• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biaya pengelolaan usaha tani adalah biaya total pengelolaan yang dikeluarkan oleh petani. Biaya tersebut adalah biaya rata-rata yang dikeluarkan tiap tahunnya oleh petani meliputi biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya bibit. Secara keseluruhan biaya pengelolaan usaha tani dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Biaya Pengelolaan Usaha Tani PHBM

Strata (ha) Luas Lahan (ha) Biaya Pengelolaan (Rp/th)

Strata I > 0,5 1,82 3.526.137

Strata II 0,25-0,5 0,37 616.500

Strata III <0,25 0,17 17.111

34 Berdasarkan tabel 7 biaya pengelolaan usaha tani PHBM pada masing- masing strata yang diamati memiliki nilai yang beragam. Biaya pengelolaan usaha tani PHBM tertinggi terdapat pada strata I yang memiliki luas lahan yang lebih besar dibandingkan dua strata lainnya, yaitu mencapai nilai rata- rata sebesar Rp. 3.526.137,- per tahun. Sedangkan untuk strata II dan III besar nya biaya usaha tani PHBM rata-rata per tahunnya masing-masing adalah Rp. 616.500,- dan Rp. 17.111,-.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa biaya rata-rata pengelolaan usaha tani PHBM per tahun sebesar Rp. 1.386.583,-. Pada strata I dengan luas lahan 1,82 ha, petani cenderung mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mengelola lahannya dibandingkan dengan dua strata lainnya, karena semakin luas lahan maka biaya yang dikeluarkan untuk mengelola lahan usaha tani nya akan semakin besar, selain itu pada strata I umumnya petani menggunakan tenaga buruh orang lain dalam mengelola lahannya. Sedangkan luas lahan yang kecil pada strata II dan III, biaya pengelolaan lahannya lebih kecil dan jarang menggunakan tenaga buruh yang disewa untuk mengerjakan lahannya.

Tabel 8. Biaya Pengelolaan Usaha Tani Non PHBM

Strata (ha) Luas Lahan (ha) Biaya Pengelolaan (Rp/th)

Strata I > 0,5 2,37 70.859.389

Strata II 0,25-0,5 0,37 1.543.607

Strata III <0,25 0,01 288.257

Rata-rata 0,92 24.230.418

Dari tabel 8 dapat terlihat biaya pengelolaan usaha tani non PHBM (sayuran) pada masing-masing strata juga memiliki nilai yang beragam. Biaya pengelolaan yang dihitung juga meliputi biaya pupuk, tenaga kerja, dan bibit untuk setiap kali perioditas penanaman. Berdasarkan Tabel 8 terlihat pula bahwa biaya pengelolaan lahan usaha tani non PHBM pada strata I sangat tinggi yaitu rata-rata mencapai Rp. 70.859.389,-per tahun, untuk strata II dan III masing-masing sebesar Rp. 1.543.607,- dan Rp. 288.257,- sehingga biaya pengelolaan usaha tani non PHBM rata-rata sebesar Rp. 24.230.418,-per ha

35 per tahun. Biaya usaha tani non PHBM pada strata I lebih tinggi dibandingkan kedua strata lainnya hal ini disebabkan hampir seluruhnnya petani pada strata I memiliki lahan diluar PHBM, selain itu pada lahan tersebut dilakukan intensifikasi penanaman 3-4 kali dalam setahun, juga petani lebih banyak menggunakan tenaga buruh untuk mengelola lahannya. Sedangkan pada strata II dan III hanya sebagian kecil saja petani yang memiliki lahan milik sendiri selain itu, petani hanya menggunakan tenaga sendiri atau keluarga untuk mengerjakan lahannya hal tersebut dikarenakan luasan lahan yang relatif kecil.

Biaya usaha tani PHBM rata-rata sebesar Rp. 1.386.583,- per tahun, sedangkan utuk biaya usaha tani non PHBM (sayuran) adalah sebesar Rp. 24.230.418,- per tahun. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa biaya usaha tani non PHBM jauh lebih besar dibanding biaya usaha tani PHBM. Tingginya biaya usaha tani non PHBM disebabkan oleh intensitas pengelolaan lahan yang dilakukan untuk memberikan hasil yang diharapkan. Tanaman pada lahan usaha tani non PHBM merupakan tanaman yang cepat memberikan hasil sehingga membutuhkan kondisi kesuburan tanah yang tetap terjaga dan pemeliharaanya yang rutin untuk menghindari resiko kegagalan yang cukup tinggi akibat serangan hama dan penyakit, selain itu pemberian pupuk juga dilakukan secara bertahap. Jenis komoditi yang di budidayakan pada lahan usaha tani non PHBM diantaranya tomat, wortel, kentang, cabe, kol, kacang dan sampo. Pada lahan usaha tani PHBM, pengelolaan hanya dilakukan seperlunya saja karena tanamannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan hasil dan petani cenderung untuk tidak perlu melakukan pengelolaan secara intensif. Hal ini yang menyebabkan biaya pengelolaan pada lahan usaha tani PHBM lebih rendah dibanding pada lahan usaha tani non PHBM.

2. Pendapatan Usaha Tani PHBM dan Non PHBM

Pendapatan usaha tani adalah seluruh masukan yang dihasilkan dari memproduksi hasil komoditi yang ditanam sebelum dikurangi oleh berbagai macam biaya yang dikeluarkan untuk produksi.

36 Perbandingan pendapatan yang dihasilkan dari usaha tani PHBM dan usaha tani non PHBM tersaji dalam Tabel 9

Tabel 9. Pendapatan usaha tani PHBM dan Non PHBM

Strata Penguasaan Lahan (ha) Usaha Tani PHBM (Rp/th) Usaha Tani Non PHBM (Rp/th) Total (Rp/th) % % Total % (1) (2) (1) (2) Strata I > 0,5 10.273.043 310.418.667 320.691.710 3,20 96,80 100 Strata II 0,25-0,5 2.314.947 8.191.111 10.506.058 22,03 77,97 100 Strata III < 0,25 1.053.333 483.750 1.537.083 68,53 31,47 100 Rata-rata 4.547.108 106.364.509 110.911.617 4,01 95,99 100

Dari Tabel 9 terlihat bahwa strata I pada masing-masing usaha tani memiliki pendapatan lebih besar dibanding pada strata lainnya. Hal ini berkaitan dengan luasan lahan yang dimiliki semakin luas lahan yang dikuasai semakin besar pula pendapatan yang dihasilkannya.

Pendapatan kotor yang dihasilkan usaha tani PHBM lebih kecil dibanding usaha tani non PHBM hal tersebut dikarenakan periode panen yang terjadi pada usaha tani non PHBM (sayuran) mencapai 3-4 kali dalam setahun, selain itu banyaknya jumlah komoditi sayuran yang ditanam juga mempengaruhi besarnya pendapatan yang dihasilkan. Perioditas panen pada tanaman sayuran berbeda dengan tanaman kopi, Sayuran merupakan tanaman musiman yang dapat langsung dipanen rata-rata setiap 3-4 bulan sekali atau dapat mencapai 3-4 kali dalam setahun. Berbeda dengan tanaman kopi yang merupkan tanaman tahunan, kopi baru akan terasa hasilnya setelah mencapai umur 2,5-3 tahun.

3. Pendapatan Bersih Usaha Tani PHBM dan Non PHBM

Pendapatan bersih dari usaha tani PHBM dan non PHBM merupakan hasil dari pengurangan antara pendapatan kotor dengan biaya pengelolaannya. Pendapatan bersih usaha tani PHBM dan non PHBM dapat dilihat pada Tabel 10

37 Tabel 10. Pendapatan Bersih Usaha Tani PHBM dan Non PHBM

Strata Penguasaan Lahan (ha) Lahan PHBM Rp/th) Lahan Non PHBM (Rp/th) Total (Rp/th) % % Total % (1) (2) (1) (2) Strata I > 0,5 5.205.950 239.559.278 244.765.228 2,13 97,87 100 Strata II 0,25-0,5 1.351.205 6.647.504 7.998.709 16,89 83,11 100 Strata III < 0,25 878.222 195.493 1.073.715 81,79 18,21 100 Rata-rata 2.478.459 82.134.091 84.612.551 2,93 97,07 100

Dari tabel terlihat bahwa pendapatan bersih usaha tani PHBM pada strata I sebesar Rp. 5.205.950,-, pada strata II sebesar Rp. 1.351.205,-, dan pada strata III sebesar Rp. 878.222,- per tahun.. Pendapatan bersih rata-rata per tahun mencapai nilai sebesar Rp. 2.478.459,-. Pendapatan bersih untuk usaha tani non PHBM pada strata I sebesar Rp. 239.559.278,-, pada strata II sebesar Rp. 6.647.504,-, dan pada strata III sebesar Rp. 195.493,- per tahun. Pendapatan bersih rata-rata per tahunnya mencapai Rp. 82.134.091,-. Secara umum semakin luas lahan usaha tani PHBM maupun non PHBM maka pendapatan bersih yang diperoleh semakin besar.

Dari tabel diatas terlihat pula bahwa pendapatan bersih usaha tani non PHBM lebih besar dibanding dengan usaha tani PHBM yaitu rata-rata sebesar 97,07% dibanding usaha tani PHBM yaitu rata-rata hanya sebesar 2,93% terhadap total pendapatan usaha tani.

4. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Pada dasarnya pendapatan dan pengeluaran merupakan ukuran bagi tingkat hidup suatu rumah tangga. Umumnya semakin besar pendapatan yang diperoleh maka akan semakin besar pula jumlah pengeluarannya.

Pola konsumsi rumah tangga yang dimaksud adalah konsumsi untuk pangan dan bukan pangan. Konsumsi untuk bahan pangan terdiri dari makanan pokok (beras) dan lauk-pauknya. Sedangkan konsumsi untuk bukan pangan meliputi pendidikan, kesehatan, transportasi, dll. Pola pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 11.

38 Tabel 11. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Responden

Strata Penguasaan Lahan (ha) Pangan (Rp/th) Non Pangan (Rp/th) Total (Rp/th) % % Total % (1) (2) (1) (2) Strata I > 0,5 3.889.796 1.901.184 5.790.979 67,16 32,84 100 Strata II 0,5-0,25 1.291.765 187.765 1.479.529 87,31 12,69 100 Strata III < 0,25 610.000 0 610.000 100 0 100 Rata-rata 1.930.520 696.316 2.626.836 73,49 26,51 100

Perbedaan tingkat pendapatan pada masing-masing strata juga akan menimbulkan perbedaan pola dasar konsumsi rumah tangga. Dari tabel diatas dapat dilihat pola pengeluaran rumah tangga responden pada masing-masing strata untuk konsumsi pangan (73,49%) lebih besar dibanding dengan konsumsi non pangan (26,51%), hal tersebut dikarenakan petani tidak memanen komoditinya untuk dikonsumsi sendiri melainkan hasil dari panen usaha tani non PHBM tersebut untuk dijual.

5. Pendapatan Bersih Rumah Tangga Responden

Pendapatan bersih rumah tangga responden merupakan hasil pengurangan antara pendapatan total rumah tangga responden, meliputi pendapatan usaha tani PHBM, usaha tani non PHBM dan pendapatan lain-lain dikurangi dengan total pengeluarannya meliputi konsumsi untuk pangan maupun non pangan. Pendapatan bersih rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pendapatan Bersih Rumah Tangga

Strata Penguasaan lahan (Ha)

Pendapatan Bersih Rumah Tangga Responden (Rp/th) Pendapatan Total (Rp/th) Pengeluaran (Rp/th) Pendapatan bersih (Rp/th) Strata I > 0,5 60.133.874 5.790.979 54.342.895 Strata II 0,25-0,5 3.407.023 1.479.529 1.927.494 Strata III <0,25 808.571 594.286 214.285 Rata-rata 21.449.823 2.621.598 18.828.225

39 Dari tabel diatas dapat dilihat pendapatan bersih rumah tangga pada strata I rata-rata sebesar Rp.54.342.895,-, strata II sebesar Rp. 1.927.494,- dan pada strata III sebesar Rp. 214.286,- per tahun. Rumah tangga responden yang berada pada strata I memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan strata II dan III hal tersebut berkaitan dengan besarnya luasan penguasaan lahan. Sedangkan rata-rata pendapatan bersih rumah tangga peserta program PHBM adalah sebesar Rp. 18.828.225,- per tahun

6. Proporsi Sumber Pendapatan Terhadap Pendapatan Total

Proporsi pendapatan dalam kegiatan PHBM terhadap pendapatan total rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13.Kontribusi PHBM terhadap Pendapatan Total

Strata Penguasaan lahan (Ha) Sumber pendapatan Usaha Tani PHBM (Rp/th) Usaha Tani Non PHBM (Rp/th) Lain-lain (Rp/th) Total (Rp/th) % % % total Strata I > 0,5 9.785.714 58.962.612 9.624.489 78.372.815 12,49 75,23 12,28 100 Strata II 0,25-0,5 2.240.235 318.235 1690588 4.249.058 52,72 7,49 39,79 100 Strata III <0,25 1.055.000 0 0 1.055.000 100 0 0 100 Rata-rata 4.360.316 19.760.282 3.771.692 27.892.291 15,63 70,85 13,52 100

Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa setiap rumah tangga peserta program PHBM mendapat hasil dari usaha tani PHBM nya rata-rata sebesar Rp. 4.360.316,- (15,63%), dari usaha tani non PHBM sebesar Rp. 19.760.282,- (70,85%) dan dari usaha lain-lain yang meliputi beternak, wiraswata, buruh dan lainnya sebesar Rp. 3.771.692,- (13.52%). Pada strata I usaha tani PHBM menempati urutan kedua setelah Usaha tani non PHBM yaitu sebesar 12,49%, untuk usaha tani non PHBM sebesar 75,23%, dan yang terakhir adalah usaha lain-lain yaitu sebesar 12,28%. Pada strata II usaha tani PHBM menempati urutan I dalam kontribusinya terhadap pendapatan total rumah tangga yaitu sebesar 52,72%, kemudian usaha lain-lain menempati urutan kedua sebesar 39,79%, dan terakhir adalah usaha tani non PHBM yaitu

40 sebesar 7,49%. Untuk strata III usaha tani PHBM memberikan kontribusinya sebesar 100% terhadap total pendapatan rumah tangga petani. Secara keseluruhan usaha tani PHBM menempati urutan kedua setelah usaha tani non PHBM, tetapi kontribusinya, terutama untuk petani pada strata II dan III dirasa sangat besar sekali hal tersebut disebabkan keterbatasan penguasaan lahan yang dimiliki petani pada strata tersebut. Selain itu PHBM kopi pangalengan baru mencapai tahap panennya yang kedua sedangkan pada umumnya semakin bertambah umur kopi maka produksinya akan semakin meningkat hingga kopi tersebut mencapai usia optimal antara 7-9 tahun, sehingga usaha PHBM kopi nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar bagi total pendapatan rumah tangga petani.

Dokumen terkait