• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.9 Sistematika Penulisan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : KARAKTERISTIK DAN KERJASAMA LUAR NEGERI

KOTA MEDAN

Bab ini akan membahas tentang karakteristik Kota Medan umum, dasar kewenangan pemerintah Kota Medan dalam menjalankan kerjasama luar negeri, kemudian akan dipaparkan data mengenai kerjasama luar negeri yang telah dilakukan Kota Medan

BAB III : PELAKSANAAN PARADILOMASI SISTER CITY KOTA

MEDAN DENGAN KOTA GWANGJU DAN ICHIKAWA Pada bab ini akan berisi inti dari penelitian serta menjabarkan

tentang pelaksanaan paradiplomasi sister city Pemerintah Kota Medan dengan Kota Gwangju dan Ichikawa

BAB IV : PENUTUP

Bab ini adalah bab terakhir dari penelitian yang akan

menyimpulkan serta pemberian saran-saran yang diperlukan.

BAB II

KARAKTERISTIK DAN KERJASAMA LUAR NEGERI KOTA MEDAN

Kota Medan merupakan objek yang diteliti pada penelitian ini yakni bagaimana Kota Medan menjalankan Paradiplomasinya. Oleh karena itu, pada bab 2 (dua) ini penulis bermaksud menggambarkan bagaimana kondisi Kota Medan dimulai dari sejarah, pemerintahan, keadaan geografis, pertumbuhan demografi, perekonomian, pendidikan, kebudayaannya, Kerjasama Luar Negeri yang dilakukan Kota Medan hingga peraturan dan mekanisme yang mengatur kewenangan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan Kerjasama Luar Negerinya.

2.1. Karakteristik Umum Kota Medan 2.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan dan semuanya bermuara ke Selat Malaka.

Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/ Sei Kera.45

Kota Medan dimulai dari sebuah kampung kecil bernama Medan Putri yang dibangun oleh Guru Patimpus pada tahun 1590 di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Kampung yang semula hanya seluas 4000 ha, kemudian berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 setelah diproklamirkan oleh Datuk Prungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Selanjutnya kota Medan semakin berkembang dengan perpindahan ibukota Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan pada tahun 1887, dan kemudian berubah statusnya menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Sejak zaman penjajahan orang selalu

45 Ririn Kesuma, “Sejarah Lahirnya Kota Medan”, diakses dari

https://www.academia.edu/8313671/BAB_I_PENDAHULUAN, pada 02 Juli 2019 Pukul 15.18.

WIB.

merangkaikan Medan dengan Deli (Medan Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. Karena letak geografis yang sangat strategis, kota Medan kemudian berkembang menjadi kota perdagangan.46

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.47

Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.48 Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah

46 Dokumen Bagian Hubungan Kerjasama Pemerintahan Kota Medan, “City Profile”, hal.1

47 Ibid.

48 R Thaib. 1959. Lima Puluh Tahun Kotapraja. Medan: Panitia Tahun Kotapraja Medan. hal. 44.

Diakses dari https://medankota.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Kota-Medan-Dalam-Angka-2016.pdf. Pada 02 Juli 2019 pukul 15.28 WIB

bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang.

Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.49

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibu kotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut.50

49 Yosef Christian Nababan, Skripsi: “Kepemimpinan Dzulmi Eldin Sebagai Walikota Medan Berdasarkan Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik” (Medan: USU, 2016). Hal.38

50John Anderson. 1924. Mission to The East Cost of Sumatra: A Report. London: Blackwood.

Lihat juga penjasalan K. J. Pelzer. 1978. Planter and Peasent: ColonialPolicy and the Agrarian Stuggle in East Coast Sumatera (1863–1847). S’Gravenhage: Martinus Nijhoff. Lihat dalam Lambok W. P. Sitorus. 2016. Aktor dan Pemilu 2014 di Kota Medan (Studi Tentang Bentuk Dukungan Saling menguntungkan Organisasi Kemasyarakatan dengan Calon Anggota DPRD Kota Medan Daerah Pemilihan 2 pada Pemilu Legislatif 2014) Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. hal. 32.

Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar.

Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.

Pada pertengahan abad ke 19, kota Medan mulai mengalami perkembangan yang pesat dengan dibukanya perkebunan tembakau oleh seorang pengusaha Belanda bernama J Nienhuis Van der falk. Tembakau Deli kemudian terkenal diseluruh dunia karena kualitas tembakau yang tinggi dan menguasai pasaran tembakau internasional yang menjadi tembakau terbaik di dunia untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz

& Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi. Hasil perdagangan tembakau kemudian mendukung pembangunan kota Medan. Perkembangan ini didukung pula oleh perpindahan pusat pemerintahan Kesultanan Deli dari Labuhan kesekitar kampong Medan Putri pada tahun 1887. Perpindahan ini menarik semakin banyak perusahaan perkebunan membangun perkantoran dikota ini.

Keindahan kota Medan dikenal hingga keluar negeri dan bahkan dijuluki sebagai Parijs van Sumatera.51

Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian

"Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan. Pemerintah Kolonial

51 Dokumen Bagian Hubungan Kerjasama Pemerintahan Kota Medan, op. cit., hal. 1

Belanda kemudian menetapkan Medan sebagai Kotapraja setelah membeli tanah seluas 15,83 km2 dari Kesultanan Deli untuk pembangunan infrastruktur kota pada tanggal 1 April 1909. Setelah Indonesia merdeka, kota Medan ditetapkan sebagai Ibukota provinsi Sumatera Utara dengan hari jadi 1 Juli 1590. Sejak penetapan tersebut, tanggal 1 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kota Medan.52

2.1.2. Geografi Kota Medan

Secara geografis Kota Medan terletak pada 3⁰30’-3⁰43’ Lintang Utara dan 98⁰35’-98⁰44’ Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu rata-rata 23.20C – 33.20C. Kelembaban udara berkisar antara 74.67% - 80% dengan curah hujan 188.8mm pertahun. Rata-rata penyinaran matahari mencapai 45% perbulan. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tk. II di Sumatera Utara dengan luas total kota Medan saat ini sekitar 265.10 Km2. Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini: Sungai Belawan, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Sulang-Saling, Sungai Kera, dan Sungai Tuntungan.53

52 Ibid

53Dokumen Bagian Hubungan Kerjasama Pemerintahan Kota Medan, op. cit,. hal. 2

Gambar 2.1 Peta Kota Medan

Sumber: Badan Pusat Statistik. Kota Medan dalam Angka 2016

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia, sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.54

Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota

54 Dokumen Bagian Hubungan Kerjasama Pemerintahan Kota Medan, op. cit., hal. 2

Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.55 Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan.56

Selanjutnya, secara luas administratif Kota Medan untuk tiap Kecamatan dapat disajikan pada tabel berikut ini57 :

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Medan

No. Kecamatan Luas

(Ha) Persentase Kelurahan Lingkungan

1 Medan

Tuntungan 2.068 7,80 9 75

55 Maghfira Faraidian,. Skripsi: “Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan” (Medan: USU, 2015), Hal. 33

56 Pemko Medan, “Laporan Penyelenggaraan Pemerintahaan Daerah Kota Medan 2008”, Hal. 5-6 diakses dari https://pemkomedan.go.id/file/h_1247202624.pdf, Pada 03 Juli 2019 pukul 22.03

57 Pemko Medan, “Laporan Kinerja Pemerintahan Kota Medan”, Diakses dari

https://pemkomedan.go.id/editor/gambar/file/BAB%20I%20s.d%20IV.pdf pada 03 Juli 2019 pukul 22.10

2 Medan Johor 1.458 5,50 6 81

3 Medan Amplas 1.119 4,22 7 77

4 Medan Denai 905 3,41 6 82

5 Medan Area 552 2,08 12 172

6 Medan Kota 584 2,20 12 146

7 Medan Maimun 298 1,12 6 66

8 Medan Polonia 901 3,40 5 46

9 Medan Baru 584 2,20 6 64

10 Medan

Selayang 1.281 4,83 6 63

11 Medan Sunggal 1.544 5,82 6 88

12 Medan Helvetia 1.316 4,96 7 88

13 Medan Petisah 533 2,01 7 69

14 Medan Barat 682 2,57 6 98

15 Medan Timur 776 2,93 11 128

16 Medan

Perjuangan 409 1,54 9 128

17 Medan

Tembung 799 3,01 7 95

18 Medan Deli 2.084 7,86 6 105

19 Medan Labuhan 3.667 13,83 6 99

20 Medan Marelan 2.382 8,99 5 88

21 Medan Belawan 2.625 9,90 6 143

Jumlah 26.51

0 100.00 151 2.001

2.1.3. Demografi Kota Medan

Demografi Penduduk Kota Medan memiliki ciri yang sangat unik yakni meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Kota Medan merupakan kota multi-etnik dengan 8 etnik utama yang ada di Sumatera Utara serta etnik pendatang seperti Arab, India dan Cina.

Keberagaman budaya penduduknya, menjadikan kota Medan sebagai

‘melting pot’ bagi berbagai etnis di Indonesia. Kota Medan merupakan salah satu Kota yang paling multikultural di Indonesia saat ini. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.58

Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti:

Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil,

58 Dokumen Bagian Hubungan Kerjasama Pemerintahan Kota Medan, op. cit., hal. 3

Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.59

Secara perbandingan antara suku bangsa yang ada di Kota Medan kerap mengalami perubahan, perubahan tersebut dapat dilihat dari data BPS yang terakhir dikeluarkan pada tahun 2000 berikut. 60

Tabel 2.2 Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000

59 Kementrian Dalam Negeri, “Profil Daerah Kota Medan”, diakses dari

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1271/kota-medan pada 03 Juli 2019 pukul 22.33

60 Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut

* Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai suku bangsa, total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%.

Melihat dari tabel diatas dapat dilihat Kota Medan merupakan kota yang memiliki beragam etnis, walaupun etnis asli Kota Medan adalah Melayu namun mayoritas penduduk beretnis Jawa. Keanekaragaman ini juga terlihat dalam kebaragaman agama terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.

Meskipun demikian, warga kota Medan tetap menjaga perdamaian dan kerukunan meskipun berbeda keyakinan. Berdasarkan data sensus Kota Medan tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam 59.68%, kemudian Kristen Protestan 21.16%, Buddha 9.90%, Katolik 7.10%, Hindu 2.15% dan Konghucu 0.01%. Berikut dapat dilihat Agama di Kota Medan berrdasarkan Etnisnya : Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian suku Karo, Simalungun, Pakpak, dan Tionghoa. Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias, dan sebagian suku Angkola dan Tionghoa. Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil (suku India). Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan. Konghucu: terutama dipeluk oleh suku Peranakan.61

61 Badan Pusat Statistik Kota Medan. Kota Medan dalam Angka 2016.

Gambar 2.2 Persentase Agama di Kota Medan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan. Kota Medan dalam Angka 2016.

2.1.4. Pemerintahan Kota Medan

Landasan pembentukan Pemerintah Daerah di Indonesia pada dasarnya semenjak tahun 1945 dibentuk atas dasar UUD 1945 pasal 28.

Sebagai dasar realisasi dari pasal tersebut maka semenjak itu UU yang telah mengatur Pemerintah Kota Bandung secara berturut-turut adalah sebagai berikut:

a. UU No. 1 tahun 1945 tentang Pembentukan Komite Nasional Daerah b. UU No. 52 tahun1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintah

daerah

c. UU No. 44 tahun 1950 tentang Undang-undang atau Pengaturan Pokok Pemerintah Daerah

d. UU No. 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah e. Penetapan Presiden No. 6 tahun 1956 tentang Pemerintah Daerah f. UU No. 9 tahun 1965 tetang Desa PrajaDaerah

g. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah Adapun tugas pokok Pemerintah Kota Medan adalah sebagai berikut:

 Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah ditegaskan bahwa Pemerintahan Daerah adalah Walikota Medan

 Tugas pokok Pemerintah Kota Medan adalah melaksanakan tugas yang telah menjadikan kuasa dan kewenangannya yaitu melaksanakan sebagian urusan Pemerintah dan Pembangunan yang secara garis besar diproyeksikan dalam APBD.

Sesuai dengan SK Gubernur Sumatera Utara No.140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996, kota medan secara administratif terdiri dari 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan yang terdiri dari 2001 lingkungan.

Dipimpin oleh walikota yang dipilih secara langsung oleh masyarakat kota medan dengan masa jabatan selama 5 tahun. Dalam memimpin kota medan walikota didampingi oleh wakil walikota medan dan sekretaris daerah kota medan beserta satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Walikota saat ini Drs.

H. T. Dzulmi Eldin S, M.Si. merupakan walikota ke 17 sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang akan memimpin kota medan hingga tahun 2020.62 Dalam melaksanakan tugas pokoknya Pemerintah Daerah mempunyai hak dan kewajiban Pimpinan Pemerintah, yaitu menyusun dan membentuk satuan organisasi daerah dan dinas-dinas kedalam bentuk secretariat daerah yang diharapkan dapat mendukung peranan Pemerintah Kota Dalam dalam melaksanakan tugas pokoknya. Pembentukan dan penyusunan satuan organisasi harus berdasarkan pada peraturan yang berlaku.

62 Pemerintah Kota Medan, “Buku Panduan Sister City Kota Medan”

Gambar 2.3 Struktur Oraganisasi Pemerintahan Kota Medan

Sumber: website Pemerintahan Kota Medan. Diakses dari https://pemkomedan.go.id/hal-struktur-organisasi.html

Pemerintah Daerah Kota Medan melaksanakan tugas Pemerintahan dan Pembangunan yang secara garis besar diproyeksikan ke dalam APBD, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku atau disebut dengan Otonomi Daerah. Dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan agar tujuan tercapai, dengan perhatian khusus dengan perhitungan yang seksama secara tepat dan akurat. Serta diperlukan visi dan misi sebagai pedoman untuk Kota Medan itu sendiri. Adapun Visi dan Misi Kota Medan adalah63 :

Semboyan/Slogan Walikota dan Wakil Walikota Medan : "Medan Rumah Kita"

 Visi Kota Medan adalah "Menjadi Kota Masa Depan yang Multikultural, Berdaya Saing, Humanis, Sejahtera dan Religius"

 Misi Kota Medan sebagai berikut :

63 Pemko Medan, “Visi dan Misi Kota Medan”., diakses dari https://pemkomedan.go.id/hal-visi-dan-misi.html, pada tanggal 03 Juli 2019 pukul 22.47

1) Kerjasama

Menumbuhkembangkan stabilitas, kemitraan, partisipasi dan kebersamaan dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan kota.

2) Kreatifitas dan Inovasi

Meningkatkan efisiensi melalui deregulasi dan debirokratisasi sekaligus penciptaan iklim investasi yang semakin kondusif termasuk pengembangan kreatifitas dan inovasi daerah guna meningkatkan kemampuan kompetitif serta komparatif daerah.

3) Kebhinekaan

Mengembangkan kepribadian masyarakat kota bersarakan etika dan moralitas keberagaman agama dalam bingkai kebhinekaan.

4) Penanggulangan Kemiskinan

Meningkatkan percepatan dan perluasan program penanggulangan kemiskinan.

5) Multikulturalisme

Menumbuhkembangkan harmonisasi, kerukunan, solidaritas, perstuan dan kesatuan serta keutuhan sosial, berdasarkan kebudayaan daerah dan identitas lokal multikulturalisme.

6) Tata Ruang Kota yang Konsisten

Menyelenggarakan tata ruang kota yang konsisten serta didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan utilitas kota yang semakin modern dan berkelanjutan.

7) Peningkatan Kesempatan Kerja

Mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan berkeadilan.

8) Smart City

Mengembangkan Medan sebagai Smart City.

2.1.5. Kondisi Pendidikan Kota Medan

Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dan merupakan kota terbesar yang ada diluar Pulau Jawa telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Utara bahakan di Pulau Sumatera. Kota Medan telah berusaha memperbanyak gedung-gedung sekolah dan tenaga pengajar sesuai dengan kebutuhan penduduknya. Walaupun kebutuhan ini masih jauh dari yang diharapkan, namun manfaatnya mulai terasa bagi masyarakat kota dan sekitarnya. Pada tahun 1970 dibandingkan dengan jumlah pertambahan penduduk, maka sarana pendidikan tidak dapat menampung jumlah anak-anak usia sekolah, baik di tingkat SD apalagi di tingkat SMP dan SMA. Hal ini menyebabkan jumlah angkatan kerja menjadi bertambah, karena tidak dapat melanjutkan sekolah.64 Baik dari segi kualitas infrastruktur, pengajar dan siswa dan mahasiswa Kota Medan masihlah perlu terus ditingkatkan, agar hal ini dapat terwujud perlunya keseriusan pemerintahan Kota Medan terutama dinas pendidikan dalam mnegatasi permasalahan yang dengan melakukan perbaikan-perbaikan dalam segala aspek maupun membentuk sebuah program yang memberi efek positif pada pendidikan Kota Medan.

Perkembangan pendidikan Kota Medan terjadi di tahun 1980an. Di masa ini terjadi peningkatan jumlah sekolah yang cukup pesat seperti di tahun 1981, jumlah keseluruhan SD, SMP, SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 975 sekolah. Angka ini menunjukkan perkembangan yang baik dari sekolah-sekolah yang ada di Medan. Di tahun 1982 jumlah sekolah di

Perkembangan pendidikan Kota Medan terjadi di tahun 1980an. Di masa ini terjadi peningkatan jumlah sekolah yang cukup pesat seperti di tahun 1981, jumlah keseluruhan SD, SMP, SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 975 sekolah. Angka ini menunjukkan perkembangan yang baik dari sekolah-sekolah yang ada di Medan. Di tahun 1982 jumlah sekolah di

Dokumen terkait