• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Teknis Produksi

4.2.2 Konsumsi Teks

Film ini memiliki target audience yang luas, karena bisa dinikmati oleh semua umur. Akan tetapi, memiliki kecenderungan target untuk remaja, mengikuti jejak Harry Potter dan Twilight. Walaupun dinilai banyak memasukan unsur kekerasan, drama, aksi, reality show, percintaan remaja dan politik, namun hal itu tidak mengurangi esensi pesan yang ingin disampaikan. Hal ini sesuai dengan harapan Suzzane Collins bahwa menurutnya anak-anak perlu mengetahui apa yang terjadi di dunia sekarang ini, khususnya kekerasan dan media.

Kekerasan merupakan salah satu bentuk dari kriminalitas. Sebuah berita kriminalitas sendiri selain berfungsi sebagai sarana untuk informasi, didalamnya juga harus ada pesan-pesan moral dan hukum bagi publik-nya. Ada fungsi sosialisasi nilai-nilai moral yang ada di masyarakat dan hukum perundang-undangan (Junaedi, 2005, p. 95). Berita kriminal memiliki dampak positif bagi publik-nya mengingat salah satu fungsi dari media massa adalah sebagai salah satu agen pembangunan masyarakat (Surette, 1997, pp. 210-238). Surette juga menegaskan bahwa berita kriminalitas di media juga dapat berfungsi untuk memerangi kejahatan itu sendiri.

Pemeran Katniss Everdeen, Jennifer Lawrence, menganggap bahwa tidak ada masalah dengan adegan berdarah dan penuh kekerasan.

We weren't going to make a watered-down version of what we love," she said. "If you take the violence and brutality out of the movie, you take the entire heart out of it.24

“Kita tidak akan membuat versi yang dapat melemahkan pesan yang ingin disampaikan. Jika kamu mengambil / memisahkan adegan kekerasan dan kebrutalan dari film ini, maka kamu mengambil jantung dari film ini”. Begitulah kurang lebih terjemahan komentar Jeniffer.

Film ini sempat ditunda penayangannya di Vietnam oleh Vietnam National Film Board menganggap film menjadi terlalu keras sehingga memutuskan untuk menunda penayangannya. Film The Hunger Games telah dinilai tergolong film 12A25 oleh British Board of Film Classification (BBFC) di Inggris, untuk mencapai nilai itu, Lionsgate harus memotong atau mengganti tujuh detik film dengan menghapus adegan percikan darah. Sedangkan di Amerika Serikat, film ini diberi rating PG-13 oleh Motion Picture Association of America (MPAA) untuk penayangan materi tematik kekerasan yang melibatkan remaja.

Walaupun banyak kritik yang bermunculan mengenai kekerasan yang ditampilkan, namun film ini juga mendapat berlimpah pujian dan tanggapan positif.

The Hunger Games movie had a multimillion-dollar weekend opening and seems destined to be the most successful film of the year. Which is remarkable because it's a political movie set in a not-too-distant

24The Hunger Games‘ 12 A classification not to the tased of concerned parents

http://www.theguardian.com/film/2012/mar/28/hunger-games-12a-classification-concerned-parents diakses pada 1/10/2013 pukul 16.31

25

Film yang bisa di tonton oleh anak berusia 12 tahun ke atas tanpa di temani. A singkatan dari

America and expresses themes that are familiar and disturbing.26- Bob Burnett

Selain dinilai sebagai film yang paling sukses dan meraup keuntungan banyak, film ini juga luar biasa karena terdapat pesan yang tidak jauh dengan realitas di Amerika serta menggambarkan tema yang familiar dengan kehidupan. Berbeda dengan film Harry Potter ataupun Batman, The Hunger Games hadir sebagai film yang familiar menampilkan kondisi di Amerika, temanya mengekspresikan zeitgeist-nya. Seorang pakar film, Siegfried Kracauer menyatakan bahwa umumnya dapat dilihat kalau teknik, isi, cerita, dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu (Imanjaya, 2006, p. 30).

Film Amerika memang terkenal dengan film bergenre Superhero yang didalamnya terdiri dari beberapa campuran genre seperti action, drama,

science-fiction dan lainnya. Banyaknya film bergenre Superhero yang tayang sekarang ini, bahkan hingga dibuat sekuelnya menandakan bahwa film

Superhero diminati masyarakat dan sangat komersil. Efek visual yang luar biasa menjadikan biaya produksi yang tinggi sehingga kebanyakan film bergenre Superhero berasal dari Amerika.

Dalam film ini, Katniss yang adalah tokoh utama merepresentasikan seorang Warrior. Secara tidak langsung ia melakukan pemberontakan yang cukup berpengaruh pada pemerintahan, Capitol. Pemilihan tokoh perempuan sebagai pemeran utama mengundang tanggapan bahwa film ini juga mengandung isu feminis.

26

The Politics of The Hunger Games oleh Bob Burnett, Pensiunan Eksekutif Silicon Vally.

http://www.huffingtonpost.com/bob-burnett/the-hunger-games-politics_b_1390945.html diakses pada 1/10/2013 pukul 11.13

Katniss Everdeen was shattering stereotypes about girls being helpless and passive in a way that could only be positive for the predominantly young-teen female audience.27- Shelley Bridgeman

Komentar lainnya berasal dari The New York Times28:

She is different, though, not only because she is a woman but also because she is anything but a free, rootless figure of the wilderness. The paradise she comes from has been colonized and enclosed. She is transported to an artificial garden where the beasts are special effects, and cameras record every moment of solitude or intimacy. There she fights for her life, and for kin and home, cruelly pitted against other children who are doing the same. All of this means that, as she sprints through the forest, Katniss is carrying the burden of multiple symbolic

identities. She‘s an athlete, a media celebrity and a warrior as well as

a sister, a daughter, a loyal friend and (potential) girlfriend. In genre terms she is a western hero, an action hero, a romantic heroine and a tween idol. She is Natty Bumppo, Diana the chaste huntress of classical myth, and also the synthesis of Harry Potter and Bella Swan

the Boy Who Lived and the Girl Who Must Choose. Ms. Collins‘s

novels are able to fuse all of these meanings into a credible character embedded in an exciting and complex story.

27

The Hunger Games is a feminist issue oleh Shelley Bridgeman

http://www.nzherald.co.nz/opinion/news/article.cfm?c_id=466&objectid=10795244 diakses pada 1/10/2013 pukul 11. 25

28

A Radical Female Hero From Dystopia http://www.nytimes.com/2012/04/08/movies/katniss-everdeen-a-new-type-of-woman-warrior.html?_r=0 diakses pada 1/10/2013 pukul 11.43

Gambar 4.4 Katniss Everdeen

Katniss dinilai sebagai icon feminis bukan hanya karena dia adalah seorang wanita tapi juga karena ia menggambarkan kebebasan, like one in the million, tempat tinggalnya telah terjajah. Dia dibawa ke taman buatan di mana binatang hadir dengan efek khusus, dan kamera merekam setiap momen kesendirian atau keintiman. Di sana ia berjuang untuk hidupnya, saudara dan tanah kelahirannya, secara kejam diadu dengan anak-anak lain. Katniss yang membawa beban banyak identitas simbolik. Dia seorang atlet, selebriti media dan prajurit serta saudara perempuan, anak perempuan, teman setia dan (calon) pacar . Dalam hal bergenre dia adalah pahlawan Barat, pahlawan tindakan, pahlawan romantis dan idola. Dia adalah Natty Bumppo, Diana yang pemburu wanita suci mitos klasik, dan juga sintesis Harry Potter dan Bella Swan - Boy Who Lived dan Gadis yang Harus Pilih . Novel Ms Collins adalah mampu memadukan semua makna tersebut menjadi karakter yang kredibel tertanam dalam sebuah cerita yang menarik dan kompleks.

Terpilihnya Jennifer Lawrence menjadi tokoh Katniss Everdeen merupakan keputusan final dari Suzanne Collins dan Ross. Jennifer dinilai memiliki pembawaan yang kuat, indah, tak kenal menyerah dan berani, Ross menggambarkan adanya peleburan antara kekuasaan, kedalaman, kompleksitas, kelembutan dan kekuasaan pada tokoh Katniss. Disisi lain, dibalik menampilkan sosok feminim adalah syarat dengan nilai postmodern, dalam film postmodern, dimana tanda memiliki peran penting dalam

membentuk eksistensinya sebagai komoditas, seni dan sekaligus juga ideologi yakni ideologi postmodern (Audifax, 2006, p. 19). The Hunger Games

maupun Katniss bukan hanya dinilai sebagai suatu karya seni namun juga sesuatu yang bisa dijadikan komoditas, dan komoditas merupakan bagian dari budaya massa yang merupakan anak dari kapitalisme. Pertanda yang terlahir dari komoditas dalam corak produksi industri budaya bertebaran dalam realitas sosial manandakan perubahan sosial terjadi (Junaedi, 2005, p. 22).

Entertainment Weekly Lisa Schwartzbaum memberikan nilai A- pada film The Hunger Games.

This 'Hunger Games' is a muscular, honorable, unflinching translation of Collins' vision. It's brutal where it needs to be, particularly when children fight and bleed. It conveys both the miseries of the oppressed, represented by the poorly fed and clothed citizens of Panem's 12 suffering districts, and the rotted values of the oppressors, evident in the gaudy decadence of those who live in the Capitol. Best of all, the movie effectively showcases the allure of the story's remarkable, kick-ass 16-year-old heroine, Katniss Everdeen.29

The Hunger Games dinilai sebagai film yang gagah, tulus dan gigih. Pada adegan tertentu menampilkan hal-hal brutal, terutama ketika anak-anak saling berkelahi, saling membunuh dan mengeluarkan darah. Namun, film ini dapat dengan baik menyampaikan kesengsaraan kaum tertindas, yang diwakili oleh warga yang kelaparan dan dengan pakaiannya yang kurang layak di ke-12 distrik serta nilai-nilai yang tidak baik dan kejam dari para penindas, yang tinggal tinggal di Capitol. Film ini menampilkan daya tarik yang luar biasa.

Ulasan yang lainnya dalam artikel Kids at Risk ‗The Hunger Games and Bully‘ memaparkan bahwa buku ini mencoba untuk menjelaskan

29

The Hunger Games Reviews : What Critics are saying : http://www.cbsnews.com/8301-31749_162-57403284-10391698/the-hunger-games-reviews-what-critics-are-saying/ diakses pada 11/05/2013 pukul 14.25

popularitas trilogi yang luar biasa, kritikus dan komentator yang menggunakan metafora. The Hunger Games menggambarkan tempat dimana kegelisahan terjadi secara terus-menerus: penghakiman oleh orang dewasa: perpeloncoan, intimidasi, dan gap antar kelompok, dan akhirnya berujung pada trauma. Jika meregangkan metafora, buku bisa dilihat sebagai dongeng mengancam kapitalisme, di mana terjadi persaingan hingga memunculkan pemenang.

Menurut Karl Marx seluruh pelaku utama dalam perubahan sosial adalah kelas-kelas sosial (Storey, 1995, p. 193).30 Namun patut diketahui bahwa bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan namun juga bagaimana struktur kekuasaan diantara mereka. Dalam struktur masyarakat kapitalis, dua kelas saling berhadapan yaitu kelas buruh dan kelas pemilik. Kelas atas memiliki keuntungan terhadap kelas bawah karena mereka dapat hidup dari hasil pekerjaan kelas bawah tanpa harus bekerja. Inilah yang dinamakan sebagai nilai lebih (surplus value) oleh Karl Marx dalam teori nilai lebih. Bagitu pula dalam proses yang terjadi di dalam industri budaya dan dikendalikan oleh segelintir elit industri terhadap para pekerjanya, bahkan para pekerja inipun kemudian menjadi komoditas yang dibendakan (Junaedi, 2005, p. 13).

Collins tampaknya menjadi salah satu pemenang, dimana bukunya menjadi best seller dengan 24 juta copy di Amerika Serikat. Akan tetapi, mungkin alasan untuk sukses adalah sederhana yakni membuat remaja merasa menjadi korban dan dianggap penting.31

30Lihat Karl Marx, „Base and Superstrukture‟ dalam John Storey, Cultural Theory and Popular Culture,

A reader (Singapore: Harvester Wheatsheaf, 1995)

31

Kids at Risk : The Hunger Games and Bully :

http://www.newyorker.com/arts/critics/cinema/2012/04/02/120402crci_cinema_denby diakses pada 11/05/2013 pukul 16.14

Dokumen terkait