• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Definisi Konsep

1.7.1 Konsep Sister City

Apabila ditelaah dari tata bahasanya Sister City terdiri dari 2 kata yakni Sister (saudari perempuan) dan City (Kota), dalam hal ini Sister City berarti Kota bersaudara dimana dalam perkembangannya yang berorientasi pada persahabatan dan kemitraan, hubungan kemitraan yang terjalin dalam konteks hubungan antar Kota dalam kerjasama yang saling menguntungkan dan saling membantu dan

menganut prinsip perlakuan yang sama atau Reciprocal.36 Kerjasama dapat didefinisikan sebagai sister city ketika suatu

komunitas memutuskan untuk bergabung dengan suatu komunitas di negara lain untuk saling mempelajari satu sama lain secara lebih jauh, dan untuk menumbuhkembangkan hubungan persahabatan dan saling pengertian, dua komunitas tersebut mengusulkan afiliasi formal yang mengarah pada istilah secara resmi sebagai “sister cities”. Suatu hubungan sister city, sister municipality, sister state dan sebagainya menjadi kerjasama resmi dengan ditandatanganinya perjanjian secara resmi oleh perwakilan-perwakilan yang terpilih dari dua yurisdiksi.37 Sister City merupakan konsep yang digagas untuk membentuk kerjasama antar provinsi dari satu negara ke negara lain setara kota administratif baik provinsi ataupun prefektur dalam sebuah persetujuan berdasar pada kemiripan karakteristik baik dalam segi budaya, latar belakang sejarah, ataupun segi geografis. Konsep Sister City mulai dikembangkan setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun

36 Akbarizal AB. 2013. Kewenangan Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan Kerjasama Sister demgam kota Braunchweig tahun 200-2012. Skripsi UNIKOM : Bandung Diakses dari https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/656/jbptunikompp-gdl-akbarizala-32758-12-jurnal-4-r.pdf.

Pada 19 April 2019 pukul 21.47

37 Donald Bell Souder and Shanna Bredel. 2005. A Study of Sister City Relations: What is Sister City?. A Research Paper of Asian Languages and Civilizations in University of Coldorado 16 December. Hal.2

an, konsep Sister City ini dilegalkan dengan adanya dukungan dari Presiden Amerika Serikat, Eisenhower. Eisenhower membayangkan sebuah organisasi yang bisa menjadi pusat perdamaian dan kemakmuran dengan menciptakan katan antara orang-orang dari berbagai kota di seluruh dunia.

Dengan membentuk hubungan ini, Presiden Eisenhower beralasan bahwa orang dari budaya yang berbeda bisa menghargai perbedaan mereka dan membangun kemitraan yang akan mengurangi kemungkinan konflik baru. Sister City menciptakan hubungan berdasarkan budaya, pendidikan, informasi dan perdagangan bursa menciptakan persahabatan yang lama yang dapat memberikan kemakmuran dan perdamaian melalui orang ke orang atau bisa disebut sebagai "people to people connection".38 Pada mulanya penerapan konsep ini adalah sebagai saran diplomasi politik negara tingkat regional dan internasional pengimplementasiannya menjadi pendorong bagi rakyat untuk menjalin persahabatan dan kerjasama yang konstruktif, baik antar elemen masyarakat, kota, antar pemerintah lokal dan pusat maupun antar negara diseluruh dunia.

Sister City juga di jelaskan oleh Donal Bell Souder & Shanna Bredel dalam A Study of Sister City Relations, bidang yang meliputi Kerjasama Sister City adalah:

a. Budaya, dalam konteks kerjasama budaya ditujukan untuk memahami keanekaragaman budaya yang berbeda sehingga dapat terjalinnya pemahaman mengenai latar belakang budaya, sehingga dapat meningkatkan kerjasama yang lebih mendalam antar kota dalam hubungan internasional, yang biasanya melibatkan unsur seni musik, pertunjukan budaya, dan hal lainnya yang menyangkut kebudayaan.

38 O. Sinaga. 2010. Otonomi Daerah Dan Kebijakan Publik: Implementasi Kerjasama Internasional Bandung: Lepsindo. Hal. 35.

b. Akademik, dalam bidang akademik biasanya melibatkan pengiriman duta/ delegasi dari suatu kota terhadap kota lainnya yang ditunjukan untuk mempromosikan dan mempelajari budaya lain, untuk mempererat hubungan yang lebih mendalam.

c. Pertukaran informasi, dalam hal ini ditunjukan untuk menanggulangi suatu kesamaan permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat terselesaikan dan pengembangan hal ini dapat ditunjukan untuk pembangunan kota yang lebih baik.

d. Ekonomi, merupakan bidang yang terpenting dalam kerjasama Sister City, hal ini berlandaskan pada tujuan peningkatan perdagangan antar Kota, sehingga konteks kerjasama terjalin lebih mendalam.39

Kerjasama Sister City merupakan hubungan kerja sama resmi jangka panjang antara pemerintah satu kota di suatu negara dengan kota lainnya di negara lain yang ditandai dengan adanya kesepakatan kerja sama secara formal (Memorandum of Understanding atau MoU) dan diakui serta disetujui oleh parlemen atau DPRD setempat. Sejalan dengan semangat Otonomi Daerah, maka berdasarkan prinsip yang mengacu pada UU No.24/2000 tentang pembuatan perjanjian internasional, Pemda (baik Pemprov, Pemkab maupun Pemkot) telah ditegaskan sebagai lembaga pemerintahan yang memiliki kualifikasi sebagai “Lembaga Pemrakarsa” untuk membuat perjanjian internasional. Menurut Departemen Luar Negeri RI, pada umumnya kerjasama Kota sister city ini terbentuk karena sejumlah alasan, seperti:

persamaan kedudukan dan status administrasi, persamaan ukuran luas wilayah dan fungsi, persamaan karakteristik sosio-kultural dan topografi kewilayahan, persamaan permasalahan yang dihadapi,

39 Irawan Whibiksana. 2016. Dampak Kerjasama Sister City Kota Bandung Dengan Kota Suwon (Republik Korea) Dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Terhadap Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Bandung. Skripsi. Diakses dari https://.responsitory.unpas.ac.id/11615/. Pada 26 April 2019 pukul 20.09

komplementaritas antara kedua pihak yang dapat menimbulkan aliran barang dan jasa pertukaran kunjungan pejabat dan pengusaha.40

Menurut Villiers mengusulkan enam langkah siklus model atau kerangka konseptual kemitraan sister city dalam membentuk, mengelola, mempertahankan dan membangun kesuksesan kemitraan dan kemampuan beraliansi, yaitu :

a. Strategi: kerangka manajemen dimulai dengan perumusan strategi aliansi. Sebelum mitra terlibat, sebuah organisasi memerlukan strategi aliansi untuk menguraikan pemikiran terkait visi dan tujuan untuk kemitraan, strategi untuk pemilihan mitra, untuk memanajemen, dan cara menangkap pembelajaran menunjukan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat lokal perlu strategi, dimana dua strategi yang ditempuh adalah learning dan networking internasional. Dari strategi aliansi akan menjadi jelas jenis mitra yang harus dicari.

b. Identifikasi: dalam mencari mitra strategis, kota atau komunitas biasanya mendekati lembaga perjodohan internasional dan mungkin juga didekati oleh kota-kota atau masyarakat lain dengan kemiripan permintaan. Permintaan tersebut hanya dapat dipertimbangkan jika kota tersebut ada dalam parameter strategi kerja sama.

c. Mengevaluasi: pada tahap ini diperlukan pula investigasi due diligence dan studi kelayakan untuk mengenal sejarah kerja sama mitra yang potensial. Terdapat banyak kriteria yang berbeda yang digunakan untuk pemilihan mitra, kriteria dapat meliputi ukuran kota/populasi; kriteria geografis; sejarah politik;

alasan filantropis; kepentingan sosial/umum; kepentingan ekonomi; universitas; kemiripan nama; asosiasi lokal .

40 Nurul Insaeni. 2011. Peran Strategis Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Internasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Departemen Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Global & Strategis Th.7 No.1. Jakarta. Hal. 130

d. Negosiasi: tahapan ini terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu negoasiasi dalam pemilihan mitra, negosiasi dalam perencanaan, dan negosiasi dalam membuat kesepakatan (Memorandum of Understanding).

e. Implementasi: tahap ini penting karena semua penilaian terhadap rencana yang telah disepakati telah dilakukan dengan baik sampai saat ini atau tidak. Setelah hubungan diimplemetasikan, keberhasilan atau kegagalan perlu ditinjau secara berkala yang hanya dapat dilakukan jika pengukuran spesifik kinerja telah disepakati dalam tahap perencanaan.

f. Kemampuan aliansi: merupakan titik keberlanjutan yang menyakini bahwa kota yang memperoleh lebih banyak pengalaman dalam praktik manajemen aliansi terbaik, maka akan lebih baik dalam hubungan kemitraan. Ini dibangun dan dikembangkan melalui peningkatan pengetahuan aliansi, keterampilan (keterampilan kewirausahaan yang spesifik), pengalaman, dan pengembangan perilaku yang tepat, alat aliansi yang tepat, sistem aliansi yang tepat, staf dan struktur organisasi, dan pelatihan/pendidikan.41

1.8 Metode Penelitian

Dokumen terkait