• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Kapitalisme Dalam Film The Hunger Games (Analisis Wacana Kritis) T1 362009073 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Wacana Kapitalisme Dalam Film The Hunger Games (Analisis Wacana Kritis) T1 362009073 BAB IV"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam menganalisis Film The Hunger Games, penulis menggunakan metode Analisis Wacana Kritis model Fairclough dan membaginya menjadi 3 (tiga) dimensi

besar, yaitu : Makrostruktur, Mesostruktur dan Mikrostruktur. Sebelum masuk pada inti

pembahasan, beberapa informasi penting berserta sinopsis film The Hunger Games

penulis paparkan sebagai berikut :

Film TheHunger Games

Film The Hunger Games merupakan film yang didalamnya menceritakan

sebuah kompetisi dengan konsep Reality Show yang memiliki spesifikasi sebagai berikut :

Tayang : 12 Maret 2012

Genre : Sci-Fiction, Action & Adventure, Drama

Sutradara : Gary Ross

Produser : Nina Jacobson dan Jon Kilik

Skenario : Gary Ross, Suzanne Collins, dan Billy Ray

Rumah Produksi : Lions Gate

Durasi : 142 Menit

Klasifikasi Penonton : Semua Umur

Pemain : Jennifer Lawrence sebagai Katniss Everdeen

Josh Hutcherson sebagai Peeta Mellark

Liam Hemsworth sebagai Gale Hawthrone

Woody Harrelson sebagai Haymitch Abermathy

Elizabeth Banks sebagai Effie Trinket

(2)

Stanley Tucci sebagai Caesar Flikerman

Donald Sutherland sebagai Presiden Snow

Sinopsis Film The Hunger Games

The Hunger Games menceritakan sebuah kehidupan di masa depan. Tempat yang dulunya adalah Amerika Utara sudah tidak ada lagi, digantikan dengan Negara

Panem yang terdiri dari 12 distrik dan dikuasai oleh pemerintahan secara diktator di

wilayah Capitol.

Untuk melanggengkan dan menujukan kekuasaannya, pemerintahan di capitol

menyelenggarakan acara bernama The Hunger Games. Setiap tahunnya dipilih, 2

tributes, terdiri dari 1 orang laki-laki dan 1 orang perempuan dari masing-masing distrik untuk dikompetisikan di ajang The Hunger Games. Dalam ajang yang dikemas dengan konsep reality show tersebut, tributes diharuskan untuk saling membunuh satu sama lain, hingga tersisa 1 orang yang hidup sekaligus menjadi pemenang.

Fokus dari film ini sendiri adalah tokoh remaja belia bernama Katniss Everdeen.

Remaja yang memiliki hobi memanah ini memulai keterlibatannya dalam The Hunger

Games sebagai sukarelawan untuk menggantikan adiknya, Prim, yang terpilih melalui undian (The Reaping). Selain Katniss, terpilih juga seorang remaja laki-laki bernama Peeta Mellark. Untuk mewakili distriknya, mereka dikirim ke Capitol untuk

berkompetisi di ajang The Hunger Games ke-74.

4.1 Analisis Makrostruktur

(Sociocultural Practice)

Fokus terhadap fenomena dimana teks dibuat. Dengan demikian menurut

Norman Fairclough untuk memahami wacana, kita tidak mampu melepaskan dari

konteksnya. Kita perlu menelusuri konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek

(3)

4.1.1 Situasional

Level Situasional mengarah pada waktu atau suasana mikro (konteks

peristiwa saat teks dibuat), dalam artian teks dihasilkan dalam suatu kondisi

atau suasana yang khas / unik sehingga suatu teks berbeda dengan teks

lainnya.

Film ini diproduksi pada suasana era globalisasi, dimana teknologi

dan komunikasi memiliki banyak pengaruh bagi manusia. Dalam menjelaskan

globalisasi, James Petras memiliki tiga argumen dasar yang selalu dirujuk

ketika para pakar menjelaskan perkembangan pesat globalisasi. Ketiga

argumen itu adalah kemajuan teknologi atau revolusi informasi, permintaan

pasar dunia, dan logika kapitalisme.1

Hal diatas mengantarkan penulis pada kecenderungan media sekarang

ini yang mengacu pada rating. Hal ini didasari pada konteks televisi sebagai industri (institusi ekonomi) memasuki medan kompetisi yang ketat sehingga

tidak sempat berfikir kualitas konten sebuah program.2 Hal ini memungkinkan media untuk melakukan apa saja untuk mendapatkan rating

yang tinggi, hal ini pula yang memacu maraknya praktik kapitalisme.

Dengan kuasa orang-orang dibalik media, industri ini pun bergerak

dominan dalam menciptakan budaya massa. Industrialisasi, ekonomisasi dan lengkap dengan peran kapitalisme di dalamnya terdapat proses “pe-massa-an” atau komodifikasi segala sesuatu agar sebuah industri dapat terus berlangsung

(Junaedi, 2005, p. 3).

Hal tersebut syarat dengan praktik kapitalisme dalam media, yakni

sebagai media massa yang didalamnya banyak mengekspoitasi dan

mengkomodifikasi kehidupan masyarakat. Ini merupakan bentuk praktik

kapitalis yang dalam penerapannya dapat disadari maupun tidak disadari,

1

Globalisasi adalah Kapitalisme http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/25/globalisasi-adalah-kapitalisme-60805.html diakses pada 24/9/2013 pukul 5:48

2Jurnal ASPIKOM berjudul “

Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel

(4)

dikarenakan kemasannya sering dibuat menyenangkan, contohnya kadang

keadaan miskin menjadi normal karena sudah terbiasa dan dianggap bukan

suatu ancaman. Hal ini membuat para kapitalis terus menerus berjaya serta

semakin mengeksploitasi segalanya dan mengorbankan masyarakat, oleh

karenanya muncul komentar ―Yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya‖.

Memasuki tahun 2000-an, fenomena yang terjadi di media massa,

khusunya televisi yaitu reality show yakni maraknya program reality show

menandakan bahwa media memang sangat jeli melihat fenomena-fenomena

sosial yang muncul di masyarakat. Tidak terkecuali dengan masalah privat

dan keluarga. Media mengolahnya sedemikian rupa dan menampilkannya

dengan kemasan baru yang lebih segar, menarik, up to date (Junaedi, 2005, p. 83). Hal ini tentunya tidak lepas dari industri media sebagai institusi ekonomi

yaitu meraih keuntungan.

Maraknya Reality Show di Amerika pada tahun 2000-an berjasa dalam menyumbang pertambahan jumlah pemirsa ketika pasar lesu, jaringan televisi

berhasil mendapatkan pemasukan yang cukup banyak dari iklan (Michael,

2006, pp. 33-34). Masayarakat Amerika saat itu terbawa dalam euforia

Reality Show, banyak dari mereka yang juga melibatkan diri dalam ajang kompetisi yang di cover dalam bentuk Reality Show, seperti American Idol

dan Big Brother.

Kebanyakan acara reality show akan mengkarantina pesertanya dalam sebuah rumah selama beberapa pekan dan tidak diperbolehkan bersentuhan dengan „dunia luar‟, seperti keluarga dan teman-temannya bahkan tidak dipebolehkan memegang alat komunikasi. Berbeda dengan ajang pencarian

bakat American Idol, reality show Big Brother lebih mengutamakan strategi bagimana caranya dapat menyingkirkan peserta lain, sehingga tidak jarang

terlihat emosi peserta yang meluap-luap disertai dengan tangisan bahkan

(5)

Banyaknya penggemar, membuat acara ini terus berlangsung hingga

sekarang, tahun 2013, telah sampai pada season ke-16. Walaupun berasal dari

Belanda (1997) lalu franchise-nya merembet ke negara-negara di Eropa, Amerika dan Asia, namun Big Brother memiliki versi yang berbeda-beda di

masing-masing negara. Dalam penayangan perdananya tahun 2000 menyedot

perhatian lebih dari 22 juta penduduk Amerika.3

Pada beberapa season yang telah ditayangkan, acara reality show ini cukup melibatkan kehidupan pribadi para kontestan, seperti kontestan yang

berpacaran, tetangga, musuh dan saudara yang tidak pernah bertemu karena

orangtua-nya bercerai. Hal ini bukan hanya menjadi rahasia antar kontestan,

namun sudah menjadi rahasia umum karena aktivitas mereka direkam oleh

kamera pengawas dan dijadikan konsumsi massa.

Menurut Habermas, terjadi perubahan fungsi ruang publik, dari ruang

lingkup diskusi rasional, debat, dan konsensus menjadi wilayah konsumsi

massa, dijajah oleh korporasi-korporasi dan kaum elit dominan. Campur

tangan kepentingan ekonomi para kapitalis menciptakan sebuah produk

industri budaya, mengubah segala aspek dalam kehidupan masyarakat sebagai

sebuah komoditas yang lalu diperdagangkan.4 Dalam konteks konsumsi

reality show oleh massa, bagi masyarakat yang pasif maka yang terjadi adalah penerimaan secara sukarela, bahkan terjadi peleburan yang mana yang asli

dan palsu, normal dan abnormal serta yang privat dan publik. Dalam

kapitalisme global apapun dapat dijadikan komoditi: mulai dari kepribadian,

kebugaran, penampilan, tubuh, wajah, kaki, tenaga dalam, jin, ramalan,

skandal gosip, isu hingga bencana, perang bahkan kematian (Piliang, 2011, p.

119). Ketika kekuatan pasar dan pemilik modal sudah mampu menyentuh dan

membaur di ruang publik maka maka terjadilah apa yang dikatakan Gramsci

3

Big Brother : True Man Show :http://www.ew.com/ew/article/0,,20400144_83053,00.html diakses pada tanggal 11/11/2013 pukul 13.44

4Jurnal berjudul “Mengintepretasi Eksploitasi Ruang Privasi dalam

Reality Show : Kasus pada tayangan Masihkah Kau Mencintaiku- RCTI”.

(6)

sebagai Hegemoni, ia akan dengan mudah menyentuh setiap sisi ruang

kehidupan manusia yang dapat mempengaruhi nilai-nilai budaya masyarakat.

Berbagai bentuk komodifikasi dan eksploitasi oleh kaum kapitalis

pada reality show dan berita dirasakan oleh Suzzane Collins. Collins

mengungkapkan bahwa ide cerita The Hunger Games diperoleh saat ia sedang memilah-milah saluran televisi dan melihat di salah satu saluran

menayangkan orang-orang yang berkompetisi dalam sebuah reality show. Lalu, di saluran lainnya menanyangkan perang di Irak. Dalam pemikirannya,

kedua tayangan itu melebur menjadi satu dan terbentuklah ide awal The Hunger Games. Novelnya sudah diterbitkan sejak tahun 2008, novel tersebut diadaptasi dalam film dan ditayangkan perdana pada bulan Maret tahun 2012.

Dari beberapa sumber mengatakan bahwa film ini memiliki pengaruh

serta pesan yang besar mengenai praktik kuasa oleh kapitalis, dikarenakan

kisahnya yang memperhatikan kepada kita mengenai potret kehidupan yang dalam hal ini lebih banyak pada „sisi kelam kehidupan manusia‟. Dalam Majalah Cinemax edisi Film The Hunger Games, bulan April 2012, hal 27

menuliskan :

Kita hidup dalam masyarakat yang terobsesi dengan reality show dan tidak jarang menggunakan tragedi seseorang sebagai hiburan. Sejarah memang terus berulang dengan sendirinya. Salah satu contohnya adalah para gladiator di jaman Romawi yang diharuskan untuk saling membunuh satu sama lain sebagai sebuah bentuk hiburan bagi masyarakat yang hidup di masa lalu. Di beberapa negara pemerintah memisahkan orang-orang serta membiarkan mereka kelaparan sehingga tidak bisa melawan balik.

Dalam hal ini, film The Hunger Games dapat golongkan mengeksploitasi kekerasan sebagai sebuah bentuk hiburan. Kekerasan yang

dieksploitasi cenderung pada bentuk kekerasan yang bersifat tradisional

(7)

menyakiti orang lain. Perlakuan ini adalah cara untuk menunjukan kekuasaan

Capitol kepada mereka yang lemah. Namun selain kekerasan fisik, terdapat

pula kekerasan yang sifatnya struktural bahkan bentuk kekerasan yang tanpa

disadari oleh pesertanya karena telah dikomodifikasi dalam bentuk

kenikmatan yang juga diberikan oleh Capitol.

Dalam buku Komodifikasi Budaya dalam Media Massa dijelaskan

bahwa hal-hal berbau seksualitas, erotisme dan komodifikasi tubuh adalah

sesuatu yang mudah dicerna oleh setiap orang karena mudah menarik

perhatian, sehingga dijadikan ikon-ikon dalam budaya massa. Namun seiring

laju perkembangannya, kapitalisme lanjut bukan hanya seksualitas yang

menjadi ikon budaya massa yang dikomodifikasi, namun juga kriminalitas,

kekerasan, mistik, budaya lokal bahkan lebih ironis lagi adalah agama.

(Junaedi, 2005, p. 2)

Pemunculan film The Hunger Games di tahun 2008 syarat juga

dengan perkembangan teknologi di dunia khususnya di Amerika yang dikenal

sebagai kiblat perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dunia.

Hal ini tentu saja berpengaruh pada industri media, khususnya perfilman.

Konten dalam film tidak hanya digambarkan melalui teks dan

kemampuan artis bermain seni peran tapi juga di-support oleh kecanggihan teknologi yang menampilkan efek-efek tampak real pada layar kaca. Kecanggihan teknologi merupakan salah satu cara menggambarkan

kebudayaan Amerika serta kehidupan masyarakatnya memasuki era

globalisasi. Hal tersebut dikuatkan oleh gagasan Koentjaraningrat dalam tujuh

unsur kebudayaan, yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem mata

pencaharian, organisasi sosial, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem teknologi

(Koetjaraningrat, 1979, pp. 203-204).

Penggunaan teknologi oleh pihak kapitalis digunakan sebagai alat

untuk mengontrol masyarakat, kaitannya dalam film ini yaitu memperlihatkan

sebuah potret kehidupan masyarakat yang sepenuhnya dikontrol oleh pihak

(8)

The Hunger Games banyak mempertontonkan efek teknologi, seperti pada adegan cara pihak media di Capitol memonitor para tributes dengan kamera

pengawas yang invisible dan properti yang digunakan di Capitol. Tidak hanya itu, dengan segala bentuk imaginasinya film ini meng-create sebuah bentuk

teknologi baru yang bahkan di dunia nyata sendiri belum diciptakan, seperti

pada adegan penciptaan hewan buas virtual dalam komputer yang bisa di transmisikan ke arena Hunger Games dan menciptakan sebuah dunia baru yang seolah-oleh real, yaitu Arena Hunger Games itu sendiri, seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1

Alat yang digunakan untuk mengontrol tributes

Gambar 4.2

Gambaran hewan buas yang diciptakan oleh para pekerja media sebagai tantangan untuk para tributes

Hal yang telah dijelaskan diatas menandai sebuah budaya

postmodern5, terkhusus postmodern sebagai film (Audifax, 2006, p. 22), yaitu

5

Postmodern merupakan hal penting dalam memahami budaya Amerika. Hal ini termanifestasikan di billboard dan televise, bisa juga di nada radio dan percakapan sehari-hari bahkan bisa dirasakan dari

bagaimana kita menjalani hidup. Dalam “Postmodern Hollywood : What‟s New in Film and Why It

(9)

sebuah hiperealitas, sebuah dunia simulacrum. Dengan kecanggihan teknologi, para artis mampu menghasilkan simulasi yang begitu real dari

ide-ide yang sifatnya fantasi. Film postmodern juga dicirikan oleh sifatnya yang

mengkaburkan, bahkan mencampurbaurkan batas antara realitas dan

imaginasi, fakta dan fiksi, produksi dan reproduksi serta masa lalu, masa kini

dan masa depan. Film postmodern juga saling menyangkutkan berbagai hal

seperti moralitas, seni, teknologi, spesial efek, fantasi, kekerasan, pornografi,

nilai agama, impian, misteri pembunuhan, komedi dan surealisme6 dalam satu ruang yang sama. Dominic Strinati menjelaskan film-film posmodern juga

ditandai oleh keinginannya untuk mengeksploitasi berbagai tanda dan ikon

budaya pop.

Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi dan informasi yang

ditujukan pada masyarakat, bahkan semua orang di belahan dunia telah

menikmatinya dan ingin menikmati seolah-olah hal tersebut menandakan

majunya peradaban manusia. Hidup di era sekarangpun tidak lepas dari

informasi dan teknologi, walaupun dibaliknya terdapat invisible hand yang memiliki kepentingan sendiri dan senantiasa mengontrol serta terus

memantau masyarakat. Menurut Foucault praktik kekuasaan sudah

berkembang dalam metode-metode baru. Kekuasaan tidak dijamin oleh hak,

tetapi oleh teknik. Kekuasaan tidak dijamin oleh undang-undang, tetapi

melalui normalisasi sehingga jauh lebih mudah mengabaikannya ketimbang

melawannya.7 Foucault sendiri meragukan bahwa manusia memiliki kebenaran mutlak, jika kebenaran tersebut disingkirkan maka pengetahuan

hanyalah apa yang dikumpulkan dan diputuskan benar oleh sekelompok

orang melalui konvensi sosial-budaya atau oleh kesepakatan ilmiah. 8

http://books.google.co.id/books/about/Posmodern_Hollywood.html?id=QluEtNUBblUC&redir_esc=y diakses pada 24/9/2013 pukul 21:34

6

Surealisme adalah aliran dalam seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dl citraan (di atas atau di luar realitas atau kenyataan)

7Jurnal ASPIKOM berjudul “

Post Media Literacy : Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel

Foucault” oleh Iswandi Syahputra, hal.6.

8

(10)

Namun tidak semua orang merasakan efek dari kemajuan teknologi,

lemahnya ekonomi seringkali menjadi alasan utama. Hal ini yang dirasakan

dari efek kapitalisme, seolah-olah kapitalisme membagi kehidupan menjadi 2

golongan yaitu si kaya dan si miskin, menciptakan kesenjangan sosial yang

bisa dilihat di kehidupan sekarang, pemandangan kontras seperti yang terlihat

dalam gambar 4.3 ini sekaligus menjadi salah satu sorotan yang diangkat

dalam The Hunger Games yakni kehidupan di Capitol dan distrik-distrik.

Gambar 4.3

Penampilan merupakan satu dari banyaknya hal yang membedakan penduduk Capitol dengan penduduk distrik.

4.1.2 Institusional

Pada awalnya, media lebih banyak menjalankan fungsinya sebagai

sebuah institusi sosial yang bertugas untuk melayani kepentingan publik. Dalam

perkembangannya, institusi media mengalami pergeseran idealisme sehingga

muncul anggapan bahwa media telah berubah fungsi tidak semata-mata menjadi

institusi sosial namun juga sebagai institusi ekonomi dan politik (Junaedi, 2005,

p. 165).

Fungsi media sebagai institusi ekonomi dan politik tentunya akan sangat

berpengaruh terhadap produksi wacana. Institusi bisa berasal dari dalam media

ataupun kekuatan eksternal di luar media. Contohnya saja ketika ada

pemberitaan mengenai demonstrasi yang dilakukan oleh buruh salah satu pabrik

(11)

dikarenakan kebanyakan iklan yang berada di media berasal dari perusahaan

rokok.

Film The Hunger Games merupakan film terbesar yang di produksi oleh

Lionsgate dan Lionsgate menaruh harapan yang besar pada film ini mengikuti jejak film Harry Potter dan Twilight Saga.

Lionsgate Profile

9

Lionsgate adalah perusahaan hiburan global terkemuka di dunia yang didirikan oleh Frank Giustra pada tahun 1997. Lionsgate, utamanya bergerak dalam produksi dan distribusi film, program televisi, home entertainment, hiburan keluarga, distribusi digital, platform saluran baru dan distribusi internasional dan penjualan.

Perusahaan ini unggul dan terus meningkatkan konten leadership dan keahlian pemasaran melalui serangkaian kemitraan yang mencakup

pengoperasian VOD bermerek FEARnet dan saluran horor Internet dengan

Sony dan Comcast, peluncuran Epix, saluran hiburan premium baru dengan mitra Viacom dan MGM, penanaman saham pada Break.com, kepemilikan utama perusahaan televisi sindikasi independen Debmar-Mercury dan aliansi dengan independen produksi film hiburan dan perusahaan distribusi atraksi

Roadside.

Lionsgate juga telah menjalin kemitraan dengan pencipta konten terkemuka, pemilik dan distributor di wilayah utama di seluruh dunia,

termasuk televisi di AS dan Amerika Latin, Studio Canal di Inggris, Hoyts dan

Sony di Australia dan Eros International di India. Tahun 2009, Lionsgate

mengakuisisi TVGuide Jaringan dan TVGuide.com.

Fitur bisnis film yang telah dipicu oleh keberhasilan tersebut terakhir

sebagai blockbuster angsuran pertama dari The Hunger Games, The Twilight

9

Production Information : Lionsgate feasts on The Hunger Games

(12)

Saga Breaking Dawn - Part 2, Now You See Me, Kevin Hart: Let Me Explain, Warm Bodies, Snitch, Texas Chainsaw 3D, The Expendables 2, The Possession, Sinister, Arbitrage dan Pantelion.

Bisnis Perusahaan home entertaiment Lionsgate menjadi pemimpin

industri dalam box office-to-DVD dan box office-ke-VOD tingkat konversi pendapatan. Lionsgate menangani perpustakaan bergengsi dan produktif sekitar 15.000 gambar dan motion picture yang merupakan sumber penting pendapatan berulang dan berfungsi sebagai dasar pertumbuhan bisnis inti

Perseroan. Lionsgate dan Summit brand tetap identik dengan keasliannya, berani, serta hiburan berkualitas di pasar di seluruh dunia.

Dalam pembuatan dan pendistribusian film The Hunger Games,

Lionsgate bekerja sama dengan banyak pihak. Berikut pihak yang berkerja sama dengan Lionsgate :

-Nook by Barnes and Noble : memberikan akses exclusive untuk menonton The Hunger Games sebelum di-release.

-CafePress (The World‘s Customization Engine), resmi menjadi tempat pendistribusian segala merchandiseThe Hunger Games

dan pembuatan design pada merchandise. -China Glaze, professional nail care industry.

-Scholastic Inc., Perusahaan penerbitan buku Amerika yang banyak menerbitkan buku materi pendidikan untuk sekolah,

guru, orang tua, dan anak-anak. Sekarang ini Scholastic Inc.

menjadi perusahaan penerbitan buku terbesar di dunia.

-Scribd (the world‘s leading social reading platform), untuk

(13)

-DonorsChoose.org, a organisasi non profit yang dinamakan oleh Fast Company‘sMost Innovative Companies”. Lionsgate

berpartner dengan penemu DonorsChoose.org untuk menyumbangkan seluruh buku perpustakaan ke sekolah. The

Hunger Games adalah buku yang sangat powerful

pengalaman membaca buku ini dimiliki oleh semua usia, jadi

kampanye mambaca buku The Hunger Games secara national akan berjalan dengan lancar, dan menjadi program pendukung.

-Untuk melaksanakan Mall Tour, disponsori oleh Microsoft Store, China Glaze, dan h2O Spring Water.

-Yahoo!, the premiere digital media company, untuk penayangan

red carpet secara live.

-Universal Republic Record, bekerjasama dalam pembuatan

Soundtrack the Hunger Games.

Dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Lionsgate

bagian dari industri media yang terjadi sekarang ini, yang tak lepas dari media

sebagai institusi ekonomi karena melalui karya-karyanya atau produk-produknya

juga ingin memperluas jaringan, memperoleh keuntungan, berkerjasama dengan

perusahaan lain serta bersaing dengan perusahaan media lainnya. Dennis

Mc.Quail (1994) berpendapat bahwa industri media harus dinilai sebagai bagian

dari industri ekonomi karena bisnis media massa merupakan sebuah industri

yang padat modal.

The Hunger Games merupakan salah satu film yang memberikan kontribusi bagi eksistensi perusahaan, setelah kesuksesan film Harry Potter dan

Twillight Saga menuai banyak pujian dari banyak penduduk Amerika khususnya remaja, kemunculan The Hunger Games dianggap tentu akan menyusul keberhasilan itu. Hal ini tentunya tak lepas dari observasi media mengenai selera

pasar yang sedang digemari oleh penduduk Amerika bahkan dunia. Baik Harry

(14)

banyak disukai oleh remaja bahkan orang dewasa. Film Harry Potter diproduksi oleh Warner Bros Picture, lebih mengedepankan tema yang berbau magic dan

petualangan fantasi di dunia sihir. Melalui tema serta isi cerita yang selalu

berkembang hingga penayangannya pada tahun ke-10, Harry Potter berhasil

memupuk kecintaan anak-anak dan remaja, 8 series dalam 10 tahun merupakan

waktu yang cukup lama untuk memupuk, serta menambah rasa ingin tahu

penonton mengenai kelanjutan dan ending dari film ini.

Sedangkan film Twillight lebih menampilkan tema percintaan antara dua mahluk berbeda dunia, penayangannya dari sequel pertama hingga terakhir berhasil meraih perhatian penduduk remaja Amerika bahkan dunia. Pemilihan

tema dan ide cerita yang diangkat dapat berpotensi untuk meningkatkan rating, maka dalam memproduksi film, tema yang diangkat disesuaikan dengan

kebutuhan dan keinginan khalayak, bahkan dramatisasi dan eksploitasi cerita

juga dapat menarik perhatian penonton sehingga akhirnya mengundang

pengiklan. Dalam memproduksi suatu produk media terdapat beberapa hal yang

mempengaruhi instirusi ekonomi media yaitu pengiklan sebagai penentu

kelangsungan hidup media, khalayak pembaca yang dalam industri modern

ditentukan oleh oplah atau rating, persaingan antar media, bentuk intervensi institusi ekonomi lain (Eriyanto, 2001, p. 323).

Melihat fenomena tersebut, Lionsgate semakin melihat peluang kesuksesan dari ide cerita serta tema The Hunger Games,

The Hunger Games was acquired for its potential to be a hit franchise with a long tail: the type of film that provides around 75 percent of the

company‘s revenues 10

Film ini berpotensi menciptakan waralaba melalui sequelseries-nya, tipe film seperti ini dapat memberikan keuntungan sebesar 75% dari pendapatan

1010Lionsgate has a Hit with „Hunger Games”. Can It Turn a Profit?

(15)

perusahaan. Benar saja penayangan sequel pertamanya berhasil meraih keuntungan sebesar $418,2 million melebihi keuntungan yang diraih oleh

Twillight :Breaking Dawn 2 sebesar $299,5 million, sekaligus menjadi film yang meraih keuntungan terbesar dari film yang pernah diproduksi oleh Lionsgate.

Hal ini tentunya akan mengundang banyak pengiklan pada produksinya di The Hunger Games sequel kedua serta memperkuat daya saingnya terhadap perusahaan media lain.

Walaupun sekarang telah meraih keuntungan besar, pada permulaan

produksi Lionsgate mengalami kesulitan dalam pendanaan sehingga terjadi pemangkasan anggaran pada film lainnya dan terbebani hutang. Namun di akhir

tahun 2011 Lionsgate telah dibantu oleh Summit Entertainment, perusahaan yang bertanggung jawab atas dilm Twillight Saga, sehingga harga saham

Lionsgate naik 130% dari tahun ke tahun. Bagaimanapun Lionsgate harus membuktikan profitnya yang konsisten. Menanggapi hal tersebut, Investor

Hollywood dan Wall Street mencoba menganalisa perusahaan Lionsgate

kedepannya.

Neither Hollywood investors nor Wall Street analysts want Lionsgate to

change its business model by overspending on ―tent-pole‖ films or

doubling the number of projects. They want to see it pay off. ―Hollywood

is littered with people who have overreached,‖ says one top talent agent, not willing to be named. But the sense of Lionsgate is not going to change.11

Wall Street, core keuangan dunia dimana banyak saham bermain disana, memberikan analisanya mengenai apa yang harus dilakukan oleh Lionsgate

kedepannya, walaupun bagian dari institusi ekonomi, namun Lionsgate berusaha tetap menampilkan „cirinya‟ dan tidak mengubah apa yang seharusnya

11Lionsgate has a Hit with „Hunger Games”. Can It Turn a Profit?

(16)

disampaikan. Sarah Hall, seorang freelance writer dan creative strategy

consultant, memberikan pendapatnya bahwa apa yang dilakukan Collins adalah sesuatu yang halus, luar biasa dan ia berharap semoga ini adalah hal yang

disengaja. Dia telah menciptakan dan mengeksekusi salah satu hal yang paling

indah mengenai sosial hiburan massa dalam beberapa tahun terakhir. Dia telah

menghancurkan medan kekuatan tak terlihat dan lepas keluar dari arena.

Pertanyaannya adalah , siapa yang akan mengikutinya?12

Dalam komentarnya Sarah menyinggung bahwa Collins menyampaikan

sebuah kritik dengan sangat halus di The Hunger Games terhadap hiburan massa beserta kepentingan-kepentingan didalamnya yang „tak terlihat‟. Namun, hal ini juga mendorong sebuah pertarungan baru, karena walau bagaimanapun kritik

sosial ini disampaikan melalui media yang didalamnya terdapat kepentingan.

Jadi siapa yang akan memenangkan pertarungan ini?. Produksi berita merupakan

suatu proses yang kompleks karena ia menyertakan dan berhubungan dengan

banyak kekuatan dan faktor yang ada di masyarakat dan hasil akhir dari seluruh

proses negosiasi semacam itu adalah berita, atau dalam hal ini adalah film

(Eriyanto, 2001, p. 324).

Film ini menampilkan bahwa bukan hanya adanya kuasa pemerintah

terhadap penduduk distrik, tapi juga adanya campur tangan pemerintah terhadap

media penyelenggara The Hunger Games semakin mendorong munculnya berbagai interpretasi untuk nuansa politis pada film ini. Bob Burnett dari The

Huffington Post berpendapat bahwa film ini menampilkan Pemerintahan / Capitol yang tidak bisa dipercaya. Disatu sisi Capitol, Presiden Snow, mengatur

penduduk distrik dengan kejam dan memberikan pengawasan ketat sehingga

tidak ada satupun yang memiliki akses mendapatkan kehidupan yang baik

karena semua penduduk mendapatkan porsi yang sama, namun disatu sisi

pemerintah juga berpihak pada orang-orang kaya dan tidak melakukan apapun

untuk melindungi pekerja. Hal ini menunjukan bahwa ada sekelompok kecil

12

(17)

yang hidup dengan hak istimewa, sementara kebanyakan orang berjuang dari

kemiskinan. Collins tidak menggunakan istilah 1 persen dan 99 persen, tapi itu

jelas bahwa orang-orang di Capitol adalah anggota dari 1 persen dan semua

orang di distrik Panem adalah bagian dari 99 persen.13

Collins juga sangat jelas menyampaikan pandangan skeptis terhadap

pemerintah. Delingpole, Emily Bazelondan David Plotz berpendapat bahwa The Hunger Games mempromosikan Gerakan Tea Party (Tea Party Movement)1415.

Kuasa Capitol yang semena-mena terhadap penduduk distrik mendorong adanya

pemberontakan. Sementara itu, di dunia nyata diharapkan dapat mendorong

pemikiran kritis dari masyarakat terhadap produk dari industri media dan

globalisasi.

Di antara banyak pihak yang bekerjasama dengan Lionsgate dalam pembuatan dan pendistribusian film The Hunger Games, terdapat dua pihak pendukung yang linear dengan pesan yang ingin disampaikan dalam film The

Hunger Games, yaitu Scholastic Inc. dan DonorChoose.org. Scholastic Inc. Keduanya memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan dan kerelaan untuk

berbagi.

13

The Politics of The Hunger Games http://www.huffingtonpost.com/bob-burnett/the-hunger-games-politics_b_1390945.html diakses pada 26/9/2013 pukul 23.14

14

More On the Politics of The Hunger Games http://www.volokh.com/2012/03/23/more-on-the-politics-of-the-hunger-games/ diakses pada 27/9/2013 pukul 17.32

15

(18)

Pendidikan adalah hal yang dibutuhkan bagi setiap manusia, khususnya

anak-anak, sehingga merupakan hak bagi seorang anak untuk mendapatkan

pendidikan bukan semata-mata untuk bahan eksploitasi media. Sedangkan

merupakan kewajiban bagi setiap manusia untuk saling bebagi dan aware

terhadap orang lain yang membutuhkan, sehingga tercipta hidup yang lebih baik

antara sesama. Hal ini merupakan pesan implisit atau kampanye yang ingin

disampaikan dalam dalam film The Hunger Games. Oleh karenanya, Lionsgate

menggandeng perusahaan tersebut untuk men-support film ini sebagai sebuah film yang memiliki tujuan kritik sosial.

Penulis menilai Lionsgate justu menampilkan hal-hal yang berbau politik bahkan menyinggung sistem politik dan bagaimana dengan kuasanya dapat

mempengaruhi media dan masyarakat, mediapun mengeksploitasi kekerasan

sebagai sebuah hiburan. Semuanya digambarkan melalui film remaja yang

memiliki kesan hiburan namun didalamnya banyak pesan sosial, politik budaya

yang ingin disampaikan bahkan pesan ini bukan hanya untuk remaja saja, namun

untuk semua lapisan masyarakat. The Hunger Games sebagai media penyampaian pesan mengenai potret yang terjadi sekarang ini mengenai praktik

kuasa. Walaupun dibalik produksi film ini tak lepas dari pengaruh institusi

ekonomi dan politik, namun hal ini tidak menutupi dengan nilai-nilai kehidupan

dan pesan yang ingin disampaikan khususnya mengenai praktik kuasa yang

berujung pada kapitalisme.

As Producer

16

Nina Jacobson berkarir sebagai Presiden di Buana Vista Motion Pictures Group yang banyak terlibat di Walt Disney Company. Setelah keluar dari Disney, ia membuat perusahaannya sendiri bernama Color Force tahun 2007 dan ia memproduseri Film The Hunger Games. Dalam website : IMDb :

16

(19)

News for Nina Jacobson yang membahas ulasan pada CinemaCon Panel

Decries Hollywood‘s Underserving Women, Chasing young Males oleh Anne Thompson.

At CinemaCon, The Hollywood Reporter editorial director Janice Min assembled and moderated a terrific panel, "Driving Financial Success: Women + Movies = Bigger Box Office," including Geena Davis (see her video address below), who runs the influential Institute on Gender and Media, director Paul Feig ("Bridesmaids," "The Heat"), Nina Jacobson ("The Hunger Games"), Amy Miles (CEO Regal Entertainment Group),

and Vanessa Morrison (President, Fox Animation Studios), addressing the myriad issues women have with Hollywood, both behind and in front of the camera. Clearly, despite all the evidence over the years showing how big hits aimed at women often are, from "Thelma and Louise" to "Sex and the City," the Hollywood studios would rather chase after distracted young men with violent VFX than continue to make modest-budgeted hits aimed at the underserved women's audience.17

Hal ini menjelaskan bahwa di Industri Hollywood telah banyak

melibatkan perempuan baik di depan layar maupun di belakang layar. Nina

Jacobson, salah satunya yang memberikan kontribusi peran perempuan dalam

media.

4.1.3 Sosial

Terkait dengan pembuatan film The Hunger Games serta setting yang dipilih, maka pada level sosial, penulis akan menjelaskan tentang negara

Amerika dan aspek-aspek yang berkembang di negara tersebut.

17

(20)

Amerika Serikat dikenal sebagai negara Super Power dimata dunia yang dianggap memiliki pengaruh yang cukup besar bagi negara-negara lain.

Amerika memiliki kekuatan di bidang ekonomi, militer, dan teknologi yang

tinggi. Dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, Amerika dikenal sebagai „penemu‟ sehingga menjadi kiblat perkembangan iptek dunia dan menjadikannya standart kemajuan bangsa Amerika.18

Dari segi politik, demokrasi adalah bagian dari sistem politik dan

pemerintahan Amerika Serikat. Demokrasi merupakan turunan dari konsep

kapitalisme yang menjamin kebebasan rakyat19 serta merupakan bentuk pemerintahan yang bisa dinilai luwes atau tidak kaku. Sistem demokrasi,

melahirkan sistem perwakilan akan hak dan kewajiban rakyat. Sehingga

rakyat yang memilih siapa saja orang yang duduk dalam pemerintahan

sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat seharusnya dapat menjadi wadah bagi

aspirasi rakyat, namun pada pelaksanaannya banyak hal yang tidak sesuai.

Sistem demokrasi lebih memihak kepada pihak yang bermodal karena hanya

orang yang memiliki uang saja yang dapat mencalonkan diri menjadi wakil

rakyat.

Sistem demokrasi ini berpengaruh pada pandangan terhadap wanita.

Wanita masa kini sudah banyak yang terlibat dalam wilayah publik,

membuatnya sejajar dengan pria dalam berbagai aspek. Konteks mengenai

feminisme salah satunya yang ditampilkan pada film The Hunger Games

dengan menciptakan tokoh Katniss, sebagai wanita Warrior yang tangguh. Disi lain, Amerika pada setiap aspek sosialnya banyak menerapkan

ideologi Kapitalisme. Dari segi ekonomi, bangsa Amerika menganut sistem

kapitalisme, sebagai dasar dari sistem kapitalisme menitikberatkan pada

kepemilikan modal. Modal menjadi tolak ukur dari maju atau tidaknya suatu

18

Ideologi Kapitalisme Amerika Serikat sebagai kiblat tatanan hidup dunia

http://cyphercycle.com/index.php/tulisan/ideologi/62-kapitalisme-ideologi-amerika-serikat-sebagai-kiblat-tatanan-hidup-dunia diakses pada 13/05/2013 pukul 06.55

19

(21)

ekonomi negara. Sehingga dengan senang hati Amerika mau membantu

negara yang membutuhkan karena akan memperlebar kekuasaannya dan

negara lain akan memiliki ketergantungan kepada negara Amerika.

Selain menganut sistem kapitalisme, didukung pula oleh sistem

ekonomi liberal kapitalis, yakni suatu sistem yang membebaskan kepada

setiap individu untuk mengerahkan kekuatannya dengan segala cara untuk

menguasai sumberdaya yang bermuara kepada kepentingan masing-masing.

Hal ini mengakibatkan masyarakat terpecah menjadi dua, golongan pemilik

modal dan golongan rakyat jelata.

Dari sisi perilaku sosial budaya, dan gaya hidup rakyat Amerika

dinilai lebih modern dan bebas, dilihat dari cara berpakaian dan kehidupan

sehari-hari. Pada umur 18 tahun kebanyakan dari remaja Amerika sudah

diberikan kebebasan oleh orangtuanya dan mereka juga harus

bertanggung-jawab dengan apa yang mereka lakukan sendiri. Kebebasan bisa memberikan

efek positif dan efek negatif, efek positifnya seperti mengembangkan segala

bentuk kreatifitas, potensi dan membuat seorang manusia lebih kuat

menghadapi segala bentuk hambatan. Sedangkan efek negatifnya seperti

karena orangtua tidak lagi mengawasi maka mereka dapat melakukan apapun,

bahkan yang melanggar hukum atau moral.

Aspek-aspek tersebut tidak hanya untuk rakyat Amerika, tapi juga

penduduk dunia. Tidak heran banyak rakyat Indonesia yang juga meniru-niru

gaya hidup orang Amerika karena power Amerika sudah menyebar ke banyak negara. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang banyak

berkiblat pada budaya Amerika, khususnya dalam menganut ideologi

kapitalisme. Pelan-pelan dan secara terus menerus ideologi kapitalisme

(22)

4.2 Analisis Mesostruktur

(Discourse Practice)

Tingkatan ini menjelaskan tentang proses Intepretasi dimana berpusat pada

aspek produksi teks (individu) dan aspek konsumsi teks (khalayak). Fairclough

mengungkapkan bahwa kedua aspek tersebut berhubungan dengan jaringan yang

kompleks yang melibatkan berbagai praktik diskursif. Dari beberapa faktor yang

kompleks, setidaknya ada tiga aspek penting penting. Pertama sisi individu

wartawan atau dalam konteks ini adalah penulis The Hunger Games. Kedua Penulis dengan struktur organisasi media, baik sesama penulis, sutradara, produser, editor

dan crew lainnya. Ketiga, praktik kerja mulai dari penulisan, produksi, editing hingga muncul di media. Ketiga elemen tersebut merupakan keseluruhan dari

praktik wacana dalam suatu media yang saling berkaitan dalam memproduksi suatu

wacana (Eriyanto, 2001, p. 317).

4.2.1 Produksi Teks

Fairclough secara sosiologis tidak menyelidiki cara-cara produksi atau

dikodekannya teks-teks. Yang sering terjadi adalah Fairclough mengambil titik

awal linguistik pada teks-teks kongkret, dengan mengidentifikasi

wacana-wacana apa yang mereka gunakan (antarkewacana-wacanaan) dan bagaimana wacana-wacana

itu secara antartekstual menggunakan teks-teks lain. Dari aspek produksi teks,

penulis memaparkan latar belakang dari penulis naskah karena hal ini dapat

mempengaruhi terciptanya sebuah karya :

1. Suzzane Collins (Penulis)

Collins memperoleh inspirasi yang cukup besar dari mitologi Yunani

Theseus dan Minotaur. Mitologi ini mengisahkan masyarakat Athena, dimana mereka harus mengirim 7 (tujuh) pemuda yang terdiri dari laki-laki

dan perempuan ke Kreta untuk di korbankan pada Minotaur. Peristiwa ini terus terjadi sampai kedatangan Theseus yang mengajukan diri secara

(23)

bisa dibilang seperti tokoh Theseus. Walaupun begitu Collins ingin

membuat versinya sendiri.

Suzzane Collins adalah penggemar mitologi Yunani dan Romawi, ia

juga terinspirasi oleh permainan Gladiator a la Romawi. Disamping itu, ia

juga memiliki pengalaman pribadi (masa kecilnya) tentang ayahnya yang

dikirim ke Vietnam untuk berperang dan menghilang.

Suzzane Collins memulai karirnya pada tahun 1991 sebagai penulis

program acara televisi anak, selanjutnya ia mulai membuat buku

anak-anak The Underland Chronicles yang diilhami dari dongeng klasik Alice in Wonderland. Ia berpendapat bahwa anak-anak perlu mengetahui tentang apa yang terjadi sekarang ini, seperti tentang kekerasan, perang, dan sulitnya mencari “realitas” di dunia media. Pengalamannya sendiri tentang perang dan kekerasan banyak memberikan kontribusi pada karya-karyanya,

hal ini dijadikan tema penting bagi dirinya dan karya-karyanya.

Baginya, menceritakan sebuah cerita dalam dunia futuristik20 memberikan suatu kebebasan untuk bereksplorasi. Jadi, dalam kasus

Hunger Games, masalah-masalah seperti perbedaan status sosial (kekayaan), kekuatan televisi dan bagaimana itu digunakan untuk

mempengaruhi hidup kita, kemungkinan bahwa pemerintah bisa

menggunakan kelaparan sebagai senjata, dan yang utama adalah, isu

perang.21

―She is a Roman Catholic‖, itulah yang tertulis di google.com ketika membaca mengenai personal life seorang Suzanne Collins. Donald L Brake, Sr. mengemukakan pandangannya dalam sebuah artikel berjudul The religious and Political Overtones of Hunger Games bahwa dalam film ini mengangkat kisah pengorbanan Katniss, relawan untuk menggantikan

20

Futuristik adalah memproyeksikan kejadian-kejadian, situasi-situasi dan proses-proses yang ada atau menciptakan yang baru dan memfokuskan pada apa yang akan terjadi. ( Sudjana, Tim. 1998. Pendekatan Sistem Bagi Administrator Pendidikan. Bandung : Sinar Baru)

21

(24)

adiknya. Jatung Kristen bersandar pada pengorbanan diri Yesus sebagai

penebus dosa. Tema harapan merupakan unsur yang rumit dalam

kekristenan.22

2. Gary Ross

Gary Ross adalah seorang penulis, sutradara dan aktor, setelah ia

menulis naskah pada acara televisi yang berjudul The Hitchhiker pda tahun 1986, ia mulai terlibat pada pembuatan naskah film berjudul Big pada tahun 1998 dan banyak lagi film yang telah melibatkannya baik sebagai penulis,

sutradara, produser maupun aktor. Sebelum menggarap film The Hunger

Games, film yang cukup populer dan melibatkannya sebagai penulis, sutradara serta produser adalah film Seabiscuit dan Pleasantville.

Seabiscuit (2003) menceritakan kejuaraan kuda pacu (Thoroughbred) di Amerika Serikat. Seekor kuda kecil, Seabiscuit memiliki awal yang menguntungkan untuk karir balapnya, tetapi untuk menjadi juara

dianggap tidak mungkin, walaupun Seabiscuit memiliki postur yang tingga

tetapi kakinya pincang. Akan tetapi, pelatih Tom melihat sesuatu dari

Seabiscuit yang dapat membuat Seabiscuit menjadi pemenang. Hal ini

menjadikan simbol harapan bagi banyak orang Amerika setelah mengalami

depresi besar akan masa-masa buruk yang telah terjadi.

Film ini memperoleh beberapa pengharagaan, memenangkan

ASCAP Award kategori Top Box Office tahun 2004. Beberapa nominasi

OSCAR, yang salah satunya adalah nominasi penulis skenario terbaik , Gary Ross.

Pleasantville (1998) bercerita tentang dua remaja tahun 1990-an

yang ditarik ke acara sitcom fiksi tahun 1950-an, komedi situasi televisi

hitam-putih, Pleasantville. Acara ini menggambarkan kesan terhadap tahun 1950-an. Dalam Pleasantville, David dan Jennifer dipaksa untuk

22

(25)

mengambil peran Bud dan Mary-Sue. Saat mereka bermain bersama di kota

kecil yang sempurna dan murni Pleasantville, kehadiran mereka segera

mempengaruhi perubahan drastis dalam Pleasantville. Warga Pleasantville

menemukan ketidaksesuaian beberapa hal seperti seks, seni, buku, musik

dan warna yang menyebar di dunia hitam-putih mereka. Hal ini

mengacaukan segala aturan yang berlaku di Pleasantville.

Film ini telah memenangkan sejumlah penghargaan dan nominasi

pada tahun 1999. Dari karya-karya Gary Ross, penulis melihat beberapa

karakter di setiap karyanya, yaitu menawarkan sebuah harapan, perubahan,

norma baru dimana hal ini disampaikan dengan cara break the rules.

3. Billy Ray

Billy Ray seorang screen writer dan director, Ia memulai karirnya sebagai penulis untuk televisi pada tahun 1994, Volcano, Hart‘s War dan

Earth 2 adalah film yang pernah ia garap. Pada tahun 2003, selain sebagai penulis ia juga bertidak sebagai director pada dilm pertamanya yang cukup terkenal, yaitu Shattered Glass. Shattered Glass sendiri diambil dari sebuah kisah nyata. Seorang jurnalis yang pandai dan cerdik dalam mengolah

berita, kemudian setelah bertahun-tahun ia bekerja di media dan ditelusuri

bahwa banyak berita yang ia buat diragukan keabsahannya dan hanya

khayalan belaka. Ia dinominasikan sebagai The Most Promising Filmmaker

oleh The Chicago Film Critics Assosiation dan untuk Best Screenplay oleh

Independent Spirit Award.

Pada tahun 2007, ia kembali dengan filmnya berjudul Breach, mengisahkan tentang seorang FBI yang dihukum oleh mata-mata Uni

Soviet dan kemudian Rusia selama dua dekade. Karya-karyanya memiliki

(26)

4. Teknis Produksi

Menggambarkan dan menjelaskan bagaimana wacana kapitalisme

dibentuk dalam suatu film yang diproduksi dalam lingkaran industri media

memang sulit dilepaskan dari campur kapitalisme, khususnya media sebagai

institusi ekonomi dan politik. Walaupun hadir sebagai film penyampai

pesan kritik sosial, khususnya mengenai praktik kuasa namun tidak bisa di

garansi sepenuhnya bahwa dalam produksinya lepas dari

kepentingan-kepentingan.

Sepekan sebelum film The Hunger Games tayang, Collins membagikan pengalamannya kepada fans melalui surat yang di posting di

Official Hunger Games Movie Facebook, sebagai berikut:

Now that the filming of The Hunger Games has begun, I‘ve been getting

a lot of questions about the script, so I thought I might share a little of

my experience with you. Back in early 2010, Color Force and Lionsgate

began the process of adapting the book to the screen and I wrote the first draft of the script. After that, we brought on veteran screenwriter

Billy Ray to further develop the piece. Not only has he written and

directed excellent films like Shattered Glass and Breach, he was a complete pleasure to work with. Amazingly talented, collaborative, and

always respectful of the book. His adaptation further explored the

world of Panem and its inhabitants. As though I wasn‘t lucky enough,

Oscar-nominated filmmaker Gary Ross, known for his wonderful

works such as Seabiscuit and Pleasantville, came on board. As part of

his creative process, he wrote a subsequent draft which incorporated

his incredible directorial vision of the film. And then he very

generously invited me in to work with him on it. We had an immediate

and exhilarating creative connection that brought the script to the first

day of shooting. Of course, the piece will naturally continue to evolve

(27)

entire crew brings their significant talents to the piece, as the editors

work with Gary to best realize his vision. The final draft will be on the

screen next March.

So that’s been the script process, and as an author, I’m truly grateful

for the journey.

May the odds be ever in your favor! - Suzanne Collins

Dalam surat tersebut, Collins mengungkapkan hubungan ia bersama

partner-partner-nya saat penulisan dan produksi film, mulai dari Billy

sebagai partner yang cocok untuk bekerja sama dan menghargai buku

karangannya, lalu Ross yang selalu memasukan visinya pada setiap

karya-karya yang telah dibuatnya, hingga aktor dan aktris yang sangat menjiwai

karakter, seluruh kru yang bekerja sungguh-sungguh di setiap scene-nya,

serta editor yang mampu merealisasikan visi-visi Ross sebagai sutradara.

Collins merasa bersyukur akan semua pengalaman yang telah ia jalani.

Selain mengungkapkan rasa terimakasih, Collins juga memiliki

pendapat tersendiri akan partner-nya. Billy memiliki kecendrungan untuk

lebih mengeksplorasi dunia panem dan penduduk Capitol. Penggambaran

dunia Panem buatan Collins merupakan hal penting dalam pembuatan film

ini. Dunia panem diibaratkan sebagai sekumpulan masyarakat yang di awasi

dan di kontrol oleh pemerintah dan media, mereka adalah buruh yang

dipekerjakan oleh penguasa di Capitol. Dalam penulisan script film yang pernah ia garap sebelumnya, Billy lebih banyak gambarkan sebuah

peristiwa, bencana, kemalangan dan perang yakni dalam film Volcano, Hart‘s War dan Earth 2. Kecenderungan karya-karya Billy memungkinkan sekali memberikan pengaruh akan pandangannya dalam menggambarkan

suatu hal, yang dalam hal ini adalah dunia panem.

Sedangkan Ross lebih ingin memunculkan visi dari buku The

(28)

yang dapat disampaikan. Ross sendiri memiliki „warna‟ sendiri di setiap

film-film yang ia buat yaitu yaitu menawarkan sebuah harapan, perubahan,

norma baru dimana hal ini disampaikan dengan cara break the rules. Tentunya akan mudah bagi Ross untuk men-translate pesan apa yang ingin

di tonjolkan dari Collins sebagai pengarang buku The Hunger Games. Ketika film The Hunger Games ditayangkan memang banyak kritik mengenai kekerasan dan tindakan brutal seorang anak yang saling

membunuh padahal film ini ditujukan untuk semua umur atau bertuliskan

lambang PG -13 (parental guidance for children under the age of 13). Hal berbau kekerasan tersebut memang menjadi masalah pembuat film bahkan

sebelum film The Hunger Games release, Collins mengatakan bahwa hal ini akan selalu menjadi bahan yang akan menuai pro dan kontra. Unsur

kekerasan memiliki kedekatan dengan kriminalitas, Joseph Berlo (1997,

hlm 516) berpendapat bahwa dalam berita kriminalitas memberikan atau

menayangkan sebuah penyimpangan yang telah dilakukan oleh masyarakat.

Tujuannya adalah dengan dimuatnya penyimpangan yang telah terjadi maka

publik mengetahuinya, tidak menirunya atau melakukan hal yang sama.

Beranjak dari proses produksi yang diceritakan Collins, berikut

rincian alur produksi dan distribusi film The Hunger Games23 :

-2/29/12 - Lionsgate mengumumkan 24 pemutaran diawal dan

disponsori oleh Nook oleh Barnes & Noble.

(29)

-12/9/11 - Lionsgate bekerjasama dengan China Glaze

mengumumkan ―Colors from the Capitol'

-11/10/11 - Good Morning America untuk debut dunia eksklusif

Trailer The Hunger Games.

-9/15/11 - The Hunger Games telah selesai digarap.

-9/1/11 - Lionsgate bergabung dengan Scribd, Donorschoose.org

dan Gramedia untuk bulan kampanye literasi Nasional The Hunger Games.

-8/3/11 - Lionsgate bermitra dengan Universal Republic Records

untuk merilis koleksi musik baru untuk The Hunger Games. -6/28/11 – Lionsgate mengumumkan kolaborasi musik dalam The

Hunger Games diberikan kepada T. Bone Burnett (memenangkan Academy Award pada pembuatan musik film

Crazy Heart dan Cold Mountain) dan Danny Elfman (komposer Alice In Wonderland dan Spiderman)

-6/23/11 - Lionsgate meluncurkan "The Ultimate Hunger Games

Fan Sweeps" di Facebook

-5/31/11 - Donald Sutherland berperan sebagai Presiden Snow

-5/27/11 - Kimiko Gelman dan Nelson Ascencio berperan sebagai

Venia dan Flavius (anggota tim yang mempersiapkan Katniss

dan Peeta)

-5/26/11 - Amber Chaney berperan sebagai Avox Gadis

-5/24/11 - Toby Jones berperan sebagai arena penyiar Claudius

Templesmith

-5/23/11 - Lenny Kravitz berperan sebagai Cinna

-5/19/11 - Latarsha Rose dan Brooke Bundy berperan sebagai

Portia dan Octavia

-5/10/11 - Woody Harrelson berperan sebagai Haymitch

-5/9/11 - Stanley Tucci cor sebagai Caesar Flickerman

(30)

-4/28/11 - Elizabeth Banks berperan sebagai Effie Trinket

-4/21/11 - Paula Malcomson berperan sebagai Ibu Katniss

Everdeen & Primrose

-4/20/11 - Willow Shields berperan sebagai Primrose Everdeen

-4/4/11 - The Hunger Games Snears Its Peeta dan Gale

-3/17/11 - Jennifer Lawrence berperan sebagai Katniss Everdeen

-3/17/09 - Lionsgate ® mengadakan pesta untuk The Hunger Games.

4.2.2 Konsumsi Teks

Film ini memiliki target audience yang luas, karena bisa dinikmati oleh semua umur. Akan tetapi, memiliki kecenderungan target untuk remaja,

mengikuti jejak Harry Potter dan Twilight. Walaupun dinilai banyak memasukan unsur kekerasan, drama, aksi, reality show, percintaan remaja dan politik, namun hal itu tidak mengurangi esensi pesan yang ingin disampaikan.

Hal ini sesuai dengan harapan Suzzane Collins bahwa menurutnya anak-anak

perlu mengetahui apa yang terjadi di dunia sekarang ini, khususnya kekerasan

dan media.

Kekerasan merupakan salah satu bentuk dari kriminalitas. Sebuah

berita kriminalitas sendiri selain berfungsi sebagai sarana untuk informasi,

didalamnya juga harus ada pesan-pesan moral dan hukum bagi publik-nya.

Ada fungsi sosialisasi nilai-nilai moral yang ada di masyarakat dan hukum

perundang-undangan (Junaedi, 2005, p. 95). Berita kriminal memiliki dampak

positif bagi publik-nya mengingat salah satu fungsi dari media massa adalah

sebagai salah satu agen pembangunan masyarakat (Surette, 1997, pp.

210-238). Surette juga menegaskan bahwa berita kriminalitas di media juga dapat

berfungsi untuk memerangi kejahatan itu sendiri.

Pemeran Katniss Everdeen, Jennifer Lawrence, menganggap bahwa

(31)

We weren't going to make a watered-down version of what we love," she said. "If you take the violence and brutality out of the movie, you take the entire heart out of it.24

“Kita tidak akan membuat versi yang dapat melemahkan pesan yang ingin disampaikan. Jika kamu mengambil / memisahkan adegan kekerasan dan kebrutalan dari film ini, maka kamu mengambil jantung dari film ini”. Begitulah kurang lebih terjemahan komentar Jeniffer.

Film ini sempat ditunda penayangannya di Vietnam oleh Vietnam

National Film Board menganggap film menjadi terlalu keras sehingga memutuskan untuk menunda penayangannya. Film The Hunger Games telah dinilai tergolong film 12A25 oleh British Board of Film Classification (BBFC) di Inggris, untuk mencapai nilai itu, Lionsgate harus memotong atau mengganti tujuh detik film dengan menghapus adegan percikan darah. Sedangkan di

Amerika Serikat, film ini diberi rating PG-13 oleh Motion Picture Association of America (MPAA) untuk penayangan materi tematik kekerasan yang melibatkan remaja.

Walaupun banyak kritik yang bermunculan mengenai kekerasan yang

ditampilkan, namun film ini juga mendapat berlimpah pujian dan tanggapan

positif.

The Hunger Games movie had a multimillion-dollar weekend opening and seems destined to be the most successful film of the year. Which is

remarkable because it's a political movie set in a not-too-distant

24The Hunger Games‘ 12 A classification not to the tased of concerned parents

http://www.theguardian.com/film/2012/mar/28/hunger-games-12a-classification-concerned-parents diakses pada 1/10/2013 pukul 16.31

25

Film yang bisa di tonton oleh anak berusia 12 tahun ke atas tanpa di temani. A singkatan dari

(32)

America and expresses themes that are familiar and disturbing.26- Bob Burnett

Selain dinilai sebagai film yang paling sukses dan meraup keuntungan

banyak, film ini juga luar biasa karena terdapat pesan yang tidak jauh dengan

realitas di Amerika serta menggambarkan tema yang familiar dengan

kehidupan. Berbeda dengan film Harry Potter ataupun Batman, The Hunger Games hadir sebagai film yang familiar menampilkan kondisi di Amerika, temanya mengekspresikan zeitgeist-nya. Seorang pakar film, Siegfried Kracauer menyatakan bahwa umumnya dapat dilihat kalau teknik, isi, cerita,

dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam

hubungannya dengan pola psikologis aktual bangsa itu (Imanjaya, 2006, p.

30).

Film Amerika memang terkenal dengan film bergenre Superhero yang didalamnya terdiri dari beberapa campuran genre seperti action, drama,

science-fiction dan lainnya. Banyaknya film bergenre Superhero yang tayang sekarang ini, bahkan hingga dibuat sekuelnya menandakan bahwa film

Superhero diminati masyarakat dan sangat komersil. Efek visual yang luar biasa menjadikan biaya produksi yang tinggi sehingga kebanyakan film

bergenre Superhero berasal dari Amerika.

Dalam film ini, Katniss yang adalah tokoh utama merepresentasikan

seorang Warrior. Secara tidak langsung ia melakukan pemberontakan yang cukup berpengaruh pada pemerintahan, Capitol. Pemilihan tokoh perempuan

sebagai pemeran utama mengundang tanggapan bahwa film ini juga

mengandung isu feminis.

26

The Politics of The Hunger Games oleh Bob Burnett, Pensiunan Eksekutif Silicon Vally.

(33)

Katniss Everdeen was shattering stereotypes about girls being helpless and passive in a way that could only be positive for the predominantly young-teen female audience.27- Shelley Bridgeman

Komentar lainnya berasal dari The New York Times28:

She is different, though, not only because she is a woman but also because she is anything but a free, rootless figure of the wilderness.

The paradise she comes from has been colonized and enclosed. She is transported to an artificial garden where the beasts are special effects, and cameras record every moment of solitude or intimacy. There she fights for her life, and for kin and home, cruelly pitted against other children who are doing the same. All of this means that, as she sprints through the forest, Katniss is carrying the burden of multiple symbolic

identities. She‘s an athlete, a media celebrity and a warrior as well as

a sister, a daughter, a loyal friend and (potential) girlfriend. In genre terms she is a western hero, an action hero, a romantic heroine and a tween idol. She is Natty Bumppo, Diana the chaste huntress of classical myth, and also the synthesis of Harry Potter and Bella Swan

the Boy Who Lived and the Girl Who Must Choose. Ms. Collins‘s

novels are able to fuse all of these meanings into a credible character embedded in an exciting and complex story.

27

The Hunger Games is a feminist issue oleh Shelley Bridgeman

http://www.nzherald.co.nz/opinion/news/article.cfm?c_id=466&objectid=10795244 diakses pada 1/10/2013 pukul 11. 25

28

(34)

Gambar 4.4

Katniss Everdeen

Katniss dinilai sebagai icon feminis bukan hanya karena dia adalah seorang wanita tapi juga karena ia menggambarkan kebebasan, like one in the

million, tempat tinggalnya telah terjajah. Dia dibawa ke taman buatan di mana binatang hadir dengan efek khusus, dan kamera merekam setiap momen

kesendirian atau keintiman. Di sana ia berjuang untuk hidupnya, saudara dan

tanah kelahirannya, secara kejam diadu dengan anak-anak lain. Katniss yang

membawa beban banyak identitas simbolik. Dia seorang atlet, selebriti media

dan prajurit serta saudara perempuan, anak perempuan, teman setia dan (calon)

pacar . Dalam hal bergenre dia adalah pahlawan Barat, pahlawan tindakan,

pahlawan romantis dan idola. Dia adalah Natty Bumppo, Diana yang pemburu

wanita suci mitos klasik, dan juga sintesis Harry Potter dan Bella Swan - Boy

Who Lived dan Gadis yang Harus Pilih . Novel Ms Collins adalah mampu

memadukan semua makna tersebut menjadi karakter yang kredibel tertanam

dalam sebuah cerita yang menarik dan kompleks.

Terpilihnya Jennifer Lawrence menjadi tokoh Katniss Everdeen

merupakan keputusan final dari Suzanne Collins dan Ross. Jennifer dinilai memiliki pembawaan yang kuat, indah, tak kenal menyerah dan berani, Ross

menggambarkan adanya peleburan antara kekuasaan, kedalaman,

kompleksitas, kelembutan dan kekuasaan pada tokoh Katniss. Disisi lain,

dibalik menampilkan sosok feminim adalah syarat dengan nilai postmodern,

(35)

membentuk eksistensinya sebagai komoditas, seni dan sekaligus juga ideologi

yakni ideologi postmodern (Audifax, 2006, p. 19). The Hunger Games

maupun Katniss bukan hanya dinilai sebagai suatu karya seni namun juga

sesuatu yang bisa dijadikan komoditas, dan komoditas merupakan bagian dari

budaya massa yang merupakan anak dari kapitalisme. Pertanda yang terlahir

dari komoditas dalam corak produksi industri budaya bertebaran dalam realitas

sosial manandakan perubahan sosial terjadi (Junaedi, 2005, p. 22).

Entertainment Weekly Lisa Schwartzbaum memberikan nilai A- pada film The Hunger Games.

This 'Hunger Games' is a muscular, honorable, unflinching translation

of Collins' vision. It's brutal where it needs to be, particularly when children fight and bleed. It conveys both the miseries of the oppressed, represented by the poorly fed and clothed citizens of Panem's 12 suffering districts, and the rotted values of the oppressors, evident in the gaudy decadence of those who live in the Capitol. Best of all, the movie effectively showcases the allure of the story's remarkable, kick-ass 16-year-old heroine, Katniss Everdeen.29

The Hunger Games dinilai sebagai film yang gagah, tulus dan gigih. Pada adegan tertentu menampilkan hal-hal brutal, terutama ketika anak-anak

saling berkelahi, saling membunuh dan mengeluarkan darah. Namun, film ini

dapat dengan baik menyampaikan kesengsaraan kaum tertindas, yang diwakili

oleh warga yang kelaparan dan dengan pakaiannya yang kurang layak di ke-12

distrik serta nilai-nilai yang tidak baik dan kejam dari para penindas, yang

tinggal tinggal di Capitol. Film ini menampilkan daya tarik yang luar biasa. Ulasan yang lainnya dalam artikel Kids at Risk ‗The Hunger Games and Bully‘ memaparkan bahwa buku ini mencoba untuk menjelaskan

29

(36)

popularitas trilogi yang luar biasa, kritikus dan komentator yang menggunakan

metafora. The Hunger Games menggambarkan tempat dimana kegelisahan

terjadi secara terus-menerus: penghakiman oleh orang dewasa: perpeloncoan,

intimidasi, dan gap antar kelompok, dan akhirnya berujung pada trauma. Jika

meregangkan metafora, buku bisa dilihat sebagai dongeng mengancam

kapitalisme, di mana terjadi persaingan hingga memunculkan pemenang.

Menurut Karl Marx seluruh pelaku utama dalam perubahan sosial

adalah kelas-kelas sosial (Storey, 1995, p. 193).30 Namun patut diketahui bahwa bukan hanya kelas seperti apa yang ditemukan namun juga bagaimana

struktur kekuasaan diantara mereka. Dalam struktur masyarakat kapitalis, dua

kelas saling berhadapan yaitu kelas buruh dan kelas pemilik. Kelas atas

memiliki keuntungan terhadap kelas bawah karena mereka dapat hidup dari

hasil pekerjaan kelas bawah tanpa harus bekerja. Inilah yang dinamakan

sebagai nilai lebih (surplus value) oleh Karl Marx dalam teori nilai lebih. Bagitu pula dalam proses yang terjadi di dalam industri budaya dan

dikendalikan oleh segelintir elit industri terhadap para pekerjanya, bahkan para

pekerja inipun kemudian menjadi komoditas yang dibendakan (Junaedi, 2005,

p. 13).

Collins tampaknya menjadi salah satu pemenang, dimana bukunya

menjadi best seller dengan 24 juta copy di Amerika Serikat. Akan tetapi, mungkin alasan untuk sukses adalah sederhana yakni membuat remaja merasa

menjadi korban dan dianggap penting.31

30Lihat Karl Marx, „Base and Superstrukture‟ dalam John Storey, Cultural Theory and Popular Culture,

A reader (Singapore: Harvester Wheatsheaf, 1995)

31

Kids at Risk : The Hunger Games and Bully :

(37)

4.3 Analisis Mikrostruktur

(Text)

Tahapan ini memiliki kegunaan untuk menganalisis teks dengan lebih detail

supaya memperoleh data yang dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan

dalam pembuatan teks (representasi) tersebut. Selain itu juga, akan menjelaskan

secara detail mengenai aspek yang dibutuhkan dalam tingkat analisis, ini yang berisi

garis besar atau isi teks (informasi), lokasi, sikap, serta tindakan tokoh atau pemeran

tersebut dan seterusnya.

Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya

menampilkan bagaimana hubungan suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana

hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough,

yang dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Unsur Yang ingin dilihat

Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan,

atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

(bagaimana realitas sosial di representasikan)

Relasi Bagaimana (konstruksi) hubungan antara wartawan (pembuat film / media), khalayak dan partisipan berita

ditampilkan (artis-aktor yang memainkan peran).

Ex. seperti apa teks disampaikan, secara informal atau formal, terbuka atau tertutup.

Identitas Bagaimana (konstruksi dari) identitas wartawan (si pembuat film / media), khalayak dan partisipan berita

(artis-aktor yang memainkan peran) ditampilkan dan

digambarkan dalam teks.

Gambar

Gambar 4.4 Katniss Everdeen
Tabel 4.1 68
Gambar 4.5 Senaca Carane (SC) :  I think it is a tradition. It comes out from a particularly
Gambar 4.54
+7

Referensi

Dokumen terkait

perhatian kita hanya tertuju pada hal-hal yang menarik. Penglihatan hanya tertuju pada objek yang

[r]

Durian Sebatang (Lapen) Kec.. M.Si

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa program pascasarjana berikut ini adalah mahasiswa yang sedang aktif