SISTEM INTERNASIONAL
B. KONSTELASI HUBUNGAN INTERNASIONAL PASCA PERANG DINGIN
Berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan runtuhnya riwayat Uni Soviet sebagai negara adikuasa telah membawa perubahan-perubahan mendasar bagi konstelasi hubungan internasional. Paling tidak ada dua kekuatan besar yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan tersebut yaitu: faktor tuntutan perkembangan dunia dibidang ekonomi dan teknologi yang pesat; dan perubahan ekonomi-politik yang mendasar di Eropa Timur dan Uni Soviet.
B.1 Faktor Tuntutan Perkembangan di Bidang Ekonomi dan Teknologi yang Pesat.
Dalam era Perang Dingin telah muncul kekuatan-kekuatan baru di bidang ekonomi di mandala Eropa, Asia dan Pasifik. Munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru; prospek Eropa menjadi kesatuan politik, ekonomi dan moneter serta realisasi abad pasifik yang semakin menyakinkan mengingat konsentrasi penuh pada pertumbuhan dan pekembangan ekonomi dan teknologi yang mereka lakukan pada masa terjaminnya keamanan internasional oleh balance of power antara dua super power yang terpelihara dengan naik selama berlangsungnya Perang Dingin.
Setelah Perang Dingin berakhir, maka perkembangan dunia yang pesat tersebut memberi kekuatan bagi terjadinya perubahan-perubahan antara lain: perubahan dari masalah politik ke masalah ekonomi, konflik global berkurang dan konflik regional meningkat; munculnya blok batu yaitu blok Utara-Selatan menggantikan blok Timu-Barat; era konfrontasi berubah menjadi era kerjasama/dialog dengan memisahkan unsur ideologi dalam hubungan internasional.
Pada masa Perang Dingin, konsntrasi hubungan internasional terletak pada segi keamanan. Tuntutan perkembangan yang pesat mampu membelokkan arah konsentrasi AS dan US dari militer/politik ke ekonomi, bahkan mampu mel;ahirkan ide Glasnost dan Perestroika ala Gorbachev sebagai upaya mengatasi krisis ekonomi negerinya. Yang pada perkembangannya justru sebagai pemicu bagi meledaknya revolusi sosial di negara Eropa Timur dan Uni Soviet sendiri dan akhirnya menyebabkan terjadinya krisis/runtuhnya ideologi komunis dan mengakhiri riwayat Uni Soviet sebagai super power. Untuk mengejar ketinggalannya dan agar ikut ambil bagian secara berarti dalamperkembangan dunia serta mencegah semakin berkurang pengaruhnya, maka tiada jalan lain kecuali mengurangi beban militer dan memulihkan kemampuan nasionalnya. Bahkan ada kecenderungan untuk “melemparkan” surplus peralatan perangnya ke negara lain, khusunya negara Dunia Ketiga.
Berkurangnya pengaruh dan peranan adikuasa dalam menjamin keamanan regional/lokal, sebagai akibat beralihnya konsentrasi mereka ke ekonomi dan adanya kecenderungan penjualan senjata sebagai upaya dalam mengatasi beban anggaran militer serta lainnya para ahli persenjataan (terutama dari US) ke negara Dunia Ketiga (Timur Tengah dan Asia Selatan), maka akan memungkinkan terjadinya perlombaan/adu kekuatan persenjataan di tingkat regional meningkat. Kondisi ini menandakan bahwa walaupun masalah ekonomi merupakan masalah utama dalam hubungan internasional, namun masalah politik tetap ada. Dalam rangka memenuhi kepentingannya akibat tuntutan perkembangan dunia, negara-negara industri/maju akan lebih condong bergabung atau bekerjasama dengan/diantara sesama negara maju (Blok Utara). Ini berart WTO, Bank Dunia, IMF, Kelompok G-7 yang merupakan sistem dan sumber ekonomi internasional yang dalam masa Perang Dingin lebih banyak memberikan bantuan pembangunan pada negara Dunia Ketiga (Blok Selatan), kini bantuannya condong ke Blok Utara.
Kondisi ini akan mengakibatkan kesenjangan ekonomi antara Blok Utara dan Selatan dan dapat mengarah pada munculnya kembali dominasi yang kuat atas yang lemah. Masalah- masalah ekonomi akan masalah utama yang akan menjadi dorongan utama bagi kegiatan bangsa-bangsa dalam hubungan internasional, namun sekaligus sebagai sebab utama pula yang kan menimbulkan konflik internasional. Hubungan internasional di bidang ekonomi memerlukan situasi dunia yang tenang, dan agara dapat memasuki perkembangan dunia serta dapat ikut berperan di dunia internasional, maka harus memlihara dan menciptakan ikatan- ikatan persekutuan dan hubungan-hubungan persahabatan. Yang berarti memerlukan dikembangkannya kerjasama melalui cara dialog, kompromi dan diplomasi.
B.2 Perubahan Ekonomi Politik di Eropa Timur dan Uni Soviet.
Krisis ekonomi yang melanda Uni Soviet disebabkan biaya perlombaan/adu keunggulan persenjataan yang besar dan sistem komunis yang sentralistis yang diterapkan telah melumpuhkan/mematikan inisiatif, kreativitas dan semangat kerja rakyat. Dalam perkembangannya, adanya tekanan-tekanan dinamika internal (kekuasaan yang sentralistis) dan eksternal (tuntutan perkembangan dunia) menimbulkan disfungsi pada berbagai substruktur dari sistem sosial. Disfungsi ini terlihat dari mandeknya ekonomi dan teknologi di negara tersebut. Munculnya Gorbachev dengan ide Glasnost dan Perestroika dimaksudkan untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda negerinya dan dalam upaya mengejar ketinggalannya dari Dunia Barat. Namun gagasan Gorbachev tidak saja masih jauh darai berhasil untuk memperbaiki kedaan ekonomi, bahkan telah merosotkannya dan justru telah membangkitkan semangat nasionalisme pada kakuatan-kekuatan nasional militan yang ingin melepaskan diri dari Moskow. Ide Gorbachev mencipta krisis kredibilitas ideologi di negara- negara Eropa Timur dan di US sendiri, dan sebagai akibat yang paling tragis adalah terjadinya disintegrasi dan munculnya kemerdekaan negara-negara di Eropa Timur dan US sekaligus menandai musnahnya negara US di dunia ini. Masalah disintegrasi yang mencuat kepermukaan dan adanya usaha reintegrasi di Eropa Timur dan US ke dalam Persemakmuran Negara-negara Merdeka (PNM) merupakan masalah pokok yang memberi kekuatan terjadinya perubahan-perubahan, yaitu dunia yang aman menjadi instabilitas; dan sistem internasional dari bipolar berubah manjadi monopolar. Balance of Power yang terpelihara dengan baik selama Perang Dingin telah menjamin adanya keamanan internasional. Dengan ide Glasnost dan Perestroika yang bermakna di akhirinya Perang Dingin menciptakan disintegrasi di negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet yang persenjataan nuklirnya tersebar di negara-negara tersebut. Berarti terpecahnya pula pemegang kontrol atau komando persenjataan nuklir. Hal ini sangat berbahaya dan dapat saja menciptakan perang nuklir itu sendiri. Kondisi ini diperburuk dengan adanya kecemderungan penjualan persenjataan dan lainnya/keluarnya para ahli nuklir dari Eropa Timur dan US ke negara-negara Dunia Ketiga.
Runtuhnya kekuatan salah satu blok sebagai tandingan Blok Barat dalam Perang Dingin menjadi pola hubungan internasional dalam dimensi politik bersifat monopolar. Karena situasi dunia yang dalam ketidakpastian, maka untuk sementara waktu AS mendominasi power (politik) dunia dan menjadi single power. Namun dibidang kekuatan ekonomi, hubungan internasional bersifat multipolar yang didominasi Eropa, Jepang, Amerika Serikat, dan Canada.
Dengan m,elihat asumsi-asumsi tersebut di atas, nampaknya perkembangan hubungan internasional dewasa ini akan diwarnai oleh adanya perubahan-perubahan pada pola atau konstelasi hubungan internasional tersebut. Situasi atau sistem internasional, terutama pada dimensi keamanan dan ekonomi internasional emngahadapi banyak ketidakpastian, yang diantaranya disebabkan oleh hal berikut. Pertama, adanya usaha negara- negara keluar dari paradigma-paradigma Perang Dingin yang mengatur hubungan-hubungan internasional dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan perkembangan dunia yang pesat dalam era Pasca Perang Dingin, dimungkinkan justru dapat menimbukan instabilitas dunia. Kedua, ketidak menentuan perkembangan penyelesaian perubahan-perubahan mendasar
yang terjadi di US dan Eropa Timur yang disebabkan oleh Glasnots dan Perstroikanya Gorbachev, dapat mengarah dan memperluas ketidakstabilan dunia. Dalam situasi yang ketidakpastian ini akan mempengaruhi pola/konstenlasi hubungan internasional, yaitu: masalah ekonomi menjadi isu pokok dan menempati level tertinggi dalam era global, tapi dengan tetap menempati masalah politik sebagai masalah yang urgen; monopolar di bidang politik dan multipolar di bidang ekonomi; pola hubuangan yang bersifat interdependensi.
Dalam situasi semua negara bergiat membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi, motivasi ekonomi akan merupakan dorongan utama bagia kegiatan-kegiatan bangsa-bangsa. Namun tidak berarti masalah-maslah politik/keamanan sudah tidak ada atau tidak penting lagi. Adanya masalah disintegrasi dan upaya destabilisasi yang terselesaikan di negara-negara Eropa Timur dan US serta didukung oleh kecenderungan meningkatkan kekuatan persenjataan negara-negara Dunia Ketiga akibat penjualan dan larinya para ahli nuklir akan memicu meledaknya perang nuklir itu sendiri. Kondisi ini menjadi masalah politik atau keamanan yang merupakan masalah yang urgen dalam hubungan internasional. Menurunnya pengaruh dan peranan adikuasa dan munculnya kekuatan-kekuatan ekonomi baru, yaitu: Jepang, Eropa Barat, Amerika Serikat, dan Canada sebagai polar-polar menjadikan hubungan internasional bersifat multipolar. Namun dalam situasi dunia yang penuh ketidakmenentuan ini, untuk sementara waktu power politik dunia masih didominasi olah Amerika Serikat sebagai single power. Kondisi ini menjadikan hubungan internasional pada dimensi politik bersifat monopolar, dan kondisi ini menjadikan hubungan internasional pada dimensi politik bersifat monopolar, dan dalam situasi seperti ini ada kecenderungan AS menjadi polisi dunia.
Pasca Perang Dingin, interdependensi antar negara meningkat. Hal ini disebabkan kemajuan IPTEK, seperti teknologi komputer, komunikasi dan transportasi yang telah mendatangkan era informasi dan menjadikan dunia semakin kecil, telah mendorong saling keterkaitan dan ketergantungan antara negara. Kepentingan nasional menjadi kepentingan bersama, kepentingan kerja sama untuk mengatasi ancaan-ancaman bersama yang bersifat transnasional. Kondisi ini membawa era regionalisasi atau kawanisasi, yang berarti terjadinya erosi kedaulatan dan kekuasaan nasional. Ini menunjukkan semakin berpengaruhnya faktor-faktor eksternal dan perumusan kebijakan nasional, dan sebagai akibatnya, keharusan adanya keterbukaan dalam sistem pemerintahan.
Melihat pada kenyataan-kenyataan tersebut maka syarat yang diperlukan bagi negara untuk dapat ikut serta berperan secara berarti dalam ikut mengendalikan pekembangan dunia yang akan datang, adalah di samping mengikuti dan menyesuaikan diri pada pola hubungan internasional tersebut di atas, juga harus dapat menggunakan kesempatan dalam situasi dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini dengan percaya diri, kreatif serta tahu apa yang dikehendaki, memelihara dan membentuk ikatan-ikatan hubungan serta menggalang kerja sama antar-negara dalam hubungan regional dan antar-regional. Dengan kata lain, hubungan internasional dewasa ini bersifat non zero sum game atau era musyawarah, kompromi, dan kerja sama.
13.