• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsorsium Pembaruan Agraria Wilayah Periode 2013-

pengalaman yang dimilikinya akan berusaha agar KPA mampu menjadi organisasi stategis dalam mewujudkan cita-cita Reforma Agraria Di Jateng. Untuk itu perlu dila- kukan kerja internal dan eksternal. Kerja internal seperti: penguatan organisasi di basis (serta kaderisasi), memba- ngun base data pemetaan agraria (termasuk kasus-kasus yang terjadi), dll. Kerja Eksternal, seperti membangun jejaring dan sekutu (pihak-pihak yang peduli akan perju- angan Reforma Agraria), kampanye, dll.

C. Sofyan ubaidi Anom, Jawa Timur

Pria yang biasa disapa Ubed ini lahir di Mojokerto, 1 Ja- nuari 1979. Ubed menamatkan kuliahnya menjadi sarjana ilmu komunikasi Universitas Islam Majapahit Mojokerto pada 2007. Pada saat menjadi mahasiswa, ia sudah me-

Koordinator

Konsorsium Pembaruan Agraria Wilayah

Periode 2013-2016

nekuni jalur per- juangan di ranah Badan Eksekutif Mahasiswa dan aktif memimpin Lembaga Kajian Pertanian dan Nelayan, PKC PMII Jatim pada tahun 2007, Ubed juga tercatat pernah menjadi Ketua bidang ad- vokasi kebijakan, LPPNU (Lembaga Pengembangan Pertanian NU) Kab. Mojokerto pada tahun 2011. Konsistensi Ubed telah teruji, terbukti sekarang ia menjadi Fasilitator pemetaan partisipatif Ja- ringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) dan Koordinator Wilayah KPA Jawa Timur. Pengalaman gerakannya, tak diragukan lagi, ia pernah terlibat aktif dalam Community organizer petani pinggir hutan dan desa hijau FPR (Forum Perjuangan Rakyat) Sendi, Pacet, Mojokerto.

Semenjak dipercaya memimpin KPA wilayah jatim se- bagai koordinator pada tgl 26 Mei 2013, ia bertekad akan melakukan konsolidasi anggota basis Organisasi Rakyat dalam kerangka penguatan dan peningkatan ideologisasi tentang reforma agraria. Ubed juga berniat melakukan usaha penyelesaian konflik yang melibatkan multi pihak, serta penguatan kapasitas pengurus KPA wilayah Jatim agar dalam melakukan pelayanan sebagai landasan prin- sip KPA terhadap basis komunitas petani lahan konflik lebih optimal dan massif. Di tengah konflik agraria yang makin marak saat ini yang mengakibatkan massifnya upaya kriminalisasi terhadap petani, Ubed berharap ne- gara melaksanakan reforma agraria sejati sesuai dengan mandat TAP MPR No. IX tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dengan me- wujudkan kedalam bentuk regulasi yang konkret dan pro petani penggarap, misalnya dengan membentuk kemen- trian agraria dan peradilan agraria seperti halnya pada zaman orde lama sebagai perwujudan amanat UUPA No.5/1960.

D. Asmar Exwar, Sulawesi Selatan

Asmar Edward yang akrab disapa Slash adalah seorang putra Sulsel yang sangat dekat dengan alam. Sejak ku- liah dia sudah aktif di organisasi Pencinta Alam Muslim Indonesia. Keaktifannya di pecinta alam kampus berakhir sejak tahun 2000 setalah dia menyelesaikan kuliah di

Universitas Muslim Indonesia. Akan tetapi kepeduliannya terhadap lingkungan tidak berhenti, ini dapat dibuktikan melalui tahun 2001 beliau bergabung dengan Suara Ling- kungan Makassar. Pada tahun yang sama dia juga ber- gabung dengan Walhi Makssar. Kecintaananya terhadap lingkungan membawanya kejalan perjuangan agraria dan pada tahun 2007 bergabung dengan KPA.

Pria yang akrab dipanggil Slash ini lahir pada tanggal 15 Juni di Makassar. Pria yang dikenal dengan rambut gondrongnya, saat ini sedang berjuang melakukan kade- risasi diberbagai wadah, seperti KPA, Walhi dll. Slash juga

berjuang meng- kampanyekan penyelesaian kasus tanah yang bersengke- ta dengan pihak p e r ke b u n a n , tambang dan kehutanan. Pe- muda yang aktif di jurnal Celebes berharap agar rakyat petani Makassar ber- daulat atas ta- nahnya yang se- lalu digusur oleh pemerintah. Ba- ginya tanah adalah hak dari petani dan tanah merupakan sumber kehidupan manusia. Menurutnya hari tani (24 September) merupakan momentum bersatunya gerakan tani di Indonesia untuk medesak pemerintah pusat agar menjalankan refoma agraria sesuai UUPA 1960. Melalui bulletin KPA edisi 8 ini Bung Slash berpesan agar pejuang agraria konsisten terhadap perjuangannya karena kondisi tantangan reforma agrraia semakin berat.

E. Rahmawati Arifin, Sulawesi Tengah

Rachmawati Arifin adalah pejuang agraria perempuan, kelahiran Palu 08 Juli 1976. Ibu dari tiga anak ini kini dipercaya menjadi Koordinator KPA wilayah Sulawesi Tengah. Pengalamannya membela orang-orang tertindas tercatat dalam wadah perjuangan PBHR (Perhimpunan Bantuan Hukum Rakyat) pada 2003 hingga 2005), Ia juga aktif di Solidaritas Perempuan Palu di bidang pendidikan pengorganisasian dari 2003 hingga 2009. Rachmawati juga tercatat aktif melakukan pendidikan pengorganisasi- an di komunitas peduli perempuan dan anak (KPPA) dari tahun 2008 sampai 2013. Perjuangan di ranah organisasi juga ditorehkan pada saat bergabung dengan serikat pe- rempuan lembah palu (SPLP) dari 2009 hingga 2013.

Dalam ranah perjuangannya di Konsorsium Pemba- ruan Agraria (KPA), Ia sedang melakukan konsolidasi anggota, membangun aliansi dengan elemen lain yang turut mengad- vokasi kasus, mem- bangun diskusi dan pendidikan politik. Upaya pembesaran perjuangan agraria masih dalam sebatas penggalangan kawan-kawan se- perjuangan yang fokus pada kasus-kasus agraria. Rach- mawati berharap, ia bisa membangun kekuatan yang bukan hanya sebatas advokasi kasus, tetapi lebih pada membangun kesadaran pengetahuan bersama dengan kelompok-kelompok petani di wilayah kerja, khususnya di Sigi dan Donggala. Rachmawati dalam akhir wawancara menuturkan bahwa, ia berharap KPA dapat terus mem- perbesar perjuangan reforma agraria sejati yang merupa- kan cita-cita bersama untuk kesejahteraan petani. Rach- mawati menambahkan bahwa intimidasi, penangkapan, ataupun kekerasan terhadap petani dan warga sipil ha- rus dihentikan. Maka dari itu perlu gotong-royong dan dukungan dari tiap elemen pejuang agraria untuk saling bahu-membahu menghadapi tantangan yang ada demi perwujudan reforma agraria sejati di Indonesia.

F. Made Indrawati, Bali

Pejuang Agraria Perempuan kela- hiran 4 Oktober 1972 ini dibesar- kan di Pesisir Bu- leleng, Bali Barat. Pada 2003 ia ber- sama kawan ter- catat mendirikan Lembaga Peduli Alam & Lingkung- an “Pilang” untuk pengembangan masyarakat pesi- sir. Indra, sejak duduk di bangku SMA berdiri di barisan paling depan untuk memperjuangkan hak-hak atas tanah masyarakat Sumberklampok, Gerokgak, Buleleng. Indra yang aktif mengorganisir dan mendampingi masyarakat juga mendirikan koperasi nelayan dan petani. Koperasi yang diberi nama Wana Agung ini berdiri dengan tujuan

melepaskan masyarakat kecil dari lintah darat. Pada 2004 Indra memperkuat ilmu dan tekadnya dalam advokasi masyarakat dengan menempuh jalur perguruan tinggi di jurusan hukum. Indra berharap masyarakat bisa me- ngelola sumber kekayaan alam secara berkeadilan dan bijaksana.

Semangat rela berkorban dalam gerakan sosial adalah prinsip penting dalam menjalani aktivitasnya. Dengan diiringi kemauan, konsistensi dan komitmen Indra yakin dapat sukses mendampingi masyarakat dalam menda- patkan hak-haknya. Indra sebagai Korwil Bali, kini tengah memperjuangkan hak atas tanah masyarakat Sumber- klampok yang juga diklaim oleh Pemprov Bali. Ia turut berperan dalam aksi blokade poros Gilimanuk

G. Furbertus Ipur, Kalimantan Barat

Pria kelahiran 10 April 1971 ini adalah lulusan kursus aktifis agraria KPA tahun 1999. Pen- diri Lembaga Pember- dayaan Pergerakan Rakyat di Kalimantan Barat ini tengah giat melakukan persiapan KPA wilayah Kaliman- tan Barat. Menurut Ipur, Konflik agraria di Kalimantan Barat sangat masif, dengan aktornya yaitu perusa- haan perkebunan sawit dan pertambangan. Maka dari itu, Ipur menegaskan perlunya konsolidasi antar elemen untuk memperkuat posisi tawar masyarakat adat, petani dan masyarakat pesisir. “Koorporasi di Kalimantan Barat mengeksploitasi sumber-sumber agraria dan pemerintah turut memuluskan jalannya eksploitasi tersebut,” terang Ipur. Ipur mengungkapkan bahwa wilayah kelola rakyat semakin banyak yang diberikan kepada koorporasi oleh pemerintah. Pengakuan pemerintah terhadap wilayah kelola rakyat menurut Ipur hanya sebatas retorika.

Kondisi masyarakat yang masih lemah adalah tantang- an bagi penguatan gerakan agraria yang harus dilalui. Sebagai Direktur Eksekutif Elpagar, Ipur fokus pada peng- organisasian rakyat dalam upaya mendorong organisasi rakyat yang kuat dan mandiri; Pendidikan rakyat dan community organizer untuk penegakan HAM, demokrati- sasi dan advokasi hak asasi manusia, baik litigasi maupun non-litigasi. Sebelum mendirikan Elpagar pada 2002, ia pernah turut aktif dalam pemberdayaan sumber daya hu- kum masyarakat di LBBT (Lembaga Bela Banua Talino).

S

ecara fisik buku tebal ini sekilas mungkin akan segera membuat calon pembacanya menduga sebagai sebuah buku yang “berat”, dengan se- gala kerumitan teori yang ada didalamnya, akan tetapi buku yang merupakan kumpulan artikel ini justru akan banyak menyajikan tulisan-tulisan yang sebenarnya bisa dipahami dengan mudah oleh setiap orang. Buku yang terbagi menjadi dua bagian utama; Artikel utama dan Sub artikel ini, pada bagian artikel utamanya berisi tulisan yang secara sistematis memaparkan landasan fi- losofis cita-cita kemerdekaan Indonesia, dinamika situasi nasional yang mempengaruhi dari masa pemerintahan Soekarno, hingga pemerintahan pasca runtuhnya ORBA, dampak dan implikasinya bagi Indonesia di era sekarang. Selanjutnya pada bagian sub artikel, dibagian ini berisi banyak sekali tulisan yang mengupas persoalan-perso- alan yang tengah mendera bangsa ini, mulai dari perso- alan privatisasi asset-aset Negara oleh pihak asing, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), Reforma Agraria hingga persoalan narkoba. Di media-media lain mungkin sudah banyak sekali tulisan yang mengupas persoalan-persoalan tersebut di atas akan tetapi kelebihan dari artikel-artikel yang dimuat dalam buku ini adalah pada banyaknya data baru yang belum banyak disajikan oleh penulis-penulis lainya. Seperti pada sub artikel 9 hal 125 yang berjudul “Pejabat Negara Yang Dihukum Karena Kasus Korupsi, Ko- lusi, dan Nepotisme”, disini akan banyak sekali ditemukan nama-nama baru pejabat korup yang jarang diungkap ke publik. Dibagian lain, pada sub artikel 10 hal 305 “ Daf- tar Pengusaha yang Terbukti Merugikan Negara”. Pada artikel ini juga banyak memuat nama-nama pengusaha daerah maupun nasional yang merugikan Negara leng- kap dengan angka kerugianya. Sekali lagi, buku ini akan banyak menyajikan data dan informasi baru untuk para pembacanya.

Secara umum buku ini bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang mencerdaskan atau juga sebagai rujukan

Judul Buku Indonesia Negara Merdeka yang Terjajah

Penulis Anton Poniman, Galih Andreanto, Ardinanda Sinulingga, Desta Ardiyanto, Galih Prasetya, Mochamad Fadjri, Vayireh Sitohang, Well Tyson Napitu

Penerbit Founding Father House Tahun terbit 2013, 6 Juli 2013 ; Cetakan ke-1 Jumlah Halaman xviii + 692 halaman

“Mengurai Persoalan

Dokumen terkait