan Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Lokasi berada di kawasan ramai penduduk yang menjadi jalur transportasi kendaraan umum, dan merupakan perencanaan pusat pelayanan skunder dalam RTRW kota Padang tahun 2010-2030, yang salah satunya merupakan perencanaan stasiun kereta api. Pendekatan arsitektur perilaku dengan mengambil konsep Transit Oriented Development (TOD) yaitu suatu konsep pembangunan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna mengakomodasi pertumbuhan baru dengan memperkuat lingkungan tempat tinggal dan perluasan pilihan maupun manfaat, melalui optimalisasi jaringan angkutan umum massal, sehingga mempermudah warga kota untuk mengakses sumber daya kota.
Kata Kunci : stasiun kereta api, Transit Oriented Development, arsitektur perilaku
Abstract
Planning of Train Transit Station based on Transit Oriented Development (TOD) is a public transportation service to facilitate people especially in Padang City to do mobilization and movements between transportations and to access thecity resources. It can grow society’s interest to use public transportation and reducing the traffic. The location for the planning is in Jl. Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Padang City. It’s located on the crowded population region which is route for public transportation and will become the secondary services center for RTRW Padang City on 2010-2030, one of them is the Planning of Train Transit Station. Behavior architecture approached takes the concept of Transit Oriented Development (TOD) which is a development of transportation that coordinated with the layout to accommodate growth by strengthen the environmental and expansion of choices and benefits. By optimalizing the public transportation, it can facilitate the society to access the city resources.
1 Pendahuluan
Kegiatan masyarakat perkotaan dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi dalam melakukan perkerjaannya memerlukan sebuah fasilitas pelayanan angkutan umum untuk memudahkan dalam melakukan perpindahan antar moda transportasi, selain itu untuk mengurangi kemacetan yang ditimbulkan oleh kendaraan peribadi.
Kereta Api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien dan efektif. Hal ini dibuktikan dengan daya angkutnya baik berupa manusia ataupun barang yang lebih besar dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api relatif lebih hemat dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka muncul lah ide untuk menyediakan fasilitas sarana prasarana untuk masyarakat kota berupa Stasiun Kereta Api Transit dengan konsep Transit Oriented Development (TOD), yaitu sebuah suatu konsep pembangunan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna mengakomodasi pertumbuhan baru dengan memperkuat lingkungan tempat tinggal dan perluasan pilihan maupun manfaat, melalui
optimalisasi jaringan angkutan umum massal, sehingga mempermudah warga kota untuk mengakses sumber daya kota.
Rumusan Masalah
a. Bagaimana merancang sebuah Stasiun Kereta dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang memiliki kejelasan orientasi, keselamatan, dan system sirkulasi yang efektif dan efisien. b. Bagaimana cara merancang sebuah
Stasiun Kereta dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang memilikli arsitektur setempat agar mencitrakan kekhasan daerah pada bangunan.
c. Bagaimana merancang sebuah Stasiun Kereta tidak hanya berfungsi sebagai stasiun kereta penumpang tetapi juga dapat memajukan pariwisata yang ada. d. Begaimana merancang sebuah Stasiun
Kereta dengan fasilitas yang sesuai dengan standar.
Metodologi
Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu
2 kesimpulan. Pengumpulan data diperoleh
dengan cara : a. Studi Literatur
Melakukan Melakukan studi literature dan pustaka baik melalui media buku, majalah, maupun internet tentang perancangan sebuah bangunan Stasiun Kereta Api sesuai dengan standar-standarnya.
b. Studi Kasus
Melakukan perbandingan beberapa Stasiun Kereta Api Transit yang berstandar Nasional dan Internasional untuk mencari masalah masalah yang ada.
c. Studi Preseden
Mengambil beberapa sampel Stasiun Kereta Api untuk dapat diambil kesimpulanya dari analisa perancangan dan standar-standar yang digunakan pada Stasiun Kereta Api.
d. Survey Site
Melakukan survey terhadap site yang dipilih, baik secara fisik maupun non fisik serta kebutuhan ruang di dalamnya. Survey dilakukan terhadap kondisi yang ada sekarang dan pengembangannya.
e. Pengumpulan Data
Mengumpulkan seluruh data untuk kemudian dapat dianalisis. Data yang diambil diperoleh dari survey ke kantor Pemerintah kota Padang, seperti, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pariwisata. Pengumpulan standar data melalui internet tentang fasilitas Stasiun Kereta Api. Melakukan wawancara ke beberapa masyarakat yang menggunakan sarana transportasi Kereta Api tentang tanggapanya dengan Stasiun Kereta Api yang ada sekarang apa saja hal-hal yang perlu ditambah agar mereka nyaman untuk menggunakan fasilitas yang ada pada sebuah banguanan Stasiun Kereta Api.
f. Analisis Data
Menganalisis data yang diperoleh dan mengaplikasikan data lapangan ke studi literature atau studi banding. Kemudian analisis tersebut menjadi acuan untuk membuat konsep perencanaan dan perancangan.
g. Analisis Site
Menganalisis site sesuai dengan analisis data yang telah dilakukan di atas. Analisis site dilakukan terhadap
3 bentuk tapak dan lokasi site yang ada
sekarang.
h. Penemuan Konsep Perancangan
Konsep perancangan didapat berdasarkan olahan analisis site dan analisis data, konsep perancangan juga diperoleh berdasakan teori dan kondisi lingkungan yang ada. Konsep perancangan merupakan motor utama dalam menentukan desain.
Hasil Dan Pembahasan
Data dan Analisa Tapak 1. Lokasi Tapak
Lokasi site berada di Jalan Prof. Dr. Hamka, Kelurahan Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Site memiliki luas ± 4700,9 m2. dan merupakan kawasan perencanaan pusat pelayanan skunder dalam RTRW kota Padang tahun 2010-2030, yang salah satunya merupakan perencanaan stasiun kereta api.
1. Luas Site : ±4.709 m2 2. Fungsi bangunan : Stasiun Kereta
Api Transit. 3. KLB : 0,9 – 1,2 4. KDB : 45% - 60% 5. Lantai Maksimal : 4 lantai
6. Kawasan : Perdagangan dan Jasa
7. Jalur Evakuasi : Sektor 5 8. Lebar jalan : 16 meter
Gambar 1 : Lokasi Site Sumber : Observasi lapangan, 2015
Gambar 2 : Tautan Lingkungan
4 Batasan Site:
Utara : Batalyon Yudha Sakti
Selatan : Perumahan Warga Barat : Rel Kereta Api Timur : Pusat Perbelanjaan
2. Potensi dan Permasalahan Site Permasalahan Site
a. Banyaknya supir angkutan umum yang ngetem disekitar Jalan Prof. Dr. Hamka.
b. Sering terjadi kemacetan di Jalan Prof. Dr. Hamka, terutama di depan Basko Grand Mall Hotel.
c. Didalam dite terdapat bangunan bekas kantor perpajakan dan sekarang dimanfaatkan sebagai tempat parkir tambahan oleh pengelola Basko Grand Mall Hotel. Potensi Site
a. Posisi site yang ada saat ini, berada di dalam kawasan sub pelayanan kota, merupakan kawasan yang strategis karena dekat dengan pusat perbelanjaan, perumahan, dan perkantoran.
b. Berada dikawasan yang ramai pemukiman.
c. Sudah terdapatnya vegetasi alami di didalam site, selain itu juga terdapat taman didalam site sehingga memberikan hawa yang sejuk kedalam site. d. Sudah tersedianya infrastruktur
seperti air, listrik, lampu jalan dan telepon.
e. Akses menuju site yang mudah dicapai.
3. Konsep Desain
Dalam perkembangan perkotaan, fasilitas transit intermoda dan kawasan transit telah menjadi aspek yang tidak terlepaskan, terutama pada kawasan pusat kota yang sering di akses oleh warga kota tersebut. Hal ini terkait dengan kemudahan akses yang ditawarkan kawasan yang dekat dengan fasilitas transit dan aktifitas yang mungkin akan dibangkitkan oleh kegiatan transit di kawasan tersebut.
Perencanaan stasiun kereta api transit ini diharapkan dapat memudahkan warga kota dalam hal transportasi seperti, perpindahan
5 antar moda, akses dari dan ke pusat
kota, dll. Teori dan konsep yang dipakai pada terminal ini adalah Transit Oriented Development (TOD), TOD telah banyak diwujudkan di berbagai kota di dunia dan telah dikenal luas sebagai konsep yang menjawab kebutuhan area transit, perencanaan stasiun kereta api transit dengan menggunakan konsep TOD ini diharapakan dapat memberi manfaat diantaranya adalah, penurunan penggunaan kendaraan pribadi untuk transportasi, peningkatan pejalan kaki dan pengguna stasiun kereta api transit, menghidupkan kawasan yang ada disekitar stasiun kereta api, peningkatan nilai properti dan berbagai kegiatan disekitar kawasan tersebut, perbaikan kualitas lingkungan dan komunitas serta mengurangi masalah kemacetan.
Berada pada kawasan padat dekat dengan pusat perelanjaan dan perumahan warga, dan iklim tropis dengan view laut, intensitas matahari serta angin yang potensial, perencanaan ini akan
memakai pendekatan arsitektur perilaku (behaviour), yang lebih mengutamakan kenyamanan pengguna bangunan stasiun kereta api tersebut.
Gambar 3 : Sirkulasi sekitar Site
Gam bar 3 : Pola Pembentuk Masa
Bangunnan
Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
Orientasi bangunan diarahkan menghadap ke utara dan selatan site, dan memposisikan tapak bangunan yang berada pada sisi site yang terpanjang agak miring dari garis peredaran matahari yang bertujuan untuk meminimalisir intensitas cahaya matahari yang masuk dari arah tersebut
Selain itu juga memanfatkan view yang ada di sekitar site dengan memberikan bukaan yang cukup pada sisi bangunan dengan view yang bagus.
Untuk pencapaian ke dalam site terdapat dua entrance, dengan pembagian entrance kendaraan
6 pribadi dan kendaraan angkutan
umum, entrance 2 jenis kendaraan tersebut melalui jalan Prof, Dr, Hamka, kendaraan pribadi memiliki tempat parir yang berada di lantai basement bangunan stasiun kereta api, sedangkan kendaraan angkutan umum memiliki tempat paekir yang berada di luar bangunan stasiun kereta api.
Gam bar 4 : Konsep Sirkul asi Didalam
Site
Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
4. Kriteria Desain
a. Bentuk massa bangunan
Massa bangunan terbentuk dari unsur garis yang tegas, yaitu bentuk transformasi dari susunan bentuk kubus dan disesuaikan dengan bentuk tapak pada site bangunan stasiun kereta api itu sendiri.
Stasiun kereta api terdiri dari tiga buah massa bangunan yang berbentuk kubus dan disesuaikan dengan fungsi ruang - ruang yang ada di dalamnya, karena merupakan sebuah stasiun kereta api transit yang mengutamakan efisiensi dan kenyaman terutama dalam hal sirkulasi kendaraan dan manusia, maka massa bangunan mempunyai bentuk yang menesuaikan dengan sirkulasi yang telah ada
Gam bar 5 : Konsep Mas sa Bangunan Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
b. Fasade Bangunan
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang terdiri dari beberapa gerbong dengan bentuk gerbong yang menyerupai persegi panjang yang tegas pada tiap bidangnya, bentuk-bentuk persegi panjang ini menjadi dasar dari bentuk bangunan stasiun kereta api terebut diadopsi dari bentuk kereta
7 api cepat yang terdiri dari bentuk
kotak yang disusun.
Gam bar 6 : Konsep Transformasi Massa
Bangunan
Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
Selain itu lokasi stasiun kereta api yang berada pada site yang memanjang (linier), yang mengikuti alur sirkulasi rel kereta api dan sirkulasi Kendaraan umum maupun pribadi yang ada di dalam site tersebut mempengaruhi tapak bangunan stasiun dengan mengikuti alur sirkulasi memanjang tersebut.
c. Konsep Tapak
Konsep tapak bangunan terdiri dari penggabungan unsur garis lengkung yang bersifat dinamis tidak kaku memberikan rasa nyaman, unsur lengkung tersebut diterapkan pada bentuk bangunan
pada peron, pola pedestrian, dan bentuk bangku taman, dan garis lurus yang bersifat tegas, unsurs garis lurus tersebut diterapkan pada lampu jalan dan sirkulasi di dalam site.
Gam bar 7 : Konsep Unsur L engkung
Pada Tapak
Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
Gam bar 8 : Konsep Unsur g arislurus
Pada Tapak
8
Gam bar 9 : Konsep Site Pla n Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
Gam bar 10 : Konsep Blok Plan Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
9
Gam bar 10 : Tampak Bangunan Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
10
Gam bar 11 : Perspektif E ks terior Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
Gam bar 12 : Perspektif Int erior Sumber : Analisa penulis, Thn 2015
11 Kesimpulan
Setelah melakukan sejumlah evaluasi dari konsep hingga hasil desain yang dikaitkan dengan skripsi dan gambar pra rencana, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Konsep bentuk bangunan yang mengadopsi bentuk dari kereta api cepat yang memiliki bentuk agak melengkung dapat dilihat dari bentuk peron pada bangunan stasiun kereta api tersebut
b. Orientasi bangunan menghadap ke barat dan timur site. Orientasi ke arah barat lebih diperuntukan bagi ruang terbuka, sedangkan orientasi kea rah timur sebagai ruang tunggu pada stasiun kereta api (peron). c. Untuk pencapaian ke dalam site
terdapat dua entrance untuk kendaraan dan 1 entrance untuk kendaraan umum (opelet) yaang berada pada sisi bagian paling luar site, dan 1 entrance untuk kendaraan peribadi yang berada pada sisi bagian dalam site.
d. Menempatkan halte kendaraan umum ke dalam site untuk lebih memudahkan masyarakat dalam melakukan perpindahan antar moda transportasi sebagaimana konsep
yang diterapkan pada Stasiun Kereta Api ini yaitu Transit Oriented Development (TOD). e. Fasade bangunan yang menyerupai
bentuk kereta api cepat dengan menambahkan secondary skin berupa ukiran minang pada dindingnya sebagai sirkulasi udara ke dalam bangunan serta memberikan kesan etnik pada bangunan Stasiun Kereta Api tersebut.
f. Ruang terbuka hijau sebagai Public Space berupa taman bagi pengunjung stasiun dan masyarakat sekitar Stasiun Kereta Api.
g. Memberikan Sky Bridge agar pengunjung stasiun merasa nyaman dan aman saat melintasi jalan menuju bangunan stasiun serta dapat menjadi daya tarik pada bangunan stasiun kereta api tersebut.
h. Menggunakan tema "behavior Architecture" yang lebih mengutamakan pola dan tingkah laku individu manusia dalam kehidupan sehari-hari, agar terciptanya keadaan yang aman dan nyaman pada Stasiun Kereta Api.
12 Daftar Pustaka
Anonim, 1993, Peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.studi
Morlok, Edward K, 1994, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta
Neufert, Ernst. (1996),” Data Arsitek, Jilid 1 “, Erlangga, Jakarta Neufert, Ernst. (1999),” Data Arsitek,
Jilid 2 “, Erlangga, Jakarta Neufert, Ernst. (2002),” Data Arsitek,
Jilid 2 “, Erlangga, Jakarta Panero, Julius, 2003, Demensi
Manusia & Ruang Interior, Erlangga, Jakarta
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Standar Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api.
Sistem Informasi PT.KAI. 2011, Situs Resmi PT. Kereta Api
Indonesia (Persero). Supriadi, U. 2008. Perencanaan
Perjalanan Kereta Api dan Pelaksanaannya, PT. Kereta Api (Peresero), Bandung. Susiyo, Johnsen, 2013, Perancangan
Transit Oriented Development Dengan Metode Walkable Urban di Balismester 1. Jakarta Timur,
skripsi jurusan Arsitektur Bina Nusantara.
Sikumbang, Nasril (2008), Bahan kuliah Teknologi Bangunan (upper structure) , Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta, Padang.
Taolin, Tetriana, 2007, Kualitas Ruang Publik Kota Pada Kawasan Tod, Skripsi Teknik Arsitektur UI. www.koranarsitektur.com, 2014 www.architectkidd.com, 2014 www.openbuilding.com, 2015 www.wikipedia.com, 2015 www.googlemap.com, 2015 www.Archdaily.com,2015 www.pinterest.com,2015