• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Kontribusi Kredit dan Komponen-komponen Laba Rugi

Dalam analisis per komponen terhadap laporan laba rugi, komponen yang diperhatikan adalah komponen yang digunakan untuk melihat kondisi rentabilitas bank. Analisis ini bertujuan untuk melihat kontribusi kredit produktif dan kredit konsumtif yang disalurkan kepada masyarakat terhadap

pendapatan dan pengaruhnya terhadap laba. Kredit produktif dalam hal ini adalah kredit modal kerja dan investasi. Hasil analisa dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 dapat dilihat bahwa yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan disamping bunga dari kredit yang diberikan adalah obligasi pemerintah. Sedangkan provisi dan komisi dari pemberian kredit memiliki kontribusi yang kecil terhadap pendapatan. Kontribusi terbesar dari provisi dan komisi dari pemberian kredit yaitu pada tahun 2005 sebesar 2,69% dan terkecil pada tahun 2000 sebesar 0,73%. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan pada tahun 1999 sebesar 43,39% dan provisi dan komisi 1,58%. Pada tahun 1999 obligasi pemerintah tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Akan tetapi, pada tahun 2000 obligasi pemerintah berkontribusi besar terhadap pendapatan yaitu sebesar 64,97%, sedangkan bunga dari kredit yang diberikan sebesar 16,47%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1999 dan pada periode 2004-2007 pendapatan didominasi oleh bunga dari kredit yang diberikan, sedangkan pada periode 2000-2003, pendapatan didominasi oleh obligasi pemerintah.

Pendapatan bunga obligasi pemerintah memiliki kontribusi terbesar pada tahun 2001 yaitu sebesar 65,81% dan terkecil sebesar 27,05% pada tahun 2007. Pendapatan bunga dari obligasi pemerintah mengalami penurunan yang signifikan pada periode berikutnya dari tahun 2001, meskipun pada tahun 2006 pendapatan bunga obligasi pemerintah mengalami peningkatan 39,03% dan kemudian tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 31,57%. Pendapatan bunga obligasi pemerintah pada periode 2005-2007 berturut-turut (dalam jutaan) adalah Rp7.797.767, Rp10.840.987 dan Rp7.418.237. Penurunan ini disebabkan oleh penjualan obligasi pemerintah sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki komposisi aktiva produktif dan mendukung likuiditas bank. Gambar 2 menunjukkan komposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah periode 1999-2007. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa komposisi terbesar terhadap pendapatan terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 20% dan terkecil pada tahun 1999 yaitu 0%.

Gambar 2. Kompos periode Sumber:

Pendapatan terbesar pada tahun 2001. Pada tahun 1 kredit yang diberik mengalami penurun adanya penghapusa yang disalurkan ole dilakukan karena mencapai 70,86% d komposisi pendap peningkatan. Sedan kredit yang diberik mengalami peningk disebabkan oleh pe restrukturisasi kred Kontribusi pendapa pada periode 2005 jumlah kredit yang d

13% 7%

7%

1999 2000

mposisi pendapatan bunga obligasi pemerintah P de 1999-2007

er: Laporan Keuangan PT Bank X

bunga dari kredit yang diberikan memiliki un 2007 sebesar 46,05% dan terkecil 16,46% p 1999 pendapatan didominasi oleh pendapatan b rikan yaitu sebesar 43,39%. Akan tetapi, pada ta runan yang signifikan menjadi 16,47%. Hal ini d san atas kredit yang diberikan dan penurunan jum oleh PT Bank X. Penghapusan atas kredit yang a tingginya kredit non performing dengan NP % dan 19,80% pada tahun 1999 dan 2000. Periode 2

apatan bunga dari kredit yang diberikan m angkan pada tahun 2006 komposisi pendapatan b ikan mengalami penurunan sebesar 5,39% dan t

gkatan sebesar 7,17% dari tahun 2006. Penin peningkatan jumlah kredit yang diberikan dan ke edit dari kredit non-performing menjadi kredit p

patan bunga dari kredit yang diberikan terhadap p 05-2007 yaitu 44,27%, 38,88% dan 46,05%. P g diberikan oleh PT Bank X dapat dilihat pada Ga

0% 18% 20% 19% 13% 7% 9% 7% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 PT Bank X i kontribusi % pada tahun n bunga dari tahun 2000 i disebabkan umlah kredit ng diberikan NPL bruto e 2001-2005 mengalami n bunga dari tahun 2007 ingkatan ini keberhasilan performing. p pendapatan %. Penyaluran Gambar 3. 2007

Gambar 3.Grafik p juta rup Sumber: Rataan propo sampai tahun 2007 terhadap pendapata menunjukkan pend pemerintah. Akan t dari tahun 1999-20 yang diberikan me PT Bank X seir meningkatkan peny bunga kredit terhada Pendapatan l operasional lainnya kenaikan nilai pa pemerintah menga merupakan faktor p bunga lainnya sebe 9,79%. Sedangkan k surat berharga dan

0 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000 140.000.000 1999

k perkembangan penyaluran kredit pada PT Bank upiah)

er: Laporan Keuangan PT Bank X

porsi pendapatan bunga dari pihak ketiga selama t 7 sebesar 32,40%, sedangkan proporsi obligasi p atan selama periode 1999-2007 sebesar 41,54%.

ndapatan terbesar PT Bank X berasal dar n tetapi jika dilihat dari perkembangan obligasi p -2007 mengalami penurunan sedangkan bunga d mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasik eiring dengan perkembangannya berupaya un nyaluran kredit kepada masyarakat, sehingga adap pendapatan semakin meningkat.

lain-lain seperti pendapatan bunga lainnya, p ya, pendapatan bukan operasional serta keuntu pasar dan penjualan surat-surat berharga dan galami keadaan yang berfluktuasi. Komponen r penambah terhadap nilai laba bank, terutama p

besar 10,64% dan pendapatan operasional lainn n keuntungan dari kenaikan nilai pasar dan penju an obligasi pemerintah dan pendapatan bukan o

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 nk X (dalam a tahun 1999 i pemerintah 4%. Hal ini ari obligasi i pemerintah a dari kredit sikan bahwa untuk terus a kontribusi , pendapatan ntungan dari dan obligasi nen tersebut pendapatan nnya sebesar jualan surat- operasional 2007

merupakan faktor penambah terkecil terhadap laba bank, yaitu sebesar 2,53% dan 1,39%.

Kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan, setiap tahunnya didominasi oleh pendapatan bunga dari kredit modal kerja kecuali pada tahun 1999 dan 2001 oleh bunga dari kredit investasi. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja, investasi, konsumsi dan kredit lainnya pada tahun 2000 dan 2006 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 2,27% pada tahun 2000 dan tingginya inflasi di awal tahun 2006 sebesar 17,12% (Laporan Tahunan 2006 PT Bank X). Jumlah kredit yang disalurkan pada tahun 1999 sebesar Rp 44.022.662 (dalam jutaan) sedangkan pada tahun 2000 Rp 43.022.539 (dalam jutaan). Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa pendapatan bunga dari kredit yang diberikan untuk tiap-tiap kredit mengalami keadaan yang berfluktuasi.

Gambar 4. Grafik kontribusi pendapatan bunga dari kredit yang diberikan Sumber: Laporan Keuangan PT Bank X (data diolah)

Proporsi kredit konsumsi terhadap pendapatan masih kecil, karena masih sedikitnya jumlah kredit yang disalurkan (Gambar 5). Hal ini disebabkan oleh masa operasi PT Bank X yang masih baru dengan sedikitnya diversifikasi dari produk kredit konsumsi yang ditawarkan kepada masyarakat. Selain itu, disebabkan juga oleh latar belakang sejarah PT Bank

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Lainnya

X yang merupaka kegiatannya terfoku perkebunan, industr tahun 1999 hanya diberikan merupak Sedangkan proporsi pendapatan bunga d Proporsi kredit mo kredit lainnya sebes

Gambar 5. Grafik p kredit Sumber:

Pada tahun 2 dari kredit modal k besar, dimana pada pendapatan sebesar Peningkatan propo terjadi pada tahun proporsi pendapata investasi terjadi pa untuk kredit konsum

0 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000

kan hasil merger dari empat bank yang latar okus kepada sektor produktif, diantaranya perta

stri, ekspor-impor dan perdagangan. Sebagai ilus ya 0,58% dari total pendapatan bunga dari kr

akan pendapatan yang berasal dari kredit rsi kredit modal kerja, investasi dan kredit lainny a dari kredit yang diberikan lebih besar dari kredit k

odal kerja sebesar 15,45%, kredit investasi 16 esar 10,73%.

k perkembangan jumlah penyaluran kredit untuk t

er: Laporan Keuangan PT Bank X

2005 telah terjadi peningkatan proporsi pendapa l kerja 5,87%. Hal ini merupakan peningkatan y da tahun 2005 kontribusi bunga kredit modal kerj sar 20,88% sedangkan pada tahun 2004 sebesa porsi terbesar pada kredit investasi dan kredit n 2004 sebesar 3,59% dan 2,81%. Sedangkan

tan bunga terbesar untuk kredit modal kerja pada tahun 2000 sebesar 9,61% dan 11,77%, umsi terjadi pada tahun 2006 sebesar 2,06%.

kredit modal kerja kredit investasi kredit konsumsi kredit lainnya tar belakang rtambangan, lustrasi, pada kredit yang t konsumsi. nya terhadap it konsumsi. 16,63% dan tuk tiap-tiap patan bunga yang cukup erja terhadap sar 15,01%. it konsumsi n penurunan a dan kredit %, sedangkan

kredit modal kerja kredit investasi kredit konsumsi kredit lainnya

Pada Lampiran 2 dapat dilihat dari proporsi pendapatan pada periode 1999-2007, 14% dari total pendapatan berasal dari kredit modal kerja, 9,96% dari kredit investasi, 2,62% berasal dari kredit konsumsi dan 5,82% dari kredit lainnya. Besarnya pendapatan bunga dari kredit modal kerja disebabkan oleh banyaknya jumlah kredit yang disalurkan sebesar 41,06%. Sedangkan untuk kredit investasi, kredit konsumsi dan kredit lainnya adalah 32,03%, 5,98% dan 20,93%.

Kontribusi pendapatan bunga dari kredit modal kerja terhadap pendapatan sebesar 14%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit modal kerja menyumbang dalam proporsi yang besar terhadap pendapatan. Kontribusi pendapatan bunga dari kredit investasi terhadap pendapatan sebesar 9,96%. Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit investasi menyumbang dalam proporsi terbesar kedua terhadap pendapatan. Kredit lainnya menyumbang dalam urutan proporsi ketiga terhadap pendapatan yaitu sebesar 5,82%. Sedangkan untuk kredit konsumsi, kontribusi pendapatan bunganya terhadap pendapatan sebesar 2,62%, hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit konsumsi menyumbang dalam proporsi terkecil terhadap pendapatan. Kecilnya kontribusi kredit konsumsi terhadap pendapatan, maka kontribusi pendapatan terhadap laba bank dinilai kecil.

Pada kredit modal kerja dan investasi, metode pembebanan suku bunga yang berlaku pada umumnya adalahfloating rate, dimana pembebanan bunga setiap bulannya sangat tergantung pada bunga pasar uang pada bulan tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Sedangkan untuk kredit konsumsi, metode pembebanan suku bunga yang berlaku pada umumnya adalah flat untuk periode tertentu dan kemudian pembebanan suku bunganya menjadi floating

untuk periode berikutnya. Pembebanan suku bunga flat, memungkinkan debitur membayar bunga yang tetap setiap bulannya.

Pada tahun 1999, proporsi pendapatan yang digunakan untuk total biaya sebesar 482,07%. Tahun ini merupakan proporsi terbesar dari pendapatan yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran terbesar pada

periode ini ada pada penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain sebesar 203,50%.

Proporsi laba yang diperoleh PT Bank X terhadap total nilai pendapatan cenderung mengalami keadaan yang berfluktuasi. Pada tahun 2004 bank memperoleh laba sebesar 32,34% dari total pendapatan. Laba ini adalah laba terbesar yang diperoleh PT Bank X. Hal ini menandakan kecilnya biaya operasional yang dikeluarkan hanya sebesar 67,66%. Proporsi perolehan laba terkecil terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,24% dari total pendapatan dengan total biaya yang dikeluarkan 94,76%. Tingginya total biaya disebabkan meningkatnya sejumlah komponen-komponen biaya. Pada tahun 2005 proporsi biaya yang mengalami peningkatan ada pada beban bunga menjadi 49,92%, biaya umum dan administrasi 13,09%, biaya gaji dan tunjangan 13,54%, beban pendanaan lainnya 1,26% dan penyisihan penghapusan aktiva produktif, komitmen dan kontinjensi dan aktiva lain-lain meningkat menjadi 14,40%. Selain memperoleh laba, PT Bank X juga mengalami kerugian pada tahun 1999 sebesar 382,07% dari total pendapatan. Hal ini dikarenakan oleh besarnya biaya yang dikeluarkan 482,07%.

Besarnya kerugian pada PT Bank X dapat diatasi dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1999 (PP No.52/1999) tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia pada PT Bank X melalui penerbitan Obligasi Rekapitalisasi Pemerintah oleh Menteri Keuangan dengan nilai maksimum Rp 137,800,000 (dalam jutaan). Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 1999 tanggal 24 Desember 1999 tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Republik Indonesia di PT Bank X dalam rangka Program Rekapitalisasi, Pemerintah Republik Indonesia menambah penyertaan modal sampai sejumlah maksimum Rp 42,200,000 (dalam jutaan). Sehingga penyertaan secara keseluruhan menjadi Rp 180,000,000 (dalam jutaan). Dengan demikian, PT Bank X dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan baik.

PT Bank X tidak memisahkan biaya yang dikeluarkan untuk penyaluran masing-masing kredit. Dengan kata lain bank hanya mempunyai laporan mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan

operasional (penyaluran dan perolehan dana) secara keseluruhan. Di dalam perbankan ada biaya yang dikeluarkan akibat penyaluran kredit, yaitu biaya penghapusan aktiva produktif. Dimana aktiva produktif terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, surat-surat berharga, obligasi pemerintah, tagihan lainnya-transaksi perdagangan, surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, penyertaan saham dan komitmen dan kontinjensi.

Biaya yang timbul akibat penghimpunan dana disebut biaya atau beban kepada pihak ketiga. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pos ini dipengaruhi oleh besarnya dan dari mana sumber dana berasal. Dalam hal ini ada dua jenis sumber dana, yaitu dana mahal berupa deposito dan dana murah berupa tabungan dan giro. Deposito disebut dana mahal, karena tingginya pemberlakuan tingkat suku bunga untuk deposito. Deposito memiliki kontribusi terbesar dalam sumber dana PT Bank X (Tabel 1). Jumlah sumber dana pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 2007, sedangkan beban bunga kepada pihak ketiga terbesar terjadi pada tahun 1999 (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh besarnya beban bunga untuk deposito.

Tabel 1. Komposisi dana pihak ketiga (dalam miliar rupiah)

Komponen Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Giro 19,856 35,751 37,557 32,580 38,232 41,083 46,410 48,813 67,011 Tabungan 14,305 18,030 22,305 29,926 41,307 53,533 47,153 60,304 85,359 Deposito 113,844 109,594 130,583 121,608 99,272 81,222 112,726 96,591 94,985 Total 148,006 163,375 190,446 184,114 178,811 175,838 206,290 205,708 247,355 Sumber : Laporan Neraca PT Bank X Tbk

Biaya-biaya lainnya dipengaruhi oleh kegiatan operasional bank secara keseluruhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh bank, misalnya biaya pendanaan lainnya, biaya umum dan administrasi, biaya gaji dan tunjangan, dan rugi selisih kurs bersih. Biaya umum dan administrasi terdiri dari penyusutan dan amortisasi aktiva tetap, biaya sewa, promosi, komunikasi, beban jasa profesional, perbaikan dan pemeliharaan, listrik, air dan gas, alat tulis kantor, transportasi, penelitian dan pengembangan dan lainnya.

Sedangkan biaya gaji dan tunjangan terdiri dari beberapa komponen, yaitu gaji, upah, pensiun dan tunjangan pajak; tunjangan hari raya, cuti dan terkait lainnya; penyisihan cadangan uang penghargaan pegawai dan manfaat beban tugas; pendidikan dan pelatihan; kesejateraan pegawai; beban kompensasi atas opsi saham; bonus dan lainnya.

Tabel 2. Komposisi beban bunga kepada pihak ketiga (dalam miliar rupiah) Komponen Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Giro 1,480 1,264 2,142 1,880 1,295 1,131 1,252 1,326 1,252 Tabungan 2,036 1,687 2,158 2,585 2,324 2,112 2,033 2,059 2,310 Deposito 29,536 14,088 17,607 19,041 12,524 5,147 7,161 11,460 6,466 Total 33,052 17,039 21,907 23,506 16,143 8,390 10,446 14,845 10,028 Sumber : Laporan Keuangan PT Bank X

Dokumen terkait