• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian konsumsi berita ialah kajian media dalam wilayah khalayak atau audiens. Khalayak disini merupakan kumpulan penerima isi komunikasi yang termasuk dalam bagian siklus proses komunikasi. Dalam hal ini, konsep konsumsi sebagai salah satu elemen dalam proses komunikasi yang digunakan Hall (1992) mengkritik tentang model komunikasi linier yaitu sender-message-reciever. Konsumsi yang dimaksud oleh Hall adalah tahapan komunikan melalui proses menerima dan memahami (decoding) terhadap pesan yang di produksi (encoded) oleh komunikator.

Konsumsi berita dalam konteks Hall ialah bagaimana komunikan memberi pemaknaan dalam berita yang disampaikan (Rusadi, 2014: 175). Konsumsi berita pada platform konvensional (surat kabar, radio, dan televisi) berbeda dengan mengkonsumsi berita dengan menggunakan plaform berbasis internet. Konsumsi berita yang menjadi aspek sentral kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat pada saat ini ialah melalui platform berbasis internet, dengan menggunakan handphone ataupun komputer yang mengarah kepada penggunaan media baru dengan menghadirkan berbagai macam bentuk berita secara online, e-paper, dan juga media digital (Rusadi, 2014: 175 dalam Immanuela Gloria 2020: 55).

Dalam kajian konsumsi berita menurut (Suciska & Gunawibawa, 2020: 250) berkaitan dengan cara khalayak untuk memilih dan mengkonsumsi berbagai macam jenis atau tipe konten berita yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan sosial mereka.

Khalayak media disebut berperan aktif dalam pencarian suatu berita, dimana menurut Katz dalam (Yuan, 2011: 1001) keterkaitan antara berita dan penjelasan tentang khalayak aktif maka konsumsi berita yang dimaksud adalah gambaran yang mencerminkan sebuah kebiasaan khalayak dengan menggunakan ragam jenis media untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam bentuk berita. Media sosial menjadi media yang tinggi diminati oleh khalayak untuk mendapatkan berita. Ketika mengkonsumsi berita, aktivitas yang dilakukan oleh pengguna media sosial dibagi dengan berbagai cara, salah satunya yaitu pengguna mencari bagian-bagian berita yang akan dikonsumsi (Raharjo, 2021: 327).

21 (Pentina & Tarafdar, 2014: 214) menjelaskan bahwa pada saat khalayak mengkonsumsi suatu berita di media sosial, khalayak memiliki beberapa karakteristik yang menonjol. Pertama ialah banyaknya informasi yang terpapar oleh khalayak, kedua yaitu melonjaknya sumber yang menyediakan berita dalam bentuk gambar, video, siaran, teks, maupun melalui mode cetak yang dapat diakses kapan saja dan bisa dilakukan dimana saja. Ketiga, khalayak menerima informasi yang secara bersamaan dari berbagai macam sumber yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hal tersebut memungkinkan terjadinya situasi dimana terlalu banyak berita berdatangan yang menyebabkan potensi berlebihnya informasi dan pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan yang kurang optimal pada setiap berita yang hadir pada khalayak.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lou et al, 2021 mengenai konsumsi berita pada media sosial telegram mengidentifikasi bahwa adanya motivasi informasi dan sosialisasi sebagai faktor penting yang mengarah pada konsumsi berita khalayak di berbagai platform media. Selain itu, efisiensi juga membentuk konsumsi berita. Dengan demikian Lou et al., 2021 mengungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada media sosial, bahwa khalayak dihadapi dengan beberapa faktor yang memotivasi pengguna untuk mengkonsumsi berita yang dijadikan sebagai indikator dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Socialization: “users consume news on the platform to meet their socialization needs” Khalayak individu yang mengkonsumi berita dari sebuah media menggunakan informasi berita yang didapatkan tersebut untuk bersosialisasi dengan pengguna lainnya. Lou menjelaskan bahwa banyak pengguna media menggunakan informasi terkait berita untuk memulai atau

2. Information-driven news consumption: “information motivation in the context of mobile use is defined as people’s need for information” Dalam mengkonsumsi sebuah berita, khalayak memperoleh berita yang bersifat umum (general) yaitu rasa ingin tahu tentang apa yang sedang dibicarakan masyarakat saat ini dan juga informasi berita yang berkaitan dengan pekerjaan untuk mengoptimalkan lajur kerja mereka secara professional.

3. Efficiency: “users increased desire to consume news with the least time and effort required”. Efisiensi dalam mengkonsumsi berita mengacu pada peningkatan keinginan pengguna untuk mengkonsumsi berita yaitu dengan sedikit waktu yang

22 dimiliki dan upaya mengakses yang dilakukan. Untuk lebih meningkatkan efisiensi, maka pengguna lebih memilih platform yang memberi mereka kemudahan dalam mengakses berita (effortless acces news). Kenyamanan (convenience) mengacu tentang bagaimana kebutuhan informasi dengan mudah dipuaskan melalui rangkuman berita yang singkat dan tepat. Khalayak seringkali dihadapi dengan berbagai macam berita yang didapatkan dari berbagai macam sumber, sehingga khalayak ditekan untuk mencari efisiensi untuk memproses informasi berita (information overload).

Dari ketiga indikator yang menjelaskan motivasi seseorang megkonsumsi berita yang digunakan sebagai dimensi untuk mengetahui dari khalayak individu dalam mengkonsumsi berita. (Lou, 2021) menjelaskan bahwa dari hasil penelitiannya dapat digunakan untuk penelitian lanjutan mengenai konsumsi berita yang dilakukan oleh khalayak pengguna media.

2.1.8 Generasi Z

Teori tentang perbedaan generasi dipopulerkan Neil Howe dan William Strauss pada tahun 1991, mereka membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu kelahiran dan kesamaan kejadian-kejadian historis (Budiati et al., 2018). Dari berbagai macam generasi yang ada pada saat ini, generasi yang merupakan penduduk asli di era digital adalah generasi Z. Generasi Z merupakan generasi pasca milenial dengan rentang kelahiran antara tahun 1995 – 2012. Mereka tumbuh dengan dunia digital serta menghabiskan waktu luang untuk mengeksplorasi web (Francis & Hoefel, 2018 dalam Fuad Zis et al., 2021). Generasi Z di Indonesia menurut (Irfan, 2018: 38) memiliki beberapa karakteristik diantaranya berpikir terbuka, menyukai bentuk konten yang kekinian, mengikuti perubahan sosial dan senang untuk berkompromi atau bersosialisasi. Generasi ini merupakan generasi yang banyak berhubungan dengan dunia maya, dan bisa dibilang generasi yang telah akrab serta mengenal teknologi sejak lama yang secara tidak langsung dapat berpengaruh dengan kepribadian mereka.

Generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya menurut (Wijoyo et al., 2020) yaitu :

1. Fasih teknologi, generasi z merupakan generasi digital yang tech savvy, web savvy, appfriendly generation. Orang – orang yang berada pada generasi ini mahir akan

23 teknologi informasi, mereka bisa mengakses dengan mudah dan cepat informasi yang mereka butuhkan untuk kepentingan sehari-hari mereka.

2. Sosial, generasi z intens berinterkasi melalui media sosial kepada seluruh khalayak.

Mereka intens untuk berinterkasi dengan sesama teman sebaya dan juga mengekspresikan apa yang mereka rasakan.

3. Ekspresif, generasi ini juga cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan peduli dengan kejadian di lingkungan sekitar.

4. Multitasking, yang mana terbiasa dengan berbagai macam aktivitas di satu waktu yang bersamaan. Seperti membaca, berbicara, mendengarkan musik, menonton, pada waktu yang bersamaan serta menginginkan hal yang dikerjakan

5. Cepat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, dan senang untuk berbagi kepada khalayak banyak.

Dokumen terkait