• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Sumber Belajar Sebagai Salah Satu Aspek Dalam

1. Konsep Sumber Belajar

a. Pengertian sumber belajar

Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta melalui banyak hal. Selain buku, tersedia banyak sumber belajar yang berisi pengetahuan dan informasi penting terkait dengan dunia pendidikan.

Komputer, handphone, internet perkumpulan guru mata pelajaran, dan program ilmiah di sekolah, merupakan beberapa contoh sumber belajar yang dapat dimanfaatkan guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, serta “memperbaiki” sikapnya.11

10 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, h. 79-81

11 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Cet I, h. 192

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.12

Belajar adalah proses perubahan. perubahan-perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang Nampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak dapat diamati. Perubahan-perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau kearah perubahan.13

Sedangkan belajar menurut Bambang adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta berlangsung seumur hidup.

Konsep belajar sebagai suatu upaya atau proses perubahan perilaku seseorang sebagai akibat interaksi peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.14

Belajar merupakan kegiatan pokok yang dilakukan di sekolah, yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang di dalamnya terdapat peningkatan dalam hal penguasaan, penggunaan maupun penilaian tentang sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Perubahan yang demikian mengakibatkan individu dapat berwawasan luas, matang, berpandangan maju, kreatif, inisiatif, dan aktif.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan prilaku seseorang untuk mengaktualisasikan diri dan lingkungan sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Proses belajar pada hakikatnya terjadi dalam diri peserta didik yang bersangkutan, walaupun prosesnya berlangsung dalam kelompok atau bersama orang lain.

12 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet V, h. 2

13 Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), Cet. Pertama, hal. 62

14 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 208

Konsep belajar adalah mengingat, belajar adalah memahami, belajar adalah menerapkan (melakukan, keterampilan, praktik), dan belajar adalah pengembangan diri. Aspek yang perlu dikembangkan dalam belajar adalah semua aspek yang ada pada manusia. Dengan demikian, belajar yang sesungguhnya (the real learning) perlu adanya sumber belajar.

Dalam belajar siswa tidak harus dihadiri oleh guru. Siswa dapat menggunakan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Misalnya di perpustakaan, laboratorium, dan kegiatan lain yang dapat menjadi sumber belajar. Siswa harus aktif, dan inisiatif dalam mencari sumber belajar sendiri.

Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.15

Wina Sanjaya mengatakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.16

Sedangkan berdasarkan paparan yang dikemukakan Assosiation for Education and Communication Technology (AECT), sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik.17

15 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta), cet. Pertama, hal. 139

16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 174

17 Warsita, op. cit., h. 209

Menurut Donald P. Ely (1978: 3) sumber belajar adalah data, orang, dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar.

Sumber belajar meliputi semua sumber yang berkenaan dengan data, manusia, barang-barang yang memungkinkan dapat digunakan secara terpisah atau kombinasi, yang oleh peserta didik biasanya digunakan secara optimal untuk memberikan fasilitas dalam kegiatan belajar.

Dengan demikian sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Sumber belajar inilah yang sering disebut media pembelajaran.18

Pendapat lain menyebutkan sumber belajar merupakan semua komponen sistem instruksional baik yang secara khusus dirancang maupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.19

Sumber belajar dalam pengertian sempit adalah, misalnya: buku-buku atau bahan-bahan cetak lainnya. Pengertian itu masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian besar guru. Misalnya dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru terdapat komponen sumber belajar, dan pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan.

Dari beberapa pendapat diatas tentang sumber belajar dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

18 Ibid., h. 210-211

19 Ibid., h. 209

b. Jenis-jenis sumber belajar

AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu :

1. Pesan (message)

Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan pembelajaran, dan sebagainya. Pesan non formal, yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief-relief pada candi, kitab-kitab kuno, dan peninggalan sejarah yang lainnya.

Pesan mengandung 3 macam pengertian, yaitu :

a. Tanda (kata-kata, gambar) termasuk pemilihan dan urutannya, yang menjadi tanggung jawab perancang, diharapkan bermakna bagi suatu sasaran.

b. Pembawa tanda (macam gaya, tata letak, pencetakan) yang menjadi tanggung jawab penerbit atau produser.

c. Informasi atau arti yang diterima, yang menjadi tanggung jawab sasaran (audience).

Pesan termasuk komponen dalam sumber belajar, sebab sumber belajar harus mampu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan (dipelajari) oleh pemakai (penerima pesan;peserta didik) sehingga mereka memperhatikan dan menangkap isi pesan itu secara efektif dan efisien serta terserap secara efektif dan efisien serta terserap secara maksimal. Pesan, sebagai salah satu komponen yang penting dalam sumber belajar, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Kelengkapan isi pesan, kejelasan serta kemutakhiran isi pesan.

b) Kemudahan penangkapan pesan sesuai dengan kondisi situasi tempat serta kemampuan dan kebutuhan penerima pesan.

c) Isi pesan cukup sederhana, jelas, tangkap dan mudah ditangkap.20 2. Orang (people)

Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain secara khusus sebagai sumber belajar utama yang dididik secara professional untuk mengajar, seperti guru, konselor, instruktur, widyaiswara. Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan, dan lain-lain. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan, pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, polisi pengusaha, dan lain-lain.

Orang sebagai sumber belajar dapat juga dikatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang, seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki keterampilan khusus tertentu. Melalui keterampilannya seseorang dapat dijadikan bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat.

Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.

Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.21 Dalam buku Pengembangan Bahan Ajar, kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan.

Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan ekonomi dan

20 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta), Cet, 1, hal.

106

21 Marno, Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: DITPAIS, 2012) Cet.kedua, h.32

keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.22

Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon dapat memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin bisa mengganti peran guru. Beberapa peran guru khusunya dalam proses pembelajaran di dalam kelas dijelaskan dibawah ini:

a. Guru sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar, merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Sebaliknya dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi yang diajarkannya.

Pengajaran ini tidak menggunakan bahan belajar apapun, kecuali garis-garis besar isi dan jadwal pelajaran yang disampaikan pada permulaan pelajaran, beberapa transparansi, lembaran kertas yang berisi gambar, bagan, dan formulir-formulir isian untuk digunakan dalam latihan selama proses pengajaran. Mahasiswa mengikuti kegiatan instruksional tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dan pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.23

Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman

22 Ibid., h.54

23 Atwi Suparman, Desain Instruksional (Jakarta:Universitas Terbuka, 1994), Cet. III, h.

198.

yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, bisa terjadi siswa lebih pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan informasi, sebaiknya guru memiliki bahan reference yang lebih banyak dibandingkan siswa. Misalnya melacak bahan dari internet, atau dari bahan cetak terbitan terakhir, atau berbagai informasi dari media masa.

2) Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.

3) Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan mana materi yang harus diingat kembali karena pernah di bahas dan lain sebagainya. Malalui pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.

b. Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Bentuk kegiatan instruksional ini disebut pula belajar mandiri (independent learning).24

Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.25

24 Ibid., h. 198.

25 Direktorat Tenaga Kependidikan, Proses Pembelajaran di kelas, laboratorium, dan di lapangan, h. 22

1) Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut.

2) Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media.

Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional.

3) Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.

4) Sebagai fasilitator guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.

c. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

Berkaitan dengan peran guru sebagai manager (pengelola) proses pembelajaran sesuai bidang tugasnya, ia adalah profesional mandiri yang bekerja di dalam sebuah tim (satuan organisasi yang disebut sekolah), sebagai profesional ia harus mampu bekerja mandiri dan mengambil keputusan sendiri dalam lingkup tugas yang diberikan kepadanya.26 Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan yaitu megelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki 4 fungsi umum, yaitu:

1) Merencanakan tujuan belajar.

2) Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar.

26 Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007),

3) Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa.

4) Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.

Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah, namun keempatnya harus dipandang sebagai suatu lingkaran atau siklus kegiatan yang berhubungan satu sama lain seperti yang terlihat pada gambar 3.

Gambar 3 Fungsi Guru sebagai Manajer

Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di antaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu serta menentukan sumber yang diperlukan.

Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan.

Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan kegiatan remidial.

MERENCANAKAN

MENGORGANISASI MENGAWASI

MEMIMPIN

d. Guru sebagai Demonstrator

Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala seuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat mennujukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrtor erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

e. Guru sebagai Pembimbing

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama.

Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya: Pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak. Pemahaman ini sangat penting artinya, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.

Kedua, guru harus mamahami dan trampil dalam merencanakan, baik merencakan tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai, maupun merencakan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik manakala sebelumnya guru merencanakan hendak di bawa ke mana siswa, apa yang harus dilakukan dan lain sebagainya.

Untuk merumus-kan tujuan yang sesuai guru harus memahami segala sesuatu yang berhubung-an baik dengan sistem nilai masyarakat maupun dengan kondisi psikologis dan fisiologis siswa, yang kesemuanya itu terkandung dalam kurikulum seba-gai pedoman dalam merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki.

Di samping itu juga guru perlu mampu merencanakan dan mengimplentasikan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh. Proses membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada siswa, dengan de-mikian yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri.

f. Guru sebagai Motivator

Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan

oleh kemampuannya yang rendah pula, akan tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk.

1) Memperjelas Tujuan yang Ingin Dicapai 2) Membangkitkan Minat Siswa

3) Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar

4) Berilah Pujian yang Wajar terhadap Setiap Keberhasilan Siswa 5) Berikan Penilaian

6) Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Siswa 7) Ciptakan Persaingan dan Kerjasama

Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang). Namun teknik-teknik semacam itu hanya dapat digunakan dalam kasus tertentu.

Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan motivasi dengan cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara yang positif, sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

g. Guru sebagai Evaluator

Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator.

Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam

menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

3. Bahan (matterials)

Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (Over Head Transparency), program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).

Dalam buku Pengembangan bahan ajar, bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaed yaitu :

1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari

2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit

3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan

4) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu 5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja

6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa 7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai

besar

8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri27

27 Ibid., h. 25-26

4. Alat (device)

Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup multimedia projector, slide projector, OHP, film tape recorder, opaqe projector, dan lain-lain.

5. Teknik (technique)

Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, Tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.

6. Latar (setting)

Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang

Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang

Dokumen terkait