• Tidak ada hasil yang ditemukan

Q Sumber: Djijono (2002)

5. Jumlah Tanggungan Keluarga

6.7 Kontribusi Kegiatan Wisata TNUK terhadap Kegiatan Konservasi di TNUK

Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam merupakan kekayaan alam yang sangat tinggi nilainya perlu dijaga kelestariannya dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata dapat diselenggarakan melalui kegiatan pengusahaan pariwisata alam. Penyelenggaraan pengusahaan pariwisata alam tersebut dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak merusak lingkungan kawasan.

Berdasarkan hal tersebut tersebut, potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistem di taman nasional perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari. Salah satu upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya ditempuh melalui penetapan sebagian kawasan hutan atau kawasan perairan menjadi taman nasional yang salah satu fungsinya adalah sebagai obyek dan daya tarik wisata alam untuk dijadikan pusat pariwisata dan kunjungan wisata alam.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka taman nasional yang memiliki keunikan alam, keindahan alam, dan lain-lain, sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata alam tersebut dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi. Oleh karena itu, modal masyarakat

68 dan teknologi yang sesuai, perlu diikut sertakan dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam.

Kegiatan wisata di TNUK merupakan kegiatan yang memanfaatkan potensi alam yang dilakukan pada zona pemanfaatan yang berada di kawasan TNUK. Hal tersebut sebagai upaya membantu kegiatan konservasi di TNUK agar mencegah terjadinya perambahan ke zona inti yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan wisata tersebut secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya konservasi dan juga dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar kawasan disamping pekerjaan pokok diantaranya tour guide, porter, kuncen, dan penyewaan kapal.

Sebagai pendukung kegiatan konservasi alangkah baiknya jika kegiatan wisata alam yang dikelola di TNUK minimalnya dapat memenuhi dana operasional untuk kegiatan wisata dari penerimaan kegiatan wisata tersebut sehingga tidak lagi dibebankan dari alokasi dana pengembangan wisata alam di TNUK yang berasal dari pemerintah. Bahkan selanjutnya diharapkan penerimaan dari kegiatan wisata tersebut mendapatkan surplus sehingga dapat pula dialokasikan sebagai dana konservasi di TNUK. Oleh karena itu, perlu dibandingkan alokasi dana pengelolaan wisata di TNUK dari pemerintah pusat dengan penerimaan yang diperoleh dari kegiatan wisata tersebut, serta sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Selain itu perlu diestimasi penerimaan tiket jika berdasarkan WTP dan surplus konsumen yang bisa dilihat pada Tabel 15 berikut.

69

Tabel 15. Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Kegiatan Konservasi Serta Estimasi Penerimaan dari Kegiatan Wisata di TNUK Tahun 2012

Keterangan Besar Penerimaan % terhadap biaya pengembangan wisata % terhadap biaya wisata dan konservasi - Biaya Operasional Pengembangan Wisata dari Pemerintah Pusat * 328.120.000 - - - Alokasi Dana Konservasi dari Pemerintah Pusat * 9.257.415.000 - - Jumlah 9.585.535.000 - Penerimaan dengan harga tiket saat ini *

(N x harga tiket) 79.291.800 24,16% ((ERTS/COP)*100%) 0,83% ((ERTS/COPK)*100%) - Estimasi Penerimaan dengan harga WTP (N x harga WTP) ** 160.833.491,50 49,02% ((ERTW/COP)*100%) 1,67% ((ERTW/COPK)*100%)

Sumber: * = Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2011

** = Diolah oleh Penulis, 2012 Keterangan:

N = Jumlah Kunjungan

ERTS = Estimasi Penerimaan dengan harga tiket saat ini ERTW = Estimasi Penerimaan dengan harga WTP COP = Biaya Operasional Pengembangan Wisata

COPK = Biaya Operasional Pengembangan Wisata dan Alokasi Dana Konservasi dari Pemerintah

Kontribusi kegiatan wisata sebagai pendukung terhadap konservasi di TNUK dapat dilihat dengan pendekatan penerimaan tiket masuk kawasan TNUK dan besarnya biaya untuk kegiatan konservasi di TNUK. Berdasarkan tarif saat ini kegiatan wisata tersebut berkontribusi sebesar 24,12% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi adalah sebesar 0,83%, artinya sebesar 99,17% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah.

Jika berdasarkan WTP pengunjung kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut. Sedangkan kontribusi terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi dapat

70 meningkat menjadi 1,67%, artinya sebesar 98,33% biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi ditanggung subsidi pemerintah. Hal ini dapat mengurangi sebesar 0,84% subsidi yang diberikan oleh pemerintah walaupun masih belum menutupi semua biaya pengembangan wisata dari pemerintah. Terjadinya peningkatan dari penerimaan kegiatan wisata tersebut dapat berkontribusi lebih besar jika dibandingkan dengan harga tiket saat ini yang dapat mengurangi beban pemerintah dalam pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK.

Ada peluang memanfaatkan surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873, 016 yang jika dimaksimalkan dengan mengalikannya dengan jumlah kunjungan satu tahun terakhir diperoleh manfaat sebesar Rp 16.511.904.761,90. Manfaat ini dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi di TNUK. Surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan wisata yang berbentuk paket wisata dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya sehingga adanya kegiatan wisata di TNUK dapat membantu keberlangsungan kegiatan konservasi di TNUK.

Sistem keuangan saat ini belum memungkinkan untuk menggunakan secara langsung penerimaan tarif masuk dari kegiatan wisata untuk pembiayaan konservasi di TNUK. Sistem keuangan di negara Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak mengharuskan semua penerimaan dari pungutan masuk kawasan hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata laut harus disetorkan langsung ke kas negara sehingga menjadi Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Oleh karena itu, penggunaan langsung dana dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK baik untuk tambahan dana

71 operasional pengembangan wisata maupun kegiatan konservasi di TNUK tidak memungkinkan, melainkan harus melalui pengajuan anggaran yang selama ini proporsi untuk kegiatan konservasi khususnya di TNUK dirasa masih kecil.

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam diselenggarakan oleh koperasi, badan usaha milik negara, perusahaan swasta dan perorangan dengan izin yang jelas dan wisata yang dikembangkan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sehingga untuk pengembangan wisata di TNUK yang berbasis ekowisata dapat dilaksanakan dengan menggandeng pihak lain sebagai mitra baik itu koperasi, swasta, maupun BUMN. Diharapkan hal ini dapat menjembatani atau menjadi solusi bagi permasalahan pengalokasian dana konservasi dari penerimaan kegiatan wisata di TNUK.

72 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam, kebersihan, dan keamanan di kawasan wisata TNUK dinilai baik, namun beberapa fasilitas masih kurang memadai diantaranya penyediaan tempat sampah, toko souvenir, penyewaan alat, konsumsi dan jaringan telekomunikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap kegiatan wisata di TNUK adalah pendapatan, usia, lama mengetahui, jarak ke lokasi, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor pendapatan, usia, lama mengetahui, dan jarak ke lokasi memiliki pengaruh positif, sedangkan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap permintaan wisata TNUK.

2. Taman Nasional Ujung Kulon sebagai tempat wisata alam yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan memiliki nilai ekonomi wisata sebesar Rp 16.511.904.761,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki nilai penting berupa manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata.

3. Nilai WTP pengunjung wisata TNUK adalah sebesar Rp 15.666,7 dan nilai surplus konsumen sebesar Rp 3.015.873,016 per kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar penetapan tiket optimum masuk kawasan TNUK yang saat ini baru menetapkan tarif masuk sebesar Rp 2.500,00 untuk wisatawan nusantara.

73 4. Kegiatan wisata di TNUK berkontribusi sebagai pendukung kegiatan konservasi di TNUK, yaitu sebagai upaya mencegah perambahan ke zona inti oleh masyarakat. Penerimaan dari tiket wisata dengan tarif saat ini berkontribusi sebesar 24,16% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 0,83% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Jika diestimasi berdasarkan WTP kontribusinya dapat meningkat menjadi 49,02% terhadap biaya pengembangan wisata tersebut dan sebesar 1,67% terhadap biaya pengembangan wisata dan kegiatan konservasi. Selain itu masih ada peluang memanfaatkan surplus konsumen yang jika dimaksimalkan dapat memenuhi seluruh biaya pengembangan wisata serta kegiatan konservasi di TNUK, kemudian dapat pula dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak langsung.

7.2 Saran

1. Nilai ekonomi wisata TNUK yang tinggi menandakan bahwa keberadaan kawasan ini sebagai fungsi wisata yang dapat mendukung kegiatan konservasi di TNUK. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengelolaan dan pengembangan wisata alam yang mengacu pada konsep ekowisata. Aktifitas wisata di kawasan tersebut sebaiknya diarahkan pada wisata minat khusus dengan membuat segmentasi pasar yang baru atau memperbarui segmentasi yang pernah ada pada sasaran yang tepat misalnya paket wisata minat khusus Badak Jawa sehingga dapat meningkatkan penerimaan bagi pengelola.

74 2. Pengembangan program yang berkaitan dengan wisata yang melibatkan masyarakat perlu ditingkatkan. Melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat terkait pengelolaan kawasan wisata dan memfasilitasi masyarakat agar ikut andil dalam upaya pengembangan kawasan wisata tersebut misalnya sebagai penyewa kapal, penyedia souvenir, guide, dan menyediakan penginapan bagi pengunjung sehingga dapat memberikan income generating untuk masyarakat sekitar kawasan TNUK.

3. Perlu dilanjutkan atau dirintis kembali kerjasama dengan mitra lama atau mitra baru dalam pengelolaan kegiatan wisata berbasis ekowisata, baik itu bermitra dengan pihak BUMN, pihak swasta maupun perorangan sepanjang tidak mengganggu fungsi konservasi TNUK dan sejalan dengan aturan yang belaku.

4. Perlu penelitian lanjutan mengenai sistem kemitraan dalam pengelolaan wisata di TNUK dan sistem pengembangan wisata di TNUK berbasis ekowisata yang harus mencakup unsur konservasi dan dapat melibatkan masyarakat sekitar. Karena wisata di TNUK memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai pendukung kegiatan konservasi.

5. Perlu penelitian lanjutan mengenai tingkat carrying capacity karena kawasan wisata TNUK merupakan kawasan konservasi yang harus tetap dijaga kelestariannya, sehingga daya dukung (carrying capacity) yang ideal harus diketahui agar wisata di TNUK tetap berlanjut di masa yang akan datang

75 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1987. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta

Badi’ah. 2004. Kajian Pengelolaan Wisata di Kawasan Konservasi. Sekolah Parcasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon. 2009. Sejarah dan Status Kawasan. http://www.ujungkulon.org/tentang-tnuk/sejarah-status-kawasan. Diakses pada Tanggal 2 September 2012.

_________.2009. Zonasi. http://www.ujungkulon.org/tentang tnuk/pengelolaan/ zonasi. [ 2 September 2012 ].

_________. 2009. Letak dan Luas. http://www.ujungkulon.org/tentang-tnuk/letak-dan-luas. [ 2 September 2012 ].

_________. 2009. Objek Wisata. http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/obyek-wisata [ 2 September 2012 ].

_________. 2009. Public Use Planning. http://www.ujungkulon.org/tentang-tnuk/sejarah-status-kawasan. [ 2 September 2012 ].

_________. 2011. Statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Damanik J dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. ANDI. Yogyakarta

Dewi RK. 2005. Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Djijono, 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan metode Travel Cost Method Taman Hutan Wisata di Taman Wan Abdul Rahman, Provinsi Lampung. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Douglass RW. 1982. Forest Recreation. Pargamon Press, New York.

Eagles P. 2002. Sustainable Tourism in Protected Areas Guidelines for Planning and Management. Adrian Phillips, series editor. IUCN-The World Conservation Union.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

76 Firandari T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung (PSG-3) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara. Jakarta.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-hill. New- York. hlm. 134-144.

Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Gunn CA. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. Ed ke-3. Taylor &

Francis Pr. Washington DC. hlm. 1-47

Haab dan K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited.

Hanley N dan Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. Edwar elger publishing limited. England.

Juanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelam dan Pendugaan. IPB Press, Bogor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Ranking Devisa Periwisata.

http://www.budpar.go.id/budpar/asp/ringkasan.asp?c=117. Diakses pada 11 Desember 2012

Lianasari E. 2012. Perbandingan Surplus Konsumen Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Pada Pantai Mutun Ms Town Dan Pulau Tangkil, Kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LIPI COREMAP II. 2005. Studi Pengembangan Ekowisata Bahari di Perairan Pulau Abang Kecamatan Galang, Kerjasama LIPI COREMAP II dengan UIB Batam. LIPI. Jakarta.

_______. 2006. Potensi Wisata Bahari di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna. LIPI. Jakarta.

Lindberg. 2001. Tourism and Ecotourism. McGraw-Hill. New York. hlm. 1- 45 Miarni, V. 2004. Kajian Ekologi dan Ekonomi Rumput Laut Alami di Desa

Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

77 Muntasib H. 2007. Diktat Mata Kuliah RAE. Departemen Konservasi Sumberdaya

Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Negoro. 2011. Curug Cikacang. http://woroworonegoro.wordpress.com/2011/07/05/

curug-cikacang/. [11 September 2012]

Nurlia A. 2006. Persepsi dan Prilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Ekosistem Sub Daerah Aliran Sungai Cikundul. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Peraturan Pemerintah Nomor 18. 1994. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 36. 2010. Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Priyatno D. 2011. Uji Heteroskedastisitas. http://duwiconsultant.blogspot.com /2011/11/uji-heteroskedastisitas.html. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012. Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Editor : Tjun Sudjana.

Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Ress WE dan Wackernagel M. 1996. Our Ecological Footprint: Reducing Human Impact on The Earth. Canada: New Society Publishers.

Roos GF. 1998. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

Samuelson PA, Nordhaus WD. 2003. Ilmu Mikroekonomi. Media Global Edukasi. Jakarta.

Sihombing. 2011. Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

78 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/KPTS-II/1992 tanggal 26 Februari 1992.

Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar Alam Ujung Kulon dan Penunjukkan Perairan Laut di Sekitarnya. Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.

Suswantoro G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Tungabdi R. 1993. Persepsi dan Motivasi Kelompok Pecinta Alam Bogor-Jakarta Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Undang-undang Nomor 5. 1990. Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.

Vanhove N. 2005. The Economics of Turism Destination. Elsevvier. Burington Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Penerjemah Frans Gromang. Pradnya

Paramita, Jakarta.

Wells MP. 1997. Economic Perspectives On Nature Tourism, Conservation and Development. Pollution and Environmental Economics Division, Environmental Economics Series. World, Washington.

Wijayanti P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

79

LAMPIRAN

80 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas. Diakses pada tanggal 11 september 2012.

81 Lampiran 2. Sistem Zonasi di Taman Nasional Ujung Kulon

No Nama Zona Luas

(ha) Kawasan Keterangan

1 2 3 4 5 1 Inti Terdiri dari: - Daratan - Lautan ± 28,292 + 26.974 + 1.318 Semenanjung Ujung Kulon (Kalejetan, Tj. Tereleng, Tj. Alang-alang, Gunung Payung, Gunung Talanca, Pasir Baduis) dan Kawasan Gunung Honje Bagian Tengah. 1. Tanjung Cikaret dan Tanjung Guhapondok seluas 338 Ha. 2. Tanjung Karangbatang sebelah timur Gunung Payung seluas 479 Ha. 3. Sebelah timur kawasan pesisir Legon Haji seluas 453 Ha.

4. Sebelah timur Tanjung Karang Jajar seluas 48 Ha.

Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.

2 Rimba + 45.971 Pulau Panaitan, peri-peri kawasan Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum.

Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 3 Perlindungan

Bahari

42.804 Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun & Legon Bajo) & Semenanjung Ujung Kulon (P. Peucang dan Handeuleum)

Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut.

82

No Nama Zona Luas

(ha) Kawasan Keterangan 1 2 3 4 5 4 Pemanfaatan Terdiri dari : - Daratan - Lautan + 948 + 935 13 Pulau Panaitan (Legon Kadam, Legon Butun dan Legon Bajo), Pulau Peucang, Pulau Handeuleum dan Cibiuk. Perairan Pulau Panaitan

Zona inti adalah bagian dari Taman Nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas. 5 Tradisional Terdiri dari : - Daratan - Lautan + 2.553 + 2.356 197

Zona rimba adalah bagian dari Taman Nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 6 Rehabilitasi Terdiri dari : - Daratan - Lautan + 2.195 + 2.190 5 Gunung Honje

Zona Perlindungan Bahari merupakan Zona Rimba yang berada di wilayah perairan laut.

7 Khusus + 24 Gunung Honje,

Legon Pakis dan Ciakar

Zona Khusus adalah bagian dari Taman Nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang

kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai Taman Nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik. Sumber: Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011

83 Lampiran 3. Rute Jalur Darat dan Laut Menuju Kawasan Wisata TNUK

Rute Jalur Darat Menuju Objek Wisata TNUK

No Rute Jarak Waktu Keterangan

1

Jakarta-Labuan 120 km 4-5 Jam Menggunakan Bis Umum, Travel atau Kendaraan Pribadi 2

Labuan-Sumur 60 km 2 Jam Menggunakan Elf, Travel atau Kendaraan Pribadi 3

Labuan-Taman Jaya 90 km 3 Jam Menggunakan Elf, Travel atau Kendaraan Pribadi Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas-wisata

Diakses pada tanggal 11 September 2012

Rute Jalur Laut Menuju Objek Wisata TNUK

No Rute Jarak Waktu Keterangan

1 Labuan/Carita-Tamanjaya 45 Mil 3-4 jam 1,5 jam Longboat Speedboat 2 Labuan/Carita-Pulau Peucang 80 Mil 5-6 jam 2 jam Longboat Speedboat 3 Labuan/Carita-Pulau Handeuleum 60 Mil 4-5 jam 1,5 jam Longboat Speedboat 4 Tamanjaya-Pulau Handeuleum 8 Mil 30 Menit 10 Menit Longboat Speedboat 5 Labuan/Carita-Pulau Panaitan 80 Mil 5-6 jam 2,5 jam Longboat Speedboat Sumber: http://www.ujungkulon.org/info-pengunjung/aksesibilitas-wisata

84 Lampiran 4. Hasil Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK

Regression Analysis: Y versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is

Y = 0,212 - 0,000000 X1 + 0,000000 X2 + 0,0275 X4 + 0,0386 X8 + 0,000819 X9 - 0,241 X10

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,2118 0,2804 0,76 0,458 X1 -0,00000021 0,00000016 -1,30 0,205 1,8 X2 0,0000000041 0,00000000 2,15 0,042 1,5 X4 0,02746 0,01020 2,69 0,013 2,9 X8 0,03861 0,01925 2,01 0,057 1,4 X9 0,0008187 0,0003473 2,36 0,027 2,5 X10 -0,24122 0,06361 -3,79 0,001 3,2 S = 0,357870 R-Sq = 62,6% R-Sq(adj) = 52,8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 4,9210 0,8202 6,40 0,000 Residual Error 23 2,9456 0,1281 Total 29 7,8667 Durbin-Watson statistic = 1,92942

85 Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Regression Analysis: RESI^2 versus X1; X2; X4; X8; X9; X10 The regression equation is

RESI^2 = - 0,123 - 0,000000 X1 + 0,000000 X2 + 0,00395 X4 + 0,00362 X8 + 0,000242 X9 - 0,0281 X10

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -0,1234 0,1135 -1,09 0,288 X1 -0,00000002 0,00000007 -0,32 0,750 1,8 X2 0,00000000 0,00000000 0,86 0,398 1,5 X4 0,003948 0,004129 0,96 0,349 2,9 X8 0,003624 0,007796 0,46 0,646 1,4 X9 0,0002416 0,0001406 1,72 0,099 2,5 X10 -0,02812 0,02576 -1,09 0,286 3,2 S = 0,144892 R-Sq = 20,2% R-Sq(adj) = 0,0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 0,12216 0,02036 0,97 0,467 Residual Error 23 0,48286 0,02099 Total 29 0,60502 Durbin-Watson statistic = 2,34817

Lampiran 6. Tabel Nilai Kritis Uji Kolmogorov-Smirnov

n  = 0,20  = 0,10  = 0,05  = 0,02  = 0,01 26 0,204 0,233 0,259 0,290 0,311 27 0,200 0,229 0,254 0,284 0,305 28 0,197 0,225 0,250 0,279 0,300 29 0,193 0,221 0,246 0,275 0,295 30 0,190 0,218 0,242 0,270 0,290 35 0,177 0,202 0,224 0,251 0,269 40 0,165 0,189 0,210 0,235 0,252 45 0,156 0,179 0,198 0,222 0,238 50 0,148 0,170 0,188 0,211 0,226 Sumber: Iriawan dan Astuti, 2006

86 Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Model Regresi Linier Berganda Objek Wisata TNUK RESI1 P e rc e n t 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 Mean >0,150 -1,02511E-15 StDev 0,3187 N 30 KS 0,104 P-Value

Probability Plot of RESI1

Normal

Sumber: Data Primer Diolah Peneliti, 2012

Lampiran 8. Tabel Statistik d Durbin Watson (Taraf Nyata 5%)

K = 1 K = 2 K = 3 K = 4 K = 5 n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU 15 1.08 1.36 0.95 1.54 0.82 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21 30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83 45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78 50 1.50 1.59 1.46 1.63 1.42 1.67 1.38 1.72 1.34 1.77 60 1.55 1.62 1.51 1.65 1.48 1.69 1.44 1.73 1.41 1.77 70 1.58 1.64 1.55 1.67 1.52 1.70 1.47 1.73 1.44 1.77 75 1.60 1.65 1.57 1.68 1.54 1.71 1.51 1.74 1.49 1.77 90 1.63 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75 1.54 1.78 95 1.64 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.75 1.56 1.78 100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.57 1.78 Sumber: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu.

Diakses pada tanggal 10 September 2012. n = 30 DW = 1,86

k = 5 (1,83 <DW<2,17) Tidak Terjadi Autokorelasi

Menurut Gujarati (), jika nilai durbin watson berada diantara DU dan 4-DU maka tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hal tersebut maka model yang digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi.

87 Lampiran 9. Perhitungan Surplus Konsumen Objek Wisata TNUK

Individu Y (Jumlah Kunjungan atau N) Surplus Konsumen (SK)/Individu CS = N² 2b1 Surplus Konsumen (SK)/Individu/Kunjungan SK/Individu/Kunjungan SK per individu/N individu

1 1 2.380.952,381 2.380.952,381 2 2 9.523.809,524 4.761.904,762 3 2 9.523.809,524 4.761.904,762 4 1 2.380.952,381 2.380.952,381 5 1 2.380.952,381 2.380.952,381 6 1 2.380.952,381 2.380.952,381 7 1 2.380.952,381 2.380.952,381 8 1 2.380.952,381 2.380.952,381 9 1 2.380.952,381 2.380.952,381 10 1 2.380.952,381 2.380.952,381 11 1 2.380.952,381 2.380.952,381 12 1 2.380.952,381 2.380.952,381 13 1 2.380.952,381 2.380.952,381 14 1 2.380.952,381 2.380.952,381 15 1 2.380.952,381 2.380.952,381 16 1 2.380.952,381 2.380.952,381 17 1 2.380.952,381 2.380.952,381 18 1 2.380.952,381 2.380.952,381 19 2 9.523.809,524 4.761.904,762 20 1 2.380.952,381 2.380.952,381 21 2 9.523.809,524 4.761.904,762 22 1 2.380.952,381 2.380.952,381 23 2 9.523.809,524 4.761.904,762 24 3 21.428.571,43 7.142.857,143 25 1 2.380.952,381 2.380.952,381 26 1 2.380.952,381 2.380.952,381 27 1 2.380.952,381 2.380.952,381 28 1 2.380.952,381 2.380.952,381 29 2 9.523.809,524 4.761.904,762 30 1 2.380.952,381 2.380.952,381 Total 133.333.333,3 9.047.6190,48 Mean 4.444.444,444 3.015.873,016

Sumber: Data Primer, Diolah (2012)

Surplus Ekonomi = 3.015.873,016

Nilai Ekonomi = Surplus Konsumen X total jumlah pengunjung 1 tahun terakhir Nilai Ekonomi = 3.015.873,016 x 5.745 = 16.511.904.761,90

88 Lampiran 10. Jumlah Pengunjung Nusantara Objek Wisata TNUK

Tahun 2007-2011

Tahun lokal asing Total Pengunjung

2007 1813 472 2285 2008 1834 677 2511 2009 2940 552 3492 2010 4595 831 5426 2011 5745 946 6691 Total 16927 3478 20405 Rata-rata 3385,4 695,6 4081

Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2011

Lampiran 11. Realisasi Keuangan BTNUK Tahun 2008-2012 Tahun Pengembangan

Wisata Alam

Kegiatan

Konservasi Besaran Gaji Total Anggaran 2008 74.950.000 4.738.182.000 4.698.830.000 9.511.962.000 2009 267.350.000 4.609.786.000 4.874.874.000 9.752.010.000 2010 1.027.245.000 5.571.545.000 5.226.488.000 11.825.278.000 2011 367.193.000 7.858.382.000 6.051.987.000 14.277.562.000 2012 328.120.000 9.257.415.000 6.637.585.000 16.223.120.000 Total 2.064.858.000 32.035.310.000 27.489.764.000 61.589.932.000 Rata-rata 412.971.600 6.407.062.000 5.497.952.800 12.317.986.400 Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (2012)

89 Lampiran 12. Hasil Estimasi Parameter Beberapa Model Permintaan Wisata

TNUK dengan Teknik Stepwise

Model 1 2 3 4 5 Constant -0,34034 -0,20986 0,19823 0,05105 0,21182 X1 -0,00000 -0,00000 -0,00000 -0,00000 -0,00000 T-Value -1,24 -1,26 -1,24 -1,13 -1,30 P-Value 0,230 0,223 0,230 0,272 0,205 X2 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 T-Value 1,44 1,52 1,80 2,08 2,15 P-Value 0,165 0,144**** 0,085 *** 0,050 ** 0,042** X3 0,037 0,033 0,024 T-Value 0,65 0,64 0,56

Dokumen terkait