• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik demografi responden

C. Korelasi Body Fat Percentage, triceps skinfold thickness, abdominal

skinfold thickness,dansuprailiac skinfold thicknessterhadap kadar

LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL

Sebelum melakukan uji korelasi harus diketahui dahulu data yang diperoleh normal atau tidak. Menurut Dahlan (2012), suatu data yang jumlah sampelnya lebih dari 50 responden menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusinya normal atau tidak, sedangkan untuk sampel yang berjumlah lebih dari atau sama dengan 50 responden digunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitasnya, dan suatu data dikatakan normal jika nilai signifikansi (p) lebih dari 0,05.

Setelah diketahui normalitasnya, jika distribusi dari kedua variabel data tersebut normal maka untuk menguji korelasinya digunakan uji Pearsonatau jika salah satu atau kedua data tidak normal maka digunakan uji Spearman. Taraf kepercayaan yang dugunakan yaitu 95% dan uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi kurang dari 0,05 (Dahlan, 2012). Tabel hasil korelasi dapat dilihat pada tabel XVIII untuk pria dan tabel XIX untuk wanita.

64 Tabel XVIII. Hasil korelasi pada pria

Body fat percentage Triceps skinfold

thickness Abdominal skinfold thickness Suprailiac skinfold thickness Profil lipid r p r p r p r p LDL 0,434 0,001 0,379 0,003 0,460 0,000 0,442 0,001 HDL -0,292 0,026 -0,395 0,002 -0,311 0,011 -0.315 0,016 Rasio LDL/HDL 0,481 0,000 0,464 0,000 0,488 0,000 0,466 0,000

Tabel XIX. Hasil korelasi pada wanita

Body fat percentage Triceps skinfold

thickness Abdominal skinfold thickness Suprailiac skinfold thickness Profil lipid r p r p r p r p LDL 0,348 0,004 0,352 0,004 0,314 0,010 0,301 0,013 HDL -0,246 0,045 -0,137 0,270* -0,141 0,256* -0,351 0,004 Rasio LDL/HDL 0,410 0,001 0,315 0,009 0,384 0,004 0,438 0,000

65

1. Korelasibody fat percentagedengan kadar LDL

Pada tabel XVII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara body fat percentage dengan kadar LDL dengan nilai r=0,434 dan p=0,001. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan sedang (0,4-<0,6) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan body fat percentageberbanding lurus dengan kenaikan kadar LDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 8).

Gambar 8. Grafik sebarbody fat percentageterhadap kadar LDL pada pria

Pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara body fat percentage dengan kadar LDL dengan nilai r=0,348 dan p=0,004. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan body fat percentage berbanding lurus dengan kenaikan kadar LDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar9).

Gambar 9. Grafik sebarbody fat percentageterhadap LDL pada wanita

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti, sesuai dengan penelitian dari Deneker, Thorsson, Karlsson, Linden, Wollmer, and Andersen (2012), yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara body fat percentagedengan LDL dengan r=0,18 dan p<0,05 pada 170 orang (92 pria dan 78 wanita). Penelitian Novaes,et al., (2007) menyatakan bahwa korelasi antarabody fat percentage dengan LDL pada anak-anak usia 6-8 tahun memiliki hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai r=0,191 dan p=0,056. Penelitian serupa dilakukan oleh Nakanishi, et al., (2000), dengan hasil korelasi antara body fat percentage dengan LDL yaitu korelasi bermakna dengan nilai r=0,216 dan p<0,001 pada 1271 karyawan pria dengan rentang usia 25-59 tahun. Penelitian Ghorbanian (2012) pada 65 pria dan 45 wanita dengan rentang usia 23-59 tahun menghasilkan korelasi antara body fat percentage dengan LDL pada pria yaitu korelasi yang bermakna (p<0,001) dengan nilai r=0,855 dan p<0,001, dan untuk wanita memiliki korelasi yang tidak bermakna dengan nilai r=0,211 dan p=0,164.

LDL merupakan salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi risiko dari PJK/ateroskeloris, karena LDL yang meningkat jumlahnya merupakan faktor terbentuknyaatherogenic lipoprotein(merupakanphenotypedari LDL yang dapat

menyebabkan terjadinya aterosklerosis,phenotypeini tergantung dari sifat genetik tiap orang) yang bisa menyebabkan terjadinya PJK (NCEP ATP, 2002). Hasil yang didapat peneliti menyatakan bahwa ada korelasi positif bermakna antara body fat percentage dengan kadar LDL, yang berarti kenaikan dari body fat percentage, menyebabkan peningkatan kadar LDL. Peningkatan LDL dalam darah menyebabkan tingginya risiko terjadinya PJK. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu peningkatanbody fat percentagebisa menjadi prediktor peningkatan risiko PJK.

Penelitian yang dilakukan oleh Wilson, Agostino, Levy, Belanger, Silbershatz, and Kannel (2000), yang dilakukan pada 2489 pria dan 2856 wanita dengan range usia 30-74 tahun selama 12 tahun menyatakan bahwa sebanyak 383 pria dan 227 wanita yang memiliki PJK berhubungan dengan perubahan dari tekanan darah, kolesterol total, LDL, dan HDL (p<0,001). Hal ini secara jelas menyatakan bahwa ada hubungan antara risiko PJK dengan perubahan LDL dalam darah. Menurut Scott (2011), orang yang memiliki body fat percentage diatas normal bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan kelompok yang dibawah rata-rata.

2. Korelasibody fat percentagedengan kadar HDL

Pada tabel XVIII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi negatif bermakna (p<0,05) antarabody fat percentagedengan kadar LDL dengan nilai r=-0,292 dan p=0,026. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi negatif yang artinya, dengan adanya kenaikanbody fat percentage berbanding terbalik dengan

kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi negatif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari atas ke bawah (Gambar 10).

Gambar 10 Grafik sebarbody fat percentageterhadap kada HDL pada pria

Pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi negatif bermakna (p<0,05) antarabody fat percentagedengan kadar HDL dengan nilai r==0,246 dan p=0,045. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi negatif yang artinya, dengan adanya kenaikanbody fat percentage berbanding terbalik dengan kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi negatif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari atas ke bawah(Gambar 11).

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti, sesuai dengan penelitian dari Deneker, et al (2012), yang menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara body fat percentage dengan HDL dengan nilai r=-0,23 dan p<0,05 dengan jumlah sampel 170 orang (92 pria dan 78 wanita). Penelitian Novaes, et al., (2007) menyatakan bahwa korelasi antara body fat percentage dengan HDL pada anak-anak usia 6-8 tahun memiliki hasil yang berbeda tidak bermakna dengan nilai r=-0,095 dan p=0,343.Hal ini karena usia responden penelitian Novaes,et al.,(2007) belum termasuk dalam range 30-50 yang menurut Cullen, et al., (2012) usia ini merupakan usia yang rentan dengan peningkatan risiko PJK. Nakanishi, et al., (2000), dengan hasil korelasi antara body fat percentage dengan HDL yaitu korelasi bermakna dengan nilai r=-0,321 dan p<0,001 yang dilakukan pada 1271 karyawan pria dengan rentang usia 25-59 tahun. Penelitian Ghorbanian (2012) pada 65 pria dan 45 wanita dengan rentang usai 23-59 tahun menghasilkan korelasi antara body fat percentage dengan HDL pada pria yaitu korelasi yang tidak bermakna dengan nilai r=-0,118 dan p=0,349 dan pada wanita korelasinya tidak bermakna dengan nilai r=-0,093 dan p=0,544. Penelitian Mikirova, Casciari, Hunnunghake, and Beezley (2011), memiliki hasil korelasi r=-0,43 dan p<0,05antarabody fat percentagedengan HDL.

Kadar HDL dalam darah kurang dari 40 mg/dL bisa menaikkan kemungkinan terjadinya penyakit jantung (United Health Care, 2012).Berdasarkan NCEP ATP III (2002) penurunan 1% dari kadar HDL bisa menyebabkan peningkatan 2-3% penyakit kardiovaskuler. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif bermakna antara

body fat percentagedengan kadar HDL dalam darah, yang artinya peningkatan body fat percentagebisa menurunkan kadar HDL dalam darah. Kadar HDL yang menurun dalam darah bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Penelitian yang dilakukan oleh Wilson, et al (2000), yang dilakukan pada 2489 pria dan 2856 wanita dengan range usia 30-74 tahun selama 12 tahun menyatakan bahwa sebanyak 383 pria dan 227 wanita yang memiliki PJK berhubungan dengan perubahan dari tekanan darah, kolesterol total, LDL, dan HDL (p<0,001). Hal ini secara jelas menyatakan bahwa ada hubungan antara risiko PJK dengan perubahan HDL dalam darah. Penelitian Menke, Muntner, Wildman, Reynolds, and He (2007) menyatakan adanya hubungan yang signifikan (p<0,001) peningkatan body fat percentage dan penurunan kadar HDL dengan penyakit hipertensi.

3. Korelasibody fat percentagedengan rasio kadar LDL/HDL

Pada tabel XVIII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara body fat percentage dengan rasio kadar LDL/HDL dengan nilai r=0,481 dan p=0,000. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan sedang (0,4-<0,6) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan body fat percentage berbanding lurus dengan kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 12).

Gambar 12. Grafik sebarbody fat percentageterhadap rasio kadar LDL/HDL pada pria Pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara body fat percentage dengan rasio kadar LDL/HDL dengan nilai r=0,410 dan p=0,001. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan sedang (0,4-<0,6) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan body fat percentage berbanding lurus dengan kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 13).

Gambar 13. Grafik sebarbody fat percentageterhadap rasio LDL/HDL pada wanita

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti, sesuai dengan penelitian dari Deneker,et al.,(2012), yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara body fat percentage dengan rasio LDL/HDL dengan nilai r=0,32 dan

p<0,05 pada sampel 170 orang (92 pria dan 78 wanita). Nakanishi,et al.,(2000), dengan hasil korelasi antara body fat percentage dengan LDL yaitu korelasi bermakna dengan nilai r=0,338 dan p=<0,001pada 1271 karyawan pria dengan rentang usia 25-59 tahun. Penelitian Ghorbanian (2012), pada 65 pria dan 45 wanita dengan rentang usai 23-59 tahun menghasilkan korelasi antara body fat percentagedengan rasio LDL/HDL pada pria yaitu korelasi yang tidak bermakna dengan nilair=0,215 dan p=0,085 serta pada wanita menghasilkan korelasi yang tidak bermakna dengan nilair=0,125 dan p=0,412. Penelitian Mikirova,et al., (2011), memiliki hasil korelasi yang kuat antara body fat percentagedengan rasio LDL/HDL dengan p<0,05 dan r=0,7.

Rasio LDL/HDL dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit jantung koroner, dan rasio ini menunjukkan bisa menjadi faktor risiko yang kuat untuk penyakit jantung koroner dibandingkan dengan LDL atau HDL (Grover, et al., 2003). Dimana menurut Fernandez and Webb (2008), terjadi peningkatan pada rasio LDL/HDL yaitu antara 3,7-4,3 bisa terjadi risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat menunjukkan terdapat korelasi yang positif bermakna antara body fat percentage dengan rasio LDL/HDL, yang artinya semakin meningkatnya body fat percentage meningkat pula rasio LDL/HDL dalam tubuh. Peningkatan rasio LDL/HDL dalam tubuh bisa meningkatkan risiko terjadinya PJK. Dapat disimpulkan bahwa body fat percentage bisa digunakan sebagai prediktor terjadinya PJK, bersamaan dengan meningkatnya rasio LDL/HDL.

Penelitian Scott, Lohman, Cussler, Williams, Morrison, and Horn (2011), menyatakan bahwa dalam studi body fat percentage pada wanita dan pria berhubungan dengan 20-25% dalam risiko penyakit PJK untuk pria dan 30-35% untuk wanita, sehingga body fat percentage memiliki hubungan dengan PJK. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa dengan mengubah profil lemak terutama LDL, HDL, rasio LDL/HDL dan trigliserida menghasil penurunan risiko terjadinya PJK.

4. Korelasitriceps skinfold thicknessterhadap LDL

Dapat dilihat pada tabel XVIII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara triceps skinfold thickness dengan kadar LDL dengan nilai r=0,379 dan p=0,003. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan triceps skinfold thickness berbanding lurus dengan kenaikan kadar LDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 14).

Dapat dilihat pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antara triceps skinfold thickness dengan kadar LDL dengan nilai r=0,352 dan p=0,004. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan triceps skinfold thickness berbanding lurus dengan kenaikan kadar LDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 15).

Gambar 15. Grafik sebarantriceps skinfold thicknessterhadap LDL pada wanita Berdasarkan penelitian Freedman,et al.,(2000), memberikan hasil korelasi positif bermakna antara TST dengan LDL dengan nilai r=0,22 dan p<0,001 dengan kemungkinan menjadi faktor risiko yaitu 11, dimana menurut Freedman,et al., (2000) perhitungan statistik≥ 3 bisa menjadi prediktor faktor risiko dengan nilai signifikansi pada 0,001. Penelitian Freedman,et al., kemudian dilanjutkan dengan jumlah responden 6866 orang (2009) dengan hasil korelasi yang positif bermakna antara LDL dengan TST dengan nilai p<0,001 dan r=0,17. Pada penelitian Pimentel, Arimura, Moura, Silva,and Sousa (2010), yang dilakukan pada 29 wanita yang dilakukan selama 3 bulan dan dilakukan dalam 4 model,

hasil dari keempat model tersebut memiliki hasil korelasi yang signifikan antara LDL dengan TST dengan nilai korelasi pada model crude r=0,44 dan p<0,05, model 1 r=0,42 dan p<0,05 dan model 2 r=0,05 dan p<0,05, sedangkan pada model 4 r=0,35 dan p<0,05. Berdasarkan penelitian Lohman, (2000) pada responden wanita yang sedang melakukan penurunan berat badan, pada bulan keenam melakukan pengukuran untuk triceps dan LDL, dan memberikan korelasi yang signifikan dengan r=0,377 dan p<0,01. Sedangkan pada bulan sebelumnya yaitu bulan ketiga tidak dilakukan pengukuran. Pada penelitian yang dilakukan Christasani (2011), didapatkan hasil korelasi yang tidak bermakna antara TST dengan LDL dengan nilai p>0,05 dan r=0,279. Hasil ini berbeda dengan yang didapat peneliti karena hampir setengah dari responden yang digunakan peneliti memiliki nilai LDL yang mendekati optimal atau cukup tinggi (tabel VIII dan IX). LDL merupakan salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi risiko dari PJK/ateroskeloris, karena LDL yang meningkat jumlahnya merupakan faktor terbentuknyaatherogenic lipoprotein(merupakanphenotypedari LDL yang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis,phenotypeini tergantung dari sifat genetik tiap orang) yang bisa menyebabkan terjadinya PJK (NCEP ATP, 2002). Hasil yang didapat peneliti menyatakan bahwa ada korelasi positif bermakna antara tricep skinfold thickness dengan kadar LDL, yang berarti kenaikan dari tricep skinfold thickness, menyebabkan peningkatan kadar LDL. Peningkatan LDL dalam darah menyebabkan tingginya risiko terjadinya PJK.Kesimpulan yang dapat diambil yaitu peningkatan tricep skinfold thickness bisa menjadi prediktor peningkatan risiko PJK.

Penelitian Freedman, et al., (2009), mendapatkan hasil yaitu terdapat korelasi antara pengukuran lemak (LDL, HDL, dan trigliserida) dan faktor risiko dalam pengukurantricep skinfold thickness yaitu sebesar r=0,44 dengan p<0,001. Hal ini membuktikan bahwa, tricep skinfold thickness terhadap profil lemak memiliki korelasi.penelitian Fujimoto, Bergstrom, Boyko, Chen, Leoneti, Morris, et al., (2000), pada 175 laki-laki jepang-amerika dengan PJK, yang dilakukan selama 10 tahun, pada orang yang terkena PJK, memiliki nilai tricep skinfold thickness lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terkena PJK. Menurut Voruganti (2006), yang dilakukan pada 954 (dengan rentang usia 17-92 tahun) responden di Meksiko, dan mendapatkan hasil yang signifikan antara LDL dengan TST dengan nilai P<0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang didapat oleh peneliti memiliki faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, karena LDL menurut Breuer (2005), menyatakan bahwa kadar LDL dalam darah sangat berhubungan dengan PJK, jika LDL meningkat, maka risiko untuk terjadi PJK akan meningkat.

5. Korelasitriceps skinfold thicknessterhadap kadar HDL

Dapat dilihat pada tabel XVIII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi negatif bermakna (p<0,05) antaratriceps skinfold thickness dengan kadar HDL dengan nilai r=-0,395 dan p=0,002. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi negatif yang artinya, dengan adanya kenaikan triceps skinfold thickness berbanding terbalik dengan kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik

yang menunjukkan korelasi negatif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari atas ke bawah (Gambar 16).

Gambar 16. Grafik sebartriceps skinfold thicknessterhadap HDL pada pria

Dapat dilihat pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi tidak bermakna (p>0,05) antara triceps skinfold thickness dengan kadar HDL dengan nilai r=-0,137 dan p=0,270. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan sangat lemah (0,0-<0,2) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi negatif yang artinya, dengan adanya kenaikantriceps skinfold thicknessberbanding terbalik dengan kenaikan kadar HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi negatif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari atas ke bawah (Gambar 17).

Berdasarkan penelitian Freedman,et al.,(2000), memberikan hasil adanya korelasi positif bermakna antara TST dengan HDL dengan nilai r=-0,20 dan p<0,001 dengan kemungkinan menjadi faktor risiko yaitu 12, dimana menurut Freedman,et al., (2000) perhitungan statistik ≥ 3 bisa menjadi prediktor faktor

risiko dengan nilai signifikansi pada 0,001. Penelitian Freedman,et al., kemudian dilanjutkan dengan jumlah responden 6866 orang (2009) dengan hasil korelasi yang negatif bermakna antara LDL dengan TST dengan nilai r=-0,20 dan p<0,001. Berdasarkan penelitian Sanlierand Yabanci (2007), didapatkan korelasi yang bermakna antara TST dengan HDL dalam darah yang dilakukan pada responden berjumlah 355 orang dengan nilai p<0,05 dan r=-0,33.Pada penelitian Pimentel, et al.,(2010), yang dilakukan pada 29 wanita yang dilakukan selama 3 bulan dan dilakukan dalam 4 model, hasil dari keempat model tersebut memiliki hasil korelasi negatif yang signifikan antara HDL dengan TST dengan nilai korelasi pada modelcruder=-0,13 dan p<0,05, model 1 r=-0,21 dan p<0,05, model 2r=-0,05 dan p<0,05, sedangkan pada model 4 r=0,35 dan p<0,05. Penelitian yang dilakukan Lohman, (2000) pada wanita yang menerima perlakuan pengurangan berat badan pada bulan ketiga diukur LDL dan TSTnya dan hasilnya terdapat korelasi yang negatif bermakna dengan nilair=-0,479 dan p=<0,01 sedangkan pada bulan keenam tidak lakukan pengukuran.Hasil penelitian ini memiliki hasil yang serupa dengan penelitian Chritasani (2011), dimana antara TST dengan HDL memiliki korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang lemah, yaitu nilai p=0,009 dan nilai r=0,310.Hasil korelasi pada wanita didapat hasil yang tidak signifikan karena bentuk tubuh wanita kebanyakan pear shapesedangkan apple

shapebanyak pada pria (National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, 2008).Pear shape merupakan bentuk tubuh dimana penimbunan lemaknya terdapat pada daerah pinggang lebih banyak dibandingkan pada daerah lengan, sehingga triceps skinfold thickness kurang bisa menggambarkan hasil korelasi pada wanita.

Peningkatan TST yang disertai menurunnya kadar HDL dalam darah memiliki hubungan yang erat dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular (Chritasani, 2011).Kadar HDL dalam darah kurang dari 40 mg/dL bisa menaikkan kemungkinan terjadinya penyakit jantung (United Health Care, 2012).Berdasarkan NCEP ATP III (2002) penurunan 1% dari kadar HDL bisa menyebabkan peningkatan 2-3% penyakit kardiovaskuler. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu korelasi negatif bermakna antara triceps skinfold thicknessdengan HDL, yang artinya meningkatnya triceps skinfold thicknessberhubungan dengan penurunan HDL dalam darah.Penurunan HDL dalam daram berhubungan dengan peningkatan risiko PJK.Kesimpulan yang dapat diambil, peningkatan triceps skinfold thicknessbisa menjadi prediktor untuk meningkatnya PJK.

6. Korelasitriceps skinfold thicknessterhadap rasio kadar LDL/HDL

Pada tabel XVIII untuk pria, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antaratriceps skinfold thicknessdengan rasio kadar LDL/HDL dengan nilai r=0,464 dan p=0,000. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan sedang (0,4-<0,6) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan triceps skinfold thickness berbanding lurus dengan kenaikan rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Gambar

grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 18).

Gambar 18. Grafik sebartriceps skinfold thicknessdengan rasio LDL/HDL pada pria

Pada tabel XIX untuk wanita, hasil korelasi yang diperoleh yaitu korelasi bermakna (p<0,05) antaratriceps skinfold thicknessdengan rasio kadar LDL/HDL dengan nilai r=0,315 dan p=0,009. Kekuatan korelasinya termasuk kekuatan lemah (0,2-<0,4) (Dahlan, 2012). Korelasi yang didapat merupakan korelasi positif yang artinya, dengan adanya kenaikan triceps skinfold thickness berbanding lurus dengan kenaikan rasio kadar LDL/HDL dalam darah. Gambar grafik yang menunjukkan korelasi positif dapat dilihat dengan garis yang arahnya dari bawah ke atas (Gambar 19).

Berdasarkan penelitian dari Freedman, et al., (2000) memperoleh hasil korelasi positif antara TST dengan rasio LDL/HDL dengan r=0,50 dan p<0,05. Dalam penelitiannya Freedman, et al., (2000) juga menyatakan bahwa terjadi perubahan antara pengambilan pada tahun pertama dan tahun keenam, hal ini berkaitan dengan perubahan tinggi dan berat badan dari responden. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti, sesuai dengan hasil Christasani (2011), yaitu memiliki korelasi yang positif bermakna dengan nilai p=0,010 dan r= 0,307.

Rasio LDL/HDL dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko penyakit jantung koroner, dan rasio ini menunjukkan bisa menjadi faktor risiko yang kuat untuk penyakit jantung koroner dibandingkan dengan LDL atau HDL (Grover, et al., 2003). Dimana menurut Fernandez and Webb (2008), terjadi peningkatan pada rasio LDL/HDL yaitu antara 3,7-4,3 bisa terjadi risiko penyakit jantung koroner.Hasil penelitian yang diperoleh peneliti yaitu adanya korelasi positif bermakna antara triceps skinfold thickness dengan rasio LDL/HDL menunjukkan bahwa peningkatan triceps skinfold thickness berhubungan dengan

Dokumen terkait