• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. 1. Analisis Tanah Awal

Tahapan penelitian diawali dengan mengambil sampel tanah dari lokasi penelitian yang merupakan dua hamparan lahan masing-masing seluas 100 m x 10 m. Sampel tanah dikompositkan, masing-masing diambil dari kedalaman 20 cm dari 10 titik pengambilan sampel. Tanah dikeringudarakan selama satu minggu, dan diayak dengan ukuran 2 mm. Kemudian tanah tersebut dianalisis sifat fisik dan kimianya: sifat-sifat fisik adalah tekstur, struktur dan bahan organik; sifat-sifat kimia: pH, KTK, C-organik, unsur hara N, P, K, Mg, Na dan Ca. P dan K diukur dengan 29

menggunakan metode analisis yang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia dan Uji Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian.

Gambar 2. Alur tahapan penelitian

Tanah dengan kisaran konsentrasi hara yang lebar

Terpilihnya metode pengekstrak terbaik untuk

hara P dan K tanah

Pengkelasan P dan K tanah berdasarkan interpretasi respon hasil relatif tomat

Dosis optimum pupuk P dan K untuk tanaman

tomat pada Inceptisols Pembuatan status hara

Percobaan I. Uji korelasi

Percobaan II. Uji kalibrasi

Percobaan III. Penyusunan rekomendasi pemupukan

1.2. Pembuatan Status Hara P dan K Tanah

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi hara P dan K dengan kisaran yang lebar pada lahan penelitian serta menilai konsentrasi P dan K terekstrak beberapa larutan pengekstrak seperti untuk hara P (Bray I, Bray II, Mehlich I, Morgan Wolf, Truog, dan HCl 25%); sedangkan hara K (NH4OAc 1M pH 7, Truog, Morgan Vanema, Mehlich I, dan HCl 25 %). Pembuatan status hara dilakukan pada setiap petak dengan aplikasi sumber hara P atau K sebanyak:

T0 = tanpa penambahan pupuk P (0 kg ha-1 P2O5) atau K (0 kg ha-1 K2O); 0X T1 = penambahan pupuk P (92,1 kg ha-1 P2O5) atau K (152,2 kg ha-1 K2O); ¼ X T2 = penambahan pupuk P (184,3 kg ha-1 P2O5) atau K (304,3 kg ha-1 K2O); ½ X T3 = penambahan pupuk P (276,4 kg ha-1 P2O5) atau K (456,5 kg ha-1 K2O); ¾ X T4 = penambahan pupuk P (368,6 kg ha-1 P2O5) atau K (608,6 kg ha-1 K2O); X Nilai X untuk P2O5 sekitar 368,6 kg ha-1 dan K2O sekitar 608,6 kg ha-1. Nilai X

merupakan “erapan hara” P dan K maksimum berdasarkan perhitungan analisis

metode Fox dan Kamprath (1970) menggunakan larutan CaCl2 0,01 M yang dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan menggunakan kurva Langmuir dalam penentuan nilai X tersebut. Ukuran petak percobaan 1,5 m x 30 m masing-masing dosis aplikasi hara diulang 4 kali. Lahan ini selanjutnya juga akan dipersiapkan sebagai lokasi percoban uji kalibrasi.

Pada masing-masing petak dilakukan pengolahan tanah sempurna dan dirotari sampai tanah permukaan tercampur secara sempurna. Pupuk diinkubasi pada tanah minimal selama 6 bulan untuk analisis P tanah dan 3 bulan untuk analisis K tanah. Status hara buatan diaplikasi dengan membagi petakan percobaan menjadi lima tingkat perbedaan kesuburan (Hara P dan K berdasarkan nilai X) diulang sebanyak empat kali. Lahan percobaan terdiri atas pengkelasan status P dan K dari yang sangat rendah sampai sangat tinggi. Pembuatan status hara P dilakukan dengan pemberian pupuk SP-36% P2O5. Pembagian dosis didasarkan perlakuan yang akan digunakan pada petak percobaan. Aplikasi kapur pertanian sebanyak 5 ton ha-1 setelah pembuatan bedengan

dan pemerataan tanah guna peningkatan pH tanah dilakukan seminggu sebelum perlakuan pupuk. Perlakuan pupuk dilakukan selama rentang waktu 2 hari. Pupuk SP-36 sebelum diaplikasikan ke tanah, dicampur dahulu dengan air dalam ember (60 g l-1) lalu diaduk merata, kemudian ditebar dan disiram mengunakan gembor secara merata di atas petak perlakuan yang disesuaikan dengan dosis hitungan. Pembuatan status hara K dilakukan dengan pemberian pupuk KCl 60% K2O. Cara dan waktu aplikasi sama seperti pada percobaan hara P.

1.3. Penanaman di Dalam Rumah Kaca

Percobaan di dalam rumah kaca bertujuan untuk mengetahui dan memilih metode ekstraksi hara P dan K tanah yang berkorelasi paling baik dengan pertumbuhan tomat pada media jenis tanah Inceptisols. Pada percobaan P dan K, varietas tomat dataran rendah yang digunakan adalah “Ratna”. Persemaian pada percobaan P dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2010 dan penanaman dilakukan pada tanggal 3 September 2010, sedangkan percobaan K persemaian pada tanggal 15 Juni 2011 dan penanaman pada tanggal 6 Juli 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL), empat ulangan. Percobaan dilaksanakan dalam polibag ukuran 45 cm x 45 cm.

Tanah sebagai media diambil dari 5 titik sampel tanah di setiap petakan secara acak. Tanah dicampur dan dikompositkan dalam karung. Pengeringan dilakukan pada suhu kamar dan di dalam green house tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Tanah yang kering dihaluskan dan diayak menjadi ukuran sekitar 2 mm. Tanah sebagai media dimasukkan ke dalam polibag dengan bobot 6 kg per polibag. Setiap polibag ditanami satu individu tanaman tomat sampai akhir fase vegetatif tanaman. Pupuk lain yang diaplikasi adalah [(urea 100 kg ha-1, 50 kg kg ha-1 SP 36 (perlakuan K), 50 kg ha-1 KCl (perlakuan P)]. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dan diberikan merata menggunakan sistem irigasi tetes sehingga terukur dengan baik.

Pengamatan dilakukan hanya pada fase vegetatif sampai umur 7 Minggu Setelah Tanam (MST). Data yang dikumpulkan adalah: tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot biomas segar dan bobot biomas kering tanaman tomat untuk

setiap perlakuan. Data dianalisis menggunakan Program Minitab 14 dan Microsoft Excel for Windows. Pada percobaan ini dilakukan analisis regresi untuk melihat korelasi antara metode ekstraksi P terhadap produksi tomat.

Analisis tanah uji korelasi P tanah dengan berbagai pengekstrak seperti: Bray I (HCl 0,025 N + NH4F 0,03 N), Bray II (NH4F 0,03 N+ HCl 0,10 N), Mehlich I (HCl 0,05 M +H2SO4 0,0125 M), Morgan Wolf (NaC2H2H3O2.3H2O 1 M; pH 4,8) dan Truog [HCl 0,10 N + (NH4)2SO4 0,025 N; pH 3]; sedangkan K tanah larutan HCl 25% (nisbah 1:5), Mehlich I (HCl 0,05 M +H2SO4 0,0125 M), Truog [HCl 0,10 N + (NH4)2SO4 0,025 N; pH 3; nisbah 1:100), Morgan Vanema (NH4OAc 1 M; pH 4,8) dan larutan NH4OAc 1 N pH 7 yang dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Laladon, Bogor.

1.4. Analisis Korelasi Menentukan Metode Pengekstrak

Penentuan metode pengekstrak terbaik didasarkan pada nilai koefisien korelasi (r) yang tinggi antara nilai P atau K terekstrak (X) dan hasil relatif (Y). Nilai koefisien korelasi (r) ditentukan dengan rumus (Gomez dan Gomez 1995) :

Nilai r menunjukkan kekuatan hubungan linear. Nilai korelasi berada pada interval -1 r 1. Tanda – dan + menunjukkan arah hubungan. Menurut Sulaeman dan Evianti (2002) ukuran korelasi adalah sebagai berikut: 0,70 - 1,00 (baik plus atau minus) menunjukkan derajat asosiasi yang tinggi. Nilai korelasi 0,40 - 0,70 (baik plus atau minus) artinya ada korelasi yang substansial, 0,20 - 0,40 (baik plus atau minus) artinya ada korelasi yang rendah, sedangkan 0,0 - 0,20 (baik plus atau minus) artinya korelasi yang dapat diabaikan.

ΣXY

r =

Dokumen terkait