• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KONSEPTUAL

C. Konseptualisasi Berita

1. Pengertian Berita

Totok Djunarto dalam Manajemen Penerbitan Pers menulis bahwa berita

berasal dari bahasa sanskerta, yakni Vrit yang dalam bahasa inggris disebut write,

yang arti sebenarmya ialah ada atau terjadi. Sebagian menyebutnya dengan vritta,

berarti “kejadian” atau “yang telah terjadi”.Vritta dalam bahasa Indonesia

kemudian menjadi berita atau warta.33

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate

menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan

menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charneley dan James M. Neal menjelaskan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru

dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.34

Ada beberapa definisi tentang berita dari pakar ilmuwan dan penulis, di antaranya:

a. Dean M. Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide

yang benar dan dapat menarik perhatian sebagai pembaca.

33

Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet

ke-1, h. 46. 34

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64.

b. Dr. Wiliar C Balayer, berita adalah sesuatu yang termasuk (baru) yang dipilih wartawan untuk dimuat dalam media cetak oleh karena itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca kabar tersebut.

c. William S. Maaulsby menyebutkan berita sebagai suatu penuturan secara

benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi

d. Eric C. Hesfwood, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang

penting dan menarik perhatian pembaca.

e. Djafar H. Assegaf mengartikan berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan terpilih oleh staf redaksi suatu media massa untuk disiarkan dengan harapan dapat menarik perhatian khalayak.

Sementara J.B Wahyudi mendefinisikan berita sebagai laporan tentang perisitwa atau pendapat yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita bila tidak dipublikasikan secara periodik.35

Berita dapat didefinisikan sebagai perisitwa yang di laporkan.Segala yang didapat di lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan, belum dapat disebut berita.Wartawan yang menonton dan menyaksikan peristiwa, belum tentu

35

telah menemukan perisitwa. Wartawan harus bisa menemukan peristiwa setelah

memahami proses atau jalan cerita, yaitu harus tahu apa(what) yang terjadi, siapa

(who) yang terlibat, bagaimana kejadian itu terjadi (how), kapan (when) terjadi, di

mana (where) peristiwa itu terjadi, dan mengapa (why) sampai bisa terjadi. Unsur

tersebut bersinergi sehingga dapat menjadi sebuah berita.36Dengan demikian,

berita adalah fakta, opini, pesan, serta informasi yang mengandung nilai-nilai yang diumumkan dan diinformasikan yang menarik perhatian sejumlah orang

yang memiliki pertimbangan, di antaranya.37

a. Akurat, singkat, padat dan sesuai kenyataan

b. Tepat waktu dan aktual

c. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis

d. Menarik, disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang khas, segar dan

enak dibaca

e. Baru

2. Nilai-nilai berita

Nilai berita merupakan elemen-elemen dari berita sebagai patokan bagi wartawan untuk memutuskan berita mana yang pantas untuk diliput dan mana yang tidak.Nilai berita dalam suatu berita juga menjadi sebuah ukuran yang

36

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (Yogyakarta: Andi Publisher, 2005), h. 18.

37

Marisa Asumti Kumanti, Dasar-Dasar Publik Relation Teori dan Praktik(Jakarta: Grasindo, 2002), h. 130.

menentukan berita tersebut layak diterbitkan atau tidak. Menurut Eriyanto, hanya ada beberapa peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita.38 Nilai berita tersebut di antaranya adalah:39

a. Immediacy atau biasa disebut timelines:

terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan.

b. Proximity

keterdekatan peristiwa dengan pembaca dalam keseharian hidup mereka. Karena biasanya orang-oarang akan tertarik dengan berita yang menyangkut dengan kehidupan mereka.

c. Consequence

berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah yang mengandung nilai konsekuensi.

d. Conflict

peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminalitas merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.

e. Oddity:

peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu hal yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat.

38

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LkiS, 2005), Cet. ke-3, h. 106.

39

Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 18-20.

f. Sex

seks sering menjadi elemen utama dari sebuah pemberitaan, tetapi sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita olahraga, selebriti dan kriminal.

g. Emotion

elemenemotion ini kadang dinamakan elemen human interest.

h. Prominence

elemen ini adalah unsur keterkenalan selalu menjadi incaran pembuat berita.

i. Suspence

menunjukan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kejelasan mengenai suatu fakta sangat dituntut oleh masyarakat.

j. Progress

ini adalah elemen “perkembangan” suatu peristiwa yang ditunggu

oleh masyarakat.

3. Kategori Berita

Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi ia menentukan mana yang layak dan mana yang disebut berita atau tidak selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita yakni kategori berita. Secara umum seperti yang dicatat Gaye Tuchman, wartwan menggunakan

lima kategori berita. Kategori tersebut digunakan untuk membedakan isi berita dan kategori subjek peristiwa yang menjadi berita. Kelima kategori tersebut

digambarkan sebai berikut:40

1. Hard news. Berita mengenai peristiwa yang terjadi pada saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori ini adalah kecepatannya.

2. Soft news. Kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (Human Interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa diberitakan kapan saja.

3. Spot news. Spot news adalah sub klasifikasi dan kategori yang bersifat

hard news. Dalam spot news, peristiwa yang diliput tidak bisa direncanakan.

4. Developing news. Developing news adalah sub klasifikasi dari hard

news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga

seperti spot news. Tetapi dalam developing news dimasukan elemen lain, seperti peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan hari atau dalam berita selanjunya.

40

5. Continuing news. Adalah sub klasifikasi lain dari hard news. Dalam

contining news, peristiwa-peristiwa yang bisa diprediksi dan

direncanakan

4. Jenis-jenis Berita

Jenis-jenis berita dapat digolongkan menjadi lima bagian:41

a. Straight News: Berita langsung (straight news) adalah berita yang ditulis apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.

b. Deep News: Berita yang mendalam, dan dikembangkan dengan

pendalaman hal-hal yang ada disudut permukaan.

c. Investigation News: Berita yang dikembangkan berdasarkan

penelitian dari berbagai sumber.

d. Interpretative News: Berita yang dikembangkan berdasarkan

pendapat wartawan, bedasarkan fakta yang ditemukan dilapangan.

e. Opinion News: Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para tokoh atau cendikiawan mengenai suatu isu atau hal-hal tersebut.

41

Asep Syamsul Romli, Jurnalisme Untuk Pemula (Bandung: Remaja Rosdakarya,

D. Konflik

1. Konflik secara Umum

Konflik merupakan suatu bentuk interaksi di mana tempat, waktu dan intensitas tunduk pada perubahan. Sosiolog Lewis A. Coser menyebutkan bahwa konflik merupakan proses instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat secara positif fungsional sejauh ia

bergerak memperkuat disfungsional melawan struktur.42Konflik juga dapat

merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Selain itu, konflik dapat pula menempatkan dan

menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok.43

Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang per orangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orangorang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan.Dalam bentuk ekstrimnya, konflik dilangsungkan tidak hanya sekadar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.

Teori konflik merupakan perubahan sosial yang tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya

42

Lewis Coser, The Function of Social Conflict (New York: Free Press, 1956), h. 23 43

konflik yang menghasilkan kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.44 Teori ini berdasarkan pada pemilikan sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.Teori ini merupakan antitesis dariteori

struktural fungsional, di mana teori struktural fungsional sangat

mengedepankan keteraturan dalam masyarakat sedangkan teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik menegaskan bahwa masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Teori ini menyebutkan bahwa konflik membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda sehingga melahirkan superordinasi dan subordinasi.Perbedaan antara superordinasi dan

subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan

kepentingan.Oleh sebabnya, teori konflik masyarakat disatukan dengan

“paksaan”.Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena

adanya paksaan (koersi).Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan

dominasi, koersi, dan power.Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang

berorientasi serta menjadi dasar pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.

Dalam teori Coser, ia merumuskan suatu pemikiran yang disebut dngan

katup penyelamat (safety value). Katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar

yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam.Katup Penyelamat ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan

44

kelompok dari kemungkinan konflik sosial.Katup penyelamat merupakan

sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur.45

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab konflik:

a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik.Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk

pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

45

Lewis Coser , 1956. The Function of Social Conflict. New York: Free Press. page. 151-210

c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk

perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

Akibat-akibat konflik antara lain:

a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang

mengalami konflik dengan kelompok lain.

b. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

c. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,

benci, saling curiga dan sebagainya.

d. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam

konflik.

Solusi Penyelesaian Konflik:

a. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara

kelompok-kelompok yang mengalami konflik.

b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima

keragaman yang ada di dalamnya.

c. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan

mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.

d. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi

dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

2. Islam Melihat Konflik

Apabila kita kembali menelaah Al-Qur‟anul karim dan hadits-hadits Nabi saw. Kita akan menemukan, bahwa aspek sosial menempati posisi yang sangat

penting setelah akidah, sesuai dengan penjelasan kebanyakan ayat Al-Qur‟an,

hadits Nabi serta penjelasan tarikh-tarikh hukum Islam.46 Dalam kitab sunnah atau

buku fiqh, selain akan mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kewajiban bermasyarakat dan bermuamalah, kita juga akan menemukan keunikan syariat sosial. Berikut uraian beberapa contoh hadistsosial yang bisa menimbulkan konflik atau pertentang antar individu maupun sosial.:

a. Berprasangka Buruk:

“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasullah saw bersabda „Jauhkanlah dirimu

dari prasangka karena prasangka adalah sedusta-dustanya pembicaraan. janganlah saling mengintai dan meraba-raba kesalahan orang lain, janganlah saling mendengki,saling membenci dan saling membelakangi. Jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana Allah telah

46

Hasan Ayyub. As Sulukul Ijtima”i Fil Islam, Etika Islam menuju kehidupan yang Hakiki

memerintahkannya kepadamu. Orang Islam adalah saudara orang Islam lainnya,jangnlah menganiayanya, merendahkannya dan menghinanya. Cukuplah kejahatan seseorang dengan menghinakan saudaranya yang Islam. Setiap orang Islam atas orang Islam lainnya haram hartanya, darahnya,dan kehormatannya. Ssesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh dan rupamu, tetapi Allah memandang hati dan

amalmu.Takwa itu disini, nabi menunjukkan dadanya.‟” (H.R. Malik,

Bukhari dan Muslim)

b. Hasad atau Dengki:

“Dari Abu Hurairah ra, Rasullah saw bersabda, „Jauhkanlah dirimu dari perbuatan hasud , sebab perbuatan hasud akan memakan kebaikan

sebagaimana api memakan kayu bakar.‟Atau beliau berkata ,‟memakan

rumput “ ( H.R. Abu Dawud dan Baihaqi ).

c. Ghibah:

“Dari Abu Hurairah ra bahwa sesungguhnya Rasullah saw bersabda,

„Apakah kamu mengetahui, apa ghibah itu?‟ Mereka berkata, „Allah dan

Rasul-Nya lebih mengetahui.‟Beliau bersabda, „Kamu menceritakan

saudaramu dengan ucapan yang tidak disenangi.‟ Beliau ditanya,

„Beritakanlah kepadaku bagaimana jika aku yang diceritakan olehku

benar ada pada saudaraku?‟ Beliau bersabda, ‟Jika yang dikatakanmu itu

benar ada padanya, maka sesungguhnya kamu mengumpatnya.Dan jika yang dikatakan olehmu tidak ada padanya, maka, sesungguhnya kamu

Dokumen terkait