• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - PELAKSANAAN ZAKAT HARTA ANAK DI BAWAH PERWALIAN (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat MasjidAs-Salam BTN III Way Halim Permai Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - PELAKSANAAN ZAKAT HARTA ANAK DI BAWAH PERWALIAN (Studi Kasus di Lembaga Amil Zakat MasjidAs-Salam BTN III Way Halim Permai Bandar Lampung) - Raden Intan Repository"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada tahap ini penulis akan memaparkan landasan teori yang berkaitan dengan

judul skripsi ini, yaitu tentang zakat harta dan anak di bawah perwalian.

A. Konsep Zakat

1. Definisi Zakat

Sebelum membahas tentang definisi zakat harta, terlebih dahulu penulis

akan membahas tentang teori zakat secara umum terlebih dahulu.

a. Pengertian zakat dari segi bahasa

Zakat berasal dari bahasa Arab, yaitu:

ًءَامَص

ُ٘نٝ

َامَص

yang berarti

mensucikan-atau membayar zakat.1

Sebagaimana kata zakat disebutkan Firman Allah yang terdapat pada

Al-Qur‟an:

At-Taubah ayat: 103



























Artinya: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

(2)

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi

Maha mengetahui.”2

b. Pengertian zakat dari segi terminologi atau istilah terdapat pada beberapa

pendapat yang dikemukakan oleh ulama, antara lain:

1) Sayyid Sabiq, dalam kitabnya Fiqh Sunnah

Pada Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq mengatakan bahwa “zakat adalah

sebutan dari sesuatu hak Allah Ta‟ala yang dikeluarkan seseorang

kepada fakir miskin. Dinamakan zakat karena didalamnya terkandung

harapan atau beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya

dengan pelbagai kebaikan.3

2) Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat

Pengertian zakat menurut bahasa, zakat merupakan kata dasar (masdar)

dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zaka berarti

tumbuh dan berkembang, dan seseorang itu zaka berarti orang-orang

baik4. Ini berarti juga jika seseorang tersebut mengeluarkan zakat, harta

dan jiwanya akan menjadi bersih dan baik. Secara nyata, harta yang

dikeluarkan untuk zakat memang akan berkurang, namun sebenarnya

harta yang kita miliki adalah harta yang kita keluarkan untuk berzakat,

tidak akan berkurang melainkan akan tumbuh dan berkembang.

2Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 199 3 Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm. 5

(3)

3) Al-Mawardi, dalam kitabnya Al-Hawi yang dikutip oleh Hasby

Ash-Shidiqie

“Zakat itu sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang tertentu,

menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan

tertentu.”

4) Syekh Muhammad Qasim Al-Ghazzi, dalam kitabnya Fatul Qarib

“Zakat berarti sebagian harta yang diambil dari harta seseorang untuk

diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan

syarat-syarat tertentu.”5

5) Menurut Istilah dalam Syari‟ah

Menurut Syari‟ah zakat ialah sejumlah harta (uang atau benda) yang

wajib dikeluarkan dari milik seseorang, untuk kepentingan kaum fakir

miskin, serta anggota masyarakat lain yang memerlukan bantuan dan

berhak menerimanya.6

Pengertian zakat juga disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat yang disebutkan dalam Pasal 1 butir

2 yaitu, Zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 adalah harta

yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

5 Muhammad Qasim Al-Hizzi, Fathul Qarib, Alih Bahasa Ibnu Zuhri, (Bandung: Trigenda Karya, 1999), hlm. 127

(4)

Orang yang berhak menerima zakat atau disebut juga mustahik disebutkan

dalam Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.

Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan zakat adalah bagian harta kekayaan yang dimiliki oleh

seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang tertentu

setelah mencapai jumlah tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu

tertentu pula sesuai yang telah ditentukan oleh syariat. Harta yang sudah

memenuhi syarat-syaratnya wajib untuk dizakati sebagai wujud rasa syukur

seorang hamba atas segala nikmat yang telah Allah berikan dan dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah serta membersihkan jiwa dan hartanya. Harta

yang sudah dizakatkan akan mensucikan dan membersihkan harta lain yang

dimiliki, juga untuk melipat gandakan harta lain yang diperoleh, menghindari

fitnah dan terakhir untuk memberkahkan harta yang dimakannya.

Penyebutan zakat memiliki beberapa macam istilah yang disebutkan di

dalam Al-Qur‟an, antara lain: “infak, shadaqah dan hak”7

Infak, Firman Allah SWT: Q.S At-Taubah 34











































































(5)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”8

Sedekah, Firman Allah SWT: Q.S At-Taubah: 60





















































Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.9

Hak, Firman Allah SWT: Q.S Al-An‟aam: 141







































































(6)

Artinya: ”dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”10

Zakat digunakan untuk beberapa arti, namun yang berkembang dalam

masyarakat, istilah zakat digunakan untuk sedekah wajib dan istilah shadaqah

digunakan untuk sedekah biasa.

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat harta merupakan salah satu dari jenis zakat yang wajib dibayarkan

oleh umat Islam saat hartanya sudah memenuhi syarat-syaratnya (tercapai

nisab dan haulnya). Dasar hukum zakat harta terdapat di semua sumber

hukum Islam, diantaranya adalah:

a. Al-Qur‟an

1) Firman Allah dalam Al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah: 110

(7)

Artinya: “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa

saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan

mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah

Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”11

2) Firman Allah dalam Al-Qur‟an Q.S At-Taubah: 11





































Artinya: “jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan

zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.

dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang

mengetahui.”12

Telah diriwayatkan Ibnu Zaid, dia berkata, “Difardhukan shalat dan

zakat sekaligus, tidak dipisah-pisahkan antara keduanya.”. maka

dibacanya ayat ini, selanjutnya ia berkata “Allah enggan menerima

shalat orang yang tidak berzakat.”. Telah meriwayatkan pula Abdullah

bin Mas‟ud, dia berkata, “Diperintahkan kamu mengerjakan shalat dan

mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, siapa yang tidak berzakat

maka tidak ada shalat atasnya.” Menurut keterangannya, dia berkata

seperti perkataan Ibnu Zaid yang menyatakan, “Allah SWT.

Menurunkan rahmatnya kepada Abu Bakar. Alangkah pahamnya dia

11Ibid, hlm. 16-17

(8)

tentang agama, karena dia berkata, Saya tidak membeda-bedakan antara

dua macam yang telah dikumpulkan Allah yaitu shalat dan zakat.”13

3) Firman Allah dalam Al-Qur‟an Q.S Al-Baqarah: 267



























































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji.”14

Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Zhihalil Qur’an15, menafsirkan

bahwa nash tersebut mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik

dan halal yang mencakup pula seluruh yang dikeluarkan Allah SWT

dari dalam dan atas bumi, baik yang terdapat di zaman Rasulullah SAW

maupun di zaman sesudahnya, seperti hasil-hasil pertanian dan

pertambangan seperti minyak semuanya wajib dikeluarkan zakatnya

dengan ketentuan dan kadar sebagaimana diterangkan dalam sunnah

13 Syekh H. Abdul Halim Hasan, Op. Cit, hlm. 476 14Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 42

(9)

Rasulullah SA, baik yang sudah diketahui secara langsung maupun

yang diqiyaskan kepadanya.

b. Hadits

Selain dari Al-Qur‟an, dasar hukum wajibnya zakat dijelaskan dalam

beberapa hadits Nabi SAW, diantaranya:

1) Rasulullah SAW bersabda:

ٍوَََعِب ِّْٜشِبْخَا ٌَََيَعٗ َِْٔٞيَع َُٔيىا َوَص ِِٜبَِْىؤَىَاق ًلاَج ََُا َْْْٔع َُٔيىا َِٜضَس َبَُْ٘ٝا ِْٜبَا َِْع

َلاَٗ ََٔيىا ُذُبْعَت َُٔى َاٍ ٌبَسَا ٌََيَعَٗ َُِٔٞيَعَُٖيىا َوَص ُِٚبَْىا َهَاقَٗ َُٔى َاٍ َهَاق َتََْجْىأ ُِْٜيِخ ْذُٝ

َاََِح َشىا ُوِصَّتَٗ َةَامَضىا ِْٜتْءْؤتَٗ َةَلاَصّىا ٌُِْٞقُتَٗ ًاعَْٞش ِِٔب ُك ِشْشُت

Artinya: “Dari Abi Ayyub RA., bahwa seseorang berkata kepada Nabi

SAW “Beritakanlah kepadaku amal apa yang dapat memasukkan saya ke surga!” Ia berkata, “Apakah yang itu, lalu

apakah untuk itu? Maka hendaklah kamu menyembah Allah, tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu pun, kamu mendirikan shalat, memberikan zakat, dan menyambung

(silaturahim)”16

2) Rasulullah SAW bersabda:

َهَاق َُْْٔع َُٔيىا َِٚضَس َشََُع ِِْبا َِْع

:

ِلإْا َُِْٚبا ٌََيَعَٗ َِْٔٞيَع َُٔيىا َٜيَص َِٔيىا ُهُْ٘عَس َهَاق

ٍظََْخ َٜيَع ًِ لاْع

:

َةَلاَصّىا ًَُاقِإَٗ َِٔيىا ُهُْ٘عَس اَذَََحٍُ ََُأَٗ َُٔيىاَلاِإ ََٔىِإَلا ُْأ ٌةَدَاَٖش

ََُاضٍََس ًَُْ٘صَٗ ِتَْٞبْىا ُخِّحَٗ َةَام َضىا ُءَاتِْٝإَٗ

(

ٌيغٍ ٗ ٛساخبىا ٓاٗس

)

Artinya: “dari Ibnu Ummar r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Islam itu didirikan atas lima sendi: mengaku bahwasannya

tiada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan (Rasul) Allah, menunaikan shalat, menunaikan

(10)

zakat, mengerjakan haji dan berpuasa Ramadhan.”” (HR.

Bukhari dan Muslim)17

3) Rasulullah SAW bersabda:

ِلَِْٞيَع َُٔيىا َِٜع ََُْ٘ف ٜعء ُْ٘ت َلاَٗ ِلَْٞىَء ُّٔيىا َِٜغْحَُٞف ِْٜحُت َلاَٗ ِٜقِفَّْا

Artinya: “Bersedekahlah dan janganlah engkau menghitung-hitung,

sebab Allah menghitung atas engkau, dan janganlah engkau

mengumpulkan (tanpa zakat), sebab Allah akan

mengumpulkan atas engkau.” (H.R. Ahmad, Bukhari dan

Muslim).

Hadits ini menyatakan larangan memberikan sesuatu di jalan Allah

dengan harapan akan memperoleh balasan lebih banyak dari manusia

(istiksar) dan menghitung-hitung pahala yang akan diperoleh.

Diumpamakan orang mengatakan kepada kita: “Allah lah yang

memberimu rezeki, maka jangan engkau tahan saja hartamu (dalam

dompet atau gudang) tanpa infaq. Sebab Allah mengumpulkan

(memberikan) kepadamu dan Dia satu-satunya yang mencegah

nikmatnya untukmu. Infaq meliputi pengertian zakat dan sedekah.18

Berdasarkan hadits-hadits di atas, maka dapatlah diambil suatu

kesimpulan bahwa menunaikan zakat merupakan salah satu dari lima

17 Muhammad Daud Abd Al-Baqi, Al-Lu’lu’wa Al-Marjan, Juz II, Terjemah oleh Muslih Shabir, (Semarang: Al-Ridha, 1993), hlm. 312

(11)

rukun Islam. Zakat itu wajib dikeluarkan atas setiap orang-orang yang

hartanya sudah memenuhi syarat-syarat untuk dizakatkan (orang kaya),

karena sesungguhnya di dalam harta mereka ada hak orang-orang fakir

diantara mereka.

c. Ijma‟

Kaum Muslimin di seluruh dunia sepakat, zakat merupakan kewajiban

yang harus dikeluarkan oleh orang-orang yang mampu. Selain itu, para

shahabat juga telah sepakat untuk memerangi orang-orang yang enggan

untuk mengeluarkan zakat.19

d. Aturan Perundang-Undangan

Selain Al-Qur‟an dan Hadits sebagai dasar hukum zakat, dalam rangka

meningkatkan kualitas umat Islam di Indonesia, pemerintah Indonesia

telah membuat peraturan perunfdang-undangan tentang pengelolaan zakat

sebagai berikut:

1) Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat.

2) Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji

Nomor D/291 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Zakat.

(12)

3) Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang

Pengelolaan Zakat.

4) Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tentang Zakat.

3. Rukun dan Syarat Zakat

Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian dari harta yang telah

mencapai nishab dengan melepaskan kepemilikan sebagai milik orang yang

berhak menerimanya (mustahik) dan menyerahkan harta tersebut kepada

wakilnya, yakni imam atau orang yang bertugas untuk mengumpulkannya

(Badan/Lembaga Amil Zakat). Dapat disimpulkan bahwa rukun zakat adalah:

orang yang berzakat (muzakki), harta yang dizakatkan, orang yang berhak

menerima zakat (mustahiq) atau bisa juga diwakilkan oleh Badan/Lembaga

Amil Zakat untuk dikelola terlebih dahulu sebelum diberikan kepada

mustahik.

Adapun mengenai syarat, para ulama membaginya dalam dua kategori.

Pertama, persyaratan seseorang diwajibkan untuk berzakat. Kedua, meliputi

persyaratan harta yang wajib dikeluarkannya.

a. Syarat seseorang yang diwajibkan untuk berzakat:

1) Islam

Menurut Ijma‟ulama, zakat tidak diwajibkan atas orang kafir. Karena

(13)

bukanlah orang yang suci. Mahzab Syafi‟I berbeda pendapat dari

pendapat mahzab lainnya, mahzab ini mewajibkan orang murtad untuk

mengeluarkan zakat atas hartanya sebelum masa riddahnya. Yakni harta

yang dimiliki ketika dia masih menjadi seorang Muslim. Berbeda pula

dengan pendapat Abu Hanifah, beliau berpendapat bahwa riddah tetap

saja menggugurkan kewajiban zakat.

2) Merdeka

Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak diwajibkan atas seseorang

yang tidak merdeka, seperti: hamba sahaya, sebab ia tidak mempunyai

hak milik atas harta yang dimilikinya. Sehingga, tuan dari hamba sahaya

tersebut yang kemudian diwajibkan untuk membayar zakatnya, baik atas

harta pribadinya sendiri, ataupun atas harta kepemilikan hamba

sahayanya tersebut.

3) Baligh dan Berakal

Menurut Mahzab Hanafi, hal tersebut dipandang sebagai syarat wajib

zakat, sehingga pada anak kecil dan orang gila tidak wajib untuk

diambil zakatnya. Keduanya tidak termasuk pula dalam ketentuan orang

yang wajib mengerjakan ibadah. Sedangkan menurut jumhur ulama,

(14)

dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila melalui seorang wali

(orang yang mengasuhnya).20

b. Syarat Harta yang Wajib Dikenakan Zakat

1) Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal

Artinya, harta yang haram, baik secara substansi bendanya maupun

cara mendapatkannya jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat. Di

dalam Sakhih Bukhori terdapat satu bab yang menguraikan bahwa

sedekah (zakat) tidak akan diterima kecuali dari usaha yang halal dan

bersih.

2) Harta tersebut merupakan milik penuh dan berkuasa menggunakannya

Pada hakikatnya, kepemilikan mutlak harta adalah pada Allah SWT,

tetapi Allah SWT memberikan kepemilikan harta kepada manusia

secara terbatas. Harta yang dimiliki manusia secara penuh maksudnya

bahwa manusia berkuasa memiliki dan memanfaatkan secara penuh.

Pemilikan dan pemanfaatan harta harus sesuai dengan aturan-aturan

Islam.21

3) Harta tersebut berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan.

Disebut juga dengan istilah harta produktif (Al-Namaa’) seperti

melalui usaha, perdagangan, melalui pembelian saham, atau

ditabungkan baik secara pribadi maupun bersama pihak lain.

20 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mahzab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaya, 1997), hlm. 100

(15)

4) Harta Tersebut Telah Mencapai Nishab

Nishab adalah batasan antara apakah kekayaan itu wajib zakat atau

tidak. Jika harta yang dimiliki seseorang telah mencapai nishab maka

kekayaan tersebut wajib untuk dizakatkan. Jika belum mencapai nishab,

maka zakat tersebut tidak wajib untuk dizakatkan. Batasan nishab itu

sendiri antara sumber zakat yang satu dengan sumber zakat lainnya

berbeda satu sama lain.

5) Harta Tersebut Telah Mencapai Haul

Salah satu syarat kewajiban zakat adalah haul, yaitu kekayaan yang

dimiliki seseorang apabila sudah mencapai satu tahun hijriyah, maka

wajib baginya mengeluarkan zakat apabila syarat-syarat lainnya telah

terpenuhi. Syarat haul ini tidak mutlak, karena ada beberapa sumber

zakat seperti zakat pertanian dan zakat rikaz tidak harus memenuhi

syarat haul satu tahun. 22

4. Jenis-Jenis Zakat

Zakat menurut sumber hukum Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat

fitrah yang dibayarkan pada bulan Ramadhan sampai sebelum shalat Id Fitri

dan zakat harta (zakat mal) yang bisa dibayarkan kapan saja setelah

memenuhi syarat-syaratnya.

(16)

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah sesuai dengan namanya, berguna untuk membersihkan

jiwa seorang Muslim. Setelah berpuasa satu bulan penuh, Allah

mewajibkan umat Islam untuk membayarkan zakat fitrah sebagai

penyempurna puasanya, membersihkan jiwa dan kesalahan yang diperbuat.

Selain itu zakat fitrah juga dimaksudkan untuk membantu orang-orang

yang kekurangan atau fakir miskin sehingga sama-sama ikut merasakan

kegembiraan pada hari raya Idul Fitri, sudah sewajarnya hari kemenangan

itu dirayakan dengan kegembiraan dan keceriaan oleh seluruh Muslim

tanpa ada yang merasa sedih disebabkan tidak adanya makanan untuk

keluarganya karena semua Muslim yang tidak mampu telah mendapatkan

bantuan atau haknya dari zakat fitrah.

Zakat fitrah wajib dibayarkan pada bulan Ramadhan, diwajibkan

kepada semua Muslim tanpa terkecuali, baik dewasa maupun anak-anak,

laki-laki ataupun perempuan, merdeka ataupun hamba sahaya selama

mereka masih mempunyai persediaan pembekalan sampai hari raya Idul

Fitri. Ini merupakan kekhususan zakat fitrah dibandingkan zakat mal, jika

zakat mal baru bisa dibayarkan ketika harta seseorang sudah memenuhi

beberapa syarat, zakat fitrah dibayarkan oleh semua Muslim yang masih

memiliki nyawa tanpa terkecuali. Dari bayi yang baru lahir sesaat sebelum

shalat Idul Fitri maupun oleh orang yang sakit parah dan sedang

(17)

untuk syarat orang yang diwajibkan membayar zakat fitrah adalah sebabgai

berikut:

1) Islam, ini merupakan syarat mutlak. Allah hanya mewajibkan zakat

kepada Umat Muslim saja.

2) Masih hidup ataupun terlahir sebelum shalat Ied

3) Memiliki satu sha‟ makanan pokok dan memiliki kelebihan makanan

pokok untuk dirinya dan keluarganya untuk malam hari raya sampai

siangnya.

1 sha‟ yang dimaksudkan dalam syarat tersebut adalah setara dengan

2,5kg makanan pokok yang biasa dimakan oleh pada daerahnya, atau bisa

juga dibayarkan dengan sejumlah uang yang seharga makanan pokok tersebut.

Waktu pembayayran zakat fitrah juga merupakan salah satu hal yang

penting untuk diingat, karena jika terlupa dan membayarkannya setelah shalat

Id maka akibatnya sangat fatal karena nilainya bukan lagi merupakan zakat

fitrah yang wajib dibayarkan muzakki untuk membersihkan jiwanya, namun

hanya bernilai sedekah biasa yang dibayarkan di luar bulan Ramadhan.

Menurut beberapa Ulama, ada beberapa perbedaan pilihan waktu dalam

membayarkan zakat fitrah.

1) Sejak terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan sampai

sebelum shalat Id. Hal ini berdasarkan pendapat abu Tsauri, Ahmad, Ishak,

(18)

waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah adalah saat terbit fajar di hari raya

Idul Fitri.

2) Boleh mulai dari dua hari sebelum hari raya Idul Fitri. Ini merupakan hasil

kesepakatan dari jumhur ulama.

3) Mulai dari awal Ramadhan sampai sebelum shalat Id. Hal ini berdasarkan

pendapat Abu Hanifah dan Imam Syafi‟I.

b. Zakat Harta (Zakat Mal)

Mal berasal dari bahasa Arab yaitu “maal” yang berarti harta benda.

Zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan atas harta benda yang kita miliki.

Allah memerintahkan kepada kita untuk berbagi dengan orang yang

membutuhkan karena sesungguhnya di dalam harta kita terdapat suatu

bagian harta orang lain yang tidak mampu yang harus kita bagikan haknya.

Zakat mal dikeluarkan ketika harta yang dimiliki sudah mencapai nishab

dan haulnya. Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya antara lain

hewan ternak, emas dan perak, hasil pertanian, perniagaan atau

perdagangan, zakat profesi atau pekerjaan, hasil tambang (madin) dan

barang temuan (rikaz).23

5. Mustahik Zakat

Zakat sebagai salah satu ibadah yang manfaatnya selain untuk

membersihkan harta juga bermanfaat bagi saudara sesama Muslim yang

(19)

berhak untuk menerimanya dalam membangun dan meningkatkan taraf hidup

yang lebih baik. Oleh karena itu, zakat yang disalurkan haruslah tepat sasaran

kepada golongan mustahik sebagaimana yang telah disebutkan dalam

Al-Qur‟an, Firman Allah Q.S. At-Taubah: 60





















































Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”24

Ayat tersebut telah menjelaskan terdapat 8 golongan yang berhak

menerima zakat, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Fuqar, adalah jamak dari faqir yaitu orang yang tidak ada harta untuk

hidup sehari-hari dan tidak mampu bekerja dan berusaha.

b. Masakin, adalah jamak dari miskin yaitu orang yang penghasilan

sehari-harinya tidak mencukupi kebutuhan sehari-sehari-harinya.

c. Amil, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan dan membagikan

zakat kepada yang berhak menerimanya.

d. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah.

(20)

e. Hamba Sahaya (budak), yaitu orang yang belum merdeka.

f. Gharim, yaitu orang yang mempunyai banyak hutang, sedangkan ia

tidak mampu. Terdapat perbedaan pendapat dalam menafsirkan gharim

ini, aliran Syafi‟iyah menyatakan bahwa gharimin meliputi: 1) hutang

karena mendamaikan dua orang yang bersengketa, (2) hutang untuk

kepentingan pribadi, (3) hutang karena menjamin orang lain.

g. Sabilillah, yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah SWT. Namun

pada perkembangannya, sabilillah tidak hanya pada jihad, akan tetapi

mencakup semua program yang memberi kemashlahatan pada umat

bahkan termasuk para ilmuwan yang melakukan tugas negara untuk

kepentingan umat Islam, meskipun secara pribadi ia kaya.

h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) seperti

dalam berdakwah dan menuntut ilmu.25

6. Hikmah dan Manfaat Zakat

Zakat adalah salah satu ibadah selain bersifat horizontal terhadap Allah,

juga bersifat vertikal kepada sesama manusia, terutama memberikan manfaat

kepada saudara sesama Muslim yang termasuk dalam golongan mustahik

seperti yang sudah dijelaskan pada Bab I. Tidak hanya itu, beberapa manfaat

dan hikmah yang didapat dengan menunaikan ibadah zakat adalah:

(21)

Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT. Mensyukuri

nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang

tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrealistis, menumbuhkan

ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta lain

yang dimiliki.

Kedua, zakat merupakan hak mustahik. Zakat berfungsi untuk membantu,

menolong da membina mustahik, terutama fakir miskin ke arah kehidupan

yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi

kebutuhan hidup mereka dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT.,

terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan rasa iri, dengki dan

hasad yang mungkin timbul dalam diri mereka. Zakat sesungguhnya bukanlah

sekedar memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif saja dan habis dalam

waktu sebentar, tetapi dapat memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada

mereka dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab

kemiskinan mereka.26

Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara orang-orang yang

berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya dihabiskan

untuk berjhad di jalan Allah, yang karena kesibukan tersebut ia tidak memiliki

waktu dan kesempatan untuk berikhtiar mencari nafkah untuk ia dan

keluarganya.

(22)

Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan saran dan

prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan,

kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas

sumber daya manusia Muslim.27

Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar. Sebab, zakat itu

bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian

dari hak orang lain dari harta yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai

dengan ketentuan Allah SWT.

Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan

salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Zakat yang dikelola dengan baik

dimungkinkan membangun oertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan

pendapatan.28

Ketujuh, dorongan ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang

beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa ajaran

Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga

memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup ia

dan keluarganya, juga bisa digunakan untuk berzakat.29

27 Sayyid Sabiq, Op.Cit, hlm. 146

28 Monzer Kahf, Ekonomi Islam, Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1955), hlm. 88

(23)

Secara khusus, hikmah zakat juga dapat dilihat dari berbagai sisi, yang

berkaitan dengan orang yang berzakat (muzakki), penerimanya (mustahiq),

harta yang dikeluarkan maupun bagi masyarakat keseluruhan.

a. Bagi Para Muzakki

1) Menghilangkan sifat kikir dan bakhil.

2) Menanamkan perasaan cinta kasih terhadap golongan yang lemah.

3) Mengembangkan rasa dan semangat kesetia kawanan dan kepedulian

sosial.

4) Membersihkan harta dari hak-hak (bagian kecil) para penerima zakat

(mustahik).

5) Menumbuhkan kekayaan si pemilik jika dalam memberikan zakat,

infak dan sedekah tersebut dilandasi rasa tulus dan ikhlas.

6) Terhindar dari ancaman Allah SWT dan siksaan yang pedih.

b. Bagi Para Mustahik

1) Menghilangkan perasaan sakit hati, iri hati, benci dan dendam terhadap

golongan kaya yang hidup serba kecukupan dan mewah yang tidak

peduli dengan masyarakat bawah.

2) Menimbulkan dan menambahkan rasa syukur serta simpati atas

partisipasi golongan kaya terhadap kaum dhuafa.

3) Menjadi modal kerja usaha mandiri yang akan mengangkat taraf hidup.

(24)

1) Menunjang keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dalam

meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

2) Memberikan solusi aktif mengentas kecemburuan sosial di kalangan

masyarakat.

B.Konsep Zakat Harta

1. Definisi Zakat Harta

Pada dasarnya pengertian zakat harta tidak jauh berbeda dengan pengertian

zakat pada umumnya, karena zakat harta merupakan salah satu dari jenis-jenis

zakat. Namun, ada juga beberapa Imam besar Mahzab, Ulama dan juga ahli

fiqih pernah memberikan definisi zakat harta secara khusus.

“Menurut Imam Maliki, Zakat Mal (Zakat Harta) adalah sebagian dari tertentu dari harta tertentu yang telah mencapai nisab bagi orang yang berhak menerimanya dengan ketentuan harta yang dimiliki tersebut dimiliki secara sempurna, telah mencapai haul dan bukan barang tambang. Imam Abu Hanifah mendefinisikan, Zakat Mal adalah pemindah kepemilikan tertetu dari harta tertentu kepada seseorang berdasarkan ketetapan Allah SWT. Imam Syafi‟I mendefinisikan Zakat Mal adalah sesuatu yang dikeluarkan dari harta atau jiwa tertentu dengan cara terentu pula. Ahmad Ibnu Hanbal zakat dengan hak wajib pada harta tertentu pada waktu tertentu pula. Sedangkan, menurut Yusuf Qardhawi, Zakat Mal adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah

menyerahkan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.”30

Menurut Rizal Qosim, dalam bukunya Pengamalan Fiqih beliau

mendefinisikan zakat mal sebagai bagian dari harta kekayaan seseorang atau

(25)

badan hukum yang wajib diberikan kepada orang tertentu setelah mencapai

jumlah tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula.31

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan yang dimaksud

dengan zakat harta (Zakat Mal) adalah sebagian harta yang harus dikeluarkan

oleh pemiliknya baik itu perseorangan ataupun badan hukum setelah harta

tersebut tercapai syarat-syaratnya (nisab dan haul) sesuai aturan syara‟ untuk

diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

2. Dasar Hukum Zakat Harta

Zakat harta merupakan salah satu dari jenis harta yang juga wajib untuk

dikeluarkan agar harta lain yang dimiliki tetap suci dan dapat berkembang.

Dasar hukum zakat harta ada di semua sumber hukum Islam, diantaranya

adalah:

a. Al-Qur‟an

1) Firman Allah Q.S. At-Taubah: 35





































Artinya: “pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka

Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu

(26)

sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang

kamu simpan itu.”32

Ayat ini menjelaskan tentang Allah mengancam orang-orang bakhil

yang menyimpan emas dan perak di dalam peti, tanpa menafkahkannya

di jalan kebaikan, bahwa mereka akan mendapatkan siksa yang lebih

pedih di dalam neraka. Yaitu pada hari ketika harta benda yang mereka

simpan itu dibakar dengan mereka, dan dikatakan kepada mereka

“inilah balasan bagi perbuatan kalian di dunia. Kalian telah menahan

harta agar tidak dimakan oleh orang fakir miskin, supaya kalian

menikmatinya sendiri, maka balasan kalian adalah harta itu menjadi

bencana yang menimpa kalian; pinggang dan punggung kalian dibakar

dengannya, sehingga ia tidak bermanfaat di dalam agama dan dunia.33

2) Firman Allah Q.S Ali-Imran: 14





























































Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di

32Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 174

(27)

dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik

(surga).”34

b. Hadits

1) Ketika Rasulullah SAW mengutus Muadz bin Jabal sebagai gubernur

Yaman, salah satu perintah dikeluarkannya adalah untuk memungut

zakat dari orang yang kaya untuk dibagikan kepada penduduk yang

termasuk ke dalam mustahik zakat. Beliau bersabda kepadanya:

اًرَاعٍُ َثَعَب ٌََيَعَٗ َِْٔٞيَع َُٔيىا َٜيَص َِٜبَْىا ََُأ اَََُْْٖع َُٔيىا َِٜضَس ِطاَبَغ ِِبْا َِْع

ََّٜأ َٗ َِٔيىاَلاِإ ََٔىِاَلا َُْا ِةَداََٖش َٜىِإ ٌُُْٖعْدا َهاَقَف َََِِٞىا َٚىا َٜىِإ َُْْٔع َُٔيىا َِٚضَس

ََُِْْٖٗ٘يْع َاَف َلِى َزِىاَْ٘ع َاطًأ ٌُْٕ ُِْئَف َِٔيىا ُهُْ٘عَس

,

ِٜف ًتَقَذَص ٌَِْْٖٞيَع ُضَشَتْقَا ََٔيىا ََُا

ٌِِْٖع اَشَقُف َٜيَع ُداَشُتَٗ ٌِِْٖع َاِْْٞغَأ ٍِِْ ٌزَخُْ٘ت ٌِِْٖىَاٍَْ٘ا

(

ٛاخبىا ٓاٗس

)

Artinya: “dari Ibnu Abbas r.a berkata NabiSAW mengirimkan Mu‟adz

r.a ke Yaman. Beliau bersabda kepadanya: “Ajaklah mereka

supaya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya aku pesuruh Allah. Jika mereka telah mematuhi yang demikian, terangkanlah kepada mereka, shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah mentaatinya, ajarkanlah bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada mereka supaya membayar zakat harta mereka, diambil dari orang yang kaya diantara mereka dan diberikan kepada orang-orang

yang miskin”. (HR. Bukhori)35

2) Menurut Abdul Rahman Al-Jazmi dalam kitabnya menjelaskan

ٍتَصُْ٘صّْخٍُ ِطِئاَشَشِب ِِٔقِحَتْغَُِى ُصُْ٘صّْخٍُ َهَاٍ ُلِيََْت

34Rifai‟I, H. Moh, Abdulghoni, Rosihin, Op.Cit, hlm. 47

(28)

Artinya: “Kepemilikan harta yang secara khusus untuk diberikan

kepada yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang khusus

pula.”36

3. Jenis-jenis dan Nishab Zakat Harta

a. Hewan Ternak

Hewan ternak yang dimiliki seorang Muslim selain telah sampai nisab

dan telah dimiliki lebih dari satu tahun atau telah memenuhi haul harus

juga memenuhi dua syarat lain yaitu digembalakan dan tidak dipekerjakan.

Digembalakan maksudnya adalah dengan sengaja diurus sepanjang

tahun untuk maksud memperoleh susu, bibit baru, pembiakkan dan

dagingnya. Binatang gembalaan adalah binatang yang memperoleh

makanan di lapangan penggembalaan terbuka sebagai konsekwensi,

pemilik harus memberi binatang itu makan, tidak mesti dalam seluruh hari

dalam setahun tetapi jika sudah digembalakkan pada sebahagian besar hari

dalam setahun sudah dapat memenuhi syarat. Hukum ini tidak gugur,

sekalipun hanya digembalakkan di lapangan dalam beberapa saat saja

dikarenakan padang rumput tidak ada atau hanya sedikit atau oleh keadaan

apapun juga.

(29)

Tidak dipekerjakan maksudnya adalah tidak dipekerjakan untuk

kepentingan pemiliknya, seperti menggarap tanah pertanian, dijadikan alat

untuk mengambil air guna menyirami tanaman, dipergunakan untuk alat

pengangkut barang dan lain sebagainya. Pendapat ini dikemukakan oleh

Abu Ubaid.37

Ulama sepakat dalam menetapkan wajib zakat untuk binatang-binatang

tersebut, tetapi berbeda pendapat tentang macam-macam binatang yang

wajib dizakatkan. Mereka sepakat menetapkan zakat wajib terhadap unta,

lembu dan kerbau, sapi, kambing dan biri-biri. Namun ada juga ulama yang

memasukkan ayam, unggas dan ikan sebagai hewan terrnak yang wajib

untuk dizakatkan dengan hitungan keuntungan yang diperoleh di akhir

tahun bukan dihitung perekor.38

Kebanyakan ulama menetapkan bahwa binatang-binatang tersebut

diwajibkan zakat jika mencari makan sendiri dengan pengembalaan.

Adapun jika diberi umpannya, atau dipekerjakan tidak ada zakat untuknya.

Demikian pendapat yang diungkapkan Abu Hanifah, Asy-Syafi‟I dan

Ahmad. Abu Hanifah dan Ahmad mengatakan binatang yang digembala

dalam sebagian tahun wajib zakat. Sedangkan, Asy-Syafi‟I mengatakan,

binatang yang wajib zakat ialah yang digembala sepanjang tahun.39

37 Yusuf Al-Qardhawi, Op.Cit, hlm. 170-174

(30)

1) Unta

Unta, baik unta Khursani maupun unta Arab campur masing-masing

2,5. Tidak ada zakat bagi unta yang kurang dari lima ekor, jantan atau

betina.40

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta

Telah sepakat pula para ulama, banyaknya wajib zakat unta adalah

sampai 120 ekor, adapun lebih dari 120 ekor, maka pendapat yang dipakai

menurut jumhur Ulama setiap 50 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta betina

(umur 3 tahun lebih) dan setiap 40 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta betina

(umur 2 tahun lebih).

40 Agus Thayib Afifi dan Shabibi Ika, Op.Cit., hlm. 71-72

Jumlah Ekor Unta Jumlah Zakat

5-9 ekor unta 1 ekor kambing

10-14 ekor unta 2 ekor kambing

15-19 ekor unta 3 ekor kambing

20-24 ekor unta 4 ekor kambing

25-35 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

1 tahun lebih)

36-45 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

2 tahun lebih)

46-60 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

3 tahun lebih)

61-75 ekor unta 1 ekor anak unta betina (berumur

4 tahun lebih)

76-90 ekor unta 2 ekor anak unta betina (berumur

2 tahun lebih)

91-120 ekor unta 3 ekor anak unta betina (berumur

(31)

2) Lembu dan Kerbau

Nishab zakat antara lembu dan kerbau disamakan, digabungkan

masing-masing setengahnya. Sebagian ulama mengatakan, tidak ada zakat bagi

lembu yang kurang dari 50 ekor, jika ada 50 ekor maka zakatnya adalah

seekor lembu, jika ada 100 ekor lembu maka zakatnya 2 ekor lembu, begitu

seterusnya. Tidak ada zakat terhadap yang lebih sebelum sampai 50 ekor.

Golongan yang lain mengatakan bahwa terhadap 5 ekor lembu, zakatnya

adalah seekor kambing, 10 ekor lembu zakatnya 2 ekor kambing, 15 ekor

lembu zakatnya 3 ekor kambing, 20 ekor lembu zakatnya 4 ekior kambing

dan terhadap 25 ekor lembu zakatnya 1 lembu

Golongan ulama yang lainnya juga mengatakan tidak ada zakat terhadap

lembu hingga berjumlah 30 ekor, terhadapnya zakatnya seekor tabi’ (anak

lembu yang berumur 2 tahun). Apabila sampai 40 ekor lembu zakatnya

seekor lembu betina musinah (lembu yang berumur 4 tahun). Terhadap 60

ekor lembu zakatnya 2 ekor tabi’. Terhadap 70 ekor lembu zakatnya seekor

musinah dan seekor tabi’. Demikian pendapat yang diungkapkan Ahmad,

Asy-Syafi‟I dan Malik.41

3) Sapi

Sapi merupakan salah satu hewan yang banyak diternakkan, sapi baru

wajib untuk dibayarkan zakatnya jika sudah berjumlah 30 ekor atau lebih.42

41 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 123

(32)

Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi

Jumlah Sapi Besar Zakat

30-39 ekor sapi 1 ekor sapi jantan/betina tabi’

40-59 ekor sapi 1 ekor sapi jantan/betina musinnah

60-69 ekor sapi 2 ekor sapi jantan/betina tabi’

70-79 ekor sapi 1 ekor sapi musinnah dan betina

tabi’

80-89 ekor sapi 2 ekor sapi musinnah

Selanjutnya, setiap jumlah sapi bertambah 30 ekor zakatnya bertambah

1 ekor tabi’. Sementara itu, jika setiap jumlah sapi tersebut bertambah 40

ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor musinnah.

4) Kambing

Nisab kambing adalah 40 ekor. Jadi, seorang Muslim yang memelihara

kambing yang berjumlah 40 ekor atau lebih wajib membayarkan zaka

hartanya.

Tabel 2.3 Nishab Zakat Kambing

Jumlah Kambing Besar Zakat

40-120 ekor kambing 1 ekor kambing 2 tahun atau

domba 1 tahun

121-200 ekor kambing 2 ekor kambing/domba

(33)

Selain kambing, domba juga memiliki ketentuan nishab dan pembayaran

zakat yang sama seperti perhitungan zakat kambing.43

5) Ayam/Unggas/Ikan

Nishab ayam, unggas dan ikan dihitung berdasarkan keuntungan di

akhir tahun, yaitu keuntungannya mencapai jumlah seharga 85 gram

emas atau tidak. Jika keuntungannya lebih besar dari harga 85 gram

emas, maka wajib dibayarkan zakatnya sebanyak 2,5% dari keuntungan

tersebut.

Namun, sejalan dengan perkembangan ekonomi, objek zakat tidak lagi

secara langsung hanya masuk pada satu bagian tertentu saja, khususnya

pada zakat hewan ternak ini. Kadangkala terjadi tumpang tindih antara

yang satu dan yang lainnya. Sebagai contoh, kini berkembang perusahaan

yang berbasis pada peternakan. Apakah zakatnya dimasukkan pada zakat

peternakan ataukah zakat perdagangan.

Salah satu syarat utama dalam zakat peternakan adalah al-saum,

bahwasannya ternak-ternak tersebut mencari rumput sendiri selama atau

sebagian waktu tahun dan bukan binatang yang diupayakan pakannya

dengan biaya pemilikan. Kenyataan yang banyak terjadi, hampir semua

jenis peternakan sekarang tidak lagi memenuhi persyaratan al-saum, akan

tetapi dipelihara, diberikan pakan dan ditempatkan pada tempat-tempat

atau kandang yang telah dipersiapkan dengan baik. Menurut Yusuf

(34)

Qardhawi tidak boleh terjadi penetapan dua kali dalam menetapkan

kewajiban zakat, maka Didin Hafiduddin memberikan pendapat44 bahwa

jika terdapat peternakan yang dikelola, dipelihara dan juga diternakkan,

tidak memenuhi persyaratan kewajiban zakat seperti tersebut diatas,

sementara niat pemeliharaanya untuk dijadikan sebagai komoditas

perdagangan, maka zakatnya termasuk ke dalam zakat perdagangan.

Nishabnya seharga 85 gram emas dan kadar zakatnya sebesar 2,5%,

dikeluarkan setiap tahun satu kali.

b. Emas dan Perak

1) Emas

Apabila seseorang telah memiliki emas yang sudah mencapai nishab

dan sudah cukup haulnya, maka wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Jika

tidak sampai nishabnya maka tidak wajib untuk dizakatkan, kecuali jika

emas tersebut diperjual belikan.

Nishab emas adalah 85 gram dengan lama kepemilikan satu tahun

dan jumlah zakat yang dikeluarkan adalah 2,5% dari jumlah keseluruhan

emas. Orang yang memiliki sama dengan atau lebih emas 85 gram wajib

membayar zakat emasnya.

Ibnu Mundzir mengatakan, “Para ahli ilmu ijma’ telah sepakat bahwa

emas apabila ada 20 mitsqal dan harganya 200 dirham, sudah wajib

zakat. Tegasnya, nishab emas adalah 20 mitsqal dengan tidak melihat

(35)

harganya.” Demikian pendapat Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi‟I dan

Ahmad.

Sebagian ulama diantaranya Hasan Bishri dan kebanyakan sahabat

Daud ibn Ali mengatakan “Nishab emas adalah 40 mitsqal.”. Pendapat

lain juga diungkapkan Malik dalam buku Al-Muwaththa‟, ia

mengatakan “Sunnah yang tidak ada perselisihan menurut kami ialah

zakat emas ialah wajib pada 20 dinar, sebagaimana wajib pada 200

dirham.”45

Satu dinar bernilai seharga 2,25 gram emas, sedangkan menurut

hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Baihaqi yang dishahihkan oleh

Imam Bukhari mengatakan “Tidak ada kewajiban bagi dirimu taas

sesuatu, sehingga kamu mempunyai dua puluh dinar…”, 20 dinar

bernilai seharga 85 gram emas. Maka dapat disimpulkan menurut hadits

shahih di atas, nishab emas adalah 20 dinar atau senilai dengan 85 gram

emas.

Bagaimana dengan zakat emas campuran (tidak murni). Ada

beberapa pendapat, diantaranya menurut Imam Syafi‟I tidak ada

kewajiban zakat, kecuali pada emas yang terpisah dari campurannya.

Pendapat lain diungkapkan oleh Abu Hanifah yang mengatakan zakat

yang harus dikeluarkan dari emas campuran yang seharga 20 dinar

adalah setengah dinar, sedangkan yang jumlahnya melebihi 20 dinar

(36)

maka tidak ada kewajiban zakat yang lebih atasnya, kecuali jumlah

tambahan itu mencapai 4 dinar, zakatnya dadalah 1/40 dinar. Menurut

Ibnu Hazm, jika pencampuran emas itu tidak mengubah warna dan

kadarnya maka gugur hukum pencampurannya, sehingga wajib untuk

dikeluarkan zakatnya. Sedangkan menurut sebagian tabiin nishab emas

campuran adalah 200 dirham dengan kadar zakatnya 5 dirham dan

setiap penambahan 40 dirham zakatnya 1 dirham dan 1 dinar untuk

penambahan 40 dinar.

2) Perak

Nishab perak adalah 595 gram dengan satu tahun atau lebih masa

kepemilikan sebagai haulnya dan jumlah zakat yang harus deikeluarkan

adalah 2,5%. Adapun tata cara perhitungannya sama dengan zakat

emas.46

Ulama sepakat menetapkan nishab perak sebesar 5 auqiyah yang

senilai dengan 200 dirham. Jumlah zakatnya adalah 2,5%. Ibnu Hazm

mengatakan, tidak ada zakat perak, baik ia masih terurai atau sudah

ditempa, tidak dicampurinya oleh sesuatu hingga cukup 5 auqiyah bila

sampai setahun lamanya maka nilainya 5 dirham. Apabila lebih dan

cukup setahun maka terhadap yang lebih banyak atau sedikit,

rubu’usyer-nya. Bila kurang dari 5 auqiyah walaupun sedikit saja tidak

(37)

ada zakat. Demikian pendapat Umar, Al-Hasan, Al-Bishri, Asy-Sya‟bi,

Sufyan, Abu Sulaiman dan Asy-Syafi‟i.

Malik mengatakan kalau kurangnya sedikit benar yang dapat

dimaafkan dalam timbangan, terhadapnya wajib zakat.47

3) Zakat Pertanian

Para ulama sepakat tentang kewajiban wajib zakat terhadap zakat

pertanian, karena berdasarkan pada dalil Al-Qur‟an dan hadits yang

bersifat qath’I, namun berbeda pendapat dalam menentukan jenis-jenis

tanaman yang dikenakan wajib zakat. Pendapat yang paling kuat untuk

dipegang adalah pendapat Abu Hanifah yang bersumber dari penegasan

Umar bin Abdul Aziz, Mujtahid, Hamid, Daud, dan Nakha‟I, bahwa

semua tanaman wajib untuk dikenakan zakat tanpa membedakan

makanan pokok ataupun bukan.

Pengeluaran zakatnya tidak harus dilakukan setiap kali panen. Kadar

zakatnya kalau dialiri dengan air sungai atau air hujan adalah 1/10 (10%),

namun jika dialiri dengan kincir angin yang ditarik oleh binatang atau

disirami dengan alat yang memakai biaya, zakatnya adalah 1/20 (5%).

Selebihnya dari satu nishab (300 sha‟) dihitung zakatnya menurut

perbandingan tersebut di atas.48

47 Hasbi ash-Shiddieqy, Op.Cit, hlm. 69-70

(38)

4) Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari kepemilikan

harta yang digunakan untuk berdagang. Berikut adalah beberapa

ketentuan mengenai zakat perdagangan:

a) Nishab zakat perdagangan sama dengan nishab zakat emas, yaitu

senilai dengan harga 85 gram emas.

b) Kewajiban membayar zakatnya adalah 2,5% dari keseluruhan harta.

c) Dapat dibayarkan dengan uang atau barang.

d) Zakat ini dikenakan pada perdagangan ataupun perseroan.

e) Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerja sama) maka jika

semua anggota serikat tersebut beragama Islam, zakat dikeluarkan

terlebih dahulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang

berserikat, namun jika anggota berserikat terdapat orang yang

non-Muslim maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota serikat yang

Muslim saja.49

Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa kepemilikan satu tahun

(haul) terhadap nishab bukan merupakan salah satu syarat zakat

perdagangan, karena tidak memiliki dalil yang kuat. Apabila harta

perdagangan telah sempurna mencapai nishab pada akhir tahun, maka

pada saat itulah kewajiban zakat telah ada pada seorang Muslim,

(39)

demikianlah berlangsung setiap tahunnya meskipun di tengah tahun

terjadi pengurangan pada ukuran nishab.

Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi‟I dalam salah satu pendapatnya

juga mengungkapkan bahwa pedagan diperkenankan memilih unutk

mengeluarkan zakatnya dalam bentuk barang ataupun uang, hal ini

dikaitkan dengan kebutuhan dan kemashlahatan dari mustahik. Jika

mustahik merasa lebih memerlukan benda maka berikanlah benda

tersebut dan jika mustahik lebih membutuhkan uang untuk keperluan

lainnya, maka berikanlah uang kepadanya.50

Zakat kekayaan dagangan dilakukan setiap tutup buku setelah

perdagangan berjalan satu tahun lamanya, uang yang ada dan semua

barang yang ada dihitung harganya. Dari jumlah itu dikeluarkan

zakatnya 2,5%.51

Penghitungan zakat perdagangan ini juga diqiyaskan pada zakat

profesi lainnya. Zakat profesi dikeluarkan saat pendapatan yang telah

dikurangi kebutuhan, jika harta tersebut masih mencapai nishab maka

dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Zakat profesi ini bisa dikeluarkan

setiap bulan ataupun pada akhir tahun.

5) Zakat Barang Tambang (Ma’din)

50 Didin Khafidhuddin, Op.Cit, hlm. 47-48

(40)

Ma’din dan rikaz merupakan barang-barang yang terpendam di

dalam bumi, ma’din merupakan bagian dari rikaz yang berupa benda

logam berharga, seperti: emas, perak, tembaga dan barang tambang

lainnya.

Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-barang tambang adalah

setiap kali barang itu selesai dibersihkan (diolah), nishab barang

tambang adalah seharga nilai emas 96 gram atau perak 672 gram, kadar

zakatnya adalah 2,5%. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang

tambang adalah setiap kali orang menemukan barang tersebut.52

Di samping apa yang telah disebutkan di atas, sumber-sumber zakat

lainnya masih perlu digali sesuai perkembangan zaman. Sumber-sumber

penggalian zakat, menurut Sechul Hadi Poernomo, adalah semua hasil bumi

yang bernilai ekonomis. Yaitu seluruh hasil manusia yang menguntungkan.53

C. Konsep Perwalian

1. Konsep Perwalian Menurut Hukum Positif

a. Definisi Perwalian Menurut Hukum Positif

Kamus Hukum menyebutkan bahwa perkataan “wali” dapat diartikan

pula sebagai orang yang mewakili. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, hal perwalian diatur dalam Pasal 50 Ayat (1), berbunyi:

52 Mohammad Daud Ali, Op.Cit, hlm. 47

(41)

“Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah

melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua,

berada di bawah kekuasaan wali”

Perwalian menurut KUHPerdata terdapat pada Pasal 330 ayat (3) yang

menyatakan “Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah

kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan cara

sebagaimana teratur dalam bagian ketiga, keempat, kelima dan keenam bab

ini.”

Perwalian sendiri menurut Sudarsono, memiliki pengertian yaitu

pengurusan terhadap harta kekayaan dan pengawasan pribadi seorang anak

yang belum dewasa sedangkan anak tersebut tidak berada di bawah kekuasaan

orang tua.54

Menurut Subekti, perwalian adalah pengawasan terhadap anak di bawah

umur, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan

benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh Undang-Undang.55

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

pengertian dari perwalian adalah pengawasan terhadap harta dan anak-anak

yang belum dewasa dan belum pernah menikah sebelumnya secara pribadi

yang anak tersebut tidak berada dalam pengawasan orang tua kandungnya.

Adapun yang termasuk dalam anak di bawah perwalian, adalah;

Gambar

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta
Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan secara keseluruhan terhadap jumlah bakteri yang tumbuh pada bakso ikan selama 40 jam penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan bahwa bakso ikan yang direbus dengan

Kedua hal tersebut dipandang sebagai landasan dalam menciptakan kinerja perusahaan yang lebih baik.Mengingat pentingnya peran orientasi kewirausahaan dan kemampuan

• Total infrastruktur (pembangkit transmisi dan distribusi tenaga listrik) ketenagalistrikan yang akan • Total infrastruktur (pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga

Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 dan atau yang memenuhi

Kemudian 12 data tindak tutur ilokusi direktif permohonan dengan fungsi untuk menyampaikan sebuah permintaan kepada lawan tutur, 18 data tindak tutur ilokusi

Dua tipe residu biomassa dari hutan (tandan sawit kosong dan bambu) telah diteliti dengan berbagai suhu penahanan torrefaksi dan waktu penahanan torrefaksi yang

Sedangkan dari hasil pengamatan peubah pertumbuhan vegetatif lainnya, ya- itu: jumlah daun (Tabel 2), luas daun (Tabel 3), indeks luas daun (Tabel 4), luas kanopi

Karya sastra menjadi warisan leluhur, karena dengan karya sastralah siapa saja dapat mengungkapkan apa yang dirasakan untuk menyampaikannya kepada pembaca atau penikmat