• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Rasio Panjang Jari Tangan Kedua dan Keempat (2D:4D) dengan Kemampuan Verbal dan Numerik (2D:4D) dengan Kemampuan Verbal dan Numerik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.7 Korelasi Antara Rasio Panjang Jari Tangan Kedua dan Keempat (2D:4D) dengan Kemampuan Verbal dan Numerik (2D:4D) dengan Kemampuan Verbal dan Numerik

Pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya korelasi rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) dengan kemampuan verbal dan numerik dilakukan dengan bantuan program statistik secara komputerisasi yang menganalisis secara bersama-sama variabel independen dan variabel dependen.

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengukuran dengan 166 responden dianalisis melalui uji korelasi yang sesuai.

Sesuai dengan data yang ada, menurut Mukhtar (2011), uji hipotesis di mana variabel independen dan dependen yang keduanya berupa jenis data numerik digunakan uji korelasi. Pertama-tama, dilakukan uji normalitas dengan uji

Kolmogorov Smirnov pada variabel yang akan dikorelasikan untuk menentukan

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasil Kolmogorov Smirnov pada penelitian ini menghasilkan p value=0,001 yang berarti data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, untuk menentukan korelasi rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) dengan kemampuan verbal dan numerik pada penelitian ini akan digunakan uji korelasi Spearman. Hasil statistik mengenai rasio panjang jari tangan kedua dan keempat (2D:4D) tangan kanan dan kiri dengan kemampuan verbal dan numerik bisa dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.7. Hasil Uji Korelasi Spearman mengenai Rasio Panjang Jari Tangan Kedua dan Keempat (2D:4D) Tangan Kanan dan Kiri dengan Kemampuan Verbal

dan Numerik

Kemampuan Verbal Kemampuan Numerik

r p r p Laki-laki Tangan Kanan -,209 ,102 ,005 ,969 Tangan Kiri -,388 ,007 -,081 ,532 Perempuan Tangan Kanan ,094 ,343 ,253 ,009 Tangan Kiri ,106 ,283 -,013 ,895 Total Tangan Kanan ,013 ,864 ,148 ,057 Tangan Kiri ,074 ,343 -,028 ,721

Berdasarkan Tabel 5.7 terlihat koefisien korelasi dan nilai p value untuk setiap korelasi. Responden juga dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan dicari hubungannya masing-masing. Setelah dilakukan uji korelasi, didapat dua hubungan yang signifikan yaitu antara 2D:4D tangan kiri dengan kemampuan verbal pada laki-laki (p = 0,007, r = - 0,388) dan 2D:4D tangan kanan dengan kemampuan numerik pada perempuan (p = 0,009, r = 0,253).

5.2 Pembahasan

Nilai rata-rata rasio panjang jari (2D:4D) laki-laki lebih rendah daripada rasio panjang jari (2D:4D) pada wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian Manning (1998) yang menjelaskan bahwa laki-laki berpotensi untuk menghasilkan 2D:4D lebih rendah dari pada perempuan. Rasio rendah ini disebabkan oleh terpapar androgen prenatal yang tinggi dalam Manning (2002). Jari tangan ke empat lebih sensitif terhadap androgen prenatal. Seseorang yang terpapar androgen prenatal yang tinggi mempunyai jari tangan keempat lebih panjang dari jari tangan kedua sehingga rasio 2D:4D menjadi rendah. Fink (2006) juga mengemukakan bahwa laki-laki umumnya memiliki rasio lebih rendah yaitu sebagai indikasi dari paparan testosteron prenatal yang tinggi.

Pada hasil analisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman, hanya terdapat hubungan pada 2D:4D tangan kiri dengan kemampuan verbal pada laki-laki (p = 0,007, r = - 0,388) dan 2D:4D tangan kanan dengan kemampuan numerik pada perempuan (p = 0,009, r = 0,253). Nilai p value < 0,05 menyatakan adanya korelasi yg signifikan antara variabel yang diteliti. Kemudian nilai koefisien korelasi (r) menggambarkan keeratan suatu hubungan dan arahnya.

Menurut Wahyuni (2007), berdasarkan besar nilai r, maka tingkat hubungannya dapat ditafsirkan sebagai berikut :

• 0,000 – 0,199 : hubungan sangat lemah • 0,200 – 0,399 : hubungan lemah • 0,400 – 0,599 : hubungan sedang • 0,600 – 0,799 : hubungan kuat

• 0,800 – 1,000 : hubungan sangat kuat

Pada hasil analisis antara 2D:4D tangan kiri dengan kemampuan verbal pada laki-laki yaitu didapatkan nilai r = negatif 0,338 yang berada pada kisaran 0,200 – 0,399 berarti keeratan hubungan tergolong lemah. Nilai negatif pada koefisien korelasi untuk menyatakan arah hubungannya, berarti semakin tinggi 2D:4D tangan kiri maka semakin rendah lah kemampuan verbal pada laki-laki. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Luxen (2005) yang menunjukkan adanya hubungan antara 2D:4D tangan kanan dengan kemampuan verbal pada perempuan. Perbedaan ini bisa saja dikarenakan karakteristik responden dan alat yang digunakan untuk mengukur ratio panjang jari. Responden penelitian Luxen berasal dari negara Belanda. Hal ini tentu saja berbeda dengan penelitian ini karena pada penelitian respondennya dari negara Indonesia. Manning (2002) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara etnik dengan rasio 2D:4D. Alat yang digunakan pada penelitian Luxen yaitu jangka sorong digital sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan jangka sorong biasa. Sangat memungkinkan untuk didapatkan perbedaan hasil pengukuran antara kedua alat tersebut.

Selanjutnya analisa antara 2D:4D tangan kanan dengan kemampuan numerik pada perempuan yaitu didapatkan nilai r = 0,253 yang berada pada kisaran 0,200 – 0,399 berarti keeratan hubungan tergolong lemah. Nilai positif pada koefisien korelasi menyatakan semakin tinggi 2D:4D tangan kanan maka semakin tinggi pula kemampuan numerik pada perempuan. Pada beberapa penelitian sebelumnya di dalam Valla (2001) seperti Fink (2006), Luxen (2005), Putz, et all (2004), Brosnan (2008) dan Valla (2010), hasil uji korelasi antara 2D:4D dengan kemampuan numerik didapatkan korelasi negatif, tetapi disini didapat korelasi positif.

Menurut peneliti, perbedaan hasil yang didapatkan ini dapat terjadi karena berbagai hal, di antaranya adalah perbedaan karakteristik responden penelitian dan

tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan verbal dan numerik responden. Responden penelitian Fink rata-rata berusia 9,32 tahun dari Austria dan UK. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian ini karena pada penelitian respondennya rata-rata berusia 15,76 tahun yang seluruhnya dari Indonesia. Fink (2006) menemukan ada hubungan antara kemampuan numerik dengan usia.

Perbedaan yang lain, yaitu teknik yang digunakan untuk pengukuran rasio jari tangan kedua dan keempat. Pada penelitian Fink, pengukuran dilakukan pada fotocopy jari tangan responden sedangkan pada penelitian ini, pengukuran dilakukan langsung pada jari responden. Hal ini bisa menimbulkan perbedaan hasil, apabila kualitas fotocopy yang kurang bagus sehingga batasnya tidak jelas ataupun teknik saat membuat fotocopy jarinya.

Perbedaan selanjutnya yaitu tes untuk pengukuran kemampuan numerik, pada penelitian Fink yang digunakan adalah NUCALC battery yang biasa digunakan pada usia anak-anak yg lebih muda. Berbeda halnya dengan tes bakat DAT pada penelitian ini yang biasa digunakan untuk remaja atau siswa sekolah menengah pertama dan atas.

BAB VI

Dokumen terkait