• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.6 Konsep Sistem Pendukung Keputusan

Namun, Turban et al. (2005) menambahkan fase implementasi setelah fase pilihan, fase implementasi adalah fase yang mengimplementasikan solusi yang telah dipilih dari fase pilihan, dimana hasil dari fase implementasi adalah terpecahkannya masalah riil.

2.6 Konsep Sistem Pendukung Keputusan.

Konsep sistem pendukung keputusan sangat luas dan dengan definisi yang beragam sesuai pandangan penulis. Sistem pendukung keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dalam melakukan aktivitas penilaian dan pemilihan. SPK menyediakan media penyimpanan dan pengambilan data serta mendukung untuk pemetaaan, pemodelan dan pemecahan masalah (Druzdzel, 2002). Menurut Power (2002), sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dengan menggunakan komunikasi komputer, data, dokumen, pengetahuan dan model untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. DSS merupakan suatu pendekatan (atau metodologi) untuk mendukung pengambilan keputusan yang menggunakan Computer Base Information System (CBIS) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi untuk masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Sedangkan menurut Burstein dan Holsapple (2008), DSS adalah sistem terkomputerisasi yang memproses pengetahuan dengan cara-cara yang memungkinkan pengambil keputusan menjadi lebih produktif, gesit, inovatif dan terkemuka. DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang

23 mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Istilah DSS kadang-kadang digunakan sebagai suatu istilah umum untuk menggambarkan semua sistem terkomputerisasi yang mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Organisasi bisa saja memiliki suatu sistem manajemen pengetahuan untuk memandu seluruh personelnya dalam memecahkan masalah, ia dapat memiliki DSS tersendiri untuk pemasaran, keuangan, dan akuntansi (Turban et al. 2005).

2.6.1 Komponen- Komponen DSS.

Berdasarkan definisi, DSS harus mencakup tiga komponen utama, yaitu database management system (DBMS), model-base management system (MBMS), dan antarmuka pengguna. Komponen-komponen tersebut membentuk sistem aplikasi DSS yang dapat dikoneksikan ke intranet perusahaan, ke ekstranet, atau ke internet (Turban et al. 2005). Berikut adalah komponen utama dalam DSS menurut Sage dalam Druzdzel (2002).

a. Database Management System (DBMS). DBMS bertindak sebagai bank data dalam DSS. DBMS menyimpan sejumlah besar data yang relevan dengan pengelompokan masalah dan berguna bagi DSS yang telah dirancang untuk menyediakan struktur data logis. Sebuah DBMS juga harus menginformasikan kepada pengguna jenis data yang tersedia dan bagaimana cara mengaksesnya.

b. Model-Base Management System (MBMS). Tujuan dari MBMS adalah mengubah data dari DBMS menjadi informasi yang berguna dalam

pengambilan ke masalah yang t dalam pembang c. Dialog Generat

yang tidak terl dengan tampilan antarmuka ini m dengan model, se Tugas utama da untuk dapat men

Gambar 2.2

2.6.2 DSSUser Interf

Kualitas dan merupakan hal yang p user interface. Sistem

n keputusan, karena pengguna DSS mungkin sa g tidak terstruktur. MBMS juga harus memba

ngunan model.

ration and Management System (DGMS). Se erlatih dalam penggunaan komputer, DSS ha pilan antarmuka yang mudah dipahami dan diguna

ni membantu dalam pembuatan model, tetapi juga l, seperti mendapatkan wawasan dan rekomenda dari DGMS adalah memberikan kemampua

enggunakan sistem dan mendapatkan manfaat da

2.2 Arsitektur DSS (Sumber: Sage dalam Druzdz

terface.

keandalan alat pemodelan dan arsitektur penting, tetapi aspek yang paling penting dari stem dengan antarmuka pengguna yang rumit

24 n saja menghadapi mbantu pengguna Sebagai pengguna harus dilengkapi unakan. Tampilan pi juga berinteraksi endasi dari model. puan kepada user

at darinya.

uzdzel, 2002)

ktur internal DSS ari DSS ini adalah atau tidak jelas

25 atau yang membutuhkan keterampilan luar biasa jarang bermanfaat dan diterima dalam praktek. Antarmuka pengguna yang baik untuk DSS harus mendukung konstruksi model dan analisis model, penalaran tentang struktur masalah di samping perhitungan numerik dan optimasi variabel keputusan (Druzdzel, 2002). User interface atau antarmuka pengguna merupakan komponen yang paling penting karena merupakan sumber dari berbagai power, fleksibilitas, dan karakteristik easy-to-use dari management support system (MSS) (Sprauge dan Watson dalam Turban et al. 2005). Whitten et al. (2004), menyatakan bahwa antarmuka pengguna merupakan sistem dari sisi pengguna karena antarmuka adalah satu-satunya dalam sistem yang dilihat oleh pengguna. Antarmuka yang sulit merupakan suatu kecemasan bagi pemakai sistem informasi terkomputerisasi. Mereka berjuang untuk mempelajari bahasa perintah atau sistem pemilihan menu yang diusulkan untuk membantu mereka dalam mengerjakan pekerjaan mereka (Shneiderman dalam Pressman, 2002). Browser Web dikenal sebagai GUI DSS yang efektif karena browser tersebut fleksibel, user friendly, dan merupakan gateway untuk semua sumber informasi dan data yang diperlukan (Meredith dalam Turban et.al 2005).

2.6.3 Manfaat DSS

Beberapa alasan penting dipergunakannya DSS antara lain seperti dibawah ini (Sabarguna, 2003):

1. Perusahaan berada pada keadaan yang tidak menentu. 2. Menghargai kompetisi lokal maupun internasional.

26 3. Membantu menyelesaikan masalah yang sulit dalam operasional.

4. Adanya komputer yang membantu dalam peningkatan efisiensi dan kemampuan menuju unggulan pasar.

5. Bagian informasi tak bisa lagi hanya sewaktu-waktu saja, tetapi harus merupakan bagian yang menyatu dari proses bisnis.

Secara umum manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan DSS adalah seperti berikut ini (Sabarguna, 2003).

1. Punya kemampuan mendukung pemecahan masalah yang komplek.

2. Bereaksi cepat terhadap sistuasi yang tak diharapkan pada kondisi yang berubah. DSS melakukan analisis kuantitatif dengan sangat cepat, dan menghemat waktu.

3. Punya kemampuan dengan mencoba berbagai strategi berbeda kondisi dengan tepat dan cepat.

4. Belajar dan mengembangkan program baru, dengan menggunakan pola analisis “what if” (apabila), merupakan sarana dalam pelatihan manajer. 5. Membangun jembatan komunikasi, sehingga pengumpulan data dan

pemecahan masalah yag merupakan alat untuk meningkatkan kerjasama tim. 6. Meningkatkan pengendalian pengukuran dan meningkatkan kinerja

organisasi.

7. Menghemat biaya, pembuatan atau menghemat biaya akibat keputusan yang salah.

Dokumen terkait