• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Definisi Zakat Harta

Pada dasarnya pengertian zakat harta tidak jauh berbeda dengan pengertian zakat pada umumnya, karena zakat harta merupakan salah satu dari jenis-jenis zakat. Namun, ada juga beberapa Imam besar Mahzab, Ulama dan juga ahli fiqih pernah memberikan definisi zakat harta secara khusus.

“Menurut Imam Maliki, Zakat Mal (Zakat Harta) adalah sebagian dari

tertentu dari harta tertentu yang telah mencapai nisab bagi orang yang berhak menerimanya dengan ketentuan harta yang dimiliki tersebut dimiliki secara sempurna, telah mencapai haul dan bukan barang tambang. Imam Abu Hanifah mendefinisikan, Zakat Mal adalah pemindah kepemilikan tertetu dari harta tertentu kepada seseorang berdasarkan ketetapan Allah SWT. Imam Syafi‟I

mendefinisikan Zakat Mal adalah sesuatu yang dikeluarkan dari harta atau jiwa tertentu dengan cara terentu pula. Ahmad Ibnu Hanbal zakat dengan hak wajib pada harta tertentu pada waktu tertentu pula. Sedangkan, menurut Yusuf Qardhawi, Zakat Mal adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah

menyerahkan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.”30

Menurut Rizal Qosim, dalam bukunya Pengamalan Fiqih beliau mendefinisikan zakat mal sebagai bagian dari harta kekayaan seseorang atau

30 H. Yayat Hidayat, Zakat Profesi Solusi Mengentaskan Kemiskinan Umat, (Bandung: Mulia Press, 2008), hlm. 119

badan hukum yang wajib diberikan kepada orang tertentu setelah mencapai jumlah tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula.31

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan yang dimaksud dengan zakat harta (Zakat Mal) adalah sebagian harta yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya baik itu perseorangan ataupun badan hukum setelah harta tersebut tercapai syarat-syaratnya (nisab dan haul) sesuai aturan syara‟ untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

2. Dasar Hukum Zakat Harta

Zakat harta merupakan salah satu dari jenis harta yang juga wajib untuk dikeluarkan agar harta lain yang dimiliki tetap suci dan dapat berkembang. Dasar hukum zakat harta ada di semua sumber hukum Islam, diantaranya adalah:

a. Al-Qur‟an

1) Firman Allah Q.S. At-Taubah: 35









































Artinya: “pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka

Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu

31 M. Rizal Qosim, Op.Cit, hlm. 21

sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang

kamu simpan itu.”32

Ayat ini menjelaskan tentang Allah mengancam orang-orang bakhil yang menyimpan emas dan perak di dalam peti, tanpa menafkahkannya di jalan kebaikan, bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang lebih pedih di dalam neraka. Yaitu pada hari ketika harta benda yang mereka simpan itu dibakar dengan mereka, dan dikatakan kepada mereka

“inilah balasan bagi perbuatan kalian di dunia. Kalian telah menahan

harta agar tidak dimakan oleh orang fakir miskin, supaya kalian menikmatinya sendiri, maka balasan kalian adalah harta itu menjadi bencana yang menimpa kalian; pinggang dan punggung kalian dibakar dengannya, sehingga ia tidak bermanfaat di dalam agama dan dunia.33 2) Firman Allah Q.S Ali-Imran: 14



















































Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di

32Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 174

33 Muhammad Mustofa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi Jilid 10, (Semarang: Toha Putra, 1998) hlm. 181

dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga).”34

b. Hadits

1) Ketika Rasulullah SAW mengutus Muadz bin Jabal sebagai gubernur Yaman, salah satu perintah dikeluarkannya adalah untuk memungut zakat dari orang yang kaya untuk dibagikan kepada penduduk yang termasuk ke dalam mustahik zakat. Beliau bersabda kepadanya:

اًرَاعٍُ َثَعَب ٌََيَعَٗ َِْٔٞيَع َُٔيىا َٜيَص َِٜبَْىا ََُأ اَََُْْٖع َُٔيىا َِٜضَس ِطاَبَغ ِِبْا َِْع

ََّٜأ َٗ َِٔيىاَلاِإ ََٔىِاَلا َُْا ِةَداََٖش َٜىِإ ٌُُْٖعْدا َهاَقَف َََِِٞىا َٚىا َٜىِإ َُْْٔع َُٔيىا َِٚضَس

ََُِْْٖٗ٘يْع َاَف َلِى َزِىاَْ٘ع َاطًأ ٌُْٕ ُِْئَف َِٔيىا ُهُْ٘عَس

,

ِٜف ًتَقَذَص ٌَِْْٖٞيَع ُضَشَتْقَا ََٔيىا ََُا

ٌِِْٖع اَشَقُف َٜيَع ُداَشُتَٗ ٌِِْٖع َاِْْٞغَأ ٍِِْ ٌزَخُْ٘ت ٌِِْٖىَاٍَْ٘ا

(

ٛاخبىا ٓاٗس

)

Artinya: “dari Ibnu Abbas r.a berkata NabiSAW mengirimkan Mu‟adz

r.a ke Yaman. Beliau bersabda kepadanya: “Ajaklah mereka

supaya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya aku pesuruh Allah. Jika mereka telah mematuhi yang demikian, terangkanlah kepada mereka, shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah mentaatinya, ajarkanlah bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada mereka supaya membayar zakat harta mereka, diambil dari orang yang kaya diantara mereka dan diberikan kepada orang-orang

yang miskin”. (HR. Bukhori)35

2) Menurut Abdul Rahman Al-Jazmi dalam kitabnya menjelaskan

ٍتَصُْ٘صّْخٍُ ِطِئاَشَشِب ِِٔقِحَتْغَُِى ُصُْ٘صّْخٍُ َهَاٍ ُلِيََْت

34Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 47

35 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrohim al Bukhari, Terjemahan Hadits Shahih Bukhari, penterjemah: Zainuddin Hamidy, Fachruddin, Nasharuddin Thaha, Johar Arifin dan Rahman Zainuddin Juz II, (Jakarta: Widjaya, 1992), hlm. 102

Artinya: “Kepemilikan harta yang secara khusus untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang khusus pula.”36

3. Jenis-jenis dan Nishab Zakat Harta a. Hewan Ternak

Hewan ternak yang dimiliki seorang Muslim selain telah sampai nisab dan telah dimiliki lebih dari satu tahun atau telah memenuhi haul harus juga memenuhi dua syarat lain yaitu digembalakan dan tidak dipekerjakan.

Digembalakan maksudnya adalah dengan sengaja diurus sepanjang tahun untuk maksud memperoleh susu, bibit baru, pembiakkan dan dagingnya. Binatang gembalaan adalah binatang yang memperoleh makanan di lapangan penggembalaan terbuka sebagai konsekwensi, pemilik harus memberi binatang itu makan, tidak mesti dalam seluruh hari dalam setahun tetapi jika sudah digembalakkan pada sebahagian besar hari dalam setahun sudah dapat memenuhi syarat. Hukum ini tidak gugur, sekalipun hanya digembalakkan di lapangan dalam beberapa saat saja dikarenakan padang rumput tidak ada atau hanya sedikit atau oleh keadaan apapun juga.

36Ibid.

Tidak dipekerjakan maksudnya adalah tidak dipekerjakan untuk kepentingan pemiliknya, seperti menggarap tanah pertanian, dijadikan alat untuk mengambil air guna menyirami tanaman, dipergunakan untuk alat pengangkut barang dan lain sebagainya. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Ubaid.37

Ulama sepakat dalam menetapkan wajib zakat untuk binatang-binatang tersebut, tetapi berbeda pendapat tentang macam-macam binatang yang wajib dizakatkan. Mereka sepakat menetapkan zakat wajib terhadap unta, lembu dan kerbau, sapi, kambing dan biri-biri. Namun ada juga ulama yang memasukkan ayam, unggas dan ikan sebagai hewan terrnak yang wajib untuk dizakatkan dengan hitungan keuntungan yang diperoleh di akhir tahun bukan dihitung perekor.38

Kebanyakan ulama menetapkan bahwa binatang-binatang tersebut diwajibkan zakat jika mencari makan sendiri dengan pengembalaan. Adapun jika diberi umpannya, atau dipekerjakan tidak ada zakat untuknya. Demikian pendapat yang diungkapkan Abu Hanifah, Asy-Syafi‟I dan

Ahmad. Abu Hanifah dan Ahmad mengatakan binatang yang digembala dalam sebagian tahun wajib zakat. Sedangkan, Asy-Syafi‟I mengatakan,

binatang yang wajib zakat ialah yang digembala sepanjang tahun.39

37 Yusuf Al-Qardhawi, Op.Cit, hlm. 170-174

38 Agus Thayib Afifi dan Shabibi Ika, Op.Cit., hlm. 77-78 39 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 118

1) Unta

Unta, baik unta Khursani maupun unta Arab campur masing-masing 2,5. Tidak ada zakat bagi unta yang kurang dari lima ekor, jantan atau betina.40

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta

Telah sepakat pula para ulama, banyaknya wajib zakat unta adalah sampai 120 ekor, adapun lebih dari 120 ekor, maka pendapat yang dipakai menurut jumhur Ulama setiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) dan setiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih).

40 Agus Thayib Afifi dan Shabibi Ika, Op.Cit., hlm. 71-72

Jumlah Ekor Unta Jumlah Zakat

5-9 ekor unta 1 ekor kambing

10-14 ekor unta 2 ekor kambing

15-19 ekor unta 3 ekor kambing

20-24 ekor unta 4 ekor kambing

25-35 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

1 tahun lebih)

36-45 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

2 tahun lebih)

46-60 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

3 tahun lebih)

61-75 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

4 tahun lebih)

76-90 ekor unta 2 ekor anak unta betina (berumur

2 tahun lebih)

91-120 ekor unta 3 ekor anak unta betina (berumur

2) Lembu dan Kerbau

Nishab zakat antara lembu dan kerbau disamakan, digabungkan masing-masing setengahnya. Sebagian ulama mengatakan, tidak ada zakat bagi lembu yang kurang dari 50 ekor, jika ada 50 ekor maka zakatnya adalah seekor lembu, jika ada 100 ekor lembu maka zakatnya 2 ekor lembu, begitu seterusnya. Tidak ada zakat terhadap yang lebih sebelum sampai 50 ekor.

Golongan yang lain mengatakan bahwa terhadap 5 ekor lembu, zakatnya adalah seekor kambing, 10 ekor lembu zakatnya 2 ekor kambing, 15 ekor lembu zakatnya 3 ekor kambing, 20 ekor lembu zakatnya 4 ekior kambing dan terhadap 25 ekor lembu zakatnya 1 lembu

Golongan ulama yang lainnya juga mengatakan tidak ada zakat terhadap lembu hingga berjumlah 30 ekor, terhadapnya zakatnya seekor tabi’ (anak lembu yang berumur 2 tahun). Apabila sampai 40 ekor lembu zakatnya seekor lembu betina musinah (lembu yang berumur 4 tahun). Terhadap 60 ekor lembu zakatnya 2 ekor tabi’. Terhadap 70 ekor lembu zakatnya seekor

musinah dan seekor tabi’. Demikian pendapat yang diungkapkan Ahmad,

Asy-Syafi‟I dan Malik.41

3) Sapi

Sapi merupakan salah satu hewan yang banyak diternakkan, sapi baru wajib untuk dibayarkan zakatnya jika sudah berjumlah 30 ekor atau lebih.42

41 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 123

Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi

Jumlah Sapi Besar Zakat

30-39 ekor sapi 1 ekor sapi jantan/betina tabi’

40-59 ekor sapi 1 ekor sapi jantan/betina musinnah

60-69 ekor sapi 2 ekor sapi jantan/betina tabi’

70-79 ekor sapi 1 ekor sapi musinnah dan betina

tabi’

80-89 ekor sapi 2 ekor sapi musinnah

Selanjutnya, setiap jumlah sapi bertambah 30 ekor zakatnya bertambah 1 ekor tabi’. Sementara itu, jika setiap jumlah sapi tersebut bertambah 40 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

4) Kambing

Nisab kambing adalah 40 ekor. Jadi, seorang Muslim yang memelihara kambing yang berjumlah 40 ekor atau lebih wajib membayarkan zaka hartanya.

Tabel 2.3 Nishab Zakat Kambing

Jumlah Kambing Besar Zakat

40-120 ekor kambing 1 ekor kambing 2 tahun atau

domba 1 tahun

121-200 ekor kambing 2 ekor kambing/domba

Selain kambing, domba juga memiliki ketentuan nishab dan pembayaran zakat yang sama seperti perhitungan zakat kambing.43

5) Ayam/Unggas/Ikan

Nishab ayam, unggas dan ikan dihitung berdasarkan keuntungan di akhir tahun, yaitu keuntungannya mencapai jumlah seharga 85 gram emas atau tidak. Jika keuntungannya lebih besar dari harga 85 gram emas, maka wajib dibayarkan zakatnya sebanyak 2,5% dari keuntungan tersebut.

Namun, sejalan dengan perkembangan ekonomi, objek zakat tidak lagi secara langsung hanya masuk pada satu bagian tertentu saja, khususnya pada zakat hewan ternak ini. Kadangkala terjadi tumpang tindih antara yang satu dan yang lainnya. Sebagai contoh, kini berkembang perusahaan yang berbasis pada peternakan. Apakah zakatnya dimasukkan pada zakat peternakan ataukah zakat perdagangan.

Salah satu syarat utama dalam zakat peternakan adalah al-saum, bahwasannya ternak-ternak tersebut mencari rumput sendiri selama atau sebagian waktu tahun dan bukan binatang yang diupayakan pakannya dengan biaya pemilikan. Kenyataan yang banyak terjadi, hampir semua jenis peternakan sekarang tidak lagi memenuhi persyaratan al-saum, akan tetapi dipelihara, diberikan pakan dan ditempatkan pada tempat-tempat atau kandang yang telah dipersiapkan dengan baik. Menurut Yusuf

43Ibid, hlm. 77

Qardhawi tidak boleh terjadi penetapan dua kali dalam menetapkan kewajiban zakat, maka Didin Hafiduddin memberikan pendapat44 bahwa jika terdapat peternakan yang dikelola, dipelihara dan juga diternakkan, tidak memenuhi persyaratan kewajiban zakat seperti tersebut diatas, sementara niat pemeliharaanya untuk dijadikan sebagai komoditas perdagangan, maka zakatnya termasuk ke dalam zakat perdagangan. Nishabnya seharga 85 gram emas dan kadar zakatnya sebesar 2,5%, dikeluarkan setiap tahun satu kali.

b. Emas dan Perak 1) Emas

Apabila seseorang telah memiliki emas yang sudah mencapai nishab dan sudah cukup haulnya, maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Jika tidak sampai nishabnya maka tidak wajib untuk dizakatkan, kecuali jika emas tersebut diperjual belikan.

Nishab emas adalah 85 gram dengan lama kepemilikan satu tahun dan jumlah zakat yang dikeluarkan adalah 2,5% dari jumlah keseluruhan emas. Orang yang memiliki sama dengan atau lebih emas 85 gram wajib membayar zakat emasnya.

Ibnu Mundzir mengatakan, “Para ahli ilmu ijma’ telah sepakat bahwa

emas apabila ada 20 mitsqal dan harganya 200 dirham, sudah wajib zakat. Tegasnya, nishab emas adalah 20 mitsqal dengan tidak melihat

44 Didin Hafidhuddin, Op.Cit, hlm. 111

harganya.” Demikian pendapat Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi‟I dan

Ahmad.

Sebagian ulama diantaranya Hasan Bishri dan kebanyakan sahabat

Daud ibn Ali mengatakan “Nishab emas adalah 40 mitsqal.”. Pendapat

lain juga diungkapkan Malik dalam buku Al-Muwaththa‟, ia mengatakan “Sunnah yang tidak ada perselisihan menurut kami ialah

zakat emas ialah wajib pada 20 dinar, sebagaimana wajib pada 200

dirham.”45

Satu dinar bernilai seharga 2,25 gram emas, sedangkan menurut hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi yang dishahihkan oleh

Imam Bukhari mengatakan “Tidak ada kewajiban bagi dirimu taas

sesuatu, sehingga kamu mempunyai dua puluh dinar…”, 20 dinar

bernilai seharga 85 gram emas. Maka dapat disimpulkan menurut hadits shahih di atas, nishab emas adalah 20 dinar atau senilai dengan 85 gram emas.

Bagaimana dengan zakat emas campuran (tidak murni). Ada beberapa pendapat, diantaranya menurut Imam Syafi‟I tidak ada

kewajiban zakat, kecuali pada emas yang terpisah dari campurannya. Pendapat lain diungkapkan oleh Abu Hanifah yang mengatakan zakat yang harus dikeluarkan dari emas campuran yang seharga 20 dinar adalah setengah dinar, sedangkan yang jumlahnya melebihi 20 dinar

45 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 68

maka tidak ada kewajiban zakat yang lebih atasnya, kecuali jumlah tambahan itu mencapai 4 dinar, zakatnya dadalah 1/40 dinar. Menurut Ibnu Hazm, jika pencampuran emas itu tidak mengubah warna dan kadarnya maka gugur hukum pencampurannya, sehingga wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Sedangkan menurut sebagian tabiin nishab emas campuran adalah 200 dirham dengan kadar zakatnya 5 dirham dan setiap penambahan 40 dirham zakatnya 1 dirham dan 1 dinar untuk penambahan 40 dinar.

2) Perak

Nishab perak adalah 595 gram dengan satu tahun atau lebih masa kepemilikan sebagai haulnya dan jumlah zakat yang harus deikeluarkan adalah 2,5%. Adapun tata cara perhitungannya sama dengan zakat emas.46

Ulama sepakat menetapkan nishab perak sebesar 5 auqiyah yang senilai dengan 200 dirham. Jumlah zakatnya adalah 2,5%. Ibnu Hazm mengatakan, tidak ada zakat perak, baik ia masih terurai atau sudah ditempa, tidak dicampurinya oleh sesuatu hingga cukup 5 auqiyah bila sampai setahun lamanya maka nilainya 5 dirham. Apabila lebih dan cukup setahun maka terhadap yang lebih banyak atau sedikit, rubu’usyer-nya. Bila kurang dari 5 auqiyah walaupun sedikit saja tidak

ada zakat. Demikian pendapat Umar, Al-Hasan, Al-Bishri, Asy-Sya‟bi,

Sufyan, Abu Sulaiman dan Asy-Syafi‟i.

Malik mengatakan kalau kurangnya sedikit benar yang dapat dimaafkan dalam timbangan, terhadapnya wajib zakat.47

3) Zakat Pertanian

Para ulama sepakat tentang kewajiban wajib zakat terhadap zakat pertanian, karena berdasarkan pada dalil Al-Qur‟an dan hadits yang

bersifat qath’I, namun berbeda pendapat dalam menentukan jenis-jenis tanaman yang dikenakan wajib zakat. Pendapat yang paling kuat untuk dipegang adalah pendapat Abu Hanifah yang bersumber dari penegasan

Umar bin Abdul Aziz, Mujtahid, Hamid, Daud, dan Nakha‟I, bahwa

semua tanaman wajib untuk dikenakan zakat tanpa membedakan makanan pokok ataupun bukan.

Pengeluaran zakatnya tidak harus dilakukan setiap kali panen. Kadar zakatnya kalau dialiri dengan air sungai atau air hujan adalah 1/10 (10%), namun jika dialiri dengan kincir angin yang ditarik oleh binatang atau disirami dengan alat yang memakai biaya, zakatnya adalah 1/20 (5%).

Selebihnya dari satu nishab (300 sha‟) dihitung zakatnya menurut

perbandingan tersebut di atas.48

47 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 69-70

48 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2006), hlm. 204

4) Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari kepemilikan harta yang digunakan untuk berdagang. Berikut adalah beberapa ketentuan mengenai zakat perdagangan:

a) Nishab zakat perdagangan sama dengan nishab zakat emas, yaitu senilai dengan harga 85 gram emas.

b) Kewajiban membayar zakatnya adalah 2,5% dari keseluruhan harta. c) Dapat dibayarkan dengan uang atau barang.

d) Zakat ini dikenakan pada perdagangan ataupun perseroan.

e) Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerja sama) maka jika semua anggota serikat tersebut beragama Islam, zakat dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang berserikat, namun jika anggota berserikat terdapat orang yang non-Muslim maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota serikat yang Muslim saja.49

Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa kepemilikan satu tahun (haul) terhadap nishab bukan merupakan salah satu syarat zakat perdagangan, karena tidak memiliki dalil yang kuat. Apabila harta perdagangan telah sempurna mencapai nishab pada akhir tahun, maka pada saat itulah kewajiban zakat telah ada pada seorang Muslim,

demikianlah berlangsung setiap tahunnya meskipun di tengah tahun terjadi pengurangan pada ukuran nishab.

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi‟I dalam salah satu pendapatnya

juga mengungkapkan bahwa pedagan diperkenankan memilih unutk mengeluarkan zakatnya dalam bentuk barang ataupun uang, hal ini dikaitkan dengan kebutuhan dan kemashlahatan dari mustahik. Jika mustahik merasa lebih memerlukan benda maka berikanlah benda tersebut dan jika mustahik lebih membutuhkan uang untuk keperluan lainnya, maka berikanlah uang kepadanya.50

Zakat kekayaan dagangan dilakukan setiap tutup buku setelah perdagangan berjalan satu tahun lamanya, uang yang ada dan semua barang yang ada dihitung harganya. Dari jumlah itu dikeluarkan zakatnya 2,5%.51

Penghitungan zakat perdagangan ini juga diqiyaskan pada zakat profesi lainnya. Zakat profesi dikeluarkan saat pendapatan yang telah dikurangi kebutuhan, jika harta tersebut masih mencapai nishab maka dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Zakat profesi ini bisa dikeluarkan setiap bulan ataupun pada akhir tahun.

5) Zakat Barang Tambang (Ma’din)

50 Didin Khafidhuddin, Op.Cit, hlm. 47-48

51 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1998), hlm. 45

Ma’din dan rikaz merupakan barang-barang yang terpendam di dalam bumi, ma’din merupakan bagian dari rikaz yang berupa benda logam berharga, seperti: emas, perak, tembaga dan barang tambang lainnya.

Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-barang tambang adalah setiap kali barang itu selesai dibersihkan (diolah), nishab barang tambang adalah seharga nilai emas 96 gram atau perak 672 gram, kadar zakatnya adalah 2,5%. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang tambang adalah setiap kali orang menemukan barang tersebut.52

Di samping apa yang telah disebutkan di atas, sumber-sumber zakat lainnya masih perlu digali sesuai perkembangan zaman. Sumber-sumber penggalian zakat, menurut Sechul Hadi Poernomo, adalah semua hasil bumi yang bernilai ekonomis. Yaitu seluruh hasil manusia yang menguntungkan.53

Dokumen terkait