• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.2 Tinjauan teoritis

2.2.4 Konsumsi dan Fungsi Konsumsi

Konsep konsumsi, yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dari bahasa inggris ”Consumtion”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia atau konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian atau penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.

Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi.(Dumairy, 1996:324)

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi

konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : i. Fungsi konsumsi ialah : C = a + By. Dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan diposebel dengan tabungan yaitu kosep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal dan kecondongan mengkonsumsi ratarata. Kencondongan mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (Δ C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (Δ Yd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPC = Yd . CΔ

Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula : APC = Yd.C

Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal

Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (Δ S) dengan pertambahan pendapatan disposebel (Δ Yd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula : MPS = Yd.SΔ .

Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan (S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan menggunakan formula : APS = Yd.S (Sadono Sukirno, 2003: 94-101).

2.2.4.1 Teori Konsumsi J ohn Maynar d Keynes ( Keynesian Consumption Model )

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai C=a+bY, a>0,0 < b < 1 ...(2.1) Keterangan :

C = Pengeluaran untuk konsumsi

a = Besarnya konsumsi pada tingkat pendapatan nol

b = Besarnya tambahan konsumsi karena tambahan pendapatan atau MPC Y = Pendapatan untuk rumah tangga individu

(N.G Mankiw, 2003 : 425-426)

Gambar 2

Kur va Fungsi Konsumsi Keynes

C (konsumsi) Y (pendapat an) Y=C C0 0 C

Sumber : Teor i Konsumsi Keynes

Pada Gambar 2 fungsi konsumsi Keynes tidak melalui titik 0 tetapi melalui titik C0. Konsekuensinya adalah apabila pendapatan nasional meningkat akan memberikan dampak penurunan terhadap APC. Jika hal ini terjadi maka dalam fungsi konsumsi Keynes akan terlihat pertama, peningkatan pendapatan masih diikuti oleh peningkatan konsumsi, kedua, pada saat garis konsumsi C memotong garis 0Y maka peningkatan pendapatan akan diiringi penurunan APC.

Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes :

a) Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

b) Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

c) Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

d) Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung. (Soediyono Reksoprayitno, 2000: 146 ).

2.2.4.2 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Per manen (Milton Fr iedman)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari pendapatan permanen adalah :

a) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

b) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya. (Guritno Mangkoesoebroto, 1998: 72).

Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antara konsumsi sementara dengan konsumsi permanen, maupun konsumsi sementara dengan pendapatan sementara. Sehingga MPC dari pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. (Supar moko, 1991: 70).

Dalam bentuk matematis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dapat dituliskan sebagai berikut (Reksopr ayitno, 2000: 155): Cp = kYp ...(2.2)

Di mana:

Cp = Konsumsi permanen Yp = Pendapatan permanen

k = Angka konstanta yang menunjukkan bagian pendapatan permanen yang dikonsumsi, ini berarti 0 < k < 1

Secara grafis fungsi konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen ditunjukkan seperti pada Gambar berikut:

Gambar 3

Kur va Fungsi Konsumsi dengan Permanent Income Hypothesis

Kurva diatas menunjukkan gambar indifference curves dan budget line. Konsumen ingin memperoleh kepuasan yang maksimum dengan mengkonsumsi barang sesuai dengan anggarannya. Kepuasan maksimum akan tercapai saat kemiringan kurva indiferen (slope indifference curves) sama Y2(t +i2)

Budget line

Consumpt ion of second periode Consumpt ion of first periode Y1 Y2 Y1(t +i) a b d e f g h i j 0 C1 C2 C1 C2 J1 J2 J3 Y

Sumber : Reksopr ayitno, 2000: 155

dengan garis anggaran (budget line). Dalam teori perilaku konsumen,

indifference curves menggambarkan dua barang yang dikonsumsi, dalam teory Permanent Income Hypotesis dua barang yang dikonsumsi tersebut ditukar dengan konsumsi pada periode pertama dan konsumsi pada periode kedua.

Budget line diumpamakan sebagai garis pendapatan.

Ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu pendapatan pada periode pertama, pendapatan pada periode kedua dan tingkat bunga. Pada kurva diatas dapat dilihat bahwa:

1. OA = OB = Jumlah total pendapatan untuk periode satu dan periode kedua 2. OD = Pendapatan periode pertama

3. AD = Pendapatan periode kedua yang didiscount 4. OF = Pendapatan periode kedua

5. FB = Pendapatan periode pertama yang ditambah bunga (i).

6. Pada saat pendapatan periode pertama Y1, konsumen mengkonsumsi barang pada periode satu sebesar C1. Sisanya DE disimpan. Pada periode kedua, ketika pendapatan hanya mencapai Y2, agar kepuasan maksimum, ia akan mengkonsumsi sebesar C2.

7. Pada saat itu C2 > Y2, hal ini dapat terjadi karena konsumen menggunakan saving pada periode pertama sebesar FG → FG = DE + bunga. Jadi sekarang konsumen mencapai kepuasan yang maksimum selama dua periode, pertama ia mengkonsumsi sebesar C1 dan pada periode kedua mengkonsumsi sebesar C2.

8. Dengan kata lain, hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi lebih pada

Expected Normal Income (rata-rata pendapatan normal) yang disebut sebagai permanent income)

2.2.4.3 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukaan oleh Franco Modigliani. Franco Modigliani menerangkan bahwa pola pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada kenyataan bahwa pola penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya.

Karena orang cenderung menerima penghasilan atau pendapatan yang rendah pada usia muda, tinggi pada usia menengah dan rendah pada usia tua, maka rasio tabungan akan berfluktuasi sejalan dengan perkembangan umur mereka yaitu orang muda akan mempunyai tabungan negatif (dissaving),

orang berumur menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda mereka, dan orang usia tua akan mengambil tabungan yang dibuatnya di masa usia menengah.

Selanjutnya Modigliani menganggap penting peranan kekayaan (assets)

sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan nilai kekayaan seperti karena adanya inflasi maka nilai rumah dan tanah meningkat, karena adanya kenaikan harga surat-surat berharga, atau karena peningkatan dalam jumlah uang beredar. Sesungguhnya dalam kenyataan orang menumpuk kekayaan sepanjang hidup mereka, dan tidak

hanya orang yang sudah pensiun saja. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama. Akhirnya hipotesis siklus kehidupan ini akan berarti menekan hasrat konsumsi, menekan koefisien pengganda, dan melindungi perekonomian dari perubahan-perubahan yang tidak diharapkan, seperti perubahan dalam investasi, ekspor, maupun pengeluaran-pengeluaran lain. (Supar moko, 1991: 73-74

Gambar 4

Kur va Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup

Bagian I adalah umur 0 sampai dengan t0 seseorang mengalami dissaving dimana orang tersebut belum memiliki pendapatan akan tetapi ia perlu konsumsi. Umur t0 sampai t1, orang masih melakukan dissaving karena konsumsi yang lebih besar daripada pendapatan. Bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2 seseorang mengalami saving dimana pendapatan lebih besar daripada konsumsi. Untuk bagian III adalah umur t2 dimana orang kembali melakukan dissaving. Ia tidak cukup lagi menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi pengeluaran.

C 0 Tahap I Tahap II Dissaving Saving Tahap III Dissaving t (w akt u) t 0 t 1 t 2 C Y

Sumber : Supar moko, 2001

Fungsi konsumsi dari teori ini adalah C = aW, a adalah MPC yang nilainya tergantung dari umur, selera, dan tingkat bunga, sedangkan W dipengaruhi oleh nilai sekarang penghasilan dari kekayaan, nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja, dan nilai sekarang penghasilan dari upah yang diharapkan diterima seumur hidup.

Secara spesifik fungsi konsumsinya sebagai berikut:

= + + ( − 1)

Di mana C adalah pengeluaran konsumsi, a adalah MPC, A adalah kekayaan, YL adalah penghasilan dari kerja, YLE adalah penghasilan yang diharapkan seumur hidup sejak tahun ini, dan T adalah sisa umur seseorang dihitung dari saat ini

2.2.4.4 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving akan bertambah besar dengan pesatnya.

Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak

bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Soediyono Reksoprayitno, 2000:157). Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

a) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah

interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. b) Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran

seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran

pada saat penghasilan mengalami penurunan.(Guritno

Mangkoesoebroto, 1998: 70).

Bentuk fungsi konsumsi masyarakat menurut Duesenberry adalah sebagai berikut: C / Yt = f [ Y / Y*] ………...(2.3) Yt = pendapatan pada tahun t

Y* = pendapatan tertinggi yang pernah dicapai pada masa lalu Gambar 5

Kurva Fungsi Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif

A B P E C Y CL Y0 Y1 Y2 C1 C2 C3 0

CL menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi jangka panjang. Apabila pendapatan sebesar OYo, maka besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi adalah BYo, apabila pendapatan mengalami penurunan dari OY0 menjadi OY1, maka pengeluaran konsumsi tidak langsung turun ke titik E pada kurva pengeluaran jangka panjang (C) namun ke titik A pada kurva pengeluaran konsumsi jangka pendek C1. Dalam hal ini pada saat terjadinya penurunan pendapatan, pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak turun drastis melainkan bergerak turun secara perlahan.

Dari pengamatan yang dilakukan Duesenberry mengenai pendapatan relatif secara memungkinkan terjadi suatu kondisi yang demikian, apabila seseorang pendapatannya mengalami kenaikan maka dalam jangka pendek tidak akan langsung menaikkan pengeluaran konsumsi secara proporsional dengan kenaikan pendapatan, akan tetapi kenaikan pengeluaran konsumsinya lambat karena seseorang lebih memilih untuk menambah jumlah tabungan

(saving), dan sebaliknya bila pendapatan turun seseorang tidak mudah terjebak dengan kondisi konsumsi dengan biaya tinggi (high consumption).

2.2.4.5 Variasi Hubungan antara Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan dalam Teori Makro Ekonomi (Model Perekonomian Tertutup Sederhana)

Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku-buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu: C = f (Y) ...(2.4)

Atau, C = f (Y-T) ...(2.5) Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable

income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut

consumption function (Mankiw, 2003:10).

Keynes menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat tergantung (berbanding lurus) dengan tingkat pendapatannya. Secara lebih spesifik, Keynes memasukkan komponen MPC ke dalam persamaan konsumsinya seperti yang telah diuraikan pada persamaan (2.1) sebelumnya. Teori daur hidup (life-cycle) yang terutama dikembangkan oleh Franco Modigliani,

melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka. Tabungan dipandang sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah:

C = aWR + cYL ...(2.6) di mana WR merupakan kekayaan riil, a adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, YL merupakan pendapatan tenaga kerja dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari pendapatan tenaga kerja. Milton Friedman dengan teori pendapatan permanennya mengemukakan bahwa orang menyesuaikan perilaku konsumsi mereka dengan kesempatan konsumsi permanen atau jangka panjang, dan bukan dengan tingkat pendapatan mereka yang sekarang (Dornbusch and Fisher,

2004:35). Dalam bentuk yang paling sederhana, hipotesis pendapatan permanen dari perilaku konsumsi berpendapat bahwa konsumsi itu adalah proporsional terhadap pendapatan permanen, yaitu:

C = cYP ...(2.7) di mana YP merupakan pendapatan permanen. Dari persamaan (2.7), konsumsi bervariasi menurut proporsi yang sama dengan pendapatan permanen. Kenaikan 5% dalam pendapatan permanen akan menaikkan konsumsi sebesar 5%. Lebih jauh hipotesis Friedman menjelaskan bahwa konsumsi pada saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini tetapi pada rata-rata pendapatan normal (expected normal income). Bentuk lain fungsi

konsumsinya adalah:

C = f (YP,i)...(2.8) di mana YP adalah permanent income dan i adalah real interest rate. Berbagai

teori modern tentang konsumsi lebih jauh mengkombinasikan pembentukan ekspektasi melalui pendekatan pendapatan permanen dan pendekatan daur hidup yang menggunakan variabel kekayaan dan demografis (Dornbusch and Fisher, 2004:35-40). Suatu fungsi konsumsi modern yang disederhanakan akan menjadi:

C = aWR + bθYD + b(1 – θ) YD-1 ...(2.9) di mana WR adalah kekayaan riil, YD adalah pendapatan disposable tahun ini, YD-1 adalah pendapatan disposable tahun lalu. Persamaan (2.9) memperlihatkan peranan kekayaan yang mempunyai pengaruh penting terhadap pengeluaran konsumsi.

Konsumsi adakalanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terjadi karena keterbatasan anggaran. Fisher mencoba membuat persamaan yang menganalisis tentang batas anggaran untuk konsumsi pada dua periode, yaitu: pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi: S = Y1 – C1 ... (2.10) dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan (termasuk bunga tabungan) ditambah pendapatan periode kedua, yaitu:

C2 = (1 + r)S + Y2 ...(2.11) di mana r adalah tingkat bunga riil, variabel S menunjukkan tabungan atau pinjaman dan persamaan ini berlaku dalam kedua kasus. Jika konsumsi pada periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, berarti konsumen menabung dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi periode pertama melebihi pendapatan periode pertama, konsumen meminjam dan S kurang dari nol. Untuk menderivasi batas anggaran konsumen, maka kombinasi persamaan (2.10) dan persamaan (2.11) menghasilkan persamaan:

C2 = (1 + r) (Y1 – C1) + Y2 ...(2.12) persamaan ini menghubungkan konsumsi selama dua periode dengan pendapatan dalam dua periode.

Dalam hubungan konsumsi dan tabungan, pendapatan disposable yang

diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan

disposable akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan.

disebut kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save

/MPS), sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan disposable disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save / APS.

Rumus dalam model perekonomian tertutup sederhana : Y = C + S

MPS = 1 – MPC APS = 1 - APC

Dokumen terkait