• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konservasi kebun dan pekarangan rumah

Interaksi Manusia dan Tumbuhan

2.4.2. Konservasi kebun dan pekarangan rumah

Tingkat kepadatan penduduk yang rendah di kawasan pedesaan menyebabkan penduduk mempunyai banyak tempat untuk menanam tumbuhan. Berbacam-macam tumbuhan telah ditanam oleh masyarakat untuk berbagai kepentingan. Pada mulanya, bisa jadi kebun dan pekarangan rumah adalah tempat “penimbunan” sumberdaya penghasil makanan, buah dan sumberdaya lainnya disekitar manusia tinggal. Tujuannya jelas, yaitu memudahkan akses terhadap sumberdaya, dan mengurangi resiko kecelakaan atau bahaya lainnya saat memperoleh sumberdaya tersebut diluar lingkungan pemukiman.

Nampaknya sistem-sistem manajemen pengelolaan kebun dan pekarangan rumah ini berjalan dan berkembang seiring dengan gagasan kultivasi spesies-spesies dalam sejarah pertanian dan peternakan umat manusia. Perbedaan antara manajemen kebun dan pekarangan rumah dengan area persawahan kemudian menjadi sangat jelas. Jenis-jenis yang kemudian mempunyai nilai strategis dalam hal perekonomian kemudian lebih mengalami ekstensifikasi (perluasan lahan pengelolaan) dan intensifikasi (terkait dengan usaha pemuliaan bibit yang dilakukan terus menerus), sementara jenis-jenis tanaman yang bersifat “melengkapi” kehidupan sehari-hari, terutama yang terkait sosial dan budaya tetap dikonservasi dalam kebun dan pekarangan rumah.

Karena masyarakat tumbuh secara bebas terhadap kelompok lainnya, sedemikian juga budaya dan sistem-sistem kemasyarakatan yang dikembangkannya, maka terdapat pola- pola arsitektural dan manajemen pengelolaan kebun dan pekarangan rumah yang berbeda sebagai wujud keragaman apresiasi masyarakat terhadap tanaman disekitarnya. Satra- sastra lokal seringkali memberikan petunjuk dalam hal manajemen kebun dan pekarangan sebagai bagian dari anjuran dan pantangan menjalani hidup. Kitab-kitab tertentu dalam sastra Jawa telah membuat daftar tetumbuhan yang diperbolehkan ditanaman dihalaman rumah, dan jenis-jenis yang tidak baik untuk ditanaman didepan rumah. Catatan sebelumnya yang lebih kuno tentang kebun dan pekarangan tertera dan terpahat dalam relief candi-candi di Pulau Jawa. Tumbuh-tumbuhan yang ditunjukkan dalam relief Candi Borobudur antara lain adalah Durian, Lontar, Kelapa, Duku, sejenis Jambu, Pisang, Kecubung, Nangka, Manggis, Mangga, Pinang sirih, Talas-talasan, dan Kembang sepatu adalah jenis- jenis yang digambarkan tumbuh disekitar komunitas manusia pada relief-relief candi.

Di Indonesia, ekosistem kebun dan pekarangan rumah adalah salah satu pusat bagi keanekaragaman hayati di area

pemukiman penduduk di pedesaan. Banyak penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat bagi anekaragam tumbuhan. Kubota et al., (2009) mencatat bahwa kebun dan pekarangan rumah di desa Selajambe Jawa Barat setidaknya mengandung 169 tanaman berguna. Di Desa Rajegwesi yang merupakan desa pesisir selatan di Kabupaten Banyuwangi, Pamungkas et al., (2013) menyatakan bahwa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat potensial bagi konservasi rempah-rempah. Penelitian Pamungkas et al., (2013) sebelumnya mengidentifikasi keberadaan rempah-rempah di kebun masyarakat pesisir Banyuwangi di Rajegwesi. Kebun- kebun dan pekarangan rumah kaya akan rempah-rempah dari kelompok tumbuhan penghasil rimpang, antara lain Jahe, Kencur, Pandan, Piper dan lainnya. Beberapa kebun dan pekarangan rumah adalah habitat bagi vanili. Pada kebun-kebun di dataran tinggi Tengger, seringkali dijumpai tanaman Adas yang tumbuh liar dan tidak dibudidayakan. Sampai sejauh ini, tidak ada indikasi Adas menjadi salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi di desa-desa Tengger.

Kelompok-kelompok rumah adat di Bali memiliki lebih dari 30 jenis tumbuhan dihalamannya, dan sebagain besar ditanaman untuk keperluan upacara adat. Jarang sekali tanaman-tanaman di pekarangan tersebut diperjual belikan. Masyarakat Kayan Menyarang di Kalimantan Timur juga diketahui memiliki motif yang berbeda dengan masyarakat Bali. Masyarakat Kayang Mentarang memanfaatkan kebun dan pekarangan rumahnya sebagai tempat konservasi jenis-jenis sayuran dan buah guna menunjang kehidupan sehari-hari. Namun demikian, jika hasil dari kebun sangat berlebih, dan terutama untuk menghindari pembusukan, maka ada kalanya hasil berlebih tersebut dijual.

Jenis-jenis pohon yang mencolok di pedesaan Jawa dan Bali adalah beringin. Kepercayaan masyarakat Jawa dan Bali mengganggap bahwa pohon ini adalah kediaman- roh-roh, dan ada pantangan tegas untuk tidak mengganggunya. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap tempat-tempat tradisional dan

mempunyai nilai spiritual mempunyai pohon beringin. Pohon lain, yang seringkali disebut-sebut dalam sastra Jawa dan Bali adalah Nagasari dan Kepuh. Penggambaran Kepuh dalam gunungan wayang kulit Jawa adalah cermin apresiasi masyarakat Jawa terhadap pohon Kepuh. Jenis-jenis semak dan perdu pekarangan rumah antara lain adalah Acalypha, Jahe merah, Kembang merak, Bunga pagoda, Hanjuang, Kembang sepatu, Bugenvil dan perdu berbunga lainnya. Jenis-jenis tersebut banyak berfungsi sebagai komponen ornamental dalam lingkungan peruamahan.

Karakter kebun yang berbeda ditunjukkan oleh masyarakat Tengger. Jika diamati, maka kebun dan pekarangan rumah Tengger miskin jenis-jenis pohon tetapi kaya akan semak dan herba. Iklim dan kondisi fisik desa-desa di Pengunungan Tengger membatasi aneka ragam jenis-jenis tumbuhan dataran rendah untuk tumbuh di pegunungan Tengger (Gambar 2.4). Halaman depan rumah-rumah di desa Tengger mempunyai aneka ragam tumbuhan berbunga dan berdaun indah seperti Bunga calla putih, Bunga cana, Mawar, Brojo lintang, Bakung, Agave, Hanjuang, Daun suji, aneka ragam Aglaonema, Gladiol dan Dahlia. Di sekitar pegunungan Tengger, hal yang menakjubkan adalah keberadaan tanaman apel di setiap halaman depan rumah. Apel tumbuh di Indonesia karena introduksi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Saat ini Apel adalah salah satu kekayaan hayati Indonesia yang tumbuh terbatas di wilayah Malang dan sekitarnya. Tanaman ini mulai dibudidayakan secara intensif di Batu (Malang Barat) sejak tahun 1960 dan tahun 1970an mulai ditanam di dataran tinggi Poncokusumo (Malang Timur) serta Nongkojajar. Beberapa kultivar apel yang telah dibudidayakan antara lain adalah rome beauty, anna, manalagi, dan princes noble.

Gambar 2.4. Komposisi tumbuhan di pekarangan rumah di empat desa Tengger: Gubukklakah, Wonokitri, Ngadas dan Ranupani.

(Sumber: Hakim et al., 2007)

Di desa-desa suku Osing, Banyuwangi, kebun dan pekarangan rumah hampir mirip hutan heterogen. Selain tanaman ornamental de depan rumah, seringkali kebun mempunyai tanaman Kopi yang bercampur dengan Durian, Manggis, Mahoni, Jabon, Kelapa, Kayu Wuru, Cengkih, Pala, Rambutan, Lansat, Jambu air, dan tumbuhan lainnya. Kebun dan pekarangan rumah juga merupakan pusat dari rempah- rempah yang dimanfaatkan sehari-hari oleh masyarakat untuk aneka kebutuhan (Hakim et al., 2014). Beberapa jenis diantaranya yang tumbuh liar dan dibudidayakan dirangkum dalam Table 2.5. Beberapa spesies adalah tumbuhan asli dari Indonesia (fitoregion Malesia), dan beberapa jenis adalah tanaman yang berasal dari kawasan lainnya namun telah ternaturalisasi dalam kawasan Malesia.

Table 2.5. Tanaman rempah yang tumbuh dan dibudidayakan di Kebun masyarakat Osing di Banyuwangi.

Spesies Distribusi asal Cengkeh Kemiri Lengkuas Jahe Kunyit Cabe rawit Kencur Sereh Daun suji Kayu manis

Tumbuhan asli Indonesia, saat ini juga telah dikultivasi di zona paleotropik

Tumbuhan asli di kawasan Asia temperate, Asia tropik dan Australasia

Distribusi asli meliputi Asia temperate – Asia tropik, selanjutnya banyak dikultivasi di Asia temperate-tropik dan Amerika selatan

Kemungkinan asli Asia tropik; saat ini banyak dijumpai di semua wilayah tropic di dunia

Kemungkinan asli dari India tropik, saat ini sudah menyeber dan dikultivasi di seluruh area tropik

Tumbuh alamiah di Amerika utara (AS), Meksiko sampai Amerika selatan. Saat ini banyak dikultivasi di Afrika dan Asia tropik Rempah asli Asia tropik

Tumbuh secara alamiah di Amerika selatan, saat ini sudah dikultivasi di Afrika, Asia temperate, Asia tropik dan Amerika selatan Diduga asli Afrika dan Asia selatan. Saat ini banyak tumbuh di kawasan tropik

Tumbuhan asli Asia temperat dan Asia tropik. Dikultivasi pada pulau-pulau di Pasifik

Diduga asli dari India timur, tumbuh alami di Asia temperate. Saat ini banyak

dikultivasi di Asia temperate dan Asia tropik

Tersebar secara luas di dunia

Kemungkinan asli Indonesia, saat ini telah dikultivasi di beberapa daerah di Asia tropik serta Karibia

Asli Asia tropic dan Asia temperate; saat ini telah dikultivasi di berbagai daerah

Berasal dari Meksiko dan Amerika tengah (Karibia, Meso Amerika, Brazilia).

Dikultivasi pada kebanyakan negara tropis karena nilai ekonomi yang prospektif dalam perdagangan rempah dunia

Tanaman asli Afrika, Asia temperate, Asia tropic, ternaturalisasi di Australisia

Tumbuhan asli Asia temperat-tropik, saat ini dikultivasi di berbagai daerah

Jeruk nipis Tomat Pala Jeruk purut Vanili Kemangi Temu kunci

Catatan: Data distribusi diolah dari basis data Germ Plasm Resources Information Network.

Bambu adalah tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Penggunaan bambu juga sangat beragam. Penanaman bambu di kebun dan pekarangan rumah sangat beragam dan dipengaruhi oleh adat-istiadat. Beberapa kelompok masyarakat mentabukan menanam bambu di depan rumah, sementara kelompok lainnya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Beberapa bambu yang mempunyai nilai estetika seperti Bambu kuning, Bambu talang, Bambu gendang dan Bambu pagar secara sengaja ditanaman didepan rumah sebagai ornamen taman. Dibagian belakang seringkali tumbuh Bambu

ori, Bambu petung, Bambu apus, dan Bambu jawa. Beberapa jenis dimanfaatkan sebagai bahan bangunan atau kontruksi sipil lainnya, sementara bagian tunas muda (rebung) dimanfaatkan sebagai sayur. Masyarakat juga diketahui memanfaatkan bambu sebagai bagian dari teknologi sederhana penanggulangan longsor dengan menanam bambu ditebing-tebing yang curam. Masyarakat Indonesia adalah salah satu masyarakat yang secara intensif memanfaatkan anekaragam jenis bambu untuk kontruksi sipil dan pembuatan peralatan sehari-hari.