• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvensi Hari per Hari

Konvensi nasional masa kini pada umumnya diadakan dalam waktu 4 hari, dimana kedua partai melaksanakan jadwal yang serupa. Rangkaian kegiatan secara berkala disebarkan dengan film untuk menghormati figur partai. Prosesi partai penting yang berkelangsungan, biasanya memilih untuk mencerminkan keberagaman partai, menawarkan pidato yang pendek selama kegiatan, sementara pendeta Kristen dari berbagai denominasi memberikan doa dan restu untuk membuka dan menutup setiap sesi.

Penjelasan hari per hari berikut memberikan gambaran umum mengenai acara di konvensi nasional biasa. Variasi di penjadwalan, baik yang direncanakan dan yang diperlukan oleh prosedur floor yang memakan waktu, bukan hal yang tidak biasa.

Hari Pertama

Hari pertama konvensi nasional pada umumnya digunakan untuk urusan rutin. Konvensi diadakan untuk mengurutkan pimpinan partai nasional, daftar delegasi diumumkan, dan pimpinan sementara dipilih. Pidato sambutan disampaikan oleh walikota dari tuan rumah dan seringkali gubernur negara bagian dimana konvensi diadakan. Penunjukkan Komite, yang dahulu diumumkan, diratifikasi. Demokrat pada umumnya melantik petugas konvensi permanen di sesi pertama, sementara Republik, di beberapa tahun terakhir telah mengadopsi kepercayaan, aturan dan visi dan misi partai sebelum rangkaian kegiatan konvensi melantik pimpinan tetap, biasanya pada hari kedua atau ketiga.

Sambutan utama Konvensi Demokrat juga disampaikan pada hari pertama rangkaian kegiatan konvensi. Partai Republik cenderung menjadwalkan pidato utama belakangan di konvensi, biasanya di sesi kedua.

Sambutan Utama

Sambutan utama menetapkan tema dan nada dari konvensi dan seringkali kampanye pemilu menyusul. Keynote speakers biasanya adalah pejabat terkenal atau petinggi partai, yang dipilih karena daya tarik nasional mereka dan kemampuan berbicara, atau karena mereka dipandang sebagai “rising star” di partai.

Sambutan utama sangat bersifat partisan dalam nada dan isinya. Pidato ini memuji-muji catatan partai dan Presiden petahana, ketika partai menguasai Gedung Putih. Pidato ini menyerang calon oposisi, kebijakan dan catatannya. Barangkali pidato yang sangat terkenal adalah yang disampaikan di Konvensi Nasional Demokrat pada tahun 1896 oleh William Jennings Bryan dari Nebraska. Serangan yang bernafsu terhadap standar emas, dibarengi dengan janji perak gratis (“Anda tidak boleh menyalib manusia dengan salib emas” atau “You

27

shall not crucify mankind on a cross of gold”) memaksa konvensi dan menyebabkan

pencalonannya. Daftar pembicara-pembicara utama pada abad ke-20 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Keynote Speakers di Konvensi Nasional: 1900-1996

Tahun Partai Pembicara Negara Bagian

1900 Demokrat Charles S. Thomas CO

Republik E.O. Woolcott CO

1904 Demokrat John Sharp Williams MS

Republik Elihu Root NY

1908 Demokrat Theodore A. Bell CA

Republik Julius C. Burrows MI

1912 Demokrat Alton B. Parker NY

Republik Elihu Root NY

1916 Demokrat Martin S. Glynn NY

Republik Warren G. Harding OH

1920 Demokrat Homer S. Cummings CT

Republik Henry Cabot Lodge MA

1924 Demokrat Pat Harrison MS

Republik Theodore R. Burton OH

1928 Demokrat Claude G. Bowers IN

Republik Simeon D. Fess OH

1932 Demokrat Alben W. Barkley KY

Republik L.J. Dickinson IA

1936 Demokrat Alben W. Barkley KY

Republik Frederick Steiwer OR

1940 Demokrat William B. Bankhead AL

Republik Harold E. Stassen MN

1944 Demokrat Robert S. Kerr OK

Republik Earl Warren CA

1948 Demokrat Alben W. Barkley KY

Republik Dwight H. Green IL

1952 Demokrat Paul A. Dever MA

Republik Douglas McArthur NY

1956 Demokrat Frank G. Clement TN

Republik Arthur B. Langlie WA

1960 Demokrat Frank Church ID

Republik Walter H. Judd MN

1964 Demokrat John A. Pastore RI

Republik Mark O. Hatfield OR

1968 Demokrat Daniel K. Inouye HI

Republik Daniel J. Evans WA

1972 Demokrat Reubin Askew FL

Republik Edward W. Brooke MA

Richard G. Lugar IN

Anne Armstrong TX

1976 Demokrat John Glenn OH

Barbara Jordan TX

Republik Howard H. Baker, Jr. TN

28

Tahun Partai Pembicara Negara Bagian

Republik Guy Vander Jagt MI

1984 Demokrat Mario M. Cuomo NY

Republik Katherine Ortega NM

1988 Demokrat Ann Richards TX

Republik Thomas Kean NJ

1992 Demokrat Bill Bradley NJ

Barbara Jordan TX

Zell Miller GA

Republik Phill Gramm TX

1996 Demokrat Evan Bayh IN

Republik Susan Molinari NY

Sumber: Ringkasan Hasil Rapat (Proceedings) Konvensi Nasional Partai Demokrat dan Republik, 1900-1996.

Hari Kedua.

Credentias. Urusan konvensi rutin seringkali dilanjutkan (spill over) pada hari kedua rangkaian cara, karena laporan kepercayaan, aturan dan komite visi dan misi diperdebatkan dan disetujui oleh delegasi. Sementara penerimaan kepercayaan delegasi biasanya merupakan prosedur rutin, pada beberapa tahun kepercayaan telah dipertarungkan dengan sengit karena persaingan delegasi dari negara bagian yang sama, yang mewakili faksi yang berseteru, disajikan.

Pada tahun 1968, Konvensi Nasional Demokrat memilih untuk mencopot delegasi

Mississippi Regular Democratic yang terpisah secara rasial dan menggantikannya dengan

lawannya, delegasi Integrated Freedom Democratic. Empat tahun kemudian, pada tahun 1972, tantangan pada delegasi Demokrat California dan Illinois menyebabkan pertarungan panjang di floor. Pertarungan ini berkembang menjadi perseteruan antara para pendukung dan lawan dari calon George McGovern dan memfokuskan pada apakah delegasi telah dipilih sesuai dengan aturan reformasi yang baru diadopsi. Pada kedua kasus, delegasi pro-McGovern duduk, membantu menjamin pencalonan Senator South Dakota dan merupakan kekalahan besar bagi para petinggi partai tradisional.

Aturan. Adopsi Komite Aturan, yang menetapkan tata tertib konvensi, merupakan

fungsi lainnya yang penting yang biasanya diselesaikan pada hari kedua konvensi. Pertimbangan laporan komite sesekali dibarengi oleh debat yang seru, khususnya di sebuah konvensi tertutup ketika delegasi telah berupaya meningkatkan peluang calon dengan mengamankan perubahan peraturan.

Pada Konvensi Republik tahun 1976, pendukung Ronald Reagan tidak berhasil mengupayakan perubahan peraturan yang mengharuskan kandidat untuk pencalonan untuk memberikan nama wakil presiden mereka sebelum putaran pertama. Kegagalan untuk mematuhi perubahan peraturan yang diusulkan akan membebaskan seluruh delegasi dari sumpah lazim mereka untuk memilih calon yang mereka sudah janjikan (committed) di putaran pertama. Pendukung Reagan berharap bahwa adopsi peraturan dapat memaksa calon lawan Ferald Ford untuk memberikan nama pasangan yang tidak dapat diterima oleh

29

beberapa delegasi yang sudah berkomitmen, dan kemudian meningkatkan peluang pencalonan Reagan.

Visi dan misi. Adopsi visi dan misi partai adalah tugas lainnya yang biasanya

diselesaikan di hari kedua konvensi, walaupun pertimbangan amandemen yang diusulkan terhadap rancangan Komite Visi dan misi sesekali berlanjut ke hari ketiga.

Visi dan misi partai, pernyataan prinsip dan proposal kebijakan, disiapkan lebih awal oleh Komite Visi dan misi, tetapi seringkali diamandemen di floor melalui laporan minoritas (minority reports). Berbagai laporan ini dimasukkan oleh mereka yang tidak berhasil memasukkan pandangan mereka ke dalam versi rancangan . Pertimbangan laporan minoritas oleh konvensi tergantung pada perolehan tingkat ambang batas dari dukungan delegasi.

Proses persetujuan visi dan misi sesekali juga menyebabkan pertarungan yang seru antara faksi konvensi penantang, yang seringkali bergabung dengan calon oposisi. Pada tahun 1984, contohnya calon Jesse Jackson mengupayakan visi dan misi ‘plank’ (pernyataan kebijakan partai yang tegas) yang menolak sejata nuklir ‘first use’, menolak pemilu putaran kedua pemilihan primer (dipandang sebagai diskriminatif terhadap calon kulit hitam), dan menganut penggunaan kuota untuk memerangi diskriminasi rasial, seluruh posisi kontroversial dipertimbangkan oleh lawan sebagai mendorong partai terlalu jauh ke ‘kiri’. Kekuatan konvensi yang setia terhadap calon Walter Mondale menolak ketiga proposal, walaupun bahasa kompromi yang dituduhkan dapat diterima Jackson akhirnya diadopsi.

Visi dan misi dimaksudkan untuk mempertahankan loyalitas aktivis partai yang memiliki komitmen, sembari menarik dukungan dan suara dari independen politik. Dengan begitu, mereka pada umumnya menghindari proposal yang dapat ditafsirkan sebagai ekstrim. Pada saat visi dan misi partai telah menerima proposal yang dianggap radikal kiri atau kanan, mereka cenderung menghancurkan peluang pemilu untuk kursi presiden.

Walaupun berlaku sebagai sebuah pernyataan prinsip dan maksud, visi dan misi partai tidak mengikat. Presiden, ketika menjabat, dapat memilih untuk mengabaikan sumpah yang dibuat oleh partai di konvensi. Contohnya, pada tahun 1932, Franklin D. Roosevelt dipilih di sebuah visi dan misi yang menyerukan kesederhanaan dan neraca yang seimbang. Namun, ketika menjabat, pemerintahannya melaksanakan sebuah program langkah-langkah pengeluaran – the New Deal – yang bertujuan memberikan stimulasi ekonomi dan berakhir dengan Depresi. Lebih lanjut, visi dan misi Republik pada tahun 1980, 1984 dan 1988 disebut sebagai anggaran federal seimbang, tetapi defisit anggaran selama periode ini terus meningkat.

Hari Ketiga

Hari ketiga konvensi nasional biasanya dicadangkan untuk pencalonan kandidat presiden. Pada beberapa tahun belakangan, pencalonan dicapai di satu sore, dengan hanya

30

satu putaran. Konvensi nasional terakhir yang membutuhkan lebih dari satu putaran untuk mencalonkan kandidat presiden adalah Konvensi Nasional Demokrat tahun 1952, dimana Adlai Stevenson terpilih pada putaran ketiga pemungutan suara.

Pidato Pencalonan. Figur partai yang terkenal atau menjanjikan biasanya diberikan

tugas menempatkan nama-nama kandidat dalam pencalonan, diikuti oleh serangkaian pidato pendukung. Bentuk klasik pidato pencalonan, yang pada umumnya berupa daftar panjang kekuatan calon dan pencapaiannya, dapat menghindari menyebutkan kandidat hingga paragraf final. Cara ini, dikenal sebagai “the man who,” yang dimaksudkan menunda demonstrasi yang tidak dapat dihindari dan membuang waktu dari dukungan delegasi yang tidak dapat menghindari menyebutkan nama calon. Formula klasik ini telah menghilang dari pidato-pidato pencalonan masa kini.

Pemungutan Suara. Menyusul selesainya pencalonan dan pidato pendukung, peran

negara bagian diserukan, oleh petugas konvensi, sebuah posisi yang biasanya diisi oleh sekretariat komite nasional partai yang permanen. Penghitungan suara delegasi di setiap negara bagian diumumkan oleh pimpinan delegasi, seringkali pejabat yang tertinggi di negara bagian. Jumlah total suara ditetapkan, biasanya berpuncak di demonstrasi spontan untuk calon ketika dia menerima suara yang cukup untuk naik ke atas untuk mengamankan pencalonan. Setelah selesai pemungutan suara, pimpinan biasanya mengajikan mosi untuk menunjukkan kesatuan partai dengan membuat pencalonan unanimous dengan aklamasi. Pada tahun 1984, Republik meninggalkan tradisi dengan mencalonkan petahana Presiden Ronald Reagan dan Wakil Presiden George Bush di pemilu gabungan.

Hari Keempat

Hari keempat konvensi biasanya didominasi oleh pencalonan kandidat wakil presiden dan presiden dan pidato penyambutan calon presiden dan wakil presiden.

Pencalonan Wakil Presiden. Dalam praktik saat ini yang dianut oleh kedua partai,

pilihan calon wakil presiden tetap menjadi prerogatif bagi calon presiden. Franklin Roosevelt (khususnya pada tahun 1940-1944) umumnya dipandang sebagai presiden pertama yang mampu membebankan pilihan pribadi wakil presidennya. Pada tahun 1948, calon dari Republik Thomas Dewey, mengikuti ketika dia memilih Earl Warren sebagai pasangannya. Sebelum contoh-contoh tersebut, petinggi partai biasanya memilih calon wakil presiden, seringkali seorang calon presiden yang tidak berhasil yang memiliki banyak dukungan, atau yang dipandang sebagai menambah keseimbangan kursi.

Konsep ticket balance tetap menjadi unsur yang aktif di dalam pencalonan masa kini, dengan faktor-faktor seperti geografi, usia calon wakil presiden dan ideologi politik (misalnya calon presiden dipandang sebagai liberal seringkali memilih pasangan yang lebih konservatif dan sebaliknya), yang menggambarkan pilihan calon. Pilihan tersebut jarang ditentang, walaupun penyimpangan yang jelas dari tradisi ini terjadi pada tahun 1956, ketika Demokrat mencalonkan Adlai Stevenson yang mendorong pencalonan terbuka untuk Wakil Presiden dari peserta floor konvensi. Kontes yang seru mengakibatkan Senator Estes Kefauver kalah dengan sejumlah penantang di putaran ketiga, termasuk Senator Albert Gore,

31

Sr (TN), John F. Kennedy (MA), Hubert Humphrey (MN), dan Walikota New York (Robert F. Wagner).

Presiden petahana mengupayakan pemilu ulang biasanya memilih Wakil Presiden mereka sebagai pasangan, dalam rangka keberlangsungan dan kesatuan partai, walaupun terdapat sesekali upaya untuk menolak Wakil Presiden petahana sebuah tiket. Contohnya pada tahun 1956, beberapa petinggi Partai tidak berhasil mendesak Presiden Eisenhower untuk menggantikan Wakil Presiden Nixon. Yang lebih baru, pada tahun 1976, Wakil Presiden Nelson Rockefeller mengumumkan bahwa dia tidak mau dicalonkan, sebuah aksi yang luas ditafsirkan sebagai upaya untuk menjaga kesatuan partai dengan membuka slot lebih banyak calon konservatif dan mendukung pencalonan Presiden Ford.

Prosedur pencalonan kandidat wakil presiden mengikuti kandidat presiden, dengan nama ditempatkan di pencalonan oleh petinggi partai yang terkenal, didukung secara formal oleh lainnya, dan diikuti oleh sebuah daftar nama (roll call) negara bagian (seringkali sebuah mosi untuk mencalonkan secara aklamasi terjadi di tempat daftar nama).

Pidato penyambutan. Setelah pencalonannya, calon wakil presiden menyampaikan

pidato penyambutan yang diikuti oleh aktivitas utama terakhir konvensi – pidato penyambutan calon presiden.

Calon demokrat Franklin Roosevelt, pada tahun 1932 adalah calon pertama yang muncul di konvensi nasional, dan menyampaikan sambutannya sendiri. Sebelum waktu itu sebuah komite pejabat partai biasanya mengunjungi calon untuk memberitahukan pencalonannya. Calon Republik Thomas Dewey memulai praktik ini di GOP pada tahun 1944.

Pidato penerimaan calon dan sambutan utama sebagai satu sorotan konvensi, dan berlaku sebagai final. Pidato ini merupakan peluang bagi calon untuk membangun nada (tone), isi dan tema umum kampanye pemilu ke depan, sembari memberikan Presiden petahana yang maju untuk pemilu ulang dengan kesempatan untuk membela catatannya dan mencoba membela dan mencari calon yang baru dari para pemilih.

Penutupan. Segera setelah pidato penyambutan calon, calon presiden bergabung di

podium dengan calon wakil presiden, pasangan mereka, keluarga, pesaing yang kalah dan petinggi partai lainnya untuk pose persatuan yang traditional. Segera setelah itu. Konvensi ditutup (adjourned sine die).

IV. Pemilihan Umum

Berakhirnya konvensi pencalonan nasional menandakan dimulainya fase berikutnya proses pemilu presiden – kampanye pemilu. Pada bulan sesudah konvensi, para calon, partai dan organisasi kampanye berupaya untuk membangun koalisi yang memenangkan popular dan suara elektoral.

Hari Buruh secara tradisional menandakan dimulainya kampanye pemilihan umum. Walaupun para calon partai melakukan kampanye selama musim panas, penjadwalan dan

32

iklan media dimulai pada bulan September. Acara “kick-off” yang dramatis berupaya untuk menarik perhatian sebesar mungkin untuk tiket nasional. Calon demokrat secara tradisi memulai kampanye mereka dengan rally yang besar pada Hari Buruh di Detroit’s Cadillac Square. Namun, beberapa tahun terakhir, kedua partai memilih tempat yang berbeda-beda.

Dokumen terkait