• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusu Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

POTENSI ZAKAT DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

D. Kontribusu Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Zakat yang diwajibkan oleh Islam meskipun ada kesamaan dengan zakat yang disyari‟atkan pada agama-agama terdahulu dalam prinsip dan nama, tetapi dalam kenyataannya zakat Islam merupakan satu siatem sosial baru yang unik, suatu sistem yang belum perna dipelopori oleh satu agama samawi pun dan oleh

satu hukum konvensional dunia pun.42

Kita tidak heran jika sejarah otentik telah menceritakan kepada kita, bahwa Khalifa pertama pengganti Rasulallah saw, Abu Bakar ash-Shiddiq, mempersipkan bala tentara untuk mengirimkan pasukan serta mengumumkan perang terhadap beberapa kelompok dari orang-orang Arab yang menolak untuk

42

Dr.Yusuf Qardhawi, Anatomi Masyarakat Islam (Malamih Al-Mujtami‟ Al-Muslim Alladzi Nan Syyuduhu, Maktabah Wahbah, Penerjemah: Dr. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet. I, h. 50

menunaikan zakat. Seraya mengatakan,”kita mendirikan shalat, namun kita tidak menunaikan zakat.”Maka dari itu Abu Bakar tidak mau kompromi dengan mereka dalam hal yang memang telah diwajibkan Allah.

Abu Bakar tidak membedakan antara kaum murtad dan kaum yang menolak untuk memberikan zakat, dan beliau memerangi mereka semua.

Karena zakat merupakan pajak yang mana negara Islam berwenang untuk memungutnya dari orang-orang yang berkewajiban mengeluarkannya dan berwenang untuk mendistribusikannya kepada para mustahik, maka Islam

menentukan kadar dan ukuran, nisab, proporsi (rasio nisab) yang wajib

dikeluarkan dari padanya dan alokasi penyaluran dana yang ditetapkan kepadanya

(mashonif zakat), dan Islam tidak membiarkannya begitu saja kepada hati nurani

kaum muslimin sendiri dalam menentukan kadar, ukuran, rasio sumber dana zakat

dan alokasi penyalurannya.43

Penuaian terhadap perintah-perintah Allah selalu membawa efek ganda, yang pertama adalah wujud kepatuhan dan penghambaan diri kepada

Allah(vertikal), sedangkan yang kedua adalah bentuk dari solidaritas sosial

(horizontal) yang memuat misi humanis, emansipatoris, dan bahkan

memerdekakan.

Dengan kata lain, iman harus selalu dikaitkan, disejalankan atau diikuti dengan amal. Adalah naif mengklaim sebagai orang beriman tetapi perbuatannya jauh menyimpang dari ciri-ciri orang beriman, adalah bohong besar mengaku

43

sebagai orang yang percaya kepada Allah dan kitab suciNya jika amal perbuatan kesehariannya justru menyimpang dari subtansi kitab suci, pusat dari perintah zakat misalnya, adalah iman bahwa perintah itu datang dari Tuhan dan bahwa Dia itu ada; tetapi ujung dan muara dari perintah itu adalah kesejahteraan sosial

(social welfore) yang dinikmati tidak hanya bagi pelakunya (muzakki), tetapi

orang yang diberi zakat (mustahik).44

Jelasnya bahwa, harta yang berada di tangan kelompok elit, atau perorangan harus di-share melalui mekasisme zakat. Patut pula disebutkan di sini, dalam harta yang mereka simpan sejatinya ada hak-hak orang lain yang harus diberikan. Penuaian kewajiban ini sebenarnya dapat memberikan dampak positif bagi si kaya, yaitu mereka tidak memakan apa yang bukan menjadi haknya, dan bagi si miskin, zakat merupakan hak yang harus mereka terima. Yang kaya tidak

dhalim dan yang miskin tidak terdhalomi.45

Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada kita dalam surat adh-Dhuha ayat 8: “dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang yang kekurangan, lalu Dia

memberikan kecukupan.” Ini merupakan sifat Allah yang harus kita tiru melalui

prinsip zakat di mana seorang yang kaya harus memandang bahwa banyak orang yang yang dalam kekurangan, maka sisikanlah sebagian hartanya untuk menutupi

kekurangan materi orang lain.46

44

Alie Yafie, Menjawab Seputar Zakat, Infak dan Sedekah, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2000) Cet. I, h. XVI

45

Alie Yafie (Jakarta: PT RajaGrafindo,2000) h. XVIII

46

Atas uraian di atas maka sasaran sosial ekonomi zakat adalah mengangkat

keadaan ekonomi pihak-pihak yang menbutuhkan. Pihak-pihak yang

membutuhkan dalam sasaran zakat disebut dengan mustahik.

Dengan demikian, posisi zakat selain sebagai kewajiban agama, juga berdampak pada solidaritas untuk membangun sebuah komunitas negara yang tangguh karena dukungan ekonomi yang sehat dan manajerial. Oleh karena itu Allah memberikan ancaman yang bukan hanya diberikan di dunia sebagai orang yang hina atas kekikirannya, tetapi juga berdampak luas pada nasib masa depan, yaitu pertanggungjawaban diri di hadapan Allah atas apa yang mereka kikirkan dari amanat Allah.

Zakatpun dimaksudkan oleh syara sebagai bentuk manivestasi keadilan sosial agar harta tidak tidak harus selalu dimonopoli oleh kaum kaya sehingga menimbulkan suatu jurang pemisah antara orang yang lemah ekonomi dengan orang yang kuat ekonominya, sehingga tidak dikhwatirkan terjadinya penghisapan dan perbutan semena-mena yang dilakukan oleh orang yang kuat ekonominya.

Dengan begitu akan terjadi simbiosis mutualistis antara orang fakir dan orang

kaya dengan adanya zakat, infak dan sedekah. Akhirnya terjalin suatu solidaritas dan toleransi yang utuh dalam kesatuan tauhid dan kesatuan umat.

Sedangkan pelaksanaan zakat menurut Muhammad Baqir Al-Sadr (1935-1980 M), memandang hal ini merupakan tugas suatu negara. Selain itu, dia juga

dibelanjakan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan

sosial.47

Salah satu poin yang menarik yang Muhammad Bagir Al-Sadr ciptakan

adalah fokus ekslusif kepada kaum miskin. Target Sadr adalah terciptanya

keseimbangan sosial dengan tidak mengarah pada keseimbangan hidup antara si miskin dan si kaya. Para sarjana muslim setuju bahwasannya harus ada standar kehidupan tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum. Pengaturan mengenai standar ini tidak berarti berhenti untuk mengurai jarak/jurang standar kehidupan. Sebab seseorang mempunyai kesamaan standar hidup.

Kesucian jiwa melahirkan ketenangan batin, bukan hanya bagi penerima zakat, tetapi juga bagi pemberinya. Karena kedengkian dan iri hati dapat tumbuh pada saat seseorang tak mrmiliki melihat seseorang yang berkecukupan namun enggan mengulurkan bantuan. Kedengkian ini melahirkan keresahan bagi kedua belah pihak. Pengembangan harta akibat zakat, bukan hanya ditinjau dari aspek spiritual keagamaan berdasarkan ayat Allah:











Arinya:”Allah menghapuskan (berkah) riba dan menambah

(berkah)sedekah dan Allah tidak mengasihi tiap-tiap orang kafir

yang berdosa”. (Q.S. al-Baqaroh: 276).

47

Zakat juga harus ditinjau secara ekonomis-psikologis, yakni dengan adanya ketenangan batin dari pemberi zakat, ia akan dapat lebih mengkonsentrasikan usaha dan pemikirannya guna mengembangkan hartanya. Di samping itu, pemberian zakat mendorong terciptannya daya beli baru dan daya produksi dari para penerima tersebut.

Zakat memiliki nilai yang sangat penting. Hal ini karena zakat memiliki hikmah dan manfaat berupa:

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmatNya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersikan dan mengebangkan harta yang dimiliki.

2. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong,

membantu, membina mereka terutama fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, hasad, yang mungkin timbul.

3. Sebagai pilar amal bersama (jama'i) antara orang-orang kaya yang

berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah SWT.

4. Sebagai salah satu bentuk kongkrit dari jaminan sosial yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Melalui syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir miskin dan orang-orang menderita lainnya akan terperhatikan dengan baik. Zakat merupakan salah satu bentuk pengejawatahan perintah Allah untuk senantiasa melakukan tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.

5. Sebagai salah satu sumber dana bagi pengembangan sarana maupun prasarana

yang harus diiliki umat Islam; seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan sosial maupun ekonomi, dan sebagai sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim.

6. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat bukanlah

membersihkan harta yang kotor (monay laundring), akan tetapi mengeluarkan

bagian dari hak orang lain dari harta yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

7. Dari sisi pembangunan umat, zakat merupakan salah satu instrumen

pemerataan pendapatan. Dengan zakat dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.

8. Dorongan ajaran Islam ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya

untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki.

9. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang sesama manusia, manifestasi kegotongroyongan, mengurangi kemiskinan, membina dan mengembangkan stabilitas sosial, dan merupakan salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.

Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat mempunyai multiplier effect. Selain

bermanfaat untuk mustahik, ternyata muzaki pun mendapat keuntungan dari berzakat. Manfaat zakat tidak hanya dirasakan oleh mustahik saja, melainkan sampai kepada masyarakat dengan adanya pembangunan kesejanteraan umat dan terwujudnya solidaritas dan gotong royong serta menyempitkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.

Barang kali munculnya karya-karya profesor Fazrul Rahman, anggapan bahwa kandungan al-Qur'an lebih menonjolkan konsep etika menjadi semakin populer. Banyak penulis muslim generasi setelahnya lebih senang menggunakan

istilah etika ini daripada istilah hukum.48 Namun, menurut Rahman, dalam

sejarahnya, tradisi pemikiran Islam ternyata tidak memisahkan etika dari hukum, menurut Rahman, ajaran moral inilah yang merupakan inti daripada ajaran

al-Qur'an. Ia menulis:49

We have repeatedly empasized that the basic elan of the Qur'an is moral

and we have pointed to the ideas of social and economic justice that immediately

followed from it in the Qur'an.”

48

Abbas Anwar. Bung Hatta dan Ekonomi Islam, (Jakarta: LP3M STIE Ahmad Dahlan, 2000). h. 76

49

(Kami telah berulang kali menekankan bahwa ajaran dasar Qur'an adalah ajaran moral dan kami telah menunjukkan ide-ide tentang keadilan sosial dan ekonomi secara langsung mengikitinya dalam Qur'an) (Rahman, 1979)

Di dalam tulisannya yang lain, setelah menyebutkan bahwa tujuan pokok al-Qur'an adalah ajaran moral, Rahman menjelaskan bahwa ajaran moral tersebut

menekankan pada keadilan sosial dalam bidang ekonimi dan egalitarianisme

(anggapan bahwa seriap orang mempunyai kedudukan sama/sederajat). Keadilan dan egalitarianisme ini nampak pada setiap ayat di dalam al-Qur'an. Bahkan ajaran rukun Islam yang lima sekalipun sasaran akhirnya adalah komunitas yang berkeadilan dan berprinsip egalitarian. Zakat jelas sekali muatan keadilan sosialnya. Memang sering nilai uang mempunyai peranan ketika bisa di jadikan alat untuk mengganti kewajiban tertentu, seperti ajaran fidya, kaffarat, atau lainnya. Namun, itu semua bisa dipahami justru nilai keadilan sosialnya lebih

kentara.50

Prinsip Islam tentang kebijakan fiscal dan anggaran belanja bertujuan untuk mengembangkan masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang sama.

Dalam hal kebijakan fiscal, zakat memainkan peranan penting dan signifikan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, bahkan berpengaruh nyata pada tingkah laku konsumen, zakat berpengaruh pula terhadap pilihan konsumen

50

dalam hal mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan atau investasi dan konsumsi. Pengaruh-pengaruh baik dari zakat pad aspek social ekonomi memberikan dampak terciptanya keamanan masyarakat dan menghilangkan

pertentangan kelas karena ketajaman perbedaan pendapatan.51

Zakat adalah sistim sosial, karena ia berfungsi menyelamatkan masyarakat dari kelemahan baik karena bawaan, ataupun karena keadaan. Zakat dapat menanggulangi berbagai bencana dan kecelakaan, memberikan santunan kemanusiaan, orang yang berada menolong yang tidak punya, yang kuat membantu yang lemah, orang miskin dan ibnu sabil, memperkecil perbedaan

antara si kaya dan si miskin.52

Sebuah fakta tersingkap, zakat berkontribusi mengurangi kemiskinan mustahik. Belum lama ini, Indonesia magnificence of zakat (IMZ) mengungkapkannya melalui rilis survai ilmiah tentang pembangunan sosial dan perzakatan bertajuk Inodinesia zakat and development report (IZDR) 2011.

Mereka menyatakan, zakat memberi andil mengurangi kemiskinan dhuafa penerima zakat hingga 10,79 persen. Direktur utama IMZ, Nana Mintarti menyatakan dalam survai tersebut pihaknya mencermati tiga hal, yakni implikasi zakat terhadap penurunan tingkat kedalaman kemiskinan serta dampak zakat terhadap pengurangan tingkat keparahan kemiskinan, Kegiatan tersebut dilakukan

51

Muhammad Nuruddin Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, (PT. Raja Grafindo Persada, 2006). h.26

52

pada kisaran Juli hingga Agustus 2010. Survai berangkat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009.

Data itu menyebutkan bahwa anggka kemiskinan Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 14,15 persen dari jumlah penduduk atau setara dengan 32,53 juta jiwa. “Padahal banyak lembaga pengelola zakat yang berdiri dan menyalurkan zakatnya untuk kaum dhuafa,”katanya di Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (3/1).

Maka IMZ pun mulai menganalisis beberapa faktor penyebab masih terkendalanya program pendayagunaan zakat yang bersifat konsumtif maupun produktif. Lokasi penelitian ditetapkan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Sedangkan populasi penelitian, berjumlah 4.646 rumah tangga penerima zakat yang berasal dari delapan organisasi pengelola zakat (OPZ) dengan sampling 821 rumah tangga mustahik atau 17,67 persen dari populasi. Untuk menentukan besaran perubahan yang terjadi, ditentukan standar garis kemiskinan.

Standarnya seperti yang digunakan provinsi DKI Jakarta (BPS 2010), yakni Rp.331.169,00/kapita/perbulan. Jumlah ini dikonversi ke dalam standar menjadi Rp.1.556.494,30/rumah tangga/bulan.

Secara umum penelitian membuktikan zakat mempu mengurangi jumlah kemiskinan mustahik, tingkat kemiskinan, dan tingkat keparahan kemiskinan dari perspektif ekonomi makro. Angka kemiskinan rumah tangga penerima zakat secara empirik dapat dikurangi sebesar 10,79 persen.

“Jadi, dampak zakat terhadap kemiskinan bukan semata-mata klaim religius,”kata Nana.

Cendikiawan muslim Azyumardi Azra, mengatakan, potensi dan distribusi ZIS di Indonesia sangat besar. Dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan jumlah dana yang terkumpul. Ia mengutip beberapa kajian yang menyebutkan kenaikan rata-ratanya sebesar 38,78 persen per tahun.

Bahkan, pada medio 2009, diperkirakan terkumpul dana zakat sebesar Rp.1.2 triliun. Namun ia menuturkan, jumlah itu masih jauh dari potensi zakat yang di perkirakan mencapai Rp.27.2 triliun. Dengan kenyataan ini, ia mengatakan masih harus banyak berharap zakat sepenuhnya mengentaskan

kemiskinan.53

Potensi zakat yang besardi Bali, menginspirasi Dompet Sosial Madani (DSM) Bali membangun kekuatan internalnya. Tujuannya agar mereka mampu mencapi target yang ditetapkan. Yayasan yang bergerak dalam pengumpulan zakat, infak dan sedekah ini lebih memantri target melalui program yang mereka jalankan hingga 2030.

Direktur DSM Bali, Alim Mahdi, di sela-sela rapat kerja DSM di Denpasar, belum lama ini, mengungkapkan, penetapan target 2030 diputuskan

dengan alasan sekarang ini DSM butuh pencapaian lebih tinggi.”ini harus

melebihi pencapaian-pencapaian sebelumnya, butuh pengembangan lebih baik.”

53

Nana Minarti. Mengikis Kemiskinan Lewat Zakat, Penghimpunan ZIS pada 2011 diyakini Bakal Tumbuh (Jakarta: Republika, 7 Januari 2011)

Menurut dia, DSM Bali membentuk visi 2030 sebagai desain jangka panjang hingga 20 tahun mendatang. Visi besarnya adalah menjadi lembaga sosial terbesar di Indonesia Timur, khususnya dalam mengatasi problematika sosial masyarakat di beberapa aspek kehidupan. Begitu pula dalam rangka peningkatan taraf hidup dan kemandirian.

Selain membentuk visi, imbuh Mahdi, DSM Bali juga membentuk misi yang terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial kedermawanan, keilmuan, jaringan, SDM, dan media.” Dalam bidang

ekonomi kami mendorong terwujudnya lembaga keuangan mikro

syari'ah.”Katanya.

Diharapkan lembaga keuangan itu kelak bisa memberikan kemudahan akses permodalan dan pendampingan bagi kelompok usaha kecil dan menengah. Di bidang pendidikan, tekad yang ingin diwujudkan adalah pendirian sarana pendidikan, dan keterampilan yang kondusif, berkualitas, dan bebas biaya.

Sekretaris presiden direktur DSM Grup, Saifuzzuhri, mempunyai banyak harapan terhadap DSM. Ia berkeinginan muncul penguatan di lembaga tersebut agar semua program dapat terlaksana dengan baik. Tak sekedar itu, dengan adanya visi 20 tahun yang akan datang, jelas dia, kesadaran untuk bersinergi

antara posisi lembaga sosial dan dakwah juga semakin meningkat.54

54

Alim Mahdi. Dompet Sosial Madani, Meningkatkan Taraf Hidup,( Republika 21 Januari 2011).

Ada 3 jawaban yang dapat dikemukakan untuk menggambarkan landasan

filosofis dan kewajiban zakat.55

1. Kita telah mengetahui bahwa Allah SWT adalah pemilik seluruh alam raya ini.

Kalau demikian, harta benda termasuk yang dimilikiNya. Seseorang yang beruntung mendapatkan sejumlah harta pada hakikatnya hanya menerima titipan untuk disalurkan sesuai dengan kehendak pemililknya dalam hal ini adalah Allah SWT.

Allah menjadikan harta sebagai alat atau sarana kehidupan sehingga kegunaannya harus diarahkan kepada kepentingan mereka bersama, dan karena itu Allah melarang untuk memberikan harta kepada orang yang diduga keras akan menyia-nyiakannya.



































Artinya:”Janganlah kamu berikan harta orang-orang safih “bodoh”

kepadanya, sedang Allah memjadikan, kamu memeliharanya dan berikanlah belanja dan pakaian untuk mereka daripada hartanya itu,

serta katakanlah kepadanta perkataan yang baik”.(Q.S. an-Nisa:5).

Atas dasar itilah Allah SWT, menetapkan bagian-bagian tertentu dengan harta benda (antara lain dengan nama zakat) untuk diserahkan guna kepentingan masyarakat banyak atau anggota-anggota masyarakat yang membutuhkannya.

55

Jenal Arifin dan Ahmad Azharuddin Latief, Filsafat Hukum Islam, TarikhTasyri ( Jakarta UIN Press, 2007). h. 36

2. Solidaritas Sosial

Manusia adalah makhluk sosial, kebersamaan sekian banyak individu dalam satu wilayah membentuk masyarakat yang sifatnya berbeda individu-individu tersebut. Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia yang lainnya, bahkan sekian banyak pengetahuan yang diperoleh melalui manusia lainnya, seperti bahasa, adat istiadat, etika sopan santun, dan lain-lain.

3. Persaudaraan

Manusia dari keturunan adam dan hawa, sehingga antara seseorang dengan yang lainnya terdapat pertalian darah. Persaudaraan akan semakin kokoh, jika pertalian di atas ditambah dengan hubungan aqidah dan kebersamaan agama.

4. Dampak Positif Zakat

Zakat yang telah diwajibkan Allah dan yang telah dikemukakan landasan filosofisnya di atas, bila dilaksanakan secara sadar dan hati yang ikhlas dapat menghasilkan dampak-dampak positif berikut:

a. Mengikis sifat kekikiran di dalam jiwa seseorang, serta melatihnya untuk

memiliki sifat kedermawanan dan mengantarkannya untuk mensyukuri nikmat Allah.

b. Zakat menciptakan ketenangan dan ketentraman bukan hanya pada

c. Zakat mengembangkan harta benda, pengembangan tersebut dapat ditinjau dari segi spiritual keagamaan berdasarkan:











Artinta: Allah menghapuskan (berkah) riba, dan menambah (berkah)

shadaqah. (Q.S. al-Baqaroh. 276.)

Salah satu hikmah yang menegakkan kemaslahatan alam adalah, Allah SWT membagi makhluknya menjadi kaya dan miskin/fakir. Tidak akan sempurna kemaslahatan mereka, kecuali dengan menutup kekurangan si

fakir.56

BAB III

Dokumen terkait