• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pemahaman Terhadap Informasi pada Kemasan Obat Tradisional

9. Kontraindikasi

menjawab tidak setuju, dan 15,52% responden (18 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 75,86%.

Ada sebagian responden (24,14%) menyatakan obat tradisional tidak memiliki tanggal kadaluwarsa, hal tersebut tidaklah benar karena obat tradisional dapat mengalami penurunan mutu dan keamanan akibat kondisi lingkungan penanganan, pengangkutan dan penyimpanan sebelum digunakan (Chosin, 2001). 2) Obat tradisional yang kadaluwarsa

Pernyataan ke-29 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Menurut saya obat tradisional yang sudah kadaluwarsa masih boleh dikonsumsi”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 0,86% responden (1 orang) menjawab sangat setuju, 2,59% responden (3 orang) menjawab tidak setuju, dan 96,55% responden (112 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 99,14%. Obat tradisional yang sudah kadaluwarsa tidak boleh dikonsumsi karena terjadi penurunan mutu dan keamanan.

9. Kontraindikasi

Tingkat pemahaman masyarakat tentang kontraindikasi pada kemasan obat tradisional, yang meliputi : kebiasaan membaca responden, persepsi dan pengetahuan responden tergolong cukup tinggi. Dari hasil penelitian (gambar 8) diperoleh tingkat pemahaman masyarakat tentang kontraindikasi sebesar 62,29%.

 

Kebanyakan responden tidak paham tentang informasi kontraindikasi, terutama pengertian serta manfaat dari informasi kontraindikasi.

Tabel XIII. Pemahaman responden mengenai kontraindikasi

Pernyataan SS+S TS+STS Kecendrungan

Saya selalu membaca informasi tentang kontraindikasi.

64,66% 35,34% SETUJU

Bagi saya informasi tentang kontraindikasi itu tidak penting.

10,34% 89,66% TIDAK SETUJU

Menurut saya semua orang boleh minum obat tradisional, walaupun sedang hamil dan menyusui atapun mengalami gangguan fungsi organ.

18,10% 81,90% TIDAK SETUJU

Menurut saya kontraindikasi sama artinya dengan efek samping.

87,07% 12,93% SETUJU

a. Kebiasaan membaca responden

Pernyataan ke-30 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Saya selalu membaca informasi tentang kontraindikasi”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 43,10% responden (50 orang) menjawab sangat setuju, 21,55% responden (25 orang) menjawab setuju, 11,21% responden (13 orang) menjawab tidak setuju, dan 24,14% responden (28 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 64,66%. Kebanyakan responden tidak membaca informasi tentang kontraindikasi, hal ini mungkin disebabkan karena ketidakpahaman responden baik itu pengertian maupun manfaat dari informasi kontraindikasi.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka bab V pasal 17 ayat (2),

 

informasi yang tercantum pada pembungkus salah satunya harus berisi informasi tentang kontraindikasi.

b. Persepsi responden mengenai kontraindikasi

Pernyataan ke-31 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Bagi saya informasi tentang kontraindikasi itu tidak penting”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 7,76% responden (9 orang) menjawab sangat setuju, 2,59% responden (3 orang) menjawab setuju, 25% responden (29 orang) menjawab tidak setuju, dan 64,66% responden (75 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 89,66%. Beberapa responden menganggap informasi tentang kontraindikasi tidak penting karena responden tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kontraindikasi. Kontraindikasi menurut responden adalah efek samping.

c. Pengetahuan

1) Penggunaan obat tradisional pada ibu hamil, menyusui atau yang mengalami gangguan fungsi organ

Pernyataan ke-32 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Menurut saya semua orang boleh minum obat tradisional, walaupun sedang hamil dan menyusui atapun mengalami gangguan fungsi organ”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 14,66% responden (17 orang) menjawab sangat setuju, 3,45% responden (4 orang) menjawab setuju, 15,52% responden (18 orang) menjawab tidak setuju, dan 66,38% responden (77 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden

 

cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 81,90%.

Masih ada responden (18,10)% yang menganggap setiap obat tradisional aman dikonsumsi oleh wanita hamil dan menyusui ataupun yang mengalami gangguan fungsi organ. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat masa kehamilan merupakan masa yang rentan terhadap interaksi atau komplikasi dari zat atau makanan atau asupan yang masuk terutama bagi janin dalam kandungan. Suhadi (2000) menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional tidak boleh berlebihan terutama bila seseorang dalam keadaan hamil karena dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan. Begitu juga untuk yang mengalami gangguan fungsi organ.

2) Pengertian kontraindikasi

Pernyataan ke-33 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Menurut saya kontraindikasi sama artinya dengan efek samping”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 72,41% responden (84 orang) menjawab sangat setuju, 14,66% responden (17 orang) menjawab setuju, 3,45% responden (4 orang) menjawab tidak setuju, dan 3,45% responden (4 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIII) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 87,07%. Kebanyakan menilai kontraindikasi sama artinya dengan efek samping, hal tersebut tidak benar. Kontraindikasi adalah setiap keadaan, teristimewa setiap keadaan penyakit yang menyebabkan suatu cara pengobatan tidak tepat atau tidak dikehendaki, sedangkan efek samping adalah efek lain yang ditimbulkan selain

 

efek utama. Jadi keliru bila menganggap kontraindikasi sama dengan efek samping.

10.Komposisi

Tingkat pemahaman masyarakat tentang komposisi pada kemasan obat tradisional, yang meliputi : kebiasaan membaca responden, persepsi dan pengetahuan responden tergolong tinggi. Dari hasil penelitian (gambar 8) diperoleh tingkat pemahaman masyarakat tentang komposisi sebesar 85,06%. Banyaknya komponen penyusun obat tadisional yang ditulis dalam bahasa latin, menjadi salah satu kendala bagi responden untuk bisa lebih peduli terhadap kegunaan masing-masing bahan penyusun obat tradisional.

Tabel XIV. Pemahaman responden mengenai komposisi

Pernyataan SS+S TS+STS Kecendrungan

Saya selalu membaca informasi tentang komposisi yang ada pada kemasan.

74,14% 25,86% SETUJU

Bagi saya informasi tentang komposisi itu tidak penting

15,52% 84,48% TIDAK SETUJU

Menurut saya obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat.

96,55% 3,45% SETUJU

a. Kebiasaan membaca responden

Pernyataan ke-34 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Saya selalu membaca informasi tentang komposisi yang ada pada kemasan”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 43,97% responden (51 orang) menjawab sangat setuju, 30,17% responden (35 orang) menjawab setuju, 6,90% responden (8 orang) menjawab tidak setuju, dan 18,97% responden (22 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIV) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 74,14%. Kebanyakan responden (25,86) tidak membaca

 

informasi tentang komposisi, hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya komponen penyusun obat tadisional yang ditulis dalam bahasa latin.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka bab V pasal 17 ayat (2), informasi yang tercantum pada pembungkus salah satunya harus berisi informasi tentang komposisi

b. Persepsi responden mengenai komposisi

Pernyataan ke-35 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Bagi saya informasi tentang komposisi itu tidak penting”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 3,45% responden (4 orang) menjawab sangat setuju, 17,07% responden (14 orang) menjawab setuju, 21,55% responden (25 orang) menjawab tidak setuju, dan 62,93% responden (73 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIV) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab tidak setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 84,48%. Beberapa responden menganggap informasi tentang komposisi tidak penting karena ketidaktahuan responden terhadap kegunaan masing-masing bahan yang digunakan dalam obat tradisional.

c. Pengetahuan

Pernyataan ke-36 yang tercantum pada kuisioner adalah ”Menurut saya obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat”. Hasil dari kuisioner menyatakan bahwa 87,93% responden (102 orang) menjawab sangat setuju, 8,62% responden (10 orang) menjawab setuju, 0,86% responden (1 orang)

 

menjawab tidak setuju, dan 2,59% responden (3 orang) menjawab sangat tidak setuju. Hasil penelitian (tabel XIV) menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menjawab setuju pada pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 96,55%.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI, No: 246/Menkes/ Per/V/1990 tentang ijin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat tradisional bab V pasal (23) butir (c), obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai obat.

C. Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan 1. Sumber pengenalan

Sumber pengenalan tentang obat tradisional yang diperoleh responden dapat diperoleh dari berbagai sumber. Berikut ini adalah gambaran mengenai sumber pengenalan jamu.

 

Dari data (gambar 9) dapat dilihat bahwa sumber pengenalan jamu yang paling dominan adalah keluarga atau teman yakni sebesar 48,29%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kotler (2006) bahwa keluarga, saudara dan teman merupakan kelompok acuan yang mempunyai pengaruh langsung pada diri konsumen, karena mereka selalu berinteraksi dengan konsumen. Untuk peran tenaga kesehatan dalam upaya pemanfaatan kembali bahan alam (back to nature), masih tergolong rendah yakni 2,13%, dengan kondisi seperti ini peran tenaga kesehatan khususnya Apoteker sangatlah dibutuhkan sebagai sumber informasi.

Menurut Handayani (2006) kalangan medis belum dapat menerima penggunaan obat tradisional pada pelayanan kesehatan konvensional karena: Pertama, mereka menganggap bahwa pengobatan tradisional sebagai cara yang tidak ilmiah dan tidak berharga, karena memberikan bahan yang tidak benar dan tidak tepat serta menyebabkan orang sakit menjadi terlambat mencari pengobatan yang lebih baik (konvensional). Mereka menganggap bahwa mengingatkan masyarakat agar menjauhi pengobatan tradisional adalah merupakan bagian tugasnya untuk melindungi kesehatan masyarakat. Kedua, mereka menganggap bodoh orang yang percaya pengobatan tradisional. Mereka menganggap orang yang menggunakan jasa pengobatan tradisional sebagai orang yang tidak mampu membedakan mana pelayanan kesehatan yang legal dan yang tidak legal.

Dokumen terkait