• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

2.3. Konsep Perpustakaan Berbasis T

Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan (Darmono 2001). Menurut Yusuf (2007), perpustakaan adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengelolaan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media

seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, dan komputer. Menurut Sutarno (2006) perpustakaan adalah tempat untuk menghimpun, mengolah, memelihara, merawat, melestarikan dan mengemas, menyajikan dan memberdayakan, serta memanfaatkan dan melayankan kepada pemakainya. Sedangkan perpustakaan berbasis TI adalah perpustakaan yang menyediakan informasi dan data terbaca dalam bentuk elektronik, dapat diakses secara online melalui internet oleh pengguna, dan terintegrasi dengan berbagai sumber informasi atau perpustakaan dalam lembaga yang menaunginya maupun dengan institusi lain yang terkait (Maksum 2010).

Peran perpustakaan berbasis TI semakin penting dan strategis diantaranya adalah memiliki kelebihan dalam kemampuannya menyimpan dan menyebarkan informasi secara lengkap (fulltext), dapat diakses kapan saja dan dimana saja, informasi dapat disebarluaskan ke pengguna lain melalui fasilitas teknologi informasi dan komunikasi, informasi yang sama dapat dibaca dan di-download

oleh banyak pengguna dalam waktu yang bersamaan, dengan sistem konsorsium memungkinkan efisiensi faktor input penyediaan informasi dan memperluas faktor output dalam penyebaran informasi (PUSTAKA 2008).

Menurut Subrata (2009) perpustakaan berbasis TI memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah: (1) long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun; (2) akses yang mudah, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama; (3) cost efective, karena mendigitasi koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku; (4) mencegah duplikasi dan plagiat; (5) publikasi karya secara global, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet. Selain keunggulan, perpustakaan berbasis TI juga memiliki kelemahan diantaranya adalah: (1) tidak semua pengarang mengijinkan karyanya didigitasi, hal ini terkait dengan royalti yang akan diterima bila karyanya didigitasi; (2) masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi; (3) masih sedikit pustakawan yang sudah mengerti tentang tata cara mendigitasi koleksi perpustakaan.

Perpustakaan berbasis TI dalam memberikan layanan membutuhkan koleksi digital. Dalam Dictionary for Library and Information Science, definisi koleksi digital adalah:

“A collection of library or archival materials converted to machine-readable format for preservation or to provide electronic access... Also, library materials produced in electronic formats, including e-zines, e-journals, e-books, reference works published online and on CD-ROM, bibliographic databases, and other Web-based resources...”

Koleksi digital adalah koleksi perpustakaaan atau arsip yang dikonversikan ke dalam format yang terbaca oleh mesin untuk tujuan pelestarian atau penyediaan akses elektronik. Termasuk materi yang diproduksi dalam bentuk elektronis, yaitu

e-zine, e-journals, e-books, karya referensi yang dipublikasikan secara online dan

dalam CD-ROM, database bibliografi, dan sumber-sumber berbasis web lainnya. Menurut Lazinger (2001), koleksi digital dibagi dalam dua kelompok yaitu koleksi hasil digitasi yang merupakan hasil konversi koleksi tercetak kedalam media digital dan koleksi yang lahir dalam bentuk digital. Cara memperoleh koleksi digital dibagi kedalam 3 jenis, yaitu: melalui hasil digitasi koleksi tercetak yang dimiliki, melalui pembelian koleksi digital dalam bentuk CD-ROM, maupun melanggan database online (Lang 1998).

Membangun koleksi digital tidaklah mudah, perlu sebuah keahlian dan perancangan yang matang. Cleveland (1998) menyampaikan adanya 3 buah metode yang digunakan dalam proses membangun koleksi digital, yaitu:

1. Digitasi, yaitu dengan cara mengubah koleksi dalam bentuk kertas dan media lain ke bentuk digital dengan cara scanning, foto digital, atau teknik lainnya.

2. Akuisisi karya digital asli yang dibuat oleh penerbit dan cendekiawan, yaitu dengan cara membeli atau berlangganan koleksi database digital seperti buku elektronik, jurnal elektronik, dan database elekronik umumnya dalam bentuk CD-ROM.

3. Akses ke sumber eksternal, yaitu dengan cara membuat link atau jaringan

ke server yang disediakan oleh rekanan, penerbit atau institusi lain yang

Salah satu fungsi dari perpustakaan adalah melestarikan koleksinya. Definisi pelestarian menurut Feather (1996) adalah kegiatan pencegahan yang ditujukan untuk melindungi dan mengamankan koleksi perpustakaan sehingga ketersediaan, akses, dan penggunaaannya dapat terjamin. Sedangkan definisi pelestarian koleksi digital adalah upaya mempertahankan kemampuan untuk menampilkan, menemukan kembali, memanipulasi dan menggunaan informasi digital dalam menghadapi perubahan teknologi yang berlangsung secara konstan (Hedstorm 1995). Tujuan pelestarian koleksi digital adalah untuk memastikan koleksi yang diciptakan dengan teknologi saat ini masih tetap ada dan dapat digunakan dimasa depan walaupun teknologi yang digunakan untuk mencipta koleksi tersebut sudah tidak ada lagi (Slats 2003). Pelestarian koleksi digital menurut Graham (1995) dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Pelestarian Media Penyimpanan, dilakukan karena media penyimpanan digital seperti disket, CD, dan sejenisnya memiliki usia yang terbatas (Rothenberg 1999). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat backup atau menyalin kedalam media yang sejenis.

2. Pelestarian Teknologi, dilakukan karena adanya perubahan teknologi yang dapat menyebabkan keusangan teknologi. Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan migrasi sesuai dengan teknologi yang ada.

3. Pelestarian Intelektual, dilakukan untuk menjaga originalitas informasi yang terkandung dalam suatu koleksi digital.

2.4. AHP

AHP adalah suatu metode analisis yang melibatkan berbagai jenis kriteria masalah yang digunakan untuk mengambil keputusan atas alternatif yang ada. AHP pada dasarnya adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun peringkat setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan (Supriyono 2007). Metode ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

keputusan.

Adapun kelemahan metode AHP adalah:

1. Kebergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi manusia sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas. Model menjadi tidak berarti jika penilaian yang diberikan keliru.

2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk

Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen. Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni

Nilai yang digunakan untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan harus dapat menggambarkan relatif pentingnya suatu kriteria diatas yang lainnya. Saaty (1994) mengusulkan skala banding yang dapat dipakai yaitu skala rasio nilai 1 sampai dengan 9 (Tabel 3).

Tabel 3 Skala perbandingan berpasangan (pairwise comparasion scale)

Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Sama pentingnya Kedua aktivitas menyumbangkan sama pada tujuan

3 Agak lebih penting yang satu atas lainnya

Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain 5 Cukup penting Pengalaman dan keputusan

menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain 7 Sangat penting Pengalaman dan keputusan

menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain 9 Kepentingan yang ekstrim Bukti menyukai satu aktifitas atas

yang lain sangat kuat 2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua

nilai keputusan yang berdekatan

Bila kompromi dibutuhkan

Sumber: Saaty, 1994

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis-jenis kriteria masalah yang akan dipecahkan

2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matrik berpasangan 3. Transformasi nilai pecahan hasil perbandingan matrik berpasangan

tersebut menjadi nilai desimal

4. Mengalikan matrik tersebut dengan dirinya.

5. Menghitung nilai eigenvector dengan langkah-langkah: a) menjumlahkan baris matrik hasil kuadrat, b) menghitung total hasil penjumlahan baris matrik tersebut, dan c) membuat normalisasi dengan membagi jumlah setiap baris dengan nilai total. Hasil normalisasi adalah nilai euigenvector. Menurut Teknomo (1999) eigenvector adalah bobot rasio dari masing- masing faktor.

6. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai iterasi dengan cara mengkalikan matrik pada langkah 4 tersebut dengan dirinya.

7. Kembali menghitung nilai eigenvector dari hasil perkalian matrik pada langkah 6 sesuai dengan langkah 5.

8. Menghitung perbedaan antara eigenvector dengan eigenvector hasil iterasi. Apabila perbedaan jumlah dalam dua perhitungan tersebut tidak ada atau sangat kecil maka nilai eigenvector hasil iterasi adalah nilai yang akan digunakan untuk membuat ranking.