• Tidak ada hasil yang ditemukan

III.12. Majelis Ummat (Syura’ dan Muhasabah)

IV.1.6. Kontrol Terhadap Kekuasaan

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kekuasan dalam konsep negara khilafah adalah terletakdi tangan rakyat, namun bagaimanakah mekanismenya? Seperti halnya dinegara madinah mungkin bentuk negara ini masih dalam bentuk negara kota sehingga meudahkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan secara langsung mengontrol pemimpin. Namun sesjalan dengan perkembangannya ternyata padaq masa periode-periode berikutnya mulai di bentuk majelis syura’ yang kemudian menjadi representasi rakyat. Majelis syura berisi orang-orang yang dianggap memang mewakili tiap elemen dalam

masyarakat dan selain itu anggota majelis syura’ bukanlah sembarang orang yang dipilih. Melainkan yang memiliki kriteria tertentu yangdi tetapkan berdqasarkan syariat. Secara umum anggota majelis syura’ memang harus benar-benar representatif dan memiliki kapabilitas dalam melakukan Ijtihad. Dalam konsepsi negara khilafah tentu saj atidak mengabaikan hak-hak waraga non-muslim. Dalam sistem ini orang-orang non-muslim juga diberikan hak untuk ikut dal majelis syura. Hal ini membuktikan bahwa Islam tidak berbuat semena-mena terhadap golongan non-muslim.

Daya kontrol yang dimiliki majelis syurra adalah berdasarkan syari’at. Artinya yang menjadi patokan penilaian benar tidaknya kebijakan khalifah adalah syariat. Majelis Syura’ berfungsi untuk mengawasi apakah khalifah berjalan sesuai garis syarit atau tidak. Khlifah juga berhak meminta pertimbangan dan nasehat dalam menjalankan syariat kepada Majelis Syura’.

Dari semua sitem secara keseluruhan, sistem khilafah memang menitik beratkan aturan, landasan dan kedaulatanNya pada Syari’at (aturan Allah). Umat memiliki kekuasaan untuk mengangkat Khalifah yang menjalankan kedaulatan Tuhan berdasarkan syariat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kedaulatan berada di tangan Tuhan dan kekuasaan berada di tangan umat. Kedudukan khalifah dapat digulingkan oleh umat bila ia tidak menjalankan syariat, namun bila khalifah menjalankan hukum negara berdasarkan syari’at (hukum syara’) maka umat wajib mematuhi Khlaifah.

PENUTUP IV.2 KESIMPULAN DAN SARAN

IV.2.1 KESIMPULAN

Khilafah adalah suatu sistem pemerintahan Islam yang memang pernah ada dan diakui oleh banyak kalangan (pemikir dan ilmuwan) sebagai suatu sistem politik Islam.

Bentuk negara Khilafah adalah bukan sutau bentuk pemerintahan nasional, namun merupakan sebuah pemerintahan global dimana ikatan kebangsaan yang dibangun hanya menitik beratkan pada ikatan keIslaman, tidak disatukan oleh ikatan kesukuan, kebangsaan, ras maupun geografis dimana tampuk kepemimpinan Khilafah berada pada seorang khalifah.

Khilafah adalah suatu pemerintahan dimana kedaulatan berada di tangan Hukum Syara’ (Representasi Tuhan). Dalam sistem khilafah kekuasan berada di tangan umat(rakyat), yang memiliki kekuasaan memilih dan membai’at khlifah untuk menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum syara’ (titik kedaulatan).

Bila kita amati perjuangan penegakkan yang dilakukan Hizbut Tahrir di Indonesia secara langsung ataupun tidak langsung bertentangan dengan sebuah kedaulatan yang telah ada, yakni Indonesia sebagai sebuah pemerintahan yang berdaulat. hal ini dikarenakan konsepsi khilafah yang dikemukakan oleh Hizbut Tahrir secara tegas telah menolak bentuk nasionalisme dan mengklaim bahwa sistem selain dari khilafah adalah thaghut (sistem yang kafir).

Bila kita melihat pluralisme yang ada di Indonesia tentunya akan banyak eksistensi yang terusik saat, sebuah kelompok tertentu mengklaim bahwa kelompoknya yang paling dominan dan layak menjadi pemimpin. Tentu hal ini akan menimbulkan banyk perdebatan maupun konflik.

Demokrasi memeberikan ruang gerak yang sangat luas kepada siapa saja untuk berekspresi, termasuk kepada kelompok-kelompok yang menentangnya (anti-demokrasi).

Untuk memahami secara utuh negara khilafah itu, maka haruslah memahami tentang akidah Islam, karena akidah inilah yang menjadi landasan bagi sistem pemerintahan khilafah ini. Negara khilafah adalah negara yang berlandaskan keImanan.

Bukti Historis membenarkan bahwa sebagai agama yang memiliki sistem politik untuk pertama kalinya Muhammad mendirikan negara madinah yang memiliki otoritas politik yang kemudian negara madinah ini menjadi representasi sistem politik Islam hingga saat ini.

Berbagai perbedaan cara pandang di kalangan pemikir Islam sebenarnya di sebabkan oleh beragamnya penafsiran terhadap teks Al-Qur’an sehingga tentunya menghasilkan pendapat yang beragam tentang Islam dan politik (termasuk tentang negara)

Kedudukan Islam bukanlah hanya sebagi sebuah agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan sebagai sebuah peradaban yang memiliki sistem yang lengkap (sosial, budaya, ekonomi, politik, militer dan lain-lain).

Untuk memahami secara utuh negara khilafah itu, maka haruslah memahami tentang akidah Islam, karena akidah inilah yang menjadi landasan bagi sistem pemerintahan khilafah ini. Negara khilafah adalah negara yang berlandaskan keImanan.

Yang membedakan khilfah dengan demokrasi adalah terletak pada prinsip kedaulatannya, yakni antara kedaulatan Rakyat dan kedaulatan Tuhan. Pada negara demokrasi kedaulatan berada ditangan rakyat dan kemudian di amankan kepada para wakil rakyatyang kemudian menjalankan kekuasaan. Sedangkan pada negara khilafah kedaulatan berada di tangan Hukum Syara’ sebagai representasi perintah dan aturan Tuhan, kekuasaan tetap berada di tangan rakyat untuk mengangkat dan menggulingkan khalifah bila bertentangan dengan hukum syara’. Perbedaan yang paling mendasar antara sistem khilafah dengan sistem sekuler adalah terletak pada nilai filosofis tentang kehidupan. Akidah Islam mensyaratkan pemeluknya untuk mengimani keberadaan Allah dan kedudukannya sebagi sentral dalam menjalankan kehidupan berdasarkan wahyu dan petunjukNya. Sedangkan dalm sistem sekuler aturan hidup ditentukan dan dibuat oleh manusia sendiri. Pada dasarnya jika di lihat dari tujuan negara (menjalankan kemaslahatan umat) konsep negara khilafah tidak bertentang dengan teori negra dalam pandangan Barat. Karena sujuan dari penegakan hukum syara’ tidak lain adalah untuk mencapai kebaikan.

IV.2.2 SARAN

1. Untuk semua kalangan, baik para kader HTI, mahsiswa dan para aktivis disarankan untuk lebih membuka ruang diskusi sebesar-besarnya agar terjadi pertukaran informasi dan menghilangkan steroetipe yang negatif satu sama lain.

2. Dalam alam demokrasi ini tentunya siapa saja bebas mengemukakan pendapat bahkan dalam mengaktualisasikan ide dan pemikiran(bahkan untuk menolak demokrasi). Maka dari itu mari kita menghargai demokrasi yang sedang berlangsung saat ini, karena demokrasi tetap memberikan ruang gerak bagi kita semua.

3. Disarankan kepada masyarakat, agar lebih intensif menggali informasi tentang kegiata-kegiatan politik yang ada khususnya Hizbut Tahrir agar tidak terjadi kesalahpahaman antara masyarakat dan sistem pemikiran yang adadi Hizbut Tahrir. Sehingga dapat memahami bahwa politik yang dilakkan Hizbut Tahrir semata-mata untuk kebaikan ummat, menuju masyarakat yang ebih islami dengan prinsp-prinsip islam yang dijalankan oleh Hizbut Tahrir .

Daftar Pustaka

Abdillah, Masykuri.1999. Demokrasi Di Persimpangan Makna.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Afdlal dkk. 2005. ISLAM DAN RADIKALISME DI INDONESIA.Jakarta: LIPI Press.

Al-Anshari, Jalal.2004. MENGENAL SISTEM ISLAM DARI A SAMPAI Z . Bogor: Pustaka Thariqul.

Al-Bahnasawi, Salim Ali.1996. WAWASAN SISTEM POLITIK ISLAM. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.

Al-Jawi, M Siddiq dan Fadhlan, Abu.2006. KONSEPSI POLITIK HIZBUT TAHRIR(Edisi Mu’tamadah).Jakarta: HTI Press.

An-Nabhani, Taqiyuddin.2001.PERATURAN HIDUP DALAM ISLAM (Edisi Mu’tamadah).Jakarta: HTI Press.

An-Nabhani, Taqiyuddin.1996. MEMBANGUN SISTEM EKONOMI ALTERNATIF (Edisi Mu’tamadah) . Surabaya: Risalah Gusti.

An-Nabhani, Taqiyuddin.2009. DAULAH ISLAM. Jakarta: HTI Press. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

C.S .T. Kansil, S.H dam Christine S.T Kansil. 2009. ILMU NEGARA UNTUK PERGURUAN TINGGI. Jakarta: Sinar Grafika.

Hizbut Tahrir INdonesia.2009. MANIFESTO HIZBUT TAHRIR UNTUK INDONESIA. Jakarta: HTI Press.

Jurdi, Syarifuddin.2008. PEMIKIRAN POLITIK ISLAM INDONESIA: Pertautan Negara, Khilafah, Masyarakat Madani dan Demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rais, DR.M.Dhiauddin.2001. TEORI POLITIK ISLAM. Jakarta: Gema Insani Press.

Nurtjahjo, Hendra.2005. ILMU NEGARA.Jakarta: PT Raja Grasindo.

Nurtanjung, Bahdin dan Ardial. 2005. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH (Proposal, skripsi dan Tesis). Medan: Kencana.

Schmanot, Henry J.2004.FILSAFAT POLITIK ( Kajian Historis dari zaman Yunani Kuno Sampai Zaman Modern ).Jakarta: Pustaka Pelajar

Sjadzali, H. Munawir M.A.1993.ISLAM DAN TATA NEGARA: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran .Jakarta: UI Press

Vaezi, Ahmed.2006. AGAMA POLITIK: Nalar Politik Islam.Jakarta: Penerbit Citra.

Zallum, Abdul Qadim. 2009. Sistem Keuangan Negara Khilafah. Jakarta: HTI Press

Zuhri, Prof. Dr. Muhammad. 2004.KIPRAH POLITIK MUHAMMAD RASULULLAH. Yogyakarta: Lesfi

Bulletin Al- Islam Majalah Al Wa’ie Press

http://sospol.pendidikanriau.com/2009/11/dalam-pembicaraan-sehari-hari-sering.html

Dalam dokumen Konsep Negara Khilafah Hizbut Tahrir Indonesia (Halaman 107-114)

Dokumen terkait