• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi, yang terdiri dari kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya beserta dengan kritik dan saran.

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Rancang Bangun

Perancangan atau rancang bangun merupakan serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisis dari sebuah sistem ke bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan. Pengertian pembangunan atau bangun sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru maupun mengganti atau memperbaiki sistem yang telah ada baik secara keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2002).

2.2 Konsep Dasar Sistem

Secara sederhana sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan objek atau elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan tertentu (Hariyanto, 2004). Namun secara luas sistem didefinisikan sebagai sejumlah komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (O’Brien, 2004).

2.2.1 Karakteristik Sistem

Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu (Ladjamuddin, 2005):

13 1. Sistem Memiliki komponen

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak peduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

2. Sistem Memiliki Batas Sistem (Boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

3. Sistem Memiliki Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Sistem Memiliki Penghubung Sistem (interface)

Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya.

14 5. Sistem Memiliki Masukan Sistem (Input)

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

6. Sistem Memiliki Keluaran Sistem (Output)

Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem. Output dapat berupa masukan untuk subsistem yang lain.

7. Sistem Memiliki Pengolah Sistem (Process)

Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.

8. Sistem Memiliki Sasaran Sistem

Suatu sistem harus mempunyai tujuan dan sasaran, jika tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.

2.2.2 Komponen/Elemen Sistem

Untuk mencapai tujuan, sistem harus menggunakan berbagai komponen/elemen sistem yang bergabung dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan dan mentransformasi informasi, di antaranya (Pressman, 2002):

15 a. Perangkat lunak. Program komputer, struktur data, dan dokumen yang berhubungan yang berfungsi untuk mempengaruhi metode logis, prosedur, dan kontrol yang dibutuhkan.

b. Perangkat keras. Perangkat elektronik yang memberikan kemampuan perhitungan, dan perangkat elektromekanik yang memberikan fungsi dunia eksternal.

c. Manusia. Pemakai dan operator perangkat keras dan perangkat lunak.

d. Database. Kumpulan informasi yang besar dan terorganisasi yang diakses melalui perangkat lunak.

e. Dokumentasi. Manual, formulir, dan informasi deskridtiflainnya yang menggambarkan penggunaan dan atau pengoperasian sistem.

f. Prosedur. Langkah-langkah yang menentukan penggunaan khusus dari masing-masing elemen sistem atau konteks prosedural di mana sistem berada.

2.3 Konsep Dasar Informasi

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness) dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah (garbage).

16 Gambar 2.1 Pilar-Pilar Informasi yang Berguna (Sumber: Jogiyanto, 2009)

2.3.1 Kualitas Informasi

Kualitas Informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal (Witarto, 2004) yaitu ;

a. Informasi harus tepat, akurat

Dalam hal ini, informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan jelas mencerminkan maksudnya, informasi dikatakan akurat jika seluruh kebutuhan informasi terpenuhi dan tepat tersampaikan pada user akhir (end user).

b. Informasi harus tepat waktu

Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat maka akan berakibat fatal untuk organisasi.

c. Informasi harus relevan

Informasi mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi tiap-tiap informasi bagi orang yang satu dengan orang yang lainnya itu berbeda. Informasi

Kualit as T e p a t W a k tu A k u ra t R e lv a n

17 yang berkualitas akan mampu menunjukan relevansi kejadian masa lalu, hari ini, dan masa depan sebagai sebuah bentuk aktivitas yang kongkrit dan mampu dilaksanakan dan dibuktikan oleh siapa saja.

2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan telekomunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) (O’Brien, 2005).

Berdasarkan dukungan kepada pemakainya, sistem informasi dibagi menjadi (Kusrini, 2007):

1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System atau TPS) 2. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System atau SIM) 3. Sistem Otomasi Perkantoran (Office Automation System atau OAS)

4. Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System atau DSS) 5. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System atau EIS) 6. Sistem Pendukung Kelompok (Group Support System atau GSS) 7. Sistem Pendukung Cerdas (Intelligent Support System atau ISS)

18

2.4.1 Komponen Sistem Informasi

Tugas dari sistem informasi adalah untuk melakukan siklus pengolahan data. Untuk melakukan siklus tersebut, maka sebagai suatu sistem diperlukan komponen-komponen (Jogiyanto, 2009):

a. Komponen Input.

Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Komponen ini perlu ada karena merupakan bahan dasar dalam pengolahan informasi.

b. Komponen Output.

Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna bagi para pemakainya. Output merupakan komponen yang harus ada di sistem informasi. Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang ada di basis data dan diproses menggunakan model yang tertentu.

c. Komponen Basis Data.

Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan dengan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

d. Komponen Model.

Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil dari basis data yang diolah lewat suatu model-model tertentu. Model-model yang digunakan dalam sistem informasi dapat berupa Model-model logika yang menunjukan suatu proses perbandingan logika atau model matematik yang menunjukan proses perhitungan matematika.

19 e. Komponen Teknologi.

Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan menghasilkan informasi yang tepat waktunya.

f. Komponen Kontrol.

Komponen kontrol digunakan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi yang akurat.

2.5 Konsep Dasar Keputusan.

Secara tradisional, keputusan dianggap sebagai pilihan, pilihan tentang tindakan (Simon dalam Burstein dan Holsapple, 2008). Keputusan tidak diproduksi dalam ruang hampa. Mereka dibuat dalam konteks organisasi, dan lebih luas lagi dalam konteks lingkungan organisasi. Keputusan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa faktor seperti tingkat pengambilan keputusan (misalnya, keputusan taktis versus strategis), domain pembedaan wilayah (misalnya, pemasaran versus keputusan investasi sumber daya alam), dan tingkat strukturisasi (misalnya, terstruktur dan keputusan tidak terstruktur, dijelaskan dalam tabel 2.1). Apresiasi jenis keputusan dapat membantu kita memahami apa pengetahuan dan fitur/model manipulasi pengetahuan yang akan berguna dalam pembuatan sistem pendukung keputusan (Burstein dan Holsapple, 2008).

20 Tabel 2.1 Strukturisasi Keputusan, (Sumber: Burstein dan Holsapple, 2008)

Keputusan Terstruktur Keputusan Tidak Terstruktur Rutin, berulang-ulang. Tidak terduga, jarang.

Alternatif jelas. Alternatif jelas.

Implikasi dari alternatif langsung Implikasi dari alternatif tidak tentu. Kriteria untuk memilih didefinisikan

dengan baik.

Kriteria untuk memilih tidak jelas.

Pengetahuan yang dibutuhkan tersedia Pengetahuan yang dibutuhkan tidak tersedia

Hasil dari strategi khusus (misalnya, prosedur yang secara eksplisit menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam rangka mencapai keputusan).

Hasil dari strategi umum (misalnya, analogi, ilham, perpaduan digunakan untuk mendapatkan keputusan).

Bergantung pada tradisi. Ketergantungan pada eksplorasi, kreativitas, wawasan, dan kecerdikan.

2.5.1 Proses Pengambilan Keputusan.

Pengambilan keputusan adalah tindakan manajemen di dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran (Jogiyanto, 2009). Perubahan lingkungan bisnis menyebabkan pengambil keputusan harus membuat keputusan yang baik. Simon dalam Burstein dan Holsapple (2008), menjelaskan tiga fase dasar dalam proses pengambilan keputusan yaitu, fase inteligensi, desain dan pilihan.

21 a. Fase Inteligensi

Tahap intelijen adalah periode ketika pembuat keputusan melakukan persiapan untuk membuat keputusan, mendiagnosa masalah, mengumpulkan pengetahuan dari internal dan sumber eksternal, dan mengevaluasi pengetahuan tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Fase Desain

Pada fase desain, pembuat keputusan merumuskan pengetahuan dari alternatif yang ada, menganalisis alternatif untuk menghasilkan pengetahuan tentang implikasi masing-masing alternatif, dan mengevaluasi harapan-harapan yang berhubungan dengan konteks putusan. Selama fase desain, pembuat keputusan bisa menentukan bahwa pengetahuan tambahan diperlukan. Hal ini akan menyebabkan proses kembali ke fase intelijen untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebelum melanjutkan dengan aktivitas desain.

c. Fase Pilihan

Pada fase pilihan, setelah alternatif dievaluasi, pembuat keputusan berwenang memilih alternatif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan karena adanya tekanan dari pihak internal maupun eksternal yang berhubungan dengan keputusan yang harus diambil. Apabila tidak ada alternatif yang cocok, maka harus kembali ke fase desain untuk menghasilkan hasil evaluasi yang lebih positif atau bahwa konteks keadaaan telah berubah secara signifikan sejak alternatif dirumuskan dan dianalisis, maka harus kembali lagi ke tahap inteligensi.

22 Namun, Turban et al. (2005) menambahkan fase implementasi setelah fase pilihan, fase implementasi adalah fase yang mengimplementasikan solusi yang telah dipilih dari fase pilihan, dimana hasil dari fase implementasi adalah terpecahkannya masalah riil.

2.6 Konsep Sistem Pendukung Keputusan.

Konsep sistem pendukung keputusan sangat luas dan dengan definisi yang beragam sesuai pandangan penulis. Sistem pendukung keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dalam melakukan aktivitas penilaian dan pemilihan. SPK menyediakan media penyimpanan dan pengambilan data serta mendukung untuk pemetaaan, pemodelan dan pemecahan masalah (Druzdzel, 2002). Menurut Power (2002), sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbasis komputer interaktif yang membantu pemakai dengan menggunakan komunikasi komputer, data, dokumen, pengetahuan dan model untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan. DSS merupakan suatu pendekatan (atau metodologi) untuk mendukung pengambilan keputusan yang menggunakan Computer Base Information System (CBIS) yang fleksibel, interaktif, dan dapat diadaptasi, yang dikembangkan untuk mendukung solusi untuk masalah manajemen spesifik yang tidak terstruktur. Sedangkan menurut Burstein dan Holsapple (2008), DSS adalah sistem terkomputerisasi yang memproses pengetahuan dengan cara-cara yang memungkinkan pengambil keputusan menjadi lebih produktif, gesit, inovatif dan terkemuka. DSS menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang

23 mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Istilah DSS kadang-kadang digunakan sebagai suatu istilah umum untuk menggambarkan semua sistem terkomputerisasi yang mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Organisasi bisa saja memiliki suatu sistem manajemen pengetahuan untuk memandu seluruh personelnya dalam memecahkan masalah, ia dapat memiliki DSS tersendiri untuk pemasaran, keuangan, dan akuntansi (Turban et al. 2005).

2.6.1 Komponen- Komponen DSS.

Berdasarkan definisi, DSS harus mencakup tiga komponen utama, yaitu database management system (DBMS), model-base management system (MBMS), dan antarmuka pengguna. Komponen-komponen tersebut membentuk sistem aplikasi DSS yang dapat dikoneksikan ke intranet perusahaan, ke ekstranet, atau ke internet (Turban et al. 2005). Berikut adalah komponen utama dalam DSS menurut Sage dalam Druzdzel (2002).

a. Database Management System (DBMS). DBMS bertindak sebagai bank data dalam DSS. DBMS menyimpan sejumlah besar data yang relevan dengan pengelompokan masalah dan berguna bagi DSS yang telah dirancang untuk menyediakan struktur data logis. Sebuah DBMS juga harus menginformasikan kepada pengguna jenis data yang tersedia dan bagaimana cara mengaksesnya.

b. Model-Base Management System (MBMS). Tujuan dari MBMS adalah mengubah data dari DBMS menjadi informasi yang berguna dalam

pengambilan ke masalah yang t dalam pembang c. Dialog Generat

yang tidak terl dengan tampilan antarmuka ini m dengan model, se Tugas utama da untuk dapat men

Gambar 2.2

2.6.2 DSSUser Interf

Kualitas dan merupakan hal yang p user interface. Sistem

n keputusan, karena pengguna DSS mungkin sa g tidak terstruktur. MBMS juga harus memba

ngunan model.

ration and Management System (DGMS). Se erlatih dalam penggunaan komputer, DSS ha pilan antarmuka yang mudah dipahami dan diguna

ni membantu dalam pembuatan model, tetapi juga l, seperti mendapatkan wawasan dan rekomenda dari DGMS adalah memberikan kemampua

enggunakan sistem dan mendapatkan manfaat da

2.2 Arsitektur DSS (Sumber: Sage dalam Druzdz

terface.

keandalan alat pemodelan dan arsitektur penting, tetapi aspek yang paling penting dari stem dengan antarmuka pengguna yang rumit

24 n saja menghadapi mbantu pengguna Sebagai pengguna harus dilengkapi unakan. Tampilan pi juga berinteraksi endasi dari model. puan kepada user

at darinya.

uzdzel, 2002)

ktur internal DSS ari DSS ini adalah atau tidak jelas

25 atau yang membutuhkan keterampilan luar biasa jarang bermanfaat dan diterima dalam praktek. Antarmuka pengguna yang baik untuk DSS harus mendukung konstruksi model dan analisis model, penalaran tentang struktur masalah di samping perhitungan numerik dan optimasi variabel keputusan (Druzdzel, 2002). User interface atau antarmuka pengguna merupakan komponen yang paling penting karena merupakan sumber dari berbagai power, fleksibilitas, dan karakteristik easy-to-use dari management support system (MSS) (Sprauge dan Watson dalam Turban et al. 2005). Whitten et al. (2004), menyatakan bahwa antarmuka pengguna merupakan sistem dari sisi pengguna karena antarmuka adalah satu-satunya dalam sistem yang dilihat oleh pengguna. Antarmuka yang sulit merupakan suatu kecemasan bagi pemakai sistem informasi terkomputerisasi. Mereka berjuang untuk mempelajari bahasa perintah atau sistem pemilihan menu yang diusulkan untuk membantu mereka dalam mengerjakan pekerjaan mereka (Shneiderman dalam Pressman, 2002). Browser Web dikenal sebagai GUI DSS yang efektif karena browser tersebut fleksibel, user friendly, dan merupakan gateway untuk semua sumber informasi dan data yang diperlukan (Meredith dalam Turban et.al 2005).

2.6.3 Manfaat DSS

Beberapa alasan penting dipergunakannya DSS antara lain seperti dibawah ini (Sabarguna, 2003):

1. Perusahaan berada pada keadaan yang tidak menentu. 2. Menghargai kompetisi lokal maupun internasional.

26 3. Membantu menyelesaikan masalah yang sulit dalam operasional.

4. Adanya komputer yang membantu dalam peningkatan efisiensi dan kemampuan menuju unggulan pasar.

5. Bagian informasi tak bisa lagi hanya sewaktu-waktu saja, tetapi harus merupakan bagian yang menyatu dari proses bisnis.

Secara umum manfaat yang dapat diambil dengan menggunakan DSS adalah seperti berikut ini (Sabarguna, 2003).

1. Punya kemampuan mendukung pemecahan masalah yang komplek.

2. Bereaksi cepat terhadap sistuasi yang tak diharapkan pada kondisi yang berubah. DSS melakukan analisis kuantitatif dengan sangat cepat, dan menghemat waktu.

3. Punya kemampuan dengan mencoba berbagai strategi berbeda kondisi dengan tepat dan cepat.

4. Belajar dan mengembangkan program baru, dengan menggunakan pola analisis “what if” (apabila), merupakan sarana dalam pelatihan manajer. 5. Membangun jembatan komunikasi, sehingga pengumpulan data dan

pemecahan masalah yag merupakan alat untuk meningkatkan kerjasama tim. 6. Meningkatkan pengendalian pengukuran dan meningkatkan kinerja

organisasi.

7. Menghemat biaya, pembuatan atau menghemat biaya akibat keputusan yang salah.

27 9. Meningkatkan efektifitas manajerial, dengan menghemat waktu kerja pada

bidang analisis, perencanaan, dan pelaksanaan. 10. Meningkatkan produktivitas dari analisis. 11. DSS mampu menyajikan berbagai alternatif.

12. DSS dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga dapat memperkuat posisi pengambil keputusan.

2.6.4 Tujuan DSS

Menurut McLeod (2004), DSS memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Membantu pengambil keputusan dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.

2. Mendukung penilaian seorang pengambil keputusan bukan menggantikan keputusan yang akan diambil oleh pengambil keputusan.

3. Meningkatkan efektivitas dari suatu keputusan, bukan dari sisi efisiensi.

2.7 Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Baitul mal wat tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengn antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, baitul mal wat tamwil juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya (Pinbuk dalam Soemitra,

28 2009). BMT merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat bawah yang membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT merupakan lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi (Pinbuk dalam Norvadewi, 2007).

2.7.1 Profil BMT

Secara umum profil BMT dapat dirangkum dalam butir-butir berikut (Soemitra, 2009):

a. Tujuan BMT, yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. b. Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri,

ditumbuhkembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat lingkungannya. c. Visi BMT, yaitu menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat,

ynag kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.

d. Misi BMT, yaitu mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan

29 gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan berkemakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan rida Allah SWT.

e. Fungsi BMT, yaitu (1) mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat dan kerjanya; (2) mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global; dan (3) menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

f. Prinsip-prinsip utama BMT, yaitu:

1. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata;

2. Keterpaduan (kaffah) di mana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia;

3. Kekeluargaan; 4. Kebersamaan; 5. Kemandirian; 6. Profesionalisme;

7. Istikamah: konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.

30 g. Ciri-ciri utama BMT, yaitu:

1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya;

2. Bukan lembaga sosial tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infak dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di

sekitarnya.

4. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar masyarakat itu.

2.8 Konsep Dasar Pembiayaan Murabahah

Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) karena dalam transaksi jual beli penjual menyebut jumlah keuntungannya (margin/mark up) (Soemitra, 2009). Dalam hal ini, lembaga keuangan syariah (perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah non-bank) bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga yang

disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus

diberitahukan (PSAK 102, 2006). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan

jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlakunya akad (PKES, 2008).

31

tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu (PSAK 102, 2006). Berikut adalah skema dalam

akad murabahah.

1 4 5

2 3

Gambar 2.3 Skema murabahah pada Bank Syariah (Sumber: Hosen et al. 2008) Misalnya, nasabah menginginkan mobil dengan cara mencicil namun mendapatkan barang di awal.

1. Nasabah mengajukan pembiayaan mobil ke bank 2. Bank akan membelikan mobil ke pemasok (tunai) 3. Pemasok memberikan mobil

4. Bank akan menyerahkan mobil ke nasabah

5. Nasabah membayar secara cicilan (Pokok + Keuntungan)

Bank Syariah

Nasabah

32

2.8.1 Ketentuan Syar’i Transaksi Murabahah.

Pembolehan penggunaan murabahah didasarkan pada Al Qur’an surat An-Nisa ayat 29 dan surat Al Baqarah ayat 275:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu...(An-Nisaa: 29).

Dokumen terkait