Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
STASIUN TRANSIT MONOREL BERBASIS SISTEM
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur konsentrasi Teknik Arsitektur S-1
Oleh
Ilyaza Gusnawan NIM 1100236
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ILYAZA GUSNAWAN
STASIUN TRANSIT MONOREL
BERBASIS SISTEM
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Eng. Usep Surahman NIP. 119760527 200501 1 001
Pembimbing II
Dr. H. Johar Maknun, M.Si. NIP. 19680308 199303 1 002
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dan menjamin bahwa karya
tugas akhir ini, termasuk di dalamnya Desain Perencanaan dan Perancangan
Arsitektur serta Grafis Arsitektur adalah karya yang dilakukan secara mandiri dan
disusun tanpa menggunakan bantuan yang tidak dibenarkan. Semua kutipan
dan/atau pemikiran orang lain yang digunakan di dalam penyusunan tugas akhir,
baik dari sumber yang dipublikasikan ataupun tidak termasuk dari buku, artikel
jurnal, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain dan lainnya, telah direferensikan
menurut kaidah akademik yang baku dan berlaku.
Bandung, September 2015
Yang membuat pernyataan,
Stasiun Transit Monorel
Berbasis Sistem
Transit Oriented Development
Oleh
Ilyaza Gusnawan
Sebuah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
©Ilyaza Gusnawan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Stasiun Transit Monorel Berbasis Sistem Transit Oriented Development
Ilyaza Gusnawan – 1100236 Prodi Teknik Arsitektur
Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Stasiun Transit Monorel berbasis Sistem Transit Oriented Development merupakan sebuah titik di Jalan Merdeka Kota Bandung dimana pengguna berhenti sejenak untuk melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai pada titik tujuan dengan menggunakan moda transportasi kereta monorel. Sesuai dengan program perencanaan jangka panjang pemerintah Kota Bandung mengenai pengadaan sistem kereta monorel, perancangan stasiun transit ini menitik beratkan pada pemecahan masalah makro dan mikro mengenai kemacetan pada tapak maupun kota sehingga membentuk sebuah lingkungan binaan baru yang nyaman, aman dan menyenangkan bagi pejalan kaki. Sasaran permasalahan makro (permasalahan kota) yang dipecahkan yaitu bagaimana mewadahi pergerakan aktivitas masyarakat kota yang besar tanpa menimbulkan kemacetan pada kota. Sedangkan sasaran permasalahan mikro (permasalahan tapak) yaitu bagaimana memfasilitasi pejalan kaki yang hendak menyebrang dengan aman dan tidak menimbulkan kemacetan, bagaimana menciptakan ruang publik pada kawasan, dan bagaimana mengatur sirkulasi pengguna dengan menggunakan moda transportasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, pemilihan tema untuk memecahkan masalah pada perancangan Stasiun Transit Monorel ini yaitu Transit
Oriented Development.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Transit Monorail Station
Based On
Transit Oriented Development
Ilyaza Gusnawan – 1100236
Architectural Engineering Program Study
Departement of Architectural Engineering Education
Faculty of Engineering Education and Vocational
Indonesia University of Education
ABSTRACT
Transit Monorail Station based on Transit Oriented Development system is a node where people who use monorail train can take a rest for a while before they started to continue their trip. According to Bandung’s government long-term plan about realizing Monorail Train system, this project will be focus on solving the traffic problems on it site, even on the city, which can make a new pleasant environment for the pedestrian. The solution of the macro or city problem is targeted on how to facilitate people’s movement without jamming the traffic. Beside it, the solution of the micro or site problem is targeted on how to facilitate the pedestrian who want to cross the road safely, how to make a public space on it, and how to design the circulation through people who use various transportation. Therefore, Transit Oriented Development is chosen as the theme of solution on this Transit Monorail Station project.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
1.1Latar Belakang Perancangan 1 1.2Maksud dan Tujuan Perancangan ... 41.3Identifikasi Masalah Perancangan... 5
1.4Batasan dan Masalah Perancangan ... 6
1.5Pendekatan dan Gambaran Capaian yang Dituju ... 7
BAB II : KAJIAN
BAB IV : ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1Analisis Lingkungan dan Tapak 45
4.1.1 Analisis Aspek Fisik 45
4.1.2 View 51
4.2Analisis Bangunan Sekitar 53
4.3Analisis Kemacetan 54
4.4Analisis Aktivitas 55
4.5Program Ruang 56
4.6Hubungan Ruang 57
BAB V: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.2Konsep Perencanaan Tapak 58
5.3Konsep Perancangan Bangunan 70
5.4Konsep Modul Perancangan 77
5.5Konsep Fungsi, Ruang Interior dan Bentuk 81
5.5.1 Fungsi 82
5.5.2 Bentuk 93
5.5.3 Interior 105
5.6Konsep Struktur dan Konstruksi 108
5.7Konsep Bahan Bangunan 112
5.7.1 Material Atap 112
5.7.2 Material Lantai dan Struktur 113
5.7.3 Material Fasad dan Elemen Interior 113
5.8Konsep Lansekap 113
DAFTAR PUSTAKA 117
RIWAYAT HIDUP 118
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kriteria Desain ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 2 Volume, Kapasitas dan Kecepatan Rata-Rata Ruas Jalan Utama Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. 3 Jaringan Trayek Damri dan Bus Sedang ... Error! Bookmark not
defined.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Sosialisasi Proyek Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 1. 2 Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Kota Bandung Error! Bookmark not
defined.
Gambar 1. 3 Konsep T.O.D ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 1 Jenis Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 2 Spesifikasi Teknis ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 3 Ilustrasi Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 4 Permintaan Perjalanan Pengguna Monorel Koridor 1... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 5 Sistem Jaringan Jalan Eksisting di Kota Bandung . Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 6 Sistem Jaringan Jalan Eksisting berdasarkan Fungsi Jalan di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 7 Sistem Jaringan Jalan Eksisting berdasarkan Status Jalan di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 8 Lokasi Rawan Macet di Kota Bandung ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 9 Trayek Angkutan Umum di Kota Bandung Eksisting ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 10 Trayek yang Dilayani Armada Bus Besar di Kota Bandung .. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 11 Jalur Angkutan Kereta Api di Metropolitan Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 12 Jalur Koridor monorel/LRT melaui Sungai Cikapundung ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 13 Kuala Lumpur Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 14 Data Fisik Monorel... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 15 Foto Kuala Lumpur Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 16 Sirkulasi Tokyo Haneda Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 17 Konsep Dasar Tokyo Haneda Airport Monorel ... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 18 Desain Interior Tokyo Haneda Airport Monorel . Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 19 Fungsi Tokyo Haneda Air Port Monorel... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 20 Gambar-Gambar Tokyo Haneda Airport Monorel... Error!
Bookmark not defined.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 2. 4 Permintaan Perjalanan Pengguna Monorel Koridor 1... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 5 Sistem Jaringan Jalan Eksisting di Kota Bandung . Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 6 Sistem Jaringan Jalan Eksisting berdasarkan Fungsi Jalan di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 7 Sistem Jaringan Jalan Eksisting berdasarkan Status Jalan di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 8 Lokasi Rawan Macet di Kota Bandung ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 9 Trayek Angkutan Umum di Kota Bandung Eksisting ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 10 Trayek yang Dilayani Armada Bus Besar di Kota Bandung .. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 11 Jalur Angkutan Kereta Api di Metropolitan Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 12 Jalur Koridor monorel/LRT melaui Sungai Cikapundung ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2. 13 Kuala Lumpur Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 14 Data Fisik Monorel... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 15 Foto Kuala Lumpur Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 16 Sirkulasi Tokyo Haneda Monorel ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 17 Konsep Dasar Tokyo Haneda Airport Monorel ... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 18 Desain Interior Tokyo Haneda Airport Monorel . Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2. 19 Fungsi Tokyo Haneda Air Port Monorel... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 2. 20 Gambar-Gambar Tokyo Haneda Airport Monorel... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 3. 2 Tapak Proyek... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 3 Potongan Jalan Merdeka ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4. 1 Analisis Jalur Angin ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 2 Analisis Kontur ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 3 Analisis Jalur Matahari... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 4 Analisis Koneksi Hijau... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 5 Analisis Jalur Pedestrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 6 Analisis Jalur Kendaraan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 7 Jaringan Angkutan Umum yang Melewati Jalan Merdeka ... Error!
Bookmark not defined.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4. 9 Analisis Bangunan Sekitar ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 10 Analisis Titik Kemacetan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 11 Analisis Kegiatan Pengguna... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 12 Analisis Kebutuhan Ruang ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. 13 Hubungan Ruangan ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. 1 Permasalahan Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 2 Foto Penyebrangan yang Tidak Beraturan ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 3 Foto Pemberhentian Angkot Tidak Beraturan Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 4 Foto Pedestrian Eksisting ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 5 Foto Contoh Area Parkir Depan Bangunan... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 6 Foto Jalan Merdeka dari Jembatan Penyebrangan . Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. 7 Foto Car Free Day Jalan Merdeka... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 8 Respon Permasalahan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 9 Bangunan Disekitar Ruang Publik .... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 10 Penurunan Jalan Merdeka ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 11 Konsep Jalur Penyebrangan Kontinyu ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 12 Area Pemberhentian Angkot ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 13 Konsep Pelebaran Jalan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 14 Ukuran Ruang Publik ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 15 Konsep Peletakan Masa Bangunan . Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 16 Konsep Pemintakatan Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 17 Konsep Jalur Pedestrian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 18 Pemintakatan Area Subway ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 19 Konsep Peletakan Masa dan Ukuran Masa ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 20 Masa Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 21 Respon Masa Terhadap Jalur AnginError! Bookmark not defined. Gambar 5. 22 Konsep Sistem Penutup Bangunan . Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 23 Rencana Modul Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 24 Pemintakatan Vertikal Kawasan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 25 Pemintakatan Fungsi Vertikal ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 26 Alur Sirkulasi Lantai Dasar ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 27 Alur Sirkulasi Pengguna Monorel Lantai 1... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 28 Skema Denah Lantai 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 29 Alur Sirkulasi Pengelola Monorel Lantai 1... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 30 Alur Sirkulasi Pengguna Monorel Lantai 2... Error! Bookmark not
defined.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 32 Sistem Pengamanan Lantai 2 (Peron) ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 33 Alur Sirkulasi Pengelola Stasiun Lantai 3... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 34 Sistem Pemisahan Struktur Atap dan Lantai Bangunan ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. 35 Konsep Bingkai Kota Masa Penutup Atap .... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5. 36 Respon Bentuk Penutup Atap terhadap Kebisingan ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. 37 Respon Bentuk Penutup Atap terhadap Lorong Angin ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. 38 View Bentuk Bangunan Sekitar Jalan Merdeka yang Artifisial ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 39 Transformasi dari Pengambilan Bentuk Alam ... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. 40 Perbedaan Jumlah Lubang Atap ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 41 Konsep SIstem Split Lantai ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 42 Skema Pembagian Fungsi Berdasarkan Sistem Split Lantai ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. 43 Bentuk Struktur Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 44 Penambahan Sistem Split Lantai pada Struktur ... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. 45 Studi Cahaya Setiap Lantai ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 46 Fasad Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 47 Olahan Fasad ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 48 Transformasi Bentuk Masa Lantai .. Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 49 Penambahan Selimut ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 50 Tranformasi Bentuk Akhir ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 51 Bentuk Mempengaruhi Akustik ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 52 Bambu Plastik ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 53 Skema Pembatas Ruang ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 54 (1) Lantai Granit Putih (2) Plafon Fiberglass Putih ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. 55 Sistem Struktur Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 56 Sistem Struktur Kolom ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 57 Sistem Plat Lantai Bangunan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 58 Sistem Struktur Slab ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 59 Sistem Struktur Penutup Atap ... Error! Bookmark not defined. Gambar 5. 60 Sistem Struktur Pendukung Struktur Atap .... Error! Bookmark not
defined.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 64 Skema Lubang pada Plat Lantai Ruang Pulbik .... Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5. 65 (1) Paving Pola 1 (2) Paving Pola 2 (3) Paving Pola 3 ... Error!
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Lokasi 120
Lampiran 2 Rencana Situasi 121
Lampiran 3 Rencana Tapak 122
Lampiran 4 Rencana Blok 123
Lampiran 5 Denah Lantai 1 124
Lampiran 6 Denah Lantai 2 125
Lampiran 7 Denah Lantai 3 126
Lampiran 8 Denah Subway Jalan Merdeka 127
Lampiran 9 Potongan A-A 128
Lampiran 10 Potongan B-B 129
Lampiran 11 Tampak Barat dan Timur 130
Lampiran 12 Tampak Utara dan Selatan 131
Lampiran 13 Perspektif Eksterior 132
Lampiran 14 Perspektif Interior 133
Lampiran 15 Potongan Prinsip A 134
Lampiran 16 Potongan Prinsip B 135
Lampiran 17 Foto Maket 1 136
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Perancangan
Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung telah mengalami
perkembangan pesat sebagai kota dengan berbagai aktivitas yang dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Pertumbuhan ekonomi ini
menunjang pergerakan masyarakat yang terjadi dalam kota khususnya pada
titik-titik destinasi tertentu dengan potensi aktivitas komersial yang baik. Area-area
yang ditujukan untuk menjadi area komersial perdagangan dan jasa dapat menjadi
magnet yang dapat menarik masyarakat dari berbagai penjuru kota. Alhasil,
masyarakat akan cenderung memiliki aktivitas ke area komersial tersebut secara
kontinyu setiap harinya.
Kota Bandung memiliki angka kenaikan perutmbuhan penduduk yang cukup
tinggi sekitar 3,2 % per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi
dengan pemenuhan kebutuhan ruang masyarakatnya akan membuat kepadatan
pada Kota Bandung akan semakin tinggi. Hal tersebut akan mempengaruhi
volume pergerakan aktivitas masyarakat perkotaan pada area-area komersial kota.
Jika pemerintah tidak memenuhi kebutuhan moda transportasi akan pergerakan
aktivitas tersebut, maka masyarakat akan beralih untuk memenuhi kebutuhannya
melalui kendaraan pribadi. Permasalahan akan perlahan-lahan muncul ketika
mobilitas aktivitas masyarakat dengan jumlah besar muncul dengan kendaraan
pribadi.
Dampak yang akan dirasakan dari mobilitas masyarakat yang tinggi dengan
kendaraan pribadi yaitu kemacetan. Kemacetan akan muncul pada titik-titik
tertentu pada jalan di perkotaan. Titik-titik kemacetan tersebut muncul pada
jalan-jalan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan ruang kendaraan pribadi dengan
jumlah yang besar. Kemacetan ini jika tidak ditanggapi dengan serius akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat kota dan membuat kerugian
bagi kota itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya strategi untuk mempengaruhi
pola pikir masyarakat sehingga beralih untuk menggunakan transportasi publik
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada negara-negara berkembang yang sudah memulai langkah untuk menjadi
negara maju, gejala-gejala tersebut telah disikapi dengan membangun sistem
transportasi publik yang baik. Salah satunya yaitu dengan membangun sistem
transportasi monorel. Monorel merupakan transportasi berbasis rel dengan
kapasitas angkut tinggi serta memiliki karakteristik pelayanan yang cocok untuk
wilayah perkotaan.
Gambar 1. 1 Sosialisasi Proyek Monorel
(Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014)
Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, telah memiliki rencana untuk
membangun sistem transportasi monorel sebagai penopang sistem transportasi
publik di Kota Bandung. Rencananya kereta monorel ini akan dibuat melintasi
utara-selatan dan timur-barat Kota Bandung. Proyek pembangunan stasiun
monorel saat ini telah memasuki tahap prastudi kelayakan yang meliputi kajian
gambaran umum wilayah, metodologi, karakteristik koridor, karakteristik potensi
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelayakan, bentuk kerjasama dan strategi pendanaan, dan dampak lingkungan.
Data-data mengenai beberapa kajian tersebut terdapat dalam laporan Prastudi
Kelayakan Monorel Bandung Koridor I yang disusun oleh Dinas Perhubungan
Kota Bandung yang bekerja sama dengan pihak LAPI ITB.
Gambar 1. 2 Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Kota Bandung
(Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014)
Dengan adanya rencana ini, kemungkinan pergerakan aktivitas masyarakat
Kota Bandung khususnya menuju titik-titik potensial aktivitas komersial seperti
pada Jl. Merdeka di Kota Bandung dapat terpenuhi dan mengurangi permasalahan
kemacetan. Kemudian kawasan tersebut akan memiliki potensi untuk menerapkan
sistem TOD (Transit Oriented Development) dan bangunan multifungsi (Mix-used
Development) sebagai respon untuk mengurangi pergerakan aktivitas masyarakat
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1. 3 Konsep T.O.D
(Sumber : akun pinterest Amanda Ciundar Tahun 2015)
1.2Maksud dan Tujuan Perancangan
Maksud perancangan adalah merancang stasiun monorel yang mampu
menampung aktivitas dan pergerakan masyarakat Kota Bandung, khususnya
aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas komersial, sehingga mampu
memecahkan permasalahan yang ada pada Kota Bandung secara umum, dan
permasalahan disekitar tempat proyek perancangan secara khusus.
Bersadasarkan orientasi perancangan untuk memecahkan permasalahan yang
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Merancang stasiun monorel yang dapat terintegrasi dengan sistem transportasi publik lainnya.
Merancang stasiun monorel yang mampu memenuhi kebutuhan akan aksesibilitas yang baik bagi masyarakat sekitar kawasan dengan fungsi
beragam (Mix-Used Development) melalui sistem Transit Oriented
Development (T.O.D).
Merancang stasiun monorel yang dapat menjawab kebutuhan akan ruang publik dan ruang parkir masyarakat sekitar proyek perancangan.
Merancang stasiun monorel yang mampu menyesuaikan dengan citra kota yang ada dan menjadi ikon di daerah setempat.
1.3 Identifikasi Masalah Perancangan
Sistem transportasi monorel merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat
Indonesia. Monorel memiliki jalur yang terpisah dari transportasi publik lainnya,
yaitu pada umumnya berada di atas jalan, sehingga infrastruktur penunjang
jalurnya pun tidak awam bagi masyarakat Indonesia. Pertemuan antara teknologi
ini dengan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Indonesia memunculkan
permasalahan tersendiri. Namun, pengadaan teknologi monorel tersebut
merupakan sebuah jawaban dari permasalahan akan kebutuhan moda transportasi
yang dapat mengangkut pergerakan massal masyarakat perkotaan sehingga
mengurangi kemacetan dan beban kendaraan pada jalan-jalan kota. Dengan
demikian, permasalahan perancangan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Bagaimana membuat stasiun monorel yang dapat mengurangi kemacetan
yang terjadi pada daerah sekitar ?
b. Bagaimana membuat stasiun monorel yang mampu terintegrasi dengan sistem
transportasi publik lainnya ?
c. Bagaimana merancang stasiun monorel yang sesuai dengan citra kota daerah
setempat dan mampu menarik perhatian masyarakat sehingga tertarik untuk
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Bagaimana merancang stasiun monorel yang dapat menjawab kebutuhan
ruang publik dan parkir masyarakat sekitar sehingga sesuai dengan konsep
Transit Oriented Development (T.O.D) ?
1.4 Batasan dan Masalah Perancangan
Batasan dari proyek perancangan stasiun monorail ini yaitu :
Jenis stasiun monorel merupakan titik transit dengan kapasitas pengguna 300
– 400 orang per 17 menit.
Stasiun monorel merupakan titik singgah masyarakat Kota Bandung sebelum melakukan aktivitas komersial pada area sekitarnya.
Titik stasiun monorel terpilih yaitu stasiun transit monorel yang berada didepan BIP (Bandung Indah Plaza).
Berdasarkan sistem integrasi dengan transportasi publik lainnya dan sistem
Transit Oriented Development (T.O.D), bagian proyek yang diolah tidak
hanya stasiun transit monorelnya saja, tetapi sepanjang Jl. Merdeka di depan
BIP yang dibatasi oleh dua buah persimpangan empat.
Berdasarkan batasan perancangan tersebut maka permasalahan yang akan
diselesaikan menjadi lebih spesifik yaitu :
a. Bagaimana membuat stasiun transit monorel yang dapat mengurangi
kemacetan yang terjadi pada sepanjang Jl. Merdeka di depan BIP yang
dibatasi oleh dua buah persimpangan empat ?
b. Bagaimana membuat stasiun transit monorel yang mampu terintegrasi
dengan sistem transportasi publik lainnya di sepanjang Jl. Merdeka di
depan BIP yang dibatasi oleh dua buah persimpangan empat ?
c. Bagaimana merancang stasiun transit monorel yang sesuai dengan citra kota
daerah setempat dan mampu menarik perhatian masyarakat sehingga tertarik
untuk menggunakan transportasi monorel sepanjang Jl. Merdeka di depan
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Bagaimana merancang stasiun transit monorel yang dapat menjawab
kebutuhan ruang publik dan parkir masyarakat di sepanjang Jl. Merdeka di
depan BIP yang dibatasi oleh dua buah persimpangan empat sehingga
sesuai dengan konsep Transit Oriented Development (T.O.D) ?
1.5 Pendekatan dan gambaran capaian yang dituju
Pendekatan yang digunakan dalam perancangan untuk memecahkan
permasalahan yang ada yaitu Pendekatan Kinerja. Pendekatan ini menitikberatkan
pada 3 hal yaitu sistem, perilaku, dan tampilan bangunan. Operasional stasiun
monorel sangat bergantung pada bagaimana sistem yang dipakai. Sistem tersebut
menekankan bagaimana alur dan sirkulasi yang dibuat untuk mengatur para
penggunanya sehingga tercapai sebuah keteraturan. Selain itu pada sebuah stasiun
monorel perlu didekati melalui perilaku penggunanya dalam memecahkan
permasalahan yang ada. Stasiun monorel merupakan teknologi yang masih baru
bagi masyarakat Indonesia sehingga pertemuan antara teknologi baru dengan
kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Indonesia membawa permasalahan
tersendiri. Terakhir, stasiun monorel bergantung pada bagaimana tampilan yang
mempengaruhi persepsi masyarakat sekitar. Hal tersebut akan mempengaruhi
ketertarikan masyarakat menggunakan sistem monorel dan menjadi ikon bagi
daerah setempat. Penampilan stasiun yang dilihat dari sudut pandang kota pun
menjadi aspek penting karena mempengaruhi kesesuaian bangunan terhadap
konteks citra kota disekitarnya.
Dengan menggunakan pendekatan kinerja, perancangan proyek stasiun transit
monorel ini diharapkan mampu memecahkan permasalahan secara menyeluruh
dan terpadu meliputi permasalahan kemacetan (sistem dan perilaku), kebutuhan
ruang publik dan parkir (sitem dan perilaku), integrasi dengan transportasi
publik (sistem), kesesuaian terhadap citra kota (tampilan) dan menjadi ikon
sehingga mampu merubah paradigma masyarakat untuk menggunakan
transportasi publik (tampilan).
Permasalahan kemacetan pada sepanjang jalan merdeka di depan BIP akan
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan fasilitas apa yang akan diterapkan pada stasiun. Permasalahan kebutuhan
ruang publik dan ruang parkir diambil berdasarkan teori sistem Transit Oriented
Development (T.O.D) yang menekankan pada ruang publik dan aksesibilitas
pejalan kaki yang dominan serta ruang parkir yang terpusat dan aksesibilitas
kendaraan bermotor yang terpisah dari penjalan kaki. Permasalahan tampilan
bentuk stasiun akan diselesaikan dengan cara dianalisis terlebih dahulu visual kota
daerah sekitar meliputi fasad bangunan, ketinggian bangunan, dan letak bangunan
sekitar. Kemudian bentuk bangunan akan merespon hasil analisis tersebut agar
sesuai dengan citra kota (tidak mengganggu fasad, penampilan, dll bangunan
sekitar) namun tetap kontras untuk menjadi ikon daerah sekitar dan merubah
paradigma masyarakat. Demikian beberapa gambaran capaian yang akan dituju
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III DESKRIPSI PROYEK
3.1 Gambaran Umum
Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel
(Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014)
Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan rencana pemerintah Kota Bandung
dalam menentukan titik-titik stasiun transit kereta monorel yang tersebar dalam
koridor 1 (utara-selatan) Kota Bandung. Koridor 1 dipilih berdasarkan potensi
kawasan yang dilalui oleh jalur monorel koridor 1 sebagian besar befungsi sebagai
area komersial perdagangan dan jasa. Hal tersebut sangat mendukung maksud dan
tujuan perancangan proyek stasiun transit monorel ini. Titik yang dipilih yaitu
titik transit yang berada pada Jl. Merdeka di depan BIP (Bandung Indah Plaza).
Batasan area perancangan yaitu sepanjang Jl. Merdeka di depan BIP diantara 2
simpul jalan persimpangan empat.
Gambar 3. 2 Tapak Proyek
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Judul Proyek : Stasiun Transit Monorel Berbasis Transit Oriented Development
Lokasi : Jl. Merdeka (di depan BIP diantara 2
simpul jalan persimpanganempat)
Luas Lahan : ±6000 m2 Luas Bangunan : ±10.200 m2 Tinggi Bangunan : ±16 m
Pemilik : Pemerintah Kota Bandung
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2 Rona Lingkungan
3.2.1 Potongan Jalan Merdeka
Gambar 3. 3 Potongan Jalan Merdeka
(Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014)
3.3 Elaborasi Tema 3.3.1 Pengertian
Transit Oriented Development adalah sebuah konsep pengembangan dan
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(transit transportasi publik) merupakan acuan pengembangan fungsi-fungsi
kegiatan yang beragam (mix-used/intensifikasi) di sekitarnya sejauh jangkauan
yang dapat dicapai oleh pejalan kaki (yaitu ± 400 m atau sama dengan jarak
tempuh berjalan kaki selama 10 menit).
Peter Calthorpe, seorang ahli dari perancangan dan fenomena kota, pertama
kali mengemukaan konsep T.O.D pada tahun 1990-an. Konsep T.O.D ini
memiliki tujuan makro yang sama dengan konsep-konsep pengembangan kawasan
yang meningkatkan mutu masyarakatnya seperti konsep Pedestrian Pocket,
Tradisional Neighborhood, Urban Villages, Compact Communities dan Transit
Village. Perbedaan T.O.D dengan konsep-konsep itu terletak pada hal yang lebih
detail dan teknis serta cara mencapai tujuan makronya. Berdasarkan hal tersebut,
pada dasarnya, konsep T.O.D merupakan ide simple dengan tujuan makro yang
besar yang telah dirintis sejak lama oleh para ahli urban.
Latar belakang munculnya konsep pengembangan dan peningkatan mutu
kawasan berdasarkan sistem transit yaitu penurunan kualitas hidup perkotaan yang
ditandai oleh munculnya kemacetan di beberapa titik kota, muncul pembangunan
yang tidak terencana sehingga membuat kawasan yang kumuh (sprawl) dan fungsi
peruntukan lahan yang tidak sesuai satu dengan yang lainnya. Dasar dari konsep
T.O.D yaitu untuk menciptakan lingkungan yang ramah, aman, dan nyaman serta
membuat pejalan kaki senang ketika berada pada kawasan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, konsep T.O.D akan menyatukan dan memadatkan berbagai fungsi
pada kawasan sehingga perjalanan yang dilakukan oleh pengguna kawasan
menjadi lebih singkat ketika hendak berpergian dari satu tujuan ke tujuan lainnya.
Berbagai fungsi yang dimaksud yaitu area komersial, perkantoran, retail, servis,
pemukiman kepadatan rendah hingga kepadatan tinggi serta ruang terbuka publik.
T.O.D memiliki poin utama untuk menyatukan sistem transit berdasarkan
skup regional sehingga mampu memperbaiki hubungan sosial dan memperbaiki
lingkungan sosial yang cenderung individualis pada kawasan. Berdasarkan hal
tersebut, kawasan harus didukung oleh infrastruktur sistem transportasi publik
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mampu memaksimalkan akses dan mobilitas transit, pejalan kaki, dan pengendara
sepeda ke seluruh bagian kawasan.
Pada dasarnya, bentuk dari kota-kota tradisional memiliki konsep untuk
membuat ramah, aman, nyaman dan menyenangkan bagi pejalan kaki. Sekitar
beberapa millennium, tempat tinggal manusia telah didesain mengacu pada skala
manusia yaitu 5-10 menit waktu yang ditempuh untuk berjalan kaki sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka pada radius tersebut. Sejak
tahun 1950-an, pengembangan kota berubah orientasi yang pada awalnya skala
manusia, menjadi skala kendaraan.
Ciri-ciri sebuah kawasan memiliki konsep T.O.D yaitu kawasan memiliki
pusat komersial yang menjadi magnet kawasan dan terjangkau oleh penduduk
sekitar. Selain itu, kawasan memiliki jaringan jalan yang membentuk pola radial,
linear atau pun grid dan terhubung dengan baik, lebar jalan untuk kendaraan
bermotor yang tidak terlalu lebar, parkir disisi jalan yang berfungsi sebagai
penghalang sehingga kendaraan bermotor tidak dapat memasuki area pedestrian,
jalan belakang yang kecil pada setiap bangunan, peruntukan lahan campuran dari
berbagai fungsi (mix-used), dan pemukiman dengan tingkat kepadatan yang
berbeda-beda. Pada kawasan T.O.D, stasiun transit menjadi focal point kawasan
dan menjadi pusat acuan perancangan kawasan selanjutnya. Pada teorinya, satu
kawasan T.O.D harus mampu mengakomodasi 3800 penduduk dengan kepadatan
12 unit per acre dan radius seperempat mil sehingga setiap kebutuhannya mampu
dipenuhi dengan baik.
Prinsip dari T.O.D menurut Taolin (2007) adalah untuk :
• Mengatur perkembangan dan pertumbuhan kawasan yang sesuai satu dengan lainnya serta mengacu pada sistem transit.
• Menempatkan stasiun transit pada pusat kawasan dan meletakan fungsi komersial, perkantoran dan fasilitas umum/sosial disekitar titik transit sehingga
mampu dijangkau oleh masyarakat.
• Merancang jaringan jalan yang nyaman, menyenangkan dan ramah bagi pejalan kaki dan terhubung ke berbagai tujuan.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
• Melestarikan habitat dan ruang terbuka dengan kualitas tinggi.
3.3.2 Interpetrasi Tema
Tema T.O.D memiliki nilai dasar yang dapat diterapkan pada desain yaitu
sebagai berikut :
Keterhubungan yang berlanjut (Connectivity)
Untuk membangun sistem Transit Oriented Development (T.O.D) yang
terpadu dan mampu memecahkan berbagai permasalahan pergerakan
masyarakat, sirkulasi dari berbagai jenis pergerakan, baik pergerakan individu
maupun pergerakan kendaraan, harus mampu terhubung dengan baik dan tidak
saling berpotongan. Perpindahan masyarakat dari satu jenis moda transportasi
ke moda transportasi lainnya pun harus memiliki keterhubungan yang baik
sehingga pergerakan masyarakat dapat berlangsung tanpa hambatan dan
mengurangi permasalahan keterhambatan, seperti kemacetan, yang ada pada
tapak bangunan.
Ramah pejalan kaki (Walkable Design for Pedestrian)
Sistem Transit Oriented Development (T.O.D) menekankan pada pejalan
kaki. Sistem ini berusaha untuk mewujudkan lingkungan yang steril dari
kendaraan bermotor sehingga lingkungan akan menjadi ramah dan aman untuk
pejalan kaki. Kendaraan bermotor membuat lingkungan menjadi tidak sehat
baik dari aspek alam maupun aspek manusia. Kendaraan bermotor
menghasilkan polusi yang berpotensi besar mencemari komponen lingkungan
sekitar terutama udara. Ditinjau dari aspek manusia, dengan membuat
lingkungan yang tidak steril dari kendaraan bermotor, manusia akan
cenderung terlalu dimanjakan oleh kendaraan bermotor tersebut sehingga pada
tapak sirkulasi kendaraan bermotor akan menjadi dominan. Hal itulah yang
menjadi sasaran sistem T.O.D ini dengan membuat lingkungan steril dari
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala Manusia (Human Scale)
Sistem T.O.D membuat lingkungan menjadi steril dari kendaraan bermotor
dan hal itu akan berdampak secara signifikan mengenai skala skala ruang yang
akan terbentuk pada tapak. Pembatas-pembatas ruang yang dibuat akan
menyesuaikan dengan sudut pandang manusia dan elemen-elemen tapak
menggunakan jarak tempuh yang sesuai dengan daya gerak manusia (±400 m).
Inti Komersial sebagai Magnet Utama (Commercial Core)
Sistem T.O.D menetapkan satu titik komersial yang berpotensi sebagai
magnet dan pusat aktivitas pada kawasan tersebut. Titik ini mampu menarik
pergerakan masyarakat dari titik lainnya dan perancang akan mudah
memperdiksi alur aktivitas yang terjadi pada kawasan. Titik tersebut
digunakan untuk membuat pusat acuan jarak pejalan kaki terhadap elemen
tapak atau magnet yang lainnya sehingga pejalan kaki akan merasa nyaman
ketika semua elemen yang akan dituju pada tapak sesuai dengan pergerakan
mereka. Titik komersial ini pula berfungsi sebagai acuan untuk menentukan
fungsi-fungsi ruang yang akan dibangun disekitarnya. Urutan fungsi yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada kawasan ditentukan sesuai dengan
titik komersial. Dengan begitu, kawasan yang akan dirancang dapat ditentukan
skema aktvitas yang akan terjadi didalamnya.
Parkir Terpusat (Centered Parking Area)
Sistem T.O.D membuat kawasan steril dari kendaraan bermotor. Hal ini
tidak berarti keseluruhan kawasan bebas dari kendaraan bermotor, tetapi dari
keseluruhan kawasan yang steril terdapat beberapa area dengan sirkulasi
kendaraan bermotor. Sirkulasi kendaraan bermotor tersebut diatur agar tidak
mendominasi kawasan. Dengan membuat kantong kantor parkir berada pada
muka bangunan, sirkulasi akan menjadi dominan pada kawasan karena setiap
bangunan harus memiliki beberapa sirkulasi kendaraan. Selain itu, kantong
parkir yang berada pada muka bangunan akan merusak visual fasad pada
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kaki. Oleh, karena itu solusi dari permasalahan kantong parkir tersebut adalah
dengan membuat area parkir komunal dan terpusat pada kawasan sehingga
sirkulasi kendaraan yang tercipta hanya beberapa saja dan tidak menjadi
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5.1Konsep Dasar
Konsep dasar yang digunakan pada perencanaan dan perancangan
bangunan Stasiun Transit Monorel ini yaitu menggunakan konsep turunan dari
tema Transit Oriented Development (T.O.D) yaitu sebagaimana telah dijelaskan
pada sub-bab interpretasi tema.
Gambar 5. 1 Permasalahan Tapak
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Konsep dasar yang digunakan merupakan bentuk dari respon terhadap
permasalahan yang muncul pada tapak dengan mensintesiskan nilai-nilai dari
sistem T.O.D. Permasalahan yang akan direspon merupakan hasil studi
pengamatan yang dilakukan penulis pada tapak. Permasalahan permasalahan
tersebut yaitu :
a. Pejalan Kaki Menyebrang di Sembarang Tempat
Gambar 5. 2 Foto Penyebrangan yang Tidak Beraturan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Bandung Indah Plaza (BIP) Mall merupakan pusat komersial pada
kawasan dan menjadi magnet yang mampu menarik pergerakan masyarkat dengan
jumlah yang besar. Titik magnet kedua yaitu Toko Buku Gramedia yang berada
disebrang BIP Mall. Dua titik komersial ini akan mempengaruhi dari arah alur
pergerakan masyarakat pada kawasan. Dampak yang terjadi karena dua titik
tersebut berada pada posisi bersebrangan yang dibatasi oleh Jl. Merdeka yaitu
pergerakan masyarakat cenderung terjadi melewati Jl. Merdeka (lihat gambar
5.2). Kurangnya infrastruktur yang mendukung pergerakan masyarakat ini akan
dua titik magnet komersial mengakibatkan perpotongan sirkulasi antara sirkulasi
pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan bermotor sehingga kerap terjadi kemecetan
pada tapak yang merugikan banyak aspek.
b. Tidak Adanya Tempat Khusus Pemberhentian Angkutan Kota
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tidak adanya tempat khusus tempat angkot berhenti ketika menaikan atau
menurunkan penumpang memberikan dampak yang besar bagi laju sirkulasi pada
tapak. Angkutan Kota tersebut akan berhenti disembarang tempat bahkan tidak
menepi terlebih dahulu sehingga membuat kendaraan bermotor lain akan terhenti
(lihat gambar 5.3). Jika semakin banyak angkutan kota tersebut yang berhenti
disembarang tempat, maka kemacetan dengan intensitas tinggi terjadi dengan
membawa banyak permasalahan lainnya.
Gambar 5. 3 Foto Pemberhentian Angkot Tidak Beraturan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 4 Foto Pedestrian Eksisting
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Salah satu penyebab pejalan kaki tidak menggunakan jalur pejalan kaki
sebagaimana mestinya yaitu tidak adanya infrastruktur yang mendukung dan
menghubungkan kedua titik magnet komersial pada Jl. Merdeka. Mereka
cenderung penggunakan jalur kendaraan bermotor supaya lebih mudah
menyebrang jalan. Selain itu, kondisi pedestrian yang terlau sempit dan penuh
dengan elemen furnitur eksterior mempengaruhi psikologi pejalan kaki untuk
tidak menggunakan jalur pedestrian karena merasa tidak aman dan nyaman.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 5 Foto Contoh Area Parkir Depan Bangunan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Ruang parkir bangunan komersial disepanjang Jl. Merdeka berada di muka
bangunan. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem Transit Oriented Development
(T.O.D) yang akan diciptakan pada kawasan. Ruang parkir di muka bangunan
akan mengurangi tingkat keindahan visual bangunan tersebut. Selain itu,
keberadaan kantung parkir di depan bangunan akan membuat banyak sirkulasi
kendaraan bermotor dan memotong sirkulasi pejalan kaki. Dengan begitu, jalur
jalur pedestrian yang ada akan menjadi tidak aman dan tidak nyaman karena
tercampur dengan sirkulasi kendaraan bermotor.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 6 Foto Jalan Merdeka dari Jembatan Penyebrangan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Rencana massa stasiun transit monorel yang telah direncanakan oleh Dinas
Perhubungan terletak diatas Jl. Merdeka. Dengan mengikuti rencana dari Dinas
Perhubungan tersebut, kemungkinan besar ruang tercipta dibawah massa stasiun
transit tersebut akan memiliki intensitas cahaya yang minim. Hal ini akan
berdampak pada suasana Jl. Merdeka dibawah massa stasiun tersebut akan
mencekam dan berdampak pada psikologi masyarakat yang menggunakan jalan
tersebut. Selain itu ruang gelap tersebut akan memicu terjadinya permasalahan
sosial seperti menjadi area yang disalahgunakan oleh PKL dan tuna wisma.
f. Jalan Memiliki Lebar 14 m yang Membuat Lebar Massa Bangunan Terbatas.
Massa bangunan monorel yang diletakan diatas jalan memiliki bentuk massa
yang cenderung mengikuti bentuk jalan dibawahnya yaitu memanjang dengan
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperkirakan akan terbatas. Oleh karena itu lah, lebar jalan yang tidak terlalu besar
akan mempengaruhi skala aktivitas yang akan terjadi pada bangunan tersebut.
g. Tidak Adanya Ruang Publik
Dengan adanya 2 titik magnet komersial dan berbagai macam fungsi yang
cukup mempengaruhi pergerakan masyarakat, kawasan sekitar Bandung Indah
Plaza (BIP) memiliki pergerakan aktivitas yang tinggi. Pergerakan aktivitas yang
tinggi tersebut seharusnya berbanding lurus dengan adanya ruang-ruang publik
yang mampu menampung sementara aktivitas kawasan yang padat. Dampak dari
tidak terpenuhinya ruang-ruang publik tersebut yaitu masyarakat akan cenderung
menumpuk di sembarang titik yang akan mengganggu sirkulasi kendaraan
maupun sirkulasi pejalan kaki.
Gambar 5. 7 Foto Car Free Day Jalan Merdeka
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jl. Merdeka merupakan salah satu jalan yang memiliki peraturan Car Free
Day (CFD) pada akhir pekan. Masyarakat dari berbagai penjuru kota cendrung
berkumpul hanya untuk berolahraga atau berkumpul bersama dengan komunitas
mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya ruang-ruang publik pada
kawasan tersebut yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk
melakukan aktivitas yang ringan ataupun sekedar hanya untuk berkumpul dengan
komunitas mereka.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Setelah melakukan analisis permasalahan dan menentukan respon yang
memungkinkan diterapkan pada desain, penulis membuat diagram sederhana
tentang hubungan permasalahan, tema yang diangkat dan tanggapan dari
permasalahan sehingga mempermudah penulis untuk melakukan analisis
selanjutnya mengenai konsep dasar proyek perancangan ini.
Diagram 5. 1 Diagram Sintesis
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan pada tapak, konsep dasar
dari perencanaan dan perancangan stasiun transit monorel berbasis Transit
Oriented Development yaitu :
a. Bangunan dikelilingi ruang publik. Ruang Publik tersebut merupakan ruang yang mampu menampung pertemuan pergerakan masyarakat dari
berbagai arah dan terletak diatas Jl. Merdeka. Kaidah perancangan taman
ini mengikuti sifat-sifat dari ruang publik yang telah dikaji pada Bab II
mengenai studi literatur secara umum mengenai proyek bangunan.
Gambar 5. 9 Bangunan Disekitar Ruang Publik
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
b. Perubahan sifat jalan Merdeka menjadi subway. Jalan Merdeka akan
diturun kan setinggi 6 m (angka ini diambil berdasarkan standar ketinggian
maksimal jenis kendaraan bermotor yang lewat pada Jalan Merdeka)
untuk membuat sirkulasi pedestrian steril dan aman dari sirkulasi
kendaraan bermotor. Dengan begitu, diharapkan pengguna merasa aman
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 10 Penurunan Jalan Merdeka
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
c. Stasiun Transit Monorel tidak hanya berfungsi sebagai titik tempat pengguna
monorel transit (naik dan turun dari/ke satu titik), tetapi berfungsi sebagai
ruang publik yang mampu menampung aktivitas tinggi masyarakat dan
sebagai infrastruktur penyebrangan jalan yang mampu memenuhi kebutuhan
akan pergerakan masyarakat diantara 2 titik magnet komersial. Ruang ini
memiliki sifat jalur penyebrangan kontinyu yang menghubungkan setiap
fungsi komersial di Jalan Merdeka.
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
d. Menyediakan area khusus pada Stasiun Transit Monorel untuk angkutan
Kota dan jenis transportasi publik lainnya berhenti ketika menaikan dan
menurunkan penumpang. Area pemberhentian ini memiliki shelter tempat
calon penumpang angkutan kota dan bus kota menunggu. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi kemacetan yang dikibatkan angkutan kota yang
berhenti disembarang tempat dan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
monorel ketika hendak berganti jenis moda transportasi publik lainnya
atau sebaliknya.
Gambar 5. 12 Area Pemberhentian Angkot
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
e. Ruang kantung parkir muka bangunan di sepanjang Jalan Merdeka
menghilang karena ruang di atas Jalan Merdeka diperuntukan untuk
pedestrian sepenuhnya sehingga sirkulasi kendaraan berada pada Subway
Jalan Merdeka. Dikarenakan Jalan Merdeka menjadi subway dan secara
otomatis, kantung parkir muka bangunan pindah menjadi disepanjang
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Bangunan Stasiun Transit Monorel menjadi pusat penentuan jarak skala
manusia diantara 2 magnet komersial. Jarak bangunan terhadap 2
persimpangan yaitu 100 m dan 200 m. Telah diketahui bahwa ada batasan
jarak maksimal (±400 m) untuk pejalan kaki mengakses dari satu titik ke
titik lainnya. Oleh karena itu, pada kawasan ini setiap 100 m disediakan
tempat dimana para pejalan kaki dapat beristirahat sejenak sebelum
mereka melanjutkan ke titik selanjutnya.
g. Dengan membuat ruang steril dari sirkulasi kendaraan bermotor, ruang
publik ini setiap hari menjadi bebas mobil dan motor atau dengan kata lain
”Every day is car free day”. Event Car Free Day setiap hari minggu dapat
dihilangkan dan masyarakat dapat berkumpul dengan komunitasnya
ataupun hanya sekedar menikmati ruang publik setiap hari. Dengan begitu
diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kreatifitas dan
kebersamaannya serta mengurangi tingkat stresnya setiap hari.
h. Bangunan memiliki sifat terbuka dan transparan untuk membuat massa
bangunan seolah-olah tidak terlalu massif. Selain untuk membuat
bangunan seolah-olah menjadi tidak terlau massif, tujuan membuat terbuka
dan transparan dibeberapa bagian bangunan yaitu supaya bagian bawah
jalan yang menjadi seperti terowongan lebih dari 30 meter tidak terlalu
gelap karena cahaya sinar matahari yang masuk melewati bagian terbuka
dan transparan tersebut. Transparansi dan keterbukaan akan membuat
bangunan seolah-olah menjadi vista yang membingkai pemandangan kota
disekitarnya.
5.2Konsep Perencanaan Tapak
Rencana awal pada tapak yaitu membuat pelebaran jalan sesuai dengan
ROW RDTK Daerah Cibeunying dari 14 m menjadi 20 m. Pelebaran ini memberi
dampak yang signifikan mengenai perencanaan kawasan selanjutnya. Bangunan di
sekitar Jalan Merdeka akan semakin mundur menjauhi jalan menyesuaikan
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan ruang di antara bangunan Stasiun Transit Monorel dengan bangunan
di sekitar menjadi lebih nyaman ditinjau dari aspek pencahayaan alami dan aspek
termal. Jika pelebaran tidak dilakukan, maka jarak yang tercipta antara Stasiun
Monorel dengan bangunan sekitar tidak sesuai dengan standar jarak antar
bangunan. Hal tersebut akan berdampak pada visual kawasan yang menjadi
seolah-olah terasa penuh sesak dan tidak nyaman bagi visual pejalan kaki.
Gambar 5. 13 Konsep Pelebaran Jalan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Setelah pelebaran jalan dilakukan, rencana selanjutnya yaitu membuat jarak
antara bangunan sekitar dengan Jalan Merdeka sebesar ±20 m. Inti tema Transit
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beraktivitas pada kawasan. Dengan membuat jarak sebesar 20 m antara bangunan
sekitar dengan jalan, kawasan memiliki potensi untuk membuat jalur pedestrian
yang lebar dan nyaman bagi pejalan kaki karena steril dari sirkulasi kendaraan
bermotor dan ruang jalur pedestrian yang besar. Jalur pedestrian yang lebar akan
mampu menampung aktivitas komersial masyarakat yang tinggi pada kawasan
karena jalur pedestrian tersebut dapat berfungsi sebagai ruang publik pula. Jalur
pedestrian yang lebar berpotensi pula untuk diolah secara lansekap dan menjadi
ruang publik yang menarik bagi kawasan sehingga memenuhi kebutuhan pejalan
kaki ketika hendak melakukan aktivitas komersial pada kawasan.
Gambar 5. 14 Ukuran Ruang Publik
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Dengan membuat Jalan Merdeka menjadi subway, ruang diatas jalan
menjadi ruang publik khusus pedestrian. Tinggi Jalan Merdeka yang pada sub-bab
sebelumnya telah dibahas yaitu 6 m membuat panjang ruang publik terpotong
pada utara dan selatan sebagai ruang turunan (ramp) menuju subway Jalan
Merdeka sehingga menyisakan panjang 235 m dan lebar 20 m. Ukuran tersebut
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penempatan massa bangunan pada kawasan merupakan respon dari analisis
pergerakan masyarakat yang terjadi diantara dua titik magnet komersial pada
kawasan dan titik kemacetan terbesar pada kawasan akibat dari perpotongan
sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Ide utama penempatan massa yaitu
fungsi bangunan selain menjadi titik transit pengguna monorel tetapi dapat
menjadi infrastruktur yang menjawab kebutuhan penyebrang jalan supaya aman
dan nyaman (lihat gambar 5.14). Masyarakat akan bergerak dari titik magnet ke
satu kemudian berkumpul di atas tengah jalan, kemudian berdiam sejenak di
ruang publik sebelum menentukan destinasi selanjutnya apakah lanjut
menyebrang jalan atau menggunakan kereta monorel. Oleh karena itu lah massa
diletakan di tengah-tengah jalur pergerakan masyarakat yang tinggi dari Bandung
Indah Plaza (BIP) ke Toko Buku Gramedia.
Gambar 5. 15 Konsep Peletakan Masa Bangunan
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Setelah massa bangunan ditentukan pada kawasan, pemintakatan horizontal
pada kawasan dapat dilakukan. Pembagian zonasi ruang pada tapak meliputi
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
semi-outdoor yang berada dibawah bangunan. Pada Area masuk dan keluar tapak
hanya terdapat jalur pedestrian yang akan mengarah langsung pada ruang publik
utama dan ramp menuju atau dari subway Jalan Merdeka. Area sebelum
memasuki bangunan pada tapak memiliki plaza dan ruang publik penerima.
Perbandingan antara luas plaza dan ruang publik utara dengan selatan yaitu 2:3
menyesuaikan dengan peletakan massa bangunan yang cenderung lebih ke arah
utara.
Gambar 5. 16 Konsep Pemintakatan Tapak
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Area yang dialokasikan untuk ruang publik berada diantara subway Jalan
Merdeka dan Bangunan Stasiun Monorel, plaza utara tapak dan plaza selatan
tapak. Pengalokasian area untuk ruang publik tersebut dilakukan berdasarkan
respon dari analisis fungsi bangunan sekitar sehingga dapat diketahui area mana
pada kawasan yang memiliki aktivitas komersial yang tinggi. Area pada kawasan
yang memiliki potensi tinggi untuk menciptakan pergerakan aktivitas yang tinggi
pula terjadi pada ruang-ruang diantara Bandung Indah Plaza (BIP), Toko Buku
Ilyaza Gusnawan, 2015
STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5. 17 Konsep Jalur Pedestrian
(Sumber : dokumentasi pribadi tahun 2015)
Sistem jalur pedestrian pada tapak berawal dari jalur pedestrian di samping
area masuk dan keluar subway Jalan Merdeka yang langsung mengarahkan
pengguna pada ruang publik. Jalur pedestrian yang ada pada ruang publik
memiliki simpul-simpul (nodes) sebagai titik temu berkumpulnya masyarakat dari
berbagai arah pada tapak. Sirkulasi pedestrian ditandai dengan garis putus-putus
berwarna merah pada gambar 5.17 dan simpul-simpul pertemuan ditandai dengan
lingkaran transparan berwarna merah. Penentuan jalur sirkulasi pedestrian
dilakukan berdasarkan analisis yang telah dilakukan mengenai fungsi bangunan
sekitar yang memiliki potensi untuk menjadi magnet bagi masyarakat. Titik-titik
bangunan komersial yang berpotensi menjadi magnet dan terletak berseberangan
kemudian saling dihubungkan untuk menciptakan kemungkinan pergerakan
masyarakat dari satu sisi ke sisi lainnya. Pergerakan tersebut kemudian menjadi
jalur pedestrian yang ditandai dengan lubang-lubang pada lantai ruang publik
yang berfungsi signage pengarah dan juga sebagai sumber cahaya bagi subway
Jalan Merdeka.
Berdasarkan respon dari permasalahan yang telah dianalisis, area subway
memiliki fungsi-fungsi seperti pembagian jalur-jalur berdasarkan jenis moda
transportasi yang melewati subway, area pemberhentian angkot, area
pemberhentian bus kota, parkir kendaraan bermotor pribadi motor dan mobil, jalur
khusus memasuki basemen BIP, dan akses sirkulasi vertikal yang terhubung