• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1. Koperasi

orang yang mempunyai kesamaan aktivitas, kepentingan, tujuan dan kebutuhan ekonomi.

2) Koperasi Sekunder adalah koperasi yang dibentuk sekurang-kurangnya tiga koperasi yang berbadan hukum baik primer maupun sekunder.11

Pendirian koperasi sekunder bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan fungsinya. Karena itu, pendirian koperasi sekunder harus didasarkan pada kelayakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada dasarnya, keberadaan koperasi sekunder bersifat subsidiary terhadap koperasi primer.

10

Bernhard Limbong, op. cit., h. 69-71.

11

g. Jenis Koperasi

Jenis koperasi didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi. Jenis- jenis itu ialah koperasi konsumsi, koperasi kredit dan koperasi produksi.

Dalam garis besarnya banyak koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 5 golongan, yaitu: koperasi konsumsi, koperasi kredit (koperasi simpan pinjam), koperasi produksi, koperasi jasa dan koperasi serba usaha.12

1) Koperasi Konsumsi adalah jenis koperasi konsumen. Anggota koperasi konsumsi memperoleh barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih mudah, lebih baik dan dengan pelayanan yang menyenangkan.13

Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas baik dan harga yang layak.

2) Koperasi Kredit (koperasi simpan pinjam) adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan dana.14

Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.

3) Koperasi Produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan

12

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 48-49. 13

Bernhard Limbong, Pengusaha Koperasi, (Jakata: Margaretha Pustaka, 2010), h. 75.

14

Rudianto, Akuntansi Koperasi: Konsep dan Taknik Penyusunan Laporan Keuangan,

barang;barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai koperasi maupun orang-orang anggota koperasi.15

Contohnya adalah koperasi peternakan sapi perah, koperasi tahu tempe, koperasi pembuatan sepatu, koperasi kerajinan, koperasi batik, koperasi pertanian dan lain-lain. 4) Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang

penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya adalah koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, koperasi jasa audit, koperasi Asuransi Indonesia, koperasi Perumahan Nasional (Kopernas).

5) Koperasi serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD). Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa (KUD).16

Yang menjadi anggota KUD adalah orang-orang yang bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka ragam, maka KUD mempunyai beberapa fungsi yaitu: perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan hidup sehari-hari, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, pelayanan jasa-jasa lainnya, melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

h. Permodalan Koperasi

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Koperasi, bahwa sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan

15

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 54-55. 16

cadangan-cadangan yang dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi.17

Di samping itu, koperasi juga memiliki sumber yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota terhadap koperasinya. Selain sumber-sumber tersebut yang disebut sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula menambah modalnya dengan berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan- simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah.

1) Modal Sendiri atau Modal Anggota

Adalah sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran anggota. Simpanan koperasi dapat dibedakan menjadi simpanan pokok, wajib dan sukarela. Serta dana cadangan dan donasi/sumbangan.

a) Simpanan Pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya setiap anggota yang harus disetorkan pada waktu masuk menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota.18

b) Simpanan Wajib yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar dalam waktu dan kesempatan yang tertentu (umumnya secara bulanan).19 c) Simpanan sukarela yaitu jumlah nilai uang tertentu yang

diserahkan anggota (juga bukan anggota) atas kehendak sendiri sebagai simpanan.20

17

Sudarsono dan Edilius, Koperasi: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), h. 116. 18

Rudianto, Akuntansi Koperasi: Konsep dan Taknik Penyusunan Laporan Keuangan,

(Jakarta: Grasindo, 2006), h. 8. 19

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 137. 20

Pada dasarnya simpanan sukarela dapat diterima dari non anggota. Simpanan itu merupakan suatu jumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan pada koperasi, mungkin oleh anggota atau bukan anggota atas kehendak sendiri. Simpanan sukarela dapat diambil setiap waktu sesuai dengan keadaan.

d) Dana Cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian sisa hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota. Tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana segar secara mendadak atau dapat digunakan untuk menutup kerugian dalam menjalankan usaha.21 Sebaiknya, dana cadangan ini dibesarkan jumlahnya bukan hanya untuk dipakai menutup kerugian saja sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undang-Undang, lebih jauh, dana cadangan ini dapat digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi atau melakukan investasi yang menunjang kinerja usaha.

e) Donasi atau sumbangan adalah sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya.22

Jadi, artinya modal koperasi dapat berasal dari hibah yang tidak saja dalam bentuk uang tunai tetapi dapat juga berbentuk barang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin atau peralatan produksi dan lain-lain yang mempunyai nilai materiil atau dapat dinilai setara dengan sejumlah uang.

21

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 120-121. 22

2) Modal Pinjaman

Modal dari luar atau modal pinjaman bersumber dari: anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi, dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah.23

Modal yang berasal dari pinjaman ini pada prinsipnya dapat berasal dari siapapun, baik dalam bentuk uang ataupun barang sepanjang pinjaman itu memang diambil oleh koperasi untuk digunakan mengembangkan usahanya di masa yang akan datang.

3) Modal Penyertaan

Pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan, baik berasal dari dana pemerintah, maupun dari dana masyarakat, dilakukan dalam rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi, terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan proses jangka panjang.24

Penanaman modal penyertaan dapat diperoleh dari pemerintah, dunia usaha dan badan usaha lainnya baik yang berkedudukan di dalam negeri maupun di luar negeri, serta dari masyarakat umum. Untuk menawarkan atau mengundang para pemodal yang mau ikut memasukan modal penyertaan ke dalam usaha koperasi, dapat dilakukan melalui media massa (baik yang tertulis maupun elektronik).

Dari ketentuan inilah maka koperasi dapat menghimpun modal dari masyarakat luas di lingkungan sekitarnya, bahkan menarik modal dari luar negeri, baik secara manual konvensional maupun secara modern.

23

Ibid., h. 93. 24

i. Keanggotaan Koperasi

Sudah menjadi kebiasaan di masa lalu untuk menggambarkan asas keanggotaan dari koperasi dengan kata-kata terbuka dan sukarela. Sifat keanggotaan koperasi adalah bebas, sukarela dan terbuka. Ini berarti bahwa seseorang menjadi anggota koperasi berdasarkan kesadaran dan kebebasan yng ada padanya, tanpa ada paksaan dari siapapun. Juga asas persamaan di antara sesama anggota tetap dipertahankan di dalam koperasi, tanpa mengadakan perbedaan di antara anggota yang berlainan keturunan, paham politik dan agama.

Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah, bukan pemilik modal. Mereka memiliki usaha tertentu dengan potensi ekonomi yang kurang berarti untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi. Sifat usaha yang dimiliki anggota koperasi ini merupakan identitas koperasi sebagai konsentrasi orang bukan konsentrasi modal.25

Sebagai konsentrasi orang, maka kekuatan koperasi terletak pada banyaknya anggota dan kemampuan mereka untuk memikul kewajiban dan melaksanakan hak sebagai anggota. Semakin banyak anggota yang mampu memikul hak dan melaksanakan hak-haknya semakin banyak pula kesempatan koperasi ini untuk berkembang.

Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama, yaitu:

1) Dalam mengamalkan:

a) Landasan-landasan, asas dan sendi dasar koperasi;

b) Undang-Undang, peraturan pelaksanaannya, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi;

c) Keputusan-keputusan rapat anggota;

25

Nunik Widiyanti dan Y.W. Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta:

2) Untuk hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam rapat- rapat anggota.26

Setiap anggota koperasi juga mempunyai hak yang sama untuk: menghadiri menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat anggota, memilih/dipilih menjadi anggota pengurus/badan pemeriksa, meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar, mengemukakan pendapat atau saran-saran, mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota, melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha-usaha koperasi.27

Kekuasaan tertinggi dalam koperasi terletak di tangan keputusan rapat anggota. Rapat anggota diadakan sekurang- kurangnya sekali setahun. Rapat anggota harus merupakan satu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatannya selama setahun yang lalu bersama- sama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk meningkatkan kemajuan. Koperasi milik anggota, dijalankan oleh anggota dan bekerja untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat.

2. Partisipasi anggota Koperasi

Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukan peran serta (keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu. Intinya adalah harapan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.28

26

Sukanto Reksohadiprodjo, Manajemen Koperasi, (Yogyakarta: BPFE, 2010), h. 150.

27 Ibid. 28

Hendar dan Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi aggota koperasi merupakan keterlibatan anggota dalam berbagai kegiatan koperasi baik yang menyangkut kewajiban maupun hak-hak anggota.

Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa partisipasi yang dipaksakan (Forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Partisipasi yang dipaksakan, tidak sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai dengan prinsip koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela.

Dipandang dari bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal dan dapat bersifat informal. Pada partisipasi yang formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan, pada partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan dalam bidang-bidang partisipasi.29

Kendatipun partisipasi dalam koperasi bersifat kesadaran, koperasi harus memberikan rangsangan tertentu terhadap anggota agar partisipasi itu efektif. Hal ini diperlukan agar pertumbuhan koperasi selalu meningkat dari waktu ke waktu. Koperasi harus menyediakan produk- produk yang dibutuhkan oleh para anggotanya sehingga anggota terangsang untuk membelinya. Jika tidak, partisipasi anggota akan menurun dari waktu ke waktu dan koperasi bukan lagi menjadi pilihan anggota untuk mencapai tujuannya.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota

Partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kepuasan anggota, motivasi anggota, tingkat kepercayaan anggota, lingkungan usaha dan kualitas pelayanan.30

Kepuasan anggota adalah perasaan seseorang baik senang atau tidak atas kinerja suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.

29

Ibid., h. 92 30

Dhanie Istiani Aromatika, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Pada KUD Makmur Jaya Kecamatan Jekulo Kudus,” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011, h. 27. Diakses pada 24 Agustus 2016

Motivasi Anggota adalah kekuatan untuk membangkitkan seseorang dari keterpurukan yang kemudian berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan mempunyai target yang jelas pada diri sendiri atau kelompok. Kepercayaan anggota, Kepercayaan dibagun dalam kelompok dengan mengembangkan komunikasi yang terbuka, menjalankan kepemimpinan yang adil dan terbuka.

Lingkungan usaha meliputi lingkungan mikro dan lingkungan makro, lingkungan mikro adalah lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan, yang meliputi: pelangan dan pesaing. Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi: lingkungan ekonomi, sosial, dan teknologi. Dan kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

b. Bentuk-bentuk Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan.31

Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Karena alasan itulah partisipasi diikutsertakan dalam tes komparatif koperasi. suatu koperasi bisa berhasil dalam kompetisi (bersaing dengan perusahaan nonkoperasi), tetapi tak akan ada artinya bila anggota tak memanfaatkan keunggulan yang dimiliki tersebut. Anggota harus berpartisipasi dalam mencapai tujuan koperasi.

Terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi menurut KEMENKOP dan UKM (2010), yaitu sebagai berikut:

31

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampai / mengemukakan pendapat / saran / ide / gagasan / kritik bagi koperasi).

b. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela / manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

c. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

d. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).32

Partisipasi dari anggota sangatlah penting untuk menunjang kualitas serta kinerja dari koperasi itu sendiri. Tanpa adanya partisipasi anggota, kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas anggota dalam rangka mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar. Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab.

32

Ignatius Agung Dwi Nugroho, “Partisipasi Anggota Pada Kegiatan Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Semarang dan Perannya dalam Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan,” Skripsi pada Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2015, h. 27-28. Diakses pada 24 Agustus 2016

c. Jenis-jenis Partisipasi Anggota

Hanel dalam Sugiharsono, membedakan demensi partisipasi anggota koperasi dengan prinsip identitas anggota.

1) Dalam kedudukannya sebagai pemilik, partisipasi para anggota adalah:

a) Memberikan kontribusi terhadap pembentukan modal koperasi (penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan);

b) Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan, pembuatan/pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pengawasan.

2) Dalam kedudukannya sebagai pengguna/pelanggan, partisipasi anggota adalah memanfaatkan berbagai potensi dan layanan koperasi dalam menunjang kepentingan/kebutuhannya.33

Anggota memiliki peranan sebagai pemilik dan pengguna, Artinya bahwa usaha koperasi memang ditujukan terutama untuk melayani kebutuhan anggota. Dengan demikian apabila anggota sebagai pelanggan utama yang dilayani koperasi tidak berpartisipasi pada koperasi, tentu usaha yang diselenggarakan koperasi menjadi sia-sia.

Sementara itu, Beberapa indikator bentuk rangsangan partisipasi terkait dengan nilai yang diterima anggota, yaitu:

a. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa oleh koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk memberikan kontribusi bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi.

b. Kontribusi anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dalam bentuk sarana keuangan akan dinilai oleh mereka atas dasar biaya opportunity

33

Sugiharsono, Pentingya Partisipasi Anggota Dalam Mendukung Keberhasilan Usaha

(opportunity cost) yang mungkin akan lebih mahal bagi para anggota.

c. Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan, seperti dalam pencapaian tujuan dan pengawasan tata kehidupan koperasinya (ditinjau dari sudut anggota) dapat merupakan satu perangsang, yaitu apabila anggota dapat memasukkan tujuan-tujuannya ke dalam koperasi menjadi tujuan kelompok koperasi dan organisasi koperasi yang bersangkutan. Mereka mungkin akan menganggap kesempatan partisipasi itu sebagai suatu perangsang. Selain itu, partisipasi anggota dalam rapat rapat dan diskusi kelompok memakan waktu dan akhirnya menimbulkan pula sejumlah beban biaya perjalanan dan sebagainya, maka anggota akan mempertimbangkan pula opportunity cost yang berkaitan dengan hal tersebut.34

Hidup-matinya usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam mendukung dan memanfaakan layanan usaha koperasi. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota dalam koperasi.

Sementara itu Ropke dalam Sugiharsono, membedakan dimensi partisipasi anggota menjadi tiga, yaitu: partisipasi anggota dalam mengkontribusikan atau menggerakkan sumber daya, partisipasi anggota dalam mendapatkan manfaat layanan dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya Ropke menjelaskan bahwa partisipasi anggota merupakan hasil interaksi dari tiga variabel utama, yaitu: the members of beneficiaries, the management of organization, and the program.35

34

Hendar dan Kusnadi, Ekonomi Koperasi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

UI, 2005), h. 99 35

UU Koperasi No. 14 Tahun 1965 dalam BAB III pasal 4 tentang asas koperasi disebutkan tiap-tiap anggota sesuai dengan tingkat kesadaran dan kemampuannya menyumbangkan materi, tenaga maupun pikiran untuk koperasi dan sesuai dengan karyanya menerima bagian dari setiap kemamfaatan koperasi dalam batas- batas kepentingan negara dan masyarakat.36

Maka dapat dikatakan esensi partisipasi anggota koperasi menyangkut tiga aspek, yaitu:

1) Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi, seperti penetapan tujuan, pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pengawasan/pengendalian.

2) Partisipasi anggota dalam pemupukan modal, seperti penyertaan modal, pembentukan cadangan modal, dan simpanan-simpanan 3) Partisipasi dalam pemanfaatan layanan usaha koperasi.37

Oleh karena itu tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi ini dapat dilihat melalui ketiga indikator tersebut.

Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi dapat dilakukan melalui rapat-rapat yang melibatkan anggota dan atau wakil anggota. Selain itu, untuk partisipasi ini juga dapat direalisasikan melalui kotak saran. Dalam hal ini koperasi memang perlu menyediakan kotak saran yang dibuka secara rutin.

Partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan melalui gerakan membayar simpanan wajib secara rutin, serta gerakan menabung simpanan sukarela melalui pembayaran angsuran (bagi anggota yang mempunyai kewajiban membayar angsuran pinjaman/kredit).

Partisipasi anggota dalam mamanfaatkan layanan usaha koperasi dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan usaha

36

Bahri Nurdin, Perkenalan dengan Beberapa Konsep Ekonomi Koperasi, (Jakarta:

Salemba, 1993), h. 24 37

koperasi. Anggota harus memperoleh kepuasan sekaligus kebanggaan (prestise) dari layanan usaha koperasi.

Dokumen terkait