• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Rumah Kontrakan dengan Rumah sewaan lainnya C. Pendapat U;ama Tentang Zakat Rumah Kontrakan dan Nisabnya

RUMAH KONTRAKAN

B. Perbedaan Rumah Kontrakan dengan Rumah sewaan lainnya C. Pendapat U;ama Tentang Zakat Rumah Kontrakan dan Nisabnya

Di dalam kitab Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa

setiap yang memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan pemiliknya maka, kekayaan tersebut termasuk dalam salah satu objek zakat. Artinya, jika penghasilannya (misal rumah yang dikontrakan) mencapai atau melebihi nisab (senilai 85 gram emas) maka wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% pada saat pendapatannya diterima.

Hal yang sama dikemukakan oleh Ibnu Qayyim dalam kitab Bada‟I al

menyatakan bahwa sikap bahwa benda yang bergerak maupun tidak bergerak yang disewakan jika hasil sewanya mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Adapun landasannya adalah pada keumuman dari makna firman Allah SWT,

        …..

Artinya : “Wahai sekalian orang yang beriman, infakkanlah (keluarkanlah

zakat) dari sebaik-baiknya usahamu”…(al-Baqoroh/2:267)

        

Artinya:“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka”…(at

-Taubah/9:103).61

Sebagaiman yang telah disebutkan dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah bahwa

macam-macam zakat dan nisabnya telah ditentukan. Dan untuk persoalan tentang zakat rumah kontrakan maka nisabnya adalah merujuk pada nisab zakat emas dan perak, maka penulis akan kemukakan tentang nisab zakat emas dan perak.

Islam, petunjuk hidup yang benar, menetapkan jenis-jenis kekayaan yang dikenai zakat, di antaranya adalah zakat emas dan perak.

Kewajiban mengeluarkan zakat emas dan perak, setelah memenuhi persyaratan tertentu, dinyatakan dalam surat at-taubah 34 35 dan Hadis sahih riwayat Ali bin Abi Thalib. Rasulallah bersabda

61

DR. Didin Hafidhuddin, M.Sc. Anda bertanya tentang Zakat, Infakdan Sedekah Kami Menjawab. (Jakarta: BAZNAS 2006). Cet. II h. 121.

.

Artinya: “Dari Abi Thalib RA berkata, telah bersabda Rasulallah saw:

Apabila kamu memiliki 200 gram perak dan telah cukup masa setahun, maka zakatnya 5 dirham. Dan tidaklah kamu harus mengeluarkan zakat, pada emas, sehingga kamu memiliki 20 dinar. Maka apabila kamu telah memiliki 20 dinar dan telah

cukup setahun, maka wajib dikeluarkan zakarnya ½ dinar.62

(HR. Abu Daud )63

Nisan emas adalah 20 misqal/dinar. Dua puluh misqal itu menurut al-Qardawi adalah 85 gram emas atau 94 gram emas murni menurut BAZIS.

Adapun kadar emas dan perak itu adalah 1/40nya atau 2,5 persen. Dan kewajiban zakat tersebut setelah cukup masa setahun. Jadi seseorang yang mempunyai emas sebanyak 94 gram setelah cukup masa setahun ia harus mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,4 gram.

Abu Hurairah mengatakan, bahwa Nabi SAW bersabda.

64

62

Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat. (Jakarta Pustaka Firdaus 2007), h. 87

63

Sidqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, (Damaskus: Darul Fikr, 2002). h. 363 64

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Azzam.

Artinya:“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Jika pemilik emas dan perak tidak membayarkan zakat yang diwajibkan padanya, maka pada hari kebangkitan lempengan-lempengan api akan dipikulkan kepadanya, dan ia akan dipanggang di neraka.Di samping, depan, dan belakangnya akan dinyalakan api untuk membakarnya. Setiap kali api itu menjadi dingin, maka diganti dengan yang lebih panas. Pada suatu hari yang lamanya lima puluh ribu tahun hingga keadilan diputuskan di tengah para hamba, lalu ia melihat jalannya apakah jalannya ke surga

atau keneraka”.65

Zakat dikenakan pada perhiasan dan perak yang diperuntukan mata uang,

lempengan atau serbuk sepanjang jumlahnya mencapai nisab dan sesuai dengan

aturan-aturan yang diterangkan, yaitu Nisab untuk zakat emas dan perak, Emas 20

misqal 85 gram, Perak 200 dirham 595 gram

Rata-rata zakat yang ditetapkan Nabi adalah 2,5% dari nilai emas (atau perak) yang harus dibayarkan sebagai zakat. Gabungan emas dan perak, jika emas yang dimiliki tidak sampai 85 gram atau peraknya tidak sampai 595 gram, tetapi nilai gabungan keduanya setara dengan nilai emas saja/perak saja, maka wajib

dikeluarkan zakatnya.66

Tidak ada kewajiban zakat pada emas, sehingga emas tersebut mencapai 20 dinar. Jika telah mencapai 20 dinar dan genap 1 tahun dimiliki, maka emas tersebut wajib dikeluarkan zakatnya 2,5% atau sebanyak setengan dinar. Jika lebih dari 20 dinar, maka diambil sebanyak 2,5% dari totak emas yang dimiliki.

Diriwayatkan dari Zuraiq, Maula (budak yang dimerdekakan) bani

Fazzarah, bahwa Umar bin „Abdul Aziz menulis surat kepadanya ketika beliau menjadi khalifa (yang isinya) „‟ambilah dari setiap pedagang kaum muslimin

65

Kiayi Haji Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber penggalian Zakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus 2007), h. 112.

66

As-Syaikh Yasin Ibrahim, Kitab Zakat, Hukum, tata cara, dan sejarah. (Bandung penerbit Marja. 2008). h. 57-58.

yang melewatimu dari transaksi harta mereka satu dinar dari setiap empat puluh dinar, jika kurang, maka perhitungkanlah kurangnya, sampai harta tesebut mencapai dua puluh dinar. Jika kurang sepertiga dinar saja dari dua puluh dinar, maka tinggalkanlah, jangan engkau ambil sedikitpun darinya. Tulislah pembebasan atas apa yang engkau ambil dari mereka sampai tahun depan.”Diriwayatkan oleh ibnu Abi Syaibah.

Imam Malik berkata dalam al-Muwattha: “Sunnah yang tidak

diperselisihkan di antara kami, bahwa zakat tidak wajib dikeluarkan kecuali telah sampai 20 dinar, sebagaimana (zakat perak itu) diwajibkan ketika telah mencapai dua ratus dirham”.67

Nishab atau ukuran minimal dikenai zakat pada emas dan perak serta berapa persen zakat yang ditarik diterangkan dalam hadits berikut ini.

Dari „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

68

Artinya:"Dari Abi Thalib RA berkata, bahwa Rasulallah saw bersabda : Bila

engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima

67

Sayyid as-Sabiq. Panduan Zakat menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah. Penerj, Beri Surbani. (Bogor: Muraja‟ah 2005). h. 42-43

68

dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikit pun

–maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua puluh dinar.

Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar, dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya

disesuaikan dengan hitungan itu." (HR. Abu Daud)

Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

69

Artinya:"Dari Abi Sa‟id al-Khudri berkata, Rasulallah saw bersabda:

Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima

uqiyah ". (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan pada hadits riwayat Abu Bakarradhiyallahu „anhu dinyatakan,

70

Artinya:"Dari Abi Bakar RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Dan pada perak,

diwajibkan zakat sebesar seperdua puluh (2,5 %)." (HR. Bukhari)

Hadits-hadits di atas adalah sebagi dalil tentang penentuan nishab zakat emas dan perak, maka dapat disimpulkan beberapa hal:

1. Nishab adalah batas minimal dari harta zakat yang bila seseorang telah

memiliki harta sebesar itu, maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian, batasan nishab hanya diperlukan oleh orang yang hartanya sedikit, untuk mengetahui apakah dirinya telah berkewajiban membayar zakat atau belum. Adapun orang yang memiliki emas dan perak dalam jumlah besar, maka ia tidak lagi perlu untuk mengetahui batasan nishab, karena sudah dapat

69

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Ringkasan Shahih Muslim, h. 234.

70

dipastikan bahwa ia telah berkewajiban membayar zakat. Oleh karena itu pada

hadits riwayat Ali radhiyallahu „anhu di atas, Nabi shallallahu „alaihi wa

sallam menyatakan, "Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya

disesuaikan dengan hitungan itu."

2. Harta emas dan perak yang telah mencapai nisab harus telah mencapai haul

(masa satu tahun hijriyah).

3. Kadar zakat yang harus dikeluarkan dari emas dan perak bila telah mencapai

nishab adalah 1/40 atau 2,5 %.

4. Nishab emas adalah 20 (dua puluh) dinar, setara dengan 70 gram emas.

5. Nishab perak yaitu sebanyak 5 (lima) uqiyah, setara dengan 460 gramperak.

Bahwa yang dijadikan batasan nishab emas dan perak di atas adalah emas dan perak murni (24 karat). Dengan demikian, bila seseorang memiliki emas yang tidak murni, misalnya emas 18 karat, maka nisabnya harus disesuaikan dengan nishab emas yang murni (24 karat), yaitu dengan cara membandingkan harga jualnya, atau dengan bertanya kepada toko emas atau ahli emas, tentang kadar emas yang ia miliki. Bila kadar emas yang ia miliki telah mencapai nishab, maka ia wajib membayar zakatnya, dan bila belum, maka ia belum berkewajiban untuk membayar zakat.

Emas berwarna kuning atau kemerah-merahan dan perak berwarna putih. Jadi tidak ada emas putih, sebagaimana kata Al-‟Utsaimin dalam Majmu‟ Ar -Rasail (18/108): “Kami tidak mengetahui ada emas yang berwarna putih.”71

71

Htt://Rumaysho.com/Hukum Islam/Zakat/3135-Panduan Zakat-Emas-Perak dan Mata Uang. html

Zakat hukumnya wajib pada emas dan perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya tanpa kecuali, jika mencapai nishab dan telah sempurna haulnya. Baik dalam bentuk sebagai mata uang dinar (emas) dan dirham (perak) seperti halnya pada masa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, potongan emas batangan yang belum diolah/dibentuk, sudah diolah/dibentuk menjadi perhiasan atau peralatan makan dan minum, seperti gelas dan piring, atau dalam bentuk yang lainnya, semuanya dikenai zakat.

Emas dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, demikian pula halnya perak dengan berbagai macam bentuk dan sifatnya dianggap satu jenis dan disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat.

Adapun emas dan perak keduanya merupakan dua jenis yang berbeda, sehingga keduanya tidak disatukan dalam perhitungan nishab dan zakat, sebagaimana akan diterangkan.

Sebenarnya dalam permasalahan zakat perhiasan emas dan perak ada khilaf di kalangan ulama, namun yang rajih adalah pendapat yang berpendapat ada zakatnya. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini:

Keumuman firman Allah Subhanahu wa Ta‟ala:































































Artinya:“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak sementara mereka tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih. Pada hari dipanaskannya emas dan perak itu dalam neraka jahannam, lalu dahi-dahi, lambung-lambung, dan punggung-punggung mereka diseterika dengannya, dan dikatakan kepada mereka: „Inilah apa yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri, maka rasakanlah akibatnya sekarang”. (At-Taubah: 34-35)

Demikian pula keumuman hadits Abu Hurairah radhiyallahu „anhu:

72

Artinya:“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada seorang pun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya, kecuali pada hari kiamat nanti dibuatkan untuknya lempeng-lempeng yang terbuat dari emas dan perak mereka sendiri bagaikan api. Kemudian lempeng-lempeng itu dipanaskan dalam neraka jahannam dan dengannya diseterikalah lambung, dahi, dan punggungnya. Setiap kali tubuhnya menjadi dingin kembali azab itu pun diulangi kembali atasnya. Demikianlah azab yang diterimanya pada hari yang lamanya sebanding dengan 50.000 tahun, hingga ada keputusan atas hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta‟ala, maka dia pun melihat jalannya menuju surga ataukah menuju neraka.” (HR. Muslim: )

Ayat dan hadits ini menunjukkan secara umum adanya hak zakat pada emas dan perak yang wajib ditunaikan oleh pemiliknya, apapun bentuk serta sifat emas dan perak tersebut.

Nash-nash yang tsabit (tetap) dari Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam yang menunjukkan secara persis wajibnya zakat pada perhiasan emas dan perak. Nash-nash tersebut adalah sebagai berikut:

72

Hadits „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya dari kakeknya yang bernama „Abdullah bin „Amr bin Al-‟Ash radhiyallahu „anhuma:

73

Artinya:“Dari Amr bin Syu‟aib berkata, Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya seorang wanita mendatangi Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersama putrinya yang mengenakan dua gelang emas yang tebal di tangannya, maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata

kepadanya: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?” Wanita itu

menjawab: “Belum.” Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah menggembirakan dirimu bahwa dengan sebab dua gelang emas itu Allah akan memakaikan atasmu dua gelang api dari neraka pada hari kiamat nanti?” Maka wanita itu pun melepaskan kedua gelang itu dan memberikannya kepada Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam seraya

berkata: “Keduanya untuk Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan Rasul-Nya.”

(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa‟i).

Hadits ini hasan, dikuatkan sanadnya oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Bulughul Maram, dishahihkan oleh Ibnul Qaththan rahimahullahu sebagaimana dalam Nashbur Rayah [2/380] dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil [3/296])

Hadits „Aisyah radhiyallahu „anha:

73

Artinya:“Dari Siti Aisyah Radhiyallah hu‟anha, Rasulallah saw bersabda: Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam masuk menemuiku dan melihat beberapa cincin perak tak bermata di tanganku, maka beliau berkata: “Apa ini, wahai „Aisyah?”. Aku pun menjawab: “Wahai Rasul Allah, aku membuatnya dalam rangka berhias untukmu”. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Apakah engkau telah membayarkan zakatnya?”. Aku berkata: “Belum”. Maka Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam berkata: “Cukuplah dia yang akan

menjerumuskanmu ke dalam neraka.” (HR. Abu Dawud, Ad-Daruquthni,

Al-Hakim, dan Al-Baihaqi) Hadits Ummu Salamah radhiyallahu „anha:

74

Artinya:“Bari Ummu Salamah Radhiyallahu‟anha berkata, Rasulallah saw

bersabda: Bahwasanya Ummu Salamah radhiyallahu „anha mengenakan

beberapa perhiasan emas, kemudian beliau menanyakannya kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, maka beliau berkata: “Apakah perhiasan ini kanzun (simpanan harta yang akan menjerumuskanku ke dalam neraka)?” Maka beliau berkata: “Yang jumlahnya mencapai nishab dan dibayarkan zakatnya, maka bukan kanzun.” (HR. Abu Dawud).

Ini adalah madzhab Ibnu Hazm, Abu Hanifah, salah satu riwayat dari Ahmad, dan salah satu pendapat dalam madzhab Asy-Syafi‟i. Dipilih oleh Al-Albani, Al-Wadi‟i, Ibnu Baz bersama Al-Lajnah Ad-Da‟imah, dan Al-‟Utsaimin.

Adapun pendapat-pendapat lain, tidak memiliki dalil yang kuat untuk dipegang. Seperti misalnya pendapat yang mengatakan tidak ada zakatnya

74

selama tidak diperuntukkan untuk nafkah atau disewakan. Mereka berdalil dengan hadits:

Artinya: “Dari Jabir RA berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada perhiasan.” (HR. Ibnul Jauzi dalam At-Tahqiq dari Jabir radhiyallahu „anhu)

Padahal hadits ini bukan hujjah dan dinyatakan sebagai hadits yang batil oleh Al-Baihaqi dalam Ma‟rifah As-Sunan wal Atsar pada Bab Zakat Al-Huliy dan Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil no. 817, karena penyandaran hadits ini kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam sebagai ucapannya, keliru dan dalam sanadnya ada perawi yang dha‟if (lemah) bernama Ibrahim bin Ayyub. Riwayat yang benar adalah mauquf (disandarkan kepada Jabir radhiyallahu „anhu sebagai ucapannya sendiri), dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, Asy-Syafi‟i dalam Musnad Asy-Syafi‟i, dan Al-Baihaqi dalam Ma‟rifah As -Sunan dari jalannya Asy-Syafi‟i dengan sanad yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil (3/295).

Emas dan perak yang baru diambil dari pertambangan dengan jumlah yang mencapai nishab, wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali sempurna haulnya. Ini adalah pendapat Ishaq bin Rahawaih, salah satu pendapat Asy-Syafi‟i, Al-Muzani (sahabat Asy-Syafi‟i), Ibnu Hazm, dan Ibnul Mundzir.

Ada sebagian ulama yang berpendapat tidak dipersyaratkan haul pada zakat barang tambang emas dan perak, diqiyaskan (disamakan) dengan zakat hasil

tanaman yang juga merupakan hasil bumi. Menurut pendapat ini barang tambang emas dan perak langsung dikeluarkan zakatnya pada saat diambil dari pertambangan.

Namun qiyas ini gugur dengan adanya perbedaan antara keduanya. Hasil tanaman hanya sekali dikeluarkan zakatnya, yaitu pada saat dipanen dan setelah itu tidak. Artinya apabila hasil tanaman jumlahnya besar dan telah dikeluarkan zakatnya pada saat panen, lalu sisanya disimpan hingga tahun depan dan jumlahnya masih mencapai nishab, maka hasil tanaman sisa tahun lalu tersebut tidak dikeluarkan zakatnya untuk yang kedua kalinya. Sedangkan barang tambang emas dan perak zakatnya terulang-ulang zakatnya setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Jadi tepatnya disamakan dengan zakat dinar (emas) dan dirham (perak) yang memiliki persyaratan haul dan zakatnya terulang-ulang setiap tahun, selama jumlahnya mencapai nishab. Karena keumuman dalil wajibnya zakat emas dan perak meliputinya.

Nishab emas adalah dua puluh dinar. Dalam hal ini ada beberapa Hadits yang saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana kata Al-Albani dalam Irwa‟ Al-Ghalil (813). Di antaranya hadits „Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu:

75

75

Artinya:“Dari Ali RA, berkata, Rasulallah saw bersabda: Tidak ada zakat pada dinar yang jumlahnya kurang dari dua puluh dinar dan pada setiap dua puluh dinar zakatnya setengah dinar.” (HR. Abu Dawud)

Dinar yang dimaksud adalah dinar Islami yang beratnya satu mitsqal, berarti 20 mitsqal. Al-‟Utsaimin menyebutkan dalam kitab Majalis Syahri Ramadhan: “Satu mitsqal beratnya 4,25 gr, maka nishab emas senilai 85 gr.”

Beliau juga berkata dalam Asy-Syarhul Mumti‟ (6/103): “Kami telah menelitinya dan hasilnya 85 gr emas murni. Jika ada campuran logamnya sedikit (untuk menguatkan dan mengeraskannya), maka ikut secara hukum dengan emasnya dan tidak berpengaruh. Sebab emas murni itu harus dicampur sedikit dengan logam untuk menguatkan dan mengeraskannya. Jika tidak, akan lunak. Jadi ulama mengatakan bahwa campuran ini sedikit dan ikut dengan emasnya secara hukum, ibaratnya seperti tambahan garam pada makanan (sebagai penyedap rasa), tidak merusak.”76

Setelah penulis kemukakan tentang nisab zakat emas, maka penulis di sini akan menganalogikan zakat rumah kontrakan dengan zakat emas. Seberapa banyakah rumah kontrakan yang terkena zakat?

Kemudian penulis melakukan perhitungan, maka dapat diketahui bahwa masyarakat pribumi yang terkena zakatnya yang mempunyai rumah kontrakan sebanyak 20 kamar keatas, dengan nilai harga emas Rp. 335.000,-/ gram.77

Jika mempunyai rumah kontrakan 20 kamar dikalikan Rp. 300.000,-/kamar maka jumlahnya Rp. 6.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 3.000.000,-, maka saldonya adalah Rp.

76

http:www.Darussalaf.or.id/stories.php?=1668

77

3.000.000,-. Maka Rp. 3.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 36.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5% x 12 x Rp. 3.000.000,- adalah Rp. 900.000,-/tahun atau Rp. 75.000,-/bulan.

Jika mempunyai rumah kontrakan 30 kamar dikalikan Rp. 300.000,-/kamar maka jumlahnya Rp. 9.000.000,- dikurangi untuk pembayaran rekening listrik dan air serta kebutuhan pokok Rp. 5.000.000,-, maka saldonya adalah Rp. 4.000.000,-. Maka Rp. 4.000.000,- dikalikan 12 bulan sama dengan Rp. 48.000.000,-. Maka besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2.5% x 12 x Rp. 5.000.000,- adalah Rp. 1.500.000,-/tahun atau Rp. 125.000,-/bulan.

KAJIAN TEORITIS ZAKAT RUMAH KONTRAKAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Kel. SUKAPURA Kec. CILINCING)

Dokumen terkait