• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi BO (g) : (BK pemberian x% BO) – ( BK sisa x % BO) c. Konsumsi Serat Kasar

commit to user

29 d. Kecernaan Bahan Kering

Kecernaan BK (%) : x100% Kering Bahan Konsumsi Feses BK - BK Konsumsi

e. Kecernaan Bahan Organik

Kecernaan BO (%) : x100% Organik Bahan Konsumsi Feses BO - BO Konsumsi

f. Kecernaan Serat Kasar

Kecernaan SK : x100% Kasar Serat Konsumsi Feses SK - SK Konsumsi (Arora,1989). E. Analisis Data

Data dianalisis dengan analisis variansi berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dan bila terdapat perbedaan dilanjutkan uji kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1980).

Model mate-matika yang digunakan yaitu: Yij= µ + ρ +αi + εij

Yij= Pengamatan pada unit eksperimental ke-j dalam penggunaan onggok

fermentasi dan L-carnitin, serta minyak ikan terproteksi ke-i.

µ= Rataan umum

ρ = Pengaruh kelompok terhadap perlakuan.

αi= Pengaruh penggunaan onggok fermentasi dan L-carnitin serta minyak

ikan ke-i.

εi= pengaruh kesalahan percobaan ke-j dalam penggunaan onggok

commit to user

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Konsumsi Bahan Kering

Rerata bahan kering domba lokal jantan yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata konsumsi bahan kering pada domba lokal jantan (g/ekor/hari)

Perlakuan Rerata

Kelompok 1 Kelmpok 2 Kelompok 3

P0 328,34 421,58 476,00 408,64a P1 501,61 489,55 642,32 544,50b P2 621,86 852,59 996,66 823,70c P3 792,84 888,87 1087,71 923,14d P4 900,50 937,11 990,29 942,63d Rerata 629.03a 717,94b 838,60c

Ket: Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata (P< 0,01).

Rerata konsumsi bahan kering pada penelitian ini secara berturut- turut dari P0, P1, P2, P3 dan P4 yaitu 408,64; 544,50; 823,70; 923,14 dan 942,63 g/ekor/hari. Hasil analisis variansi pengaruh suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitin dalam ransum menunjukkan hasil berbeda sangat nyata demikian pula pada kelompok (P<0,01) (lampiran 1) terhadap konsumsi bahan kering.

Pada perlakuan P0 lebih rendah dibandingkan dengan P1, P2, P3 dan P4 yang memiliki palatabilitas tinggi. Menurut (Kamal, 1997) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu palatabilitas pakan. Menurut Soebarinoto et al., (1991) bahwa palatabilitas adalah segi kepuasan atau kesenangan dari suatu pakan. Palatabilitas mempengaruhi seleksi dan konsumsi pakan pada banyak spesies ternak. Palatabilitas sendiri berkaitan dengan bentuk maupun ukuran dari pakan, bau dari pakan dimana pada P1 sampai P4 ditambahkan onggok fermentasi yang memiliki bau harum. Pada tiap perlakuan menunjukkan adanya peningkatan konsumsi bahan kering. Konsumsi bahan kering P0 berbeda sangat nyata terhadap P1, P2, P3 dan P4. Konsumsi P0 lebih rendah dari pada keempat perlakuan lainnya,kemungkinan

commit to user

31

karena pada P0 pakan kurang palatabel. Pada P0 diberi jagung kuning, pakan yang diberi onggok fermentasi konsumsi pakannya lebih baik hal ini karena onggok telah difermentasi, dari hasil fermentasi dari segi aroma menjadi lebih harum dari sebelum difermentasi, teksturnya menjadi lebih halus, fermentasi yang berhasil ditandai tekstur kompak dan berwarna keabuan pada permukaan adonan. Dimana fermentasi memberikan keuntungan antara lain memberikan

flavor dan aroma produk yang lebih dibanding aslinya, palatable, menghasilkan beberapa vitamin antara lain vitamin B12, vitamin A, vitamin C, vitamin D, lebih tahan lama dan meningkatkan nilai nutrisi (Pederson et al., cit Anitasari, 2010). Fermentasi dapat meningkatkan aroma, cita rasa dan nutrien serta palatabilitas produk (Anitasari, 2010).

P3 dan P4 yang ditambahkan minyak ikan terproteksi bau amis sudah terkurangi, teksturnya hampir sama demikian juga pada P3 dan P4 yang sudah berbentuk pasta dan sudah dikeringkan. Adanya peningkatan konsumsi bahan kering pada P1 sampai P4 kemungkinan karena adanya peningkatan kualitas pakan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Joseph (2007) yang menyatakan bahwa suplementasi sabun kalsium ternyata dapat meningkatkan kualitas ransum sehingga konsumsinya meningkat. Dari segi kualitas pakan dari P0 sampai P4 mengalami peningkatan kualitas pakan sehingga merangsang konsumsi pakan lebih banyak.

Konsumsi pada P1 berbeda sangat nyata terhadap P2 karena pada P2 ditambahkan L-carnitin sedangkan P1 tidak ditambahkan L-carnitin. P2 berbeda nyata terhadap P3 dan P4 hal ini karena ada perbaikan nutrien pada pakan P3 dan P4 yang ditambahkan dengan minyak ikan tuna dan minyak ikan lemuru, sedangkan pada P2 hanya ditambahkan L-carnitin.

Konsumsi bahan kering pada kelompok di tabel 6 diatas memperlihatkan bahwa rata-rata berturut-turut dari kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3 adalah 629,03; 717,94 dan 838,60 g/ekor/hari. Dengan demikian dari kelompok pertama sampai kelompok ketiga menunjukkan kecenderungan naik, dan pada kelompok 1 rata-rata konsumsi bahan kering paling rendah. Kenaikan rata-rata konsumsi disebabkan karena adanya

commit to user

32

pengelompokan ternak yang diacak sesuai dengan rancangan acak kelompok yaitu pengelompokan dari bobot badan kecil, bobot badan sedang dan bobot badan besar. Pada penelitian ini kelompok pertama memiliki kisaran bobot badan kecil, kelompok kedua memiliki kisaran bobot badan besar dan kelompok ketiga memiliki bobot badan yang besar.

Untuk kelompok 1 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan kelompok 2 dan kelompok 3, sedangkan kelompok 2 menunjukkan berbeda nyata dengan kelompok 3. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bobot badan antara ketiga kelompok dari bobot badan kecil, sedang sampai besar sehingga konsumsinya juga akan berbeda. Menurut Tillman et al., (1989) bahwa pada domba yang lebih berat atau memiliki bobot badan yang lebih besar akan memerlukan energi yang lebih banyak untuk mendapatkan kenaikan satu unit pertambahan bobot badan.

B. Konsumsi Bahan Organik

Rerata konsumsi bahan organik domba lokal jantan yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5 Rerata konsumsi bahan organik domba lokal jantan (g/ekor/hari)

Perlakuan Rerata

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

P0 287,61 369,17 416,86 375,88a P1 390,68 376,49 495,12 420,76b P2 463,47 642,40 748,75 618,21c P3 622,06 704,95 856,87 727,96d P4 724,28 752,39 789,90 755,86d Rerata 497,09a 569,08b 661,50c

Ket: Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)

Rerata konsumsi bahan organik domba lokal jantan berturut-turut dari P0, P1, P2, P3 dan P4 adalah 375,88; 420,76; 618,21; 727,96 dan 755,86 gram/ekor/hari. Hasil analisis variansi suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitin dalam ransum menunjukkan hasil berbeda sangat nyata demikian pula pada kelompok menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) (lampiran 2) terhadap konsumsi bahan organik. Menurut Kamal, (1994) bahwa

commit to user

33

konsumsi bahan kering mempunyai korelasi positif terhadap konsumsi bahan organik, sehingga konsumsi bahan kering dapat mempengaruhi konsumsi bahan organik. Kadar bahan organik ransum dari P0 sampai P4 berturut-turut 89,14; 89,68; 89,68; 86,23 dan 86,23 persen. Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu, komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak (Arora, 1989).

Pakan dengan Suplementasi minyak ikan terproteksi dan L-carnitin

dalam ransum menunjukkan kenaikan konsumsi bahan organik pada tiap perlakuan. Kenaikan konsumsi bahan organik dari P1 dengan P2, P3 dan P4 menunjukkan kenaikan yang berbeda sangat nyata (P<0,01) dari perlakuan kontrol P0. pada P0 yang diberi jagung kuning mempunyai kandungan BETN sebesar 76,1 persen dan pada ransum yang diberi onggok fermentasi kandungan BETN onggok fermentasi sebesar 80,68 persen. Selain itu hasil yang berbeda sangat nyata di duga karena TDN dan BETN onggok fermentasi, ternyata ada kecenderungan TDN dan BETNnya lebih tinggi dari TDN dan BETN jagung. Karena onggok sebelumnya telah difermentasi jadi di duga dapat meningkatkan bahan organik. Menurut Rachman, (1989) bahwa proses untuk menghasilkan berbagai produk dengan perantara atau melibatkan mikrobia. Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme untuk memperoleh energi yang diperlukan untuk metabolisme terhadap senyawa-senyawa organik secara anaerobik.

Untuk P1 berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan konsumsi bahan organik pada P2, P3 dan P4. untuk P2 yang disuplementasi dengan L-carnitin

berbeda nyata (P<0,05) dengan konsumsi bahan organik P3 dan P4 yang diberi suplementasi L-carnitin dan P3 diberikan minyak ikan lemuru sedangkan P4 minyak ikan tuna. Sedangkan pada P3 berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan P4 hal ini dimungkinkan karena kandungan nutrien yang terdapat pada minyak ikan lemuru dan minyak ikan tuna hampir sama.

commit to user

34

Dokumen terkait