• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Konsep Teori Suku Bunga

Menurut Kasmir (2000:106) bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat diartikan juga sebagai harta yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat suku bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya untuk menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima.

Interest

Sumber : Mulia Nasution, 1998: 89

Gambar 2.1. Tingkat suku bunga menurut Klasik Saving I2 I0 I1 S2 S0 S1 I2 I2 I2 0

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Apabila tingkat suku bunga I0 bergerak turun pada tingkat suku bunga i2, para investor akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Persaingan diantara pengusaha untuk mendapatkan dana investasi akan menaikkan tingkat suku bunga kembali pada tingkat i0.

Tingkat suku bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar suatu barang, maka tingkat suku bunga pun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat suku bunga sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi.

Pendapat klasik tentang suku bunga ini didasarkan kepada hukum Say (pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri. Dengan bertitik tolak pada hukum Say (Say Law) ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi.

Tingkat suku bunga yang mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan, maka pergerakan naik turunnya tingkat suku bunga hanya bersifat sementara. Bilamana telah terjadi tarik menarik antara penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga, tingkat suku bunga keseimbangan akan tercipta kembali.

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

3. Tingkat Suku Bunga Menurut Keynes

Keynes mengatakan bahwa tingkat suku bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity

preference-nya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar

keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bilamana dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain.

Pendapat Keynes ini sangat berbeda dengan pendapat aliran klasik , dimana tingkat suku bunga menurut klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang.

Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Keynes mengatakan bahwa, masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya tingkat suku bunga yang nominal (natural rate). Bilamana tingkat suku bunga turun dari tingkat suku bunga nominal, dalam masyarakat akan ada suatu keyakinan akan naik suku bunga masa yang akan dataang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan menderita kerugian (capital lost). Guna menghindari kerugian ini tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi yang dengan sendirinya akan mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang dipegang saat suku bunga naik.

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi di masa yang akan datang.

Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat suku bunga makin besar ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat suku bunga yang diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas). Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas akan semakin menurun. Bila tingkat suku bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik.

Permintaan uang ini akan menentukan tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga keseimbangan pada i0 terjadi apabila jumlah kas yang ditawarkan sama dengan yang diminta. Bila terjadi peningkatan suku bunga (diatas i0) masyarakat akan menginginkan uang kas sedikit dengan membeli obligasi (tingkat suku bunga turun) sampai kembali pada tingkat keseimbangan.

I0

Jumlah uang

Liquidity preference Tingkat suku bunga

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Gambar 2.2. Tingkat Suku Bunga Menurut Keynes

Bilamana tingkat suku bunga yang terjadi berada di bawah keseimbangan (i0), masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar, ini perlu menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual obligasi inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat suku bunga akan bergerak naik.

Pengaruh Kebijaksanaan Moneter Terhadap Tingkat Suku Bunga

Penambahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat suku bunga yang terjadi. Dimana penambahan jumlah uang beredar tersebut dilakukan melalui kebijaksanaan moneter.

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Dalam gambar di bawah ini terlihat bahwa pada saat jumlah uang beredar Md0 tingkat suku bunga yang terjadi i0. Jika penambahan jumlah uang beredar menjadi Md1 dalam masyarakat ada kelebihan uang yang beredar sebesar (Md0

- Md1). Kelebihan uang yang beredar ini akan menyebabkan terjadinya penurunan tingkat suku bunga menjadi i1 karena masyarakat membeli obligasi sehingga harga surat berharga bergerak naik (tingkat suku bunga turun). Keingingan untuk membelanjakan kelebihan uang ini pada obligasi akan terhenti apabila keingingan memegang uang sama dengan jumlah uang.

I0 I1 I2 Md2 Md1 Md0 Liquidity preference Tingkat suku bunga m m m

Jumlah uang dan permintaan uang

Sumber : Mulia Nasution, 1998:92

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Gambar 2.3. Pengaruh Penambahan Uang Beredar Pada Tingkat Suku Bunga

Sebaliknya bila jumlah uang beredar berkurang dari Md1 menjadi Md0

maka masyarakat akan mengalami kekurangan uang kas yang dipegang. Untuk mengatasi kekurangan ini dilakukan dengan menjual obligasi. Akibat tindakan ini harga surat berharga akan terus naik sampai keinginan masyarakat sama dengan jumlah uang beredar.

Penambahan uang dari Md1 menjadi Md2 masih dapat menurunkan tingkat suku bunga dari I1 menjadi I2 , bila masih ada penambahan uang beredar yang melebihi Md2 tidak akan dapat lagi menurunkan tingkat suku bunga menjadi lebih rendah.

I0 I1 I2 Liquidity Trap Tingkat suku bunga ms ms ms

Jumlah uang dan permintaan uang

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Gambar 2.4. Liquidity Trap atau Keynes Trap

Apabila masih ada penambahan uang di atas Md2 tidak akan menurunkan suku bunga yang lebih rendah lagi, dengan kata lain permintaan uang yang terjadi elastis tak terhingga (horizontal). Ini dapat terjadi karena pada tingkat suku bunga yang sangat rendah tersebut, hasil dari kekayaan obligasi juga akan rendah, sehingga memegang surat berharga sangat beresiko tinggi. Dengan kata lain, masyarakat pada saat obligasi tinggi tidak akan membelinya. Masyarakat mengharapkan harga surat berharga turun di masa yang akan datang, sehingga masyarakat lebih baik menyimpan uang tunai. Maka setiap penambahan jumlah uang beredar dalam masyarakat akan selalu disimpan, dan ini tidak akan digunakan untuk membeli obligasi sekarang. Inilah yang menyebabkan bila ada penambahan uang , tidak akan menurunkan suku bunga pada tingkat yang lebih rendah lagi. Mendatarnya suku bunga inilah yang disebut dengan liquidity trap (Keynes Trap).

Tingkat Suku Bunga dalam Keadaan Full Employment

Pada gambar di bawah, terlihat kurva IS memotong Y* pada tingkat bunga i0 , dimana pada titik ini terjadi keseimbangan permintaan barang dan jasa

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

dengan penawaran full employment. Suku bunga pada i0 inilah yang merupakan suku bunga keseimbangan, dimana suku bunga yang terjadi pada i0

ditentukan permintaan untuk investasi dan penawaran dana (tabungan) full

employment.

Bilamana LM juga memotong Y* pada i0 , maka terjadi tingkat suku bunga pasar akan sama dengan tingkat suku bunga keseimbangan. Dengan demikian tercapailah keseimbangan umum pada pasar barang dan pasar uang. Karena pada titik E0 permintaan barang dan jasa sama dengan penawaran barang dan jasa full employment dan juga jumlah persediaan uang tunai yang tepat untuk volume transaksi yang diperlukan pada tingkat pendapatan nasional Y*. I0 I1 Tingkat suku bunga Y* Y* E1 LM0 LM1 E0

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Gambar 2.5. Keseimbangan Tingkat Suku Bunga Pada Full Employment

Misalkan pemerintah melalui bank sentral membeli kembali obligasi yang beredar di tangan masyarakat (akan menyebabkan penambahan jumlah uang beredar). Penambahan uang beredar ini akan menggeser kurva LM menjadi LM1, maka suku bunga akan menurun pada tingkat i1. Pada keadaan ini penawaran dan permintaan barang dan jasa tidak berada pada keseimbangan, karena penurunan suku bunga ini akan menyebabkan bertambahnya investasi. Ini akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan jasa, karena permintaan lebig besar dari penawaran sebesar Y* - Y1. Akibat naiknya harga-harga ini mengakibatkan turunnya nilai riil jumlah uang beredar. Uang yang dipegang masyarakat tidak cukup lagi untuk melakukan transaksi seperti pada tingkat harga sebelumnya. Keadaan ini akan mendorong masyarakat menjual obligasi guna menutupi kekurangan uang tunai untuk keperluan transaksi. Hal ini menyebabkan suku bunga naik, secara perlahan-lahan kelebihan permintaan pun akan hilang dengan naiknya suku bunga.

Y1

0 Y

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Selama kurva LM masih berada di bawah kurva LM0 kelebihan permintaan barang dan jasa akan tetap berlanjut, harga pun akan meningkat secara terus menerus. Dengan demikian, keseimbangan tidak akan pulih selama kenaikan harga tersebut belum memulihkan nilai riil jumlah uang beredar ke tingkat awal (LM0), dimana (LM0), tingkat suku bunga pasar akan sesama dengan tingkat suku bunga keseimbangan.

4. Teori Suku Bunga Moneter dan Suku Bunga Riil

Secara umum orang beranggapan bahwa suku bunga yang terjadi ditentukan oleh faktor-faktor riil, dan pengaruh sudut moneter hanya bersifat gangguan jangka pendek yang tidak mengubah tingkat suku bunga keseimbangan. Tingkat suku bunga keseimbangan merupakan suatu tingkat dimana permintaan barang dan jasa sama dengan penawarannya dalam keadaan full employment. Karena suku bunga keseimbangan ini tergantung pada jadwal permintaan investasi dan tabungan full employment.

Dalam teori klasik, suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi, karena suku bunga tersebut sangat tergantung pada jadwal permintaan investasi dan tabungan full employment, dimana suku bunga keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat.

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Pendapat kaum klasik ini bertentangan dengan pandangan Keynes yang mengatakan bahwa full employment itu terjadi hanya merupakan salah satu kemungkinan tingkat keseimbangan employment maka tidak ada keseimbangan tingkat bunga (tarik menarik antara tabungan dan investasi). Keynes mengatakan suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan oleh perpotongan antara jadwal permintaan uang dan jumlah uang beredar.

Tingkat suku bunga yang terjadi akibat permintaan dan penawaran uang merupakan tingkat suku bunga keseimbangan. Karena sistem perekonomian tidak akan menyesuaikan diri secara otomatis pada keadaan full

employment, karena penyesuaian ini tidak mempunyai dasar. Juga tidak

beralasan bila suku bunga pasar merupakan suku bunga keseimbangan.

5. Suku Bunga Nominal dan suku Bunga Riil

Menurut Keynes suku bunga adalah fenomena moneter yang ditentukan oleh jumlah uang beredar dan permintaan uang. Penambahan jumlah uang beredar akan menurunkan suku bunga nominal dan suku bunga riil, seperti gambar 2.6 berikut :

Tingkat suku bunga nominal (%) D0 S0 S1 2 6 5 4 3

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

Gambar 2.6. Suku Bunga Riil Menurut Keynes

Pada tingkat bunga keseimbangan (suku bunga riil dan nominal) 6 % terjadi pada kurva penawaran uang S0 (M0)dan permintaan uang pada D0. Bila terjadi kenaikan uang 2 % akan mengeser bunga nominal dari 6 % ke 5 %. Bila ekspansi moneter tersebut mengakibatkan harga naik 2 %, maka suku bunga riil turun lagi sebesar 2 %. Sehingga suku bunga riil turun lagi dari 6 % menjadi 3 % akibat penambahan jumlah uang beredar sebesar 2 %.

Menurut kaum moneteris (klasik) bahwa kekuatan-kekuatan riil-lah yang menentukan suku bunga riil, sehingga suku bunga riil sama dengan tingkat suku bunga nominal ditambah inflasi. Bila ekspansi moneter atau adanya penambahan jumlah uang beredar menyebabkan inflasi, dan selanjutnya akan menurunkan suku bunga nominal dan riil. Jadi suku bunga

Tingkat suku bunga nominal (%)

Neny P. Sidabutar : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Simpanan Masyarakat pada Bank-Bank Umum di P. Siantar/Simalungun, 2007.

USU Respository © 2009

nominal naik sebesar laju inflasi, dan suku bunga riil tidak naik sehingga mengalami perubahan seperti gambar 7 di bawah ini

Gambar 2.7. Suku Bunga Riil Model Monetaris

Pada tingkat suku bunga 6 % kurva jumlah uang beredar adalah S0 dan kurva permintaan uang adalah D0. Bila tingkat harga tetap, maka suku bunga nominal yaitu 6 %. Menurut kaum moneteris, ekspansi (pada tingkat pendapatan nasional tertentu) jumlah uang beredar akan menyebabkan harga naik atau inflasi.

Dokumen terkait