• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Diah, 2007). Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dari definisi tersebut terdapat, maka terdapat empat unsur yang selalu ada pada suatu usahatani yang saling terkait satu sama lain di dalam pelaksanannya.

Unsur tersebut dikenal dengan istilah faktor produksi. Empat unsur faktor-faktor produksi tersebut adalah:

a. Tanah

Menurut Hernanto (1989), tanah atau lahan merupakan faktor yang relatif langka bila dibandingkan dengan faktor produksi yang lainnya dan distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Tanah itu sendiri memiliki beberapa sifat antara lain: luas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindah tangankan. Berdasarkan hal tersebut maka tanah dianggap sebagai salah satu faktor produksi usahatani meskipun dibagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur pokok dari modal. Perbedaan golongan petani berdasarkan luas tanah atau lahan akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatan. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan

(yang digarap/ditanami) maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Terdapat tiga jenis tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani yaitu manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga sendiri atau dari luar keluarga. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan berdasarkan tingkat kemampuannya. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan pengangkutan. Tenaga mekanik bersifat subtitusi pengganti tenaga ternak dan atau manusia. Jika kekurangan tenaga kerja, petani dapat mempekerjakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan memberi balas jasa berupa upah.

c. Modal

Menurut Hernanto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain digunakan untuk menghasilkan barang-barang baru, yaitu produk pertanian. Penggunaan modal dalam usahatani selain untuk meningkatkan pendapatan dan kekayaan usahatani yang bersangkutan. Diantara empat faktor produksi yang terdapat usahatani, modal merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan usahatani, terutama modal operasional. Hal ini karena modal operasional terkait langsung dengan aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usahatani. Adapun yang dimaksud dengan modal operasional adalah modal dalam bentuk tunai yang dapat ditukarkan dengan

barang modal lainnya seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk membiayai pengelolaan.

Menurut sifatnya, modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap ini dicirikan dengan modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Modal bergerak meliputi: alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank, tanaman dan ternak.

d. Pengelolaan

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik mungkin serta mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya.

Dalam usahatani ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani itu sendiri yang terdiri dari petani pengelola, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah keluarga. Sedangkan faktor ekternal adalah faktor-faktor diluar usahatani yang dapat berpengaruh terhadap berhasilnya usahatani. Adapun yang termasuk ke dalam faktor-faktor ekternal adalah sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, saprodi), fasilitas kredit dan sarana penyuluhan bagi petani.

Soekartawi (1986), mengemukakan bahwa tujuan usahatani dikategorikan menjadi dua yaitu dengan memaksimumkan keuntungan dan meminimalisasi biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan yaitu dapat mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu untuk memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan meminimalisasikan biaya yaitu menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Pada analisis usahatani, data yang perlu diketahui adalah data tentang penerimaan, biaya dan pendapatan.

3.1.1.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TRi = Yi x Pyi

Keterangan:

TRi : Total Penerimaan

Yi : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i Pyi : Harga Y

3.1.1.2 Biaya Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), biaya yang harus dikeluarkan dalam usahatani meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitanya dengan jumlah barang yang diproduksi.

Petani harus tetap membayarnya, berapa pun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahataninya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi.

Penjumlahan dari kedua biaya ini disebut dengan biaya total produksi. Menurut Rahim dan Diah, (2007) biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani yang kecilnya tidak tergantung dari besar-kecilnya output yang diperoleh, seperti pajak, sewa lahan, alat-alat pertanian dan mesin pertanian. Sedangkan biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh perolehan output seperti tenaga kerja dan saprodi (sarana produksi) pertanian.

Biaya tunai sebagai biaya yang dikeluarkan petani secara tunai termasuk bunga kredit, sedangkan biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan) untuk menghitung pendapatan kerja petani jika modal, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga dan biaya bibit milik sendiri diperhitungkan. Modal yang dipergunakan petani dihitung sebagai modal pinjaman, meskipun modal tersebut milik petani sendiri. Tenaga kerja keluarga nilai berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbang kerja pada usahatani tersebut. Lahan yang digunakan petani diperhitungkan sebagai lahan sewa yang besarnya berdasarkan rata-rata biaya sewa lahan per hektar di daerah tersebut.

Pengeluaran total usahatani adalah sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Seharusnya pengeluaran yang dihitung dalam tahun pembukuan itu adalah yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam tahun pembukuan tersebut. Dalam praktek, pemisahan pengeluaran ini kadang-kadang tidak mungkin dilakukan karena pembukuan yang tidak lengkap. Alasan lain adalah adanya biaya bersama (joint cost) dalam produksi yang tidak mudah dipisahkan.

3.1.1.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan yaitu selisih antara total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani yang merupakan nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani sedangkan pendapatan atas biaya total input yaitu semua milik keluarga diperhitungkan sebagai biaya. Pendapatan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Л tunai = Tr – Bt

Л total = Tr – (Bt + Bd) Keterangan :

Л : Pendapatan (Rupiah)

Tr : Nilai produksi (Hasil kali jumlah fisik dengan harga) Bt : Biaya tunai (Rupiah)

Bd : Biaya yang diperhitungkan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya (Rahim dan Diah, 2007). Fungsi dari pendapatan adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga petani, untuk kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya dan lain-lain. Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.

Pendapatan kotor usahatani adalah sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang:

1. Dijual

2. Dikonsumsi rumah tangga petani

3. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak

4. Digunakan untuk pembayaran

5. Disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun.

Untuk menghindari perhitungan ganda, maka semua produk yang dihasilkan sebelum tahun pembukuan tetapi dijual atau digunakan pada saat tahun pembukuan, tidak dimasukkan ke dalam pendapatan kotor. Pendapatan kotor merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani.

Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

Dokumen terkait