• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Elektoral

R 4.035.924 185 1888 Grover Cleveland D 5.540.365 168 Benjamin Harrison * R 5.445.269 233 *Terpilih

D-R=Demokrat-Republik; D= Demokrat; R= Republik

1 Hasil suara Populer untuk 18 negara bagian; di 6 negara bagian, Anggota Majelis Pemilihan ditunjuk oleh dewan perwakilan rakyat negara bagian.

Sumber: Peirce and Longley, The People’s President, hal. 241-242.

Prediksi Elektoral

Kebuntuan Majelis Pemilihan

Amandemen ke-12 Konstitusi, memberikan kasus, dimana tidak ada calon yang memperoleh mayoritas Majelis Pemilihan, sebuah proses yang biasanya dirujuk sebagai contingent election. Di bawah kondisi ini, Dewan Perwakilan memilih Presiden, memilih dari tiga calon yang menerima suara elektoral yang terbanyak, dimana setiap negara bagian memberikan satu suara (single vote).17

17 Untuk informasi tambahan mengenai contingent election, lihat Laporan CRS RS20300, Election of the

47

Dalam wacana pemilu presiden yang biasa, dimana hanya dua calon dari partai utama yang memiliki kesempatan menang, kejadian tersebut sangat tidak mungkin. Dalam pemilu yang ditandai munculnya calon partai ketiga yang kuat (George Wallace pada 1968, John Anderson pada tahun 1980, dan H. Ross Perot pada tahun 1992), kebuntuan di Majelis Pemilihan menjadi mungkin. Hanya sekali sejak adopi Amandemen ke-12, dalam pemilu 1824 dengan empat calon, Presiden – John Quincy Adams – dipilih oleh Dewan Perwakilan.

Jika tidak terdapat mayoritas suara elektoral, pemilihan Wakil Presiden dipercayakan kepada Senat, dimana setiap anggota memberikan satu suara, memilih dari dua calon dengan suara elektoral terbanyak. Hanya sekali, pada tahun 1837, Senat memilih satu Wakil Presiden Richard M. Johnson. Walaupun calon presiden Demokrat, Martin Van Buren memenangkan Majelis Pemilihan, suara diberikan untuk dua calon wakil Presiden Demokrat, yang menghasilkan “kontes tiga cara” (a three-way contest) yang membutuhkan penyelesaian dari Senat.

Pada saat contingent election diperlukan, DPR memiliki dua minggu antara penghitungan suara elektoral (6 Januari) dan Hari Pelantikan (20 Januari) unutuk memilih seorang Presiden. Jika tidak mampu dilakukan pada waktu tersebut, Wakil Presiden terpilih, dengan asumsi telah dipilih oleh Anggota Majelis Pemilihan atau Senat, bertindak sebagai pelaksana tugas Presiden sampai DPR menyelesaikan deadlock tersebut. Pada saat Senat juga tidak mampu memilih seorang Wakil PResiden, Juru Bicara DPR bertindak sebagai Pelaksana Tugas Presiden hingga Presiden atau Wakil Presiden diplih, tetapi dia harus mengundurkan diri dari jabatan sebagai Juru Bicara dan DPR. Jika tidak ada Juru Bicara, atau Juru Bicara tidak memenuhi syarat, kemudian Presiden Pro-tempore dari Senat (Senator yang paling lama dari partai mayoritas) menjadi Pelaksana Tugas Presiden, di bawah persyaratan pengunduran diri yang sama.

Kematian seorang Calon

Sebelum Rapat Anggota Majelis Pemilihan bulan Desember. Jika calon presiden

atau wakil presiden meninggal atau mengundurkan diri di antara konvensi dan rapat Anggota Dewan Pemilihan pada bulan Desember, peraturan partai besar menyatakan bahwa komite nasional mereka akan mengadakan rapat dan mengisi kekosongan. Di Partai Demokrat, pengganti calon disejutui oleh suara anggota komite nasional per kapita. Untuk Partai Republik, setiap delegasi komite nasional negara bagian memberikan sejumlah suara yang setara dengan delegasinya di konvensi nasional. 18

Pada tahun 1972, Komite Nasional Dmokrat memilih R. Sergean Shriver sebagai calon wakil presiden untuk menggantikan Senator Thomas Eagleton, yang mengundurkan diri sebagai calon setelah konvensi nasional. Republik baru saja mengganti seorang calon pada national ticket pada tahun 1912, ketika Wakil PResiden James S. Sherman meninggal pada 30 Oktober. Setelah rapat setelah pemilu, Komite Nasional Republik memilih Nicholas M. Butler untuk menerima elektoral votes Republik untuk wakil presiden.

18 Komite Nasional Demokrat. Rules of Procedure for Filling a Vacancy on the National Ticket; Peraturan 27 Partai Republik.

48

Antara Desember dan 6 Januari. Jika ada kekosongan karena kematian presiden

terpilih setelah suara elektoral telah diberikan di negara bagian, sebagian besar otoritas mempertahankan ketentuan Amandemen ke-20 diberlakukan. Bagian 3 merinci bahwa Wakil Presiden terpilih menjadi Presiden terpilih pada situasi ini. Namun, beberapa pengamat menegaskan bahwa tidak ada presiden terpilih hingga suara elektoral dihitung oleh Kongres pada 6 Januari tahun berikutnya, dan sejak itu tidak ada calon hidup yang memperoleh mayoritas suara elektoral, kemudian DPR akan memilih Presiden dan Senat, Wakil Presiden. 19 Namun, sumber-sumber lain membatah kesimpulan ini, menegaskan bahwa Kongres “tidak punya pilihan tetapi menghitung seluruh surat surat asalkan ‘orang’ yang dipilih hidup pada saat mereka diberikan suara.” 20 Terlebih lagi, penafsiran ini dikonformasikan dengan laporan Dewan yang mengiringi Amandemen ke-20, yang menyatakan bahwa “suara, di bawah situasi di atas harus dihitung oleh Kongres….Sebagai konsekuensinya, Kongres akan mendeklarasikan bahwa calon yang meninggal dunia telah menerima suara mayoritas.” 21 Opini dan contoh yang seimbang menunjukkan bahwa suara elektoral yang diberikan kepada calon yang meninggal akan berlaku, asalkan suara tersebut diberikan ketika calon masih hidup.

Pertanyaan final apakah ketentuan ini berlaku jika calon presiden yang menang menarik dari pertarungan setelah suara elektoral diberikan, tetapi sebelum mereka dihitung, sebagaimana Amandemen ke-20 mengutip hanya kasus kematian calon. Apakah Kongres menghitung suara, mengumumkan hasil dan kemudian mengambil opsi untuk mengumumkan posisi lowong Presiden terpilih? Jika demikian, maka menjadi dapat diperdebatkan apakah wakil presiden terpilih akan menjadi Presiden terpilih. Di lain pihak, dapat juga diperdebatkan bahwa Bagian 3 Amandemen ke-2- hanya menjelaskan kasus dimana Presiden terpilih meninggal, dan tidak mencakup situasi lainnya. Dalam kasus ini, dapat diperdebatkan di kalimat 2 bagian 3 akan berlaku:

Jika seorang Presiden belum dipilih sebelum waktu yang ditetapkan untuk permulaan terminnya atau jika Presiden terpilih telah gagal memenuhi syarat (titik berat ditambahkan), kemudian Wakil Presiden terpilih bertindak sebagai Presiden hingga Presiden memnuhi syarat.

Di bawah situasi ini, Wakil Presiden terpilih akan bertindak hanya sebagai pelaksana tugas Presiden. Sementara perbedaan dalam dua situasi ini dapat terlihat “perbedaan tanpa perbedaan,” (difference without a distinction) dapat diperdebatkan bahwa lebih diinginkan bagi sebuah negara negara melantik Presiden sebagaimana mestinya untuk termin penuh daripada menjadi pelaksana tugas yang termin

19 Walter Berns, ed., After the People Vote: A Guide to the Anggota Majelis Pemilihan (Washington:AEI Press, 1992), hal. 27, 28.

20 John D. Feerick, From Falling Hands: The Story of Presidential Succesion, (NY: Fordham Univ. Press, 1965), hal. 274.

21 Kongres AS, DPR, Komite Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan Perwakilan di Kongres, Proposing an

Amendment to the Constitution of the United States, Kongres ke-72, sesi ke-1, H. Rept 72-345

49

jabatannya dan status konstitusional belum didefinisikan. Pertanyaan ini akan kelihatannya pantas mendapatkan studi legal dan konstitusional.

Antara 6 Januari dan 20 Januari. Jika calon presiden yang menang

meninggal setelah Kongres telah menghitung suara elektoral, Wakil Presiden terpilih menjadi Presiden terpilih, di bawah ketentuan Amandemen ke-20. Presiden baru akan diberdayakan dibawah Amandemen ke-25, untuk mencalonkan seseorang untuk mengisi lowongan di kursi Wakil Presiden. Jika kedua Presiden dan Wakil Presiden meninggal sebelum pelantikan, tetapi setelah suara elektoral dihitung, Kongres diberdayakan (oleh Amandemen ke-20) untuk menjelaskan secara hukum siapa yang wajib menjabat sebagai Presiden, atau bagaimana cara Presiden dipilih.

Pelantikan

Walaupun Presiden dan Wakil Presiden dilantik pada 4 Maret setahun setelah tahun setelah pemilu dari tahun 1789 hingga 1933, Amandemen ke-20 meratifikasi pada tahun 1933 dan berlaku efektif pada tahun 1937, mengubah dimulainya tanggal masa jabatan presiden menjadi 20 Januari. Maksud perubahan ini, juga memindahkan awal congressional term dari 4 Maret menjadi 3 Januari adalah untuk memperpendek waktu antara pemilu dan pelantikan, untuk menghapuskan sesi “lame duck” Kongres, dimana anggota yang kalah dan pensiun telah rapat secara berkala untuk sebuah sesi final setelah pemilu.

Pelantikan Minggu

Dalam sebuah tradisi abad ke-19, Presiden tidak dilantik secara publik pada hari minggu. Ketika 20 Januari jatuh pada hari minggu, sebuah pelantikan privat yang ringkas diselenggarakan, biasanya di East Room Gedung Putih, dengan seremoni publik pada hari berikutnya. Hal ini terjadi paling akhir pada tahun 1985, ketika Presiden Ronald Reagan secara privat dilantik pada termin kedua pada hari Minggu, 20 Januari, dan dilantik secara publik pada hari Senin, 21 Januari. Hari Pelantikan yang jatuh pada hari minggu selanjutnya adalah pada tahun 2013.

Lokasi Upacara Pelantikan

Dalam sebuah tradisi pelantikan Andrew Jackson pada tahun 1829, Presiden sebelumnya dilatik pada upacara di luar ruangan di East Front Gedung U.S. Capitol (menghadap Supreme Court). Wakil Presiden biasanya disumpah di Chamber Senat hingga 1933, ketika dua upacara diselenggarakan bersama untuk pertama kalinya, praktik berlanjut.

Tujuh kejadian semenjak tahun 1837, pelantikan presiden diadakan di tempat lain selain East Front. Pada tahun 1909, karena cuaca yang buruk, Wiliam Howard Taft dilantik di Senate Chamber; pada tahun 1945 dengan pertimbangan kesehatan Presiden dan keamanan masa perang, Franklin D. Roosevelt disumpah keempat termiin di South Portico di White House; Tahun 1981, 1989, 1993, dan 1997,

50

Ronald Reagan, George Bush dan Bill Clinton dilantik di West Front, Capitol (menghadap Mall); dan pada bulan Januari 1985, karena cuaca yang buruk Presiden Reagan dilantik secara publik untuk termin keduanya di Capitol Rotunda. Tempat West Front tamapaknya mendapat penerimaan yang luas semenjak tahun 1981, dan diharapkan berlanjut menjadi tempat pelantikan dimasa datang, barring menghalangi situasi yang tidak diduga.

Dokumen terkait