• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Konsep Terapi Panas dan Terapi Dingin

2.3.1.Terapi panas

1. Pengertian terapi panas

Panas merupakan pengobatan tradisional untuk meredakan rasa sakit dan nyeri, dan masyarakat seringkali menyamakan panas dengan kenyamanan dan peredaan nyeri (Kozier. et al., 2010). Arovah (2010) menyatakan bahwa terapi panas disebut juga dengan istilah thermotherapy yaitu pemberian aplikasi panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis.

Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan ketegangan otot (Arovah, 2010), terapi ini adalah terapi sederhana yang dapat secara efektif mengurangi rasa sakit, inflamasi dan spasme otot (Metules, 2007).

Panas digunakan untuk meningkatkan aliran darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot (Arovah, 2010). Panas, di sisi lain, mengontrol peradangan dengan menyebabkan lokal vasodilatasi dan penurunan viskositas darah. Aliran darah meningkat dengan cepat membawa zat kekebalan tubuh ke area tersebut dan membersihkan penyebab penyakit (Kozier, et al., 2010).

2. Efek fisiologis terapi panas

Menurut Potter dan Perry (2009) kerja thermotherapy pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi melalaui empat cara yaitu: konduksi (pengaliran lewat medium padat), konveksi (pengaliran lewat medium cair atau gas), konversi (pengubahan bentuk energi) dan radiasi (pemancaran energi) .

Pemancaran respon tubuh tergantung pada jenis panas, intensitas panas, lama pemberian panas, dan respon jaringan terhadap panas. Pada dasarnya setelah panas terabsorbsi pada jaringan tubuh, panas akan disebarkan ke daerah sekitar. Supaya tujuan terapeutik dapat tercapai jumlah energi panas yang diberikan harus disesuaikan untuk menghindari resiko kerusakan jaringan (Arovah, 2010).

Menurut Kozier, et al., (2010) panas juga dapat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan aliran darah ke area yang terinfeksi, membawa oksigen, zat

nutrisi, antibodi dan leukosit. Pemberian terapi panas dapat meningkatkan proses penyembuhan jaringan lunak dan dapat meningkatkan supurasi.

Terapi panas dapat meningkatkan aliran darah ke kulit, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan oksigen dan pengiriman nutrisi ke jaringan lokal, dan mengurangi kekakuan sendi oleh peningkatan elastisitas otot (Gatlin & Schulmeister, 2007).

Selain itu, panas mengontrol peradangan dengan meningkatkan vasodilatasi pada daerah peradangan dan penurunan viskositas darah. Aliran darah meningkat dengan cepat membawa zat-zat kekebalan atau imum ke area yang sakit dan membersihkannya dari penyebab penyakit. Panas juga meningkatkan pembengkakan, konsumsi oksigen dan pendarahan (Metules, 2007).

3. Indikasi terapi panas

Menurut Arovah (2010) terapi panas dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti kekakuan otot atau hernia discus intervertebra. Pada kondisi hernia diskus intervertebralis isi dari diskus intervertebralis keluar dari tempatnya karena tekanan kronis maupun akut dan menjepit syaraf spinalis. Sebagian besar kasus hernia ini dicetuskan oleh kekakuan otot, oleh karenanya keadaan ini dapat diperbaiki dengan thermotherapy. Selain itu sprain ( robekan ligamen sendi) dan strain ( robekan otot) juga dapat diatasi dengan

4. Jenis aplikasi terapi panas

Terdapat beberapa jenis terapi panas, diantaranya adalah : a. Krim panas.

Krim panas dapat meredakan nyeri otot ringan. Walaupun demikian krim tidak dapat menembus otot sehingga kurang efektif dalam mengatasi nyeri otot (Arovah, 2010). Krim diklofenak adalah salah satu krim yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri (Moody, 2010).

McCraberg dan Argoff (2010), melakukan penelitian untuk mengidentifikasi efektifitas krim diklofenak terhadap nyeri yang timbul pada pergelangan kaki akibat keseleo (sprain) pada 134 responden yang mengalami sprain 48 jam sebelum penelitian dilakukan selama satu minggu pemakaian krim diklofenak, mendapati bahwa diklofenak secara statistik unggul dibandingkan placebo dalam menghilangkan rasa sakit (nyeri yang timbul akibat gerakan) setelah 4 jam pemakaian krim diklofenak pada area yang sakit.

b. Bantal pemanas (Heat Pad)

Bantal yang dipergunakan berupa kain yang berisi silika gel yang dapat dipanaskan. Biasanya, bantal panas dipergunakan untuk mengurangi nyeri otot pada leher, tulang belakang dan kaki. Bantal pemanas juga dipergunakan untuk menangani kekakuan/spasme otot, inflamasi pada tendon dan bursa. (Arovah, 2010).

Menurut Medical Center The Ohio State University (2009) Panas adalah aplikasi kehangatan pada kulit untuk menghilangkan nyeri. Salah satu metode aplikasi panas yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan sebuah bantal

panas. Bantalan panas / pemanas tidak dimaksudkan untuk menggantikan obat nyeri tetapi bekerja dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan bantuan nyeri yang lebih baik.

c. Kantung Panas (Heat Packs)

Kantung panas yang terdapat di pasaran sering disebut sebagai kantung hydrocollator dan berisi silika gel yang dapat direndam pada air panas. Kantong ini diindikasikan untuk mendapatkan relaksasi tubuh secara umum. Kelemahan dari teknik ini adalah teknik ini tidak dapat menjangkau otot karena hambatan dari lapisan lemak subcutaneus yang bertindak sebagai isolator dan reaksi vasodilatasi yang kemudian mentransfer panas ke bagian tubuh yang lain (Arovah, 2010). d. Kantong air panas

Kantong atau botol air panas merupakan sumber terapi panas kering yang biasa di gunakan di rumah. Alat ini sangat nyaman dan relatif tidak mahal (Arovah, 2010). Suhu air yang berada dalam kantong harus memiliki nilai yang aman. Individu dewasa normal berkisar 46 ° C sampai 52 ° C sedangkan untuk individu dewasa yang lemah atau tidak sadar 40,5 ° C sampai 46 ° C (Kozier, et

al., 2010) dengan lamanya pemakaian berkisar 15-20 menit (Kusyati, 2006).

Metode tidak digunakan untuk menggantikan obat nyeri tetapi bekerja dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan pereda nyeri yang lebih baik (Medical Center The Ohio State University, 2009).

e. Tangki whirlpool

Terapi dengan tangki whirlpool merupakan jenis kombinasi hydrotherapy, thermotherapy dan massage. Whirlpool pada dasarnya merupakan tangki yang

dilengkapi dengan motor turbin yang dapat mengatur gerakan air dalam tangki. Kecepatan dan arah gerakan air diatur dengan banyak sedikitnya udara yang dihembuskan ke dalam air (Arovah, 2010).

Terapi whirlpool melibatkan penggunaan putaran air untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan sirkulasi, mengurangi peradangan, mengembalikan mobilitas dan/atau untuk mempromosikan penyembuhan luka (Triad Healthcare, 2013).

f. Parafin bath

Teknik parafin bath merupakan teknik yang sering dipergunakan untuk terapi nyeri bagian ujung-ujung tubuh. Parafin merupakan semacam lilin cair yang tidak berwarna yang terbuat dari hidrokarbon yang dipergunakan sebagai pelumas (Arovah, 2010).

Menurut WR Medical Electronic (2002) terapi hangat dengan parafin telah digunakan selama puluhan tahun oleh dokter, ahli fisioterapi dan terapis okupasi dalam melakukan rehabilitasi dan manajemen nyeri serta tenaga medis profesional lainnya menggunakan terapi ini dalam melakukan pengobatan arthritis, peradangan, strain, kejang otot, dan banyak lagi. Terapi panas parafin adalah suatu metode non-invasif yang menerapkan panas untuk meredakan kekakuan otot dan nyeri sendi

Manfaat fisiologis parafin panas banyak. Ketika panas diterapkan, pembuluh darah berkembang, membawa lebih banyak sirkulasi ke daerah yang terkena, meningkatkan penyediaan nutrisi dan oksigen pada tingkat sel dan membuang bahan yang menyebabkan peradangan dan kekakuan, sementara peningkatan ambang nyeri, penurunan kejang otot, dan peningkatan fleksibilitas.

g. Contrast bath

Contrast bath merupakan hydrotherapy yang mengkombinasikan suhu panas dan dingin. Biasanya digunakan untuk apliaksi pada ekstremitas. Pada pelaksanaannya terapi ini memerlukan dua kontainer untuk penampungan air hangat (41-43 °C) dan penampungan air dingin (10 -18 °C). Terapi ini diindikasikan pada fase peralihan antara tahap akut dan kronis dimana diperlukan peningkatan suhu secara minimal untuk meningkatkan aliran darah tapi mencegah terjadinya pembengkakan (Arovah, 2010).

Contast bath adalah suatu bentuk hydrotherapy yang dapat meningkatkan aliran darah ke otot tanpa mengeluarkan energi dalam rangka memfasilitasi pembilasan sisa metabolisme. Secara bergantian air dingin dan panas pada kulit dan otot perifer akan mengenai pembuluh darah yang ada pada kulit maka pembuluh darah yang terkena akan menyempit dan melebar yang bertindak sebagai pompa dalam otot sehingga sensasi yang terjadi akan mengurangi nyeri (Lane, 2010).

h. Shortwave dan microwave diathermy

Shortwave dan microwave diathermy merupakan dua modalitas yang dapat memancarkan energi elektromagnet yang mampu menimbulkan panas pada jaringan yang lebih dalam. Gelombang tersebut secara selektif diserap oleh jaringan dengan kadar air yang tinggi misalkan otot. Banyaknya energi panas diserap oleh otot bergantung pada ketebalan otot dan tebalnya lapisan lemak di bawah kulit. Bentuk terapi dengan shortwave diathermy dapat berupa gelombang kontinyu maupun gelombang yang terputus-putus. Terapi dengan gelombang

mikro bermanfaat untuk mengatasi gangguan sprain, strain, hernia diskus,

spasme otot dan arthritis (Arovah, 2010).

i. Terapi ultrasound

Terapi ultrasound yang mempergunakan gelombang suara energi tinggi yang dapat dirubah menjadi panas pada jaringan tubuh bagian dalam. Gelombang suara ultra juga memiliki efek anti inflamasi yang kuat serta efektif untuk mengurangi keteganagan otot yang sering mengakibatkan nyeri punggung (Arovah, 2010).

2.3.2.Terapi dingin

1. Pengertian terapi dingin

Terapi dingin disebut juga dengan cryotherapy. Cryotherapy adalah pemanfaatan dingin untuk mengobati nyeri atau gangguan kesehatan lainnya Arovah (2010).

Terapi dingin adalah penerapan bahan atau alat yang dingin pada bagian tubuh yang mengalami nyeri. Terapi dingin merupakan terapi yang sederhana dan merupakan salah satu metode penyembuhan non farmakologi yang penting untuk mengatasi nyeri (Demir, 2012).

2. Efek fisiologis terapi dingin

Menurut Canadian Physiotherapy Association (2008) terapi dingin dapat membantu mengurangi rasa sakit, membantu penyembuhan jaringan, mengontrol pembengkakan, dan meningkatkan fleksibilitas. Dingin menyebabkan vasokonstriksi lokal dan viskositas darah meningkat. Aliran darah menurun dan metabolisme yang lebih lambat menumpulkan respon inflamasi, membatasi

pembengkakan, mengurangi konsumsi oksigen, dan mengontrol perdarahan (Metules, 2007).

Inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit. Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu sehingga menghambat penetrasi dingin (Ganong, 1999).

Pada terapi dingin, digunakan modalitas terapi yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi (Arovah, 2010). 3. Efek Terapi Dingin

Menurut Arovah (2010), efek dari terapi dingin diantaranya adalah:

a. Mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan mengurangi nyeri dan pembengkakan.

b. Mengurangi sensitivitas dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya peningkatan ambang batas rasa nyeri.

c. Mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi metabolisme lokal sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun.

d. Mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme otot.

Selain itu menurut ASPMN (2002 dalam D’Archy, 2007) terapi dingin bekerja dengan cara menurunkan konduksi saraf, menghambat iritasi kulit, vasokonstriksi pembuluh darah, merelaksasi otot pada area yang sakit serta mengurangi aktivitas metabolik baik secara sistemik maupun lokal.

4. Indikasi terapi dingin

Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan terapi dingin menurut Arovah (2010) antara lain cedera (sprain, strain dan kontusi), sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache) dan peradangan pada sendi. 5. Jenis aplikasi terapi dingin

a. Es dan masase es

Pada terapi ini es dapat dikemas dengan berbagai cara. Es dalam pemakaiannya sebaiknya tidak kontak langsung dengan kulit dan digunakan dengan perlindungan seperti dengan handuk. Handuk juga diperlukan untuk mennyerap es yang mencair. Indikasi terapi es adalah pada bagian-bagian otot lokal seperti tendon, bursa maupun bagian-bagian myofacial trigger point. Es dapat digunakan langsung untuk memijat atau untuk memati-rasakan jaringan sebelum terapi pijat (Arovah, 2010).

Pijat es ini menggunakan air yang sudah dibekukan membentuk es seperti es krim yang memiliki pegangan atau gagang yang dibungkus dengan handuk yang dilapisi kantok plastik, tempatkan es pada area yang sakit gosokkan es di atas

daerah yang menyakitkan dengan menggunakan gerakan melingkar, keringkan kulit dengan handuk sebagai es mencair, pijat daerah selama 5 sampai 7 menit (Medical Center The Ohio State University, 2009).

b. Kantong es (ice packs)

Pada prinsipnya ice packs merupakan kemasan yang dapat menyimpan es dan membuat es tersebut dapat terjaga dalam waktu relatif lama di luar freezer dari pada kemasan plastik. Terdapat dua jenis ice packs yaitu yang berbahan gel hypoallergenic dan yang berisi cairan atau kristal. Pada umumnya ice packs dapat dipergunakan selama 15 sampai 20 menit. Pada kemasan ice packs yang berupa plastik, diperlukan handuk untuk mengeringkan air kondensasi (Arovah, 2010).

Ice packs yang umum digunakan dalam aplikasi dingin harus digunakan dengan menempatkan handuk antara kulit dan ice packs untuk menjaga rasa dingin yang ekstrim selama kontak antara kulit dengan es. Pengobatan dingin dapat dilakukan selama 15-30 menit rata-rata sampai sensasi mati rasa dirasakan pada area yang sakit . Ice packs harus diterapkan setidaknya selama 20 menit (Demir, 2012).

c. Kantong air es

Terapi dingin dengan menggunakan kantong air es adalah penerapan kantong air es pada area yang sakit dimana kantong akan diisi batu-batu es serta sedikit air yang diaplikasikan pada area yang sakit selama 15-20 menit (New York Chiropractice College, 2003) dengan suhu air yang digunakan berkisar 3-7 °C (Malanga & Nadler, 2005).

Menurut Medical Center The Ohio State University (2009), Salah satu metode aplikasi dingin yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan kantong air es. Kantong air es bukanlah obat penghilang rasa sakit tetapi bekerja dengan obat nyeri untuk membantu mendapatkan bantuan nyeri yang lebih baik.

d. Vapocoolant spray

Vapocoolant spray merupakan semprotan yang biasanya berisi

fluoromethane atau ethyl chloride sering digunakan untuk mengurangi nyeri akibat spasme otot serta meningkatkan range of motion (Arovah, 2010).

Newton (1985) menjelaskan bahwa vapocoolants spray mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan cara meningkatkan range of motion. Techique ini, semprot dan peregangan, menempatkan otot yang terkena dalam posisi peregangan dan penyemprotan dalam satu arah saja pada sudut akut ke daerah kulit yang berdekatan dengan area sakit. Peregangan pasif lembut diterapkan saat penyemprotan.

e. Cold baths / water immersion

Cold baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalm jangka waktu maksimal 20 menit. Pada perendaman seluruh tubuh diperlukan tangki whirlpool. Pada terapi ini air dan es dicampur untuk mendpatkan suhu 10°C sampai dengan 15° C. Proses ini berlangsung sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Ketika nyeri berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti massage atau

stretching. Pada saat nyeri kembali dirasakan, dapat dilakukan perendaman kembali. Dalam tiap sesi terapi, perendaman kembali dapat dilakukan sampai tiga kali ulangan. (Arovah, 2010).

Dokumen terkait