Setelah kedua tahapan diatas, pemuda-pemudi ada pada tahapan “Konteks”, “pertemuan/perjumpaan,” dan “interaksi” dengan orang-orang dari kelompok GBI ROCK. Rambo mengatakan bahwa dalam tahapan“konteks”
ada dua bagian di dalamnya yakni macrocontext dan microcontext. Macrocontext mengarah kepada lingkungan total yakni berbagai elemen seperti sistem-sitem politik, keagamaan, organisasi-organisasi dan lainnya. Macrocontex, tidak penulis temukan di dalam penelitian karena elemen-elemen tersebut terlalu jauh atau luas untuk bisa dijadikan konteks pemuda-pemuda ini untuk berkonversi. Mengingat bahwa rata-rata mereka mempunyai pekerjaan siswa, mahasiswa, pegawai negeri, PNS, dan swasta. Mereka cenderung berfokus pada yang lebih dekat dengan diri mereka seperti keluarga, sahabat, kelompok etnik serta orang-orang yang berada di sekitarnya yang ditemukan di dalam microcontext.93 Sehingga, konteks yang didapati mereka adalah konteks saudara dan teman. Konteks ini menjadi faktor pendorong dari luar diri mereka untuk merasa tertarik dan ikut bergabung di GBI Rock seperti yang diungkapkan oleh dua orang pemudi sebelumnya.94
Berdasarkan FGD, “pertemuan/perjumpaan” pertama kali terjadi dengan saudara dan teman yang merupakan anggota GBI ROCK Tual. Bukan hanya sekedar bertemu dan berjumpa tetapi menurut Rambo, yang perlu dilakukan oleh pelaku konversi dalam tahap ini yakni melihat kebutuhan- kebutuhan afektif, intelektual, kognitif, dan advokasi.95 Ranah afektif menunjuk pada, bagaimana perasaan pemuda-pemudi ketika mengalami pertemuan/perjumpaan dengan konteks saudara dan teman mereka. Dua diantara mereka mengaku, merasakan bahwa akan ada pengaruh baik atau positif dari saudara dan teman mereka karena sikap dan perilaku baik yang ditunjukan.96Ranah kognitif, intelektual, dan advokasi menunjuk pada, bagaimana
92
Hasil Focus Group Discussion dengan D.P.U.
93
Rambo, Understanding Religius Conversion, 20-22.
94
Hasil Focus Group Discussion dengan G.S dan D.P.U.
95
Rambo, Understanding Religius Conversion, 67.
96
24
mereka mampu berpikir secara matang untuk memperoleh jawaban yang nantinya berguna untuk pribadi mereka. Mereka akhirnya menemukan bahwa kemungkinan besar dampak pertemuan yang intens dengan kerabat mereka yang mempunyai sikap dan perilaku baik dapat mempengaruhi mereka untuk menjadi baik juga dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Dengan demikian, menurut penulis, sikap dan perilaku baik ini secara langsung menjadi sebuah strategi dari sang pendorong (konteks), seperti yang dikatakan oleh Rambo.97
Tahapan “interaksi” adalah kelanjutan dari tahapan konteks dan pertemuan/perjumpaan. Menurut Rambo, tahapan interaksi sudah mengarah kepada hubungan yang lebih dalam yakni menyangkut keterlibatan di dalam kelompok dan organisasi yang baru.98 Dalam hal ini, keterlibatan pemuda-pemudi yang berkonversi dalam ibadah dan hubungan dengan jemaat GBI ROCK Tual. Ada empat elemen atau dimensi menurut seorang ahli sosiologi dalam bukunya Rambo tentang tahapan interaksi ini yakni: 99 1) Hubungan yang membentuk prespektif baru. Prespektif baru yang ditemukan oleh pemuda-pemudi adalah adanya perbedaan GPM dan GBI Rock Tual dari hubungan dan relasi dengan jemaatnya.100
Seperti yang sudah dijelaskan dalam tahap-tahap sebelumnya yaitu, adanya relasi yang baik dan kebersamaan dengan jemaat GBI Rock Tual (sikap ramah dan saling mendoakan), 101 sedangkan di GPM, jemaat hanya mempedulikan diri mereka masing-masing.102 2) Ritual yang mengarahkan kepada jalan hidup yang baru. Ritual ditemukan ketika pemuda-pemudi sudah terlibat di dalam ibadah di GBI Rock. Mereka menemukan tata ibadah dan nyanyian yang kreatif dan bersemangat. Sehingga mampu menyentuh perasaan mereka dan bahkan menjawab pergumulan hidup mereka sebagai anak muda yang sedang mencari identitas. Sehingga, ada kesadaran bahwa ibadah di GBI Rock ini mampu menumbuhkan iman dan spiritualitas mereka kepada Tuhan. Menurut penulis, pertumbuhan iman dan spiritualitas ini adalah jalan hidup baru yang
97
Rambo, Understanding Religius Conversion, 76.
98
Rambo, Understanding Religious,102-108.
99
Rambo, Understanding Religius Conversion,107-108.
100
Hasil Focus Group Discussion dengan ke enam narasumber.
101
Hasil Focus Group Discussion dengan E.H dan K.U.
102
25
ditemukan oleh pemuda-pemud yang tidak ditemukan di GPM dan AM-GPM karena ibadah yang monoton dan kaku.103
3) Kepandaian berbicara untuk memberikan petunjuk dan pengertian kepada orang yang melakukan konversi. Elemen ketiga ini, pemuda-pemudi temukan saat pelayanan Firman atau khotbah oleh pendeta di GBI Rock Pendeta menyampaikan khotbah (pengajaran) yang terarah dan mudah dimengerti serta memberikan teladan.104
Berbeda dengan di GPM, khotbahnya kadang tidak menyentuh pergumulan jemaat dan pendeta tidak memberikan teladan. Sehingga, petunjuk dan pengertian yang disampaikan oleh pendeta GBI Rock, dapat dijadikan pegangan dan teladan yang baik dalam kehidupan mereka. 4) Melalui peran yang memberikan suatu misi khusus untuk dapat diselesaikan. Misi khusus ini, menurut mereka tidak ditemukan di GPM karena hanya orang-orang yang sudah dikenal saja yang memiliki peran di dalam ibadah. Misalnya: menjadi pengurus AM. Tetapi berbeda dengan di GBI ROCK, semua orang diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan peran. Misalnya: ada dalam tim musik, tim doa, tim kolektan, tim aser (penerima tamu) dan lain-lain.Dalam hal ini, artinya mereka mendapat kepercayaan belajar dan untuk mengeluarkan kemampuan mereka untuk mengsukseskan ibadah.105
Jadi, menurut penulis, interaksi (hubungan yang dalam) yang baik dapat terjadi bukan hanya dari satu pihak tetapi kedua belah pihak yakni orang berkonversi dan pemimpin jemaat ataupun jemaat. Dimana, adanya pemberian makna yang baru dalam pemahaman Firman, tanggung jawab baru, teladan, dan relasi yang baik kepada mereka. Sehingga menghasilkan pribadi yang memiliki makna dan tujuan hidup.