• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pola Pengobatan Mandiri, Pengetahuan, Tingkat Ekonomi,

5. Korelasi antara pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan

Bagian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan

tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri terhadap batuk dengan

Tabel VIII. Uji Korelasi Pearson Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk dengan Obat Batuk Tradisional dan Obat Batuk Tanpa Resep Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Korelasi Harga Korelasi

Pearson (r)

Probabilitas (p)

Tingkat Hubungan Pengetahuan dengan tindakan

pengobatan mandiri menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep

Tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep 0,373 -0,145 0,011 0,336 rendah sangat rendah (berpola kebalikan)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel

pengetahuan dengan variabel tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk

dengan menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep dengan

koefisien korelasi sebesar 0,373. Korelasi antara variabel pengetahuan dengan

tindakan pengobatan mandiri menunjukkan korelasi yang positif yang berarti bahwa

semakin besar pengetahuan berarti semakin besar pula tindakan pengobatan mandiri

pada penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk

tanpa resep.

Hasil perbandingan menunjukkan r hitung variabel pengetahuan dengan

variabel tindakan pengetahuan mandiri dengan nilai 0,373 lebih besar harganya

dibanding dengan r tabel yaitu sebesar 0,291 (N= 46) maka hipotesis (H1) diterima.

Signifikansi dari hasil perhitungan yang diperoleh sebesar 0,011 untuk korelasi antara

menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep (p<0,05),

membuktikan bahwa angka korelasi signifikan atau hipotesis diterima.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan

antara pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan

menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep. Hasil penelitian

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan

atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Berdasarkan ketentuan interpretasi nilai koefisien korelasi yang disusun

oleh Sugiyono (2003) dapat diartikan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan

tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk

tradisional dan obat batuk tanpa resep mempunyai tingkat hubungan yang rendah.

Harga koefisien korelasi antara variabel tingkat ekonomi dengan variabel

tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk

tradisional dan obat batuk tanpa resep sebesar -0,145. Korelasi antara variabel tingkat

ekonomi dengan variabel tindakan pengobatan mandiri menunjukkan korelasi yang

negatif. Hubungan suatu korelasi dikatakan sebagai hubungan yang berpola kebalikan

arah atau hubungan negatif jika pada hubungan tersebut terjadi pola kenaikan yang

berkebalikan di antara dua variabel (Triton, 2006). Harga koefisien korelasi yang

negatif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi responden maka

semakin rendah tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan

menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep atau sebaliknya.

pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan

menggunakan obat batuk tradisional dan obat batuk tanpa resep (p>0,05).

D. Pola Pengobatan Mandiri, Pengetahuan, Tingkat Ekonomi, Tindakan Pengobatan Mandiri, dan Korelasi antara Pengetahuan dan Tingkat

Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Responden yang Menggunakan Obat Batuk Tradisional

Responden yang memilih menggunakan obat batuk tradisional dalam

pengobatan mandiri sebanyak 25 responden. Bagian ini akan menjelaskan tentang

pola pengobatan mandiri, pengetahuan, tingkat ekonomi, tindakan pengobatan

mandiri, dan hubungan antara pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan tindakan

pengobatan mandiri terhadap batuk dengan menggunakan obat batuk tradisional.

1. Pola pengobatan mandiri

Pola pengobatan mandiri dengan menggunakan obat batuk tradisional

meliputi : sumber informasi obat batuk tradisional, tempat mendapatkan obat batuk

tradisional, bahan obat tradisional yang sering digunakan, dan alasan penggunaan

obat batuk tradisional.

a. Sumber informasi obat batuk tradisional yang digunakan oleh responden

Sumber informasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah informasi

tentang bahan, komposisi, kegunaan, cara pemakaian, peringatan, efek samping, serta

informasi lain yang berhubungan dengan obat batuk tradisional. Informasi yang

beraneka ragam selain memberikan banyak keuntungan juga dapat membingungkan

tradisional maupun obat tanpa resep jika tidak disertai dengan informasi yang benar

dan tepat akan menyebabkan tidak tercapainya sasaran pengobatan.

Gambar 21. Distribusi Sumber Informasi Obat Batuk Tradisional pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 21 menunjukkan bahwa 48,00% responden mendapatkan informasi

tentang obat batuk tradisional dari teman atau tetangga atau orang lain. Responden

sebanyak 28,00% mendapatkan informasi dari buku atau majalah. Responden sebesar

20,00% mendapatkan sumber informasi dari tenaga kesehatan dan 4,00% responden

mendapatkan informasi dari televisi atau radio. Teman, tetangga, dan orang lain

merupakan faktor yang paling besar berpengaruh dalam keberlanjutan informasi,

dalam hal ini informasi tentang kesehatan karena berinteraksi secara langsung dengan

responden.

b. Tempat responden mendapatkan obat batuk tradisional

Obat batuk tradisional dapat diperoleh dari berbagai tempat seperti kebun

disekitar rumah, warung terdekat, pasar, dan tempat lainnya. Kebun disekitar rumah

biasanya merupakan tempat untuk menanam berbagai tanaman sayuran, buah-buahan,

maupun tanaman obat-obatan.

20,00% 28,00%

4,00%

48,00%

teman atau tetangga atau orang lain televisi atau radio

buku atau majalah tenaga kesehatan

Gambar 22. Distribusi Tempat Mendapatkan Obat Batuk Tradisional pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 22 menunjukkan bahwa 44,00% responden mendapatkan obat

batuk tradisional di kebun sekitar rumah. Sebanyak 36,00% responden mendapatkan

dari pasar dan 20,00% responden mendapatkan dari warung terdekat. Kebun sekitar

rumah merupakan tempat yang banyak dipilih responden dalam mendapatkan obat

batuk tanpa resep. Lokasi penelitian yang berada didaerah pedesaan mengakibatkan

banyak dijumpai areal disekitar rumah, pekarangan rumah, kebun, tegalan, maupun

sawah responden yang ditanami dengan tanaman obat pada saat penelitian.

c. Bahan obat batuk tradisional yang digunakan oleh responden

Sistem pengobatan tradisional (herbal medicine) merupakan salah satu

alternatif memecahkan masalah kesehatan dengan lebih murah dan aman. Cukup

banyak pengalaman pemanfaatan tumbuh-tumbuhan didaerah pedesaan yang

digunakan sebagai obat batuk (Hidayat, 2001).

Gambar 23. Distribusi Bahan Obat Batuk Tradisional yang Digunakan pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

36,00%

20,00%

44,00% kebun di sekitar rumah warung terdekat pasar 76,00% 12,00% 8,00% 4,00%

jeruk nipis dan kecap kencur dan jeruk nipis kencur, jahe, dan jeruk nipis lain-lain

Gambar 23 menunjukkan bahwa 76,00% responden menggunakan jeruk

nipis dan kecap sebagai bahan obat batuk tradisional dan 12,00% responden

menggunakan bahan yang lain sebagai bahan obat batuk tradisional seperti jeruk

nipis, air hangat, dan garam; jeruk nipis, kecap, dan madu; jeruk nipis; kecap; asam;

dan gula jawa. Sebanyak 8,00% responden menggunakan kencur, jahe, dan jeruk

nipis bila mengalami batuk dan 4,00% responden menggunakan kencur dan jeruk

nipis dalam mengobati batuk. Jeruk nipis dan kecap merupakan bahan obat batuk

tradisional yang paling banyak digunakan oleh responden karena campuran dari

kedua bahan tersebut sering digunakan dan sudah dikenal sejak lama dalam

pengobatan mandiri pada penyakit batuk.

d. Alasan responden menggunakan obat batuk tradisional

Banyak alasan yang melatarbelakangi pengobatan mandiri dengan

menggunakan obat batuk tradisional seperti karena harganya yang murah, lebih aman

dibanding obat batuk tanpa resep, dan alasan lainnya. Alasan-alasan responden dalam

menggunakan obat batuk tradisional dalam dilihat dalam gambar dibawah ini.

Gambar 24. Distribusi Alasan Penggunaan Obat Batuk Tradisional pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 20,00% 24,00% 24,00% 32,00% harga murah

mudah didapat dan diracik percaya pada khasiat dan

kemanjuran lebih aman

Gambar 24 menunjukkan bahwa 32,00% responden memilih bahwa obat

batuk tradisional karena alasan mudah didapat dan diracik, alasan ini merupakan

alasan yang paling banyak dipilih. Responden yang percaya pada khasiat dan

kemanjuran obat batuk tradisional sebanyak 24,00% dan jumlah yang sama yaitu

24,00 % responden memilih obat batuk tradisional karena alasan harganya yang

murah, serta 20,00% responden memilih obat batuk tradisional karena lebih aman.

2. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman responden

mengenai batuk yang meliputi definisi dan makna pengobatan mandiri pada penyakit

batuk dengan obat batuk tradisional. Variabel pengetahuan ditampilkan dalam

persentase jawaban setiap pernyataan, dilihat juga kecenderungan jawaban responden

ke arah tahu (SS+S), netral (N), atau tidak tahu (TS+STS), serta interpretasinya.

Tabel IX. Pengetahuan Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Persentase (%) No. Pernyataan SS S N TS STS Interpretasi (SS+S)/N/(STS+TS) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Pengertian batuk Fungsi batuk Jenis batuk

Penyebab batuk dari luar Penyebab batuk dari dalam Tanda-tanda batuk

Pengertian pengobatan mandiri

Tidak mengerti bahan aktif yang dapat menyembuhkan batuk Tidak mengerti indikasi Tidak mengerti efek samping

8,00 12,00 44,00 56,00 24,00 32,00 12,00 12,00 8,00 4,00 24,00 60,00 48,00 44,00 48,00 56,00 68,00 32,00 36,00 36,00 12,00 4,00 8,00 0 12,00 4,00 8,00 24,00 24,00 12,00 40,00 12,00 0 0 12,00 8,00 4,00 28,00 28,00 36,00 16,00 12,00 0 0 4,00 0 8,00 4,00 4,00 12,00 Tidak tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tidak tahu Tidak tahu Tahu Catatan : pernyataan yang dicetak hitam merupakan pernyataan favourable (pernyataan 1-7)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang

batuk dan pengobatan mandiri didapatkan hasil bahwa responden sebesar 56,00%

tidak mengetahui bahwa batuk merupakan suatu gejala alami untuk mempertahankan

tubuh dari gangguan luar. Responden yang mengetahui bahwa batuk berguna untuk

mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari benda-benda asing yang

mengakibatkan tenggorokan terasa gatal sebesar 72,00%. Responden yang

mengetahui jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk tidak berdahak sebesar

92,00%. Responden yang mengetahui penyebab batuk dari luar yaitu karena

gangguan cuaca seperti udara dingin, angin kencang, hujan, perubahan suhu udara,

asap, dan debu sebesar 100%. Responden yang mengetahui penyebab batuk dari

dalam karena adanya dahak, radang saluran pernafasan, dan alergi sebesar 72,00%.

Responden yang mengetahui tanda-tanda batuk seperti tenggorokan terasa gatal,

sesak nafas, dan adanya dahak sebesar 88,00%.

Sebanyak 80,00% responden mengetahui bahwa pengobatan mandiri adalah

pengobatan dengan obat baik dengan menggunakan obat bebas atau obat bebas

terbatas, obat tradisional, maupun cara lain tanpa bantuan tenaga kesehatan.

Responden sebesar 44,00% tidak mengetahui bahan aktif apa saja yang dapat

menyembuhkan penyakit batuk. Responden yang tidak mengetahui tentang apa yang

dimaksud dengan indikasi obat sebesar 44,00%. Responden yang mengetahui tentang

efek samping obat yaitu efek samping dari obat batuk sebesar 48,00%. Berdasarkan

sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik berkaitan dengan batuk

dan pengobatan mandiri yang digunakan untuk mengobati batuk.

3. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi ditampilkan dalam bentuk persentase dan pemberian nilai

terhadap besarnya pilihan jawaban yang disediakan.

Tabel X. Tingkat Ekonomi Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tradisional di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No. Pernyataan Persentase (%) Skor

1. 2. Penghasilan : a. < Rp 300.000,00 b. Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00 c. Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 d. Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00 e. > Rp 2.000.000,00 Jumlah tanggungan : a. 0-1 orang b. 2 orang c. 3 orang d. 4-5 orang e. > 5 orang 52,00 20,00 24,00 0 4,00 36,00 44,00 16,00 4,00 0 1 2 3 4 5 5 4 3 2 1

Tabel X menunjukkan bahwa 52,00% responden pada penelitian ini

mempunyai penghasilan kurang dari Rp 300.000,00. Responden yang mempunyai

penghasilan antara Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 sebesar 24,00% dan responden

dengan penghasilan Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00 sebesar 20,00%. Sebanyak

4,00% responden mempunyai penghasilan lebih dari Rp 2.000.000,00 dan responden

dalam penelitian ini tidak ada yang mempunyai penghasilan antara Rp 1.500.000-Rp

2.000.000,00. Responden yang menggunakan obat batuk tradisional sebagian besar

berhubungan dengan lokasi penelitian yang berada di wilayah pedesaan dimana

sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani atau buruh.

Responden yang mempunyai jumlah tanggungan 2 orang dalam keluarga

sebesar 44,00%. Responden sebesar 36,00% mempunyai jumlah tanggungan 0-1

orang dalam keluarga. Responden dengan jumlah tanggungan 3 orang dalam keluarga

sebesar 16,00% dan responden dengan jumlah tanggungan 4-5 orang dalam keluarga

sebesar 4,00%. Responden dalam penelitian ini tidak ada yang mempunyai jumlah

tanggungan dalam keluarga lebih dari 5 orang.

4. Tindakan pengobatan mandiri

Variabel tindakan pengobatan mandiri dengan menggunakan obat batuk

tradisional ditampilkan dalam persentase jawaban dari setiap pernyataan yang

diajukan dan akan dilihat juga kecenderungan jawaban responden ke arah setuju

(SS+S), netral (N), atau tidak setuju (TS+STS).

Tabel XI. Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk dengan Menggunakan Obat Batuk Tradisional pada Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Persentase(%) No. Pernyataan SS S N TS STS Interpretasi (SS+S)/N/(STS+TS) 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Terbiasa menggunakan obat batuk tradisional

Memilih obat batuk tradisional karena pengalaman masa lalu

Tidak mengerti zat-zat obat batuk tradisional

Obat batuk tradisional tidak menimbulkan efek samping

Tidak memperhatikan takaran obat batuk tradisional

Sembuh setelah menggunakan obat batuk tradisional 16,00 4,00 12,00 8,00 8,00 24,00 68,00 60,00 20,00 56,00 12,00 44,00 12,00 20,00 24,00 20,00 20,00 32,00 4,00 16,00 32,00 8,00 44,00 0 0 0 12,00 8,00 16,00 0 Setuju Tidak setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Catatan : pernyataan yang dicetak hitam merupakan pernyataan favourable (pernyataan 1, 4, 6)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terbiasa melakukan

pengobatan mandiri dengan obat tradisional bila terserang batuk sebesar 84,00%.

Responden yang memilih menggunakan obat batuk tradisional karena pengalaman di

masa lalu sebanyak 64,00%. Besarnya responden yang mempertimbangkan bahan

aktif yang terkandung dalam obat batuk tradisional bila menderita batuk adalah

44,00%. Responden yang tidak mengalami efek samping setelah menggunakan obat

batuk tradisional besarnya 64,00%. Responden sebesar 60,00% memperhatikan

takaran atau dosis dari obat batuk tradisional yang digunakan. Responden yang

sembuh dari batuk setelah menggunakan obat batuk tradisional sebesar 68,00%.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden melakukan tindakan

pengobatan mandiri dengan obat batuk tradisional secara benar.

5. Korelasi antara pengetahuan dan tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk

Bagian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan

tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri dengan obat batuk tradisional.

Tabel XII. Uji Korelasi Pearson Pengetahuan dan Tingkat Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Penyakit Batuk dengan Obat Batuk Tradisional Responden di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Korelasi Harga Korelasi

Pearson (r)

Probabilitas (p)

Tingkat Hubungan Pengetahuan dengan tindakan

pengobatan mandiri menggunakan obat batuk tradisional

Tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri menggunakan obat batuk tradisional

0,732 0,097 0,000 0,645 kuat sangat rendah

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel

pengetahuan dengan variabel tindakan pengobatan mandiri dengan menggunakan

obat batuk tradisional dengan koefisien korelasi sebesar 0,732. Korelasi antara

variabel pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri menunjukkan korelasi

yang positif yang berarti bahwa semakin besar pengetahuan berarti semakin besar

pula tindakan pengobatan mandiri yang dilakukan pada penyakit batuk dengan obat

batuk tradisional.

Hasil perbandingan menunjukkan r hitung variabel pengetahuan dengan

variabel tindakan pengetahuan mandiri dengan nilai 0,732 lebih besar harganya

dibanding dengan r tabel yaitu sebesar 0,396 (N=25) maka hipotesis (H1) diterima.

Signifikansi dari hasil perhitungan yang diperoleh sebesar 0,000 untuk korelasi antara

pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan

menggunakan obat batuk tradisional (p<0,05) membuktikan bahwa angka korelasi

signifikan atau hipotesis diterima. Berdasarkan ketentuan interpretasi nilai koefisien

korelasi yang disusun oleh Sugiyono (2003) dapat diartikan bahwa hubungan antara

pengetahuan dengan tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan

menggunakan obat batuk tradisional mempunyai tingkat hubungan yang kuat.

Harga koefisien korelasi antara variabel tingkat ekonomi dengan variabel

tindakan pengobatan mandiri pada penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk

tradisional sebesar 0,097. Signifikansi dari hasil perhitungan yang diperoleh sebesar

0,645 untuk korelasi antara tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan mandiri

Berdasarkan ketentuan interpretasi nilai koefisien korelasi menurut Sugiyono (2003)

dapat diartikan bahwa hubungan antara tingkat ekonomi dengan tindakan pengobatan

mandiri pada penyakit batuk dengan menggunakan obat batuk tradisional mempunyai

tingkat hubungan yang sangat rendah.

E. Pola Pengobatan Mandiri, Pengetahuan, Tingkat Ekonomi, Tindakan Pengobatan Mandiri, dan Korelasi antaraPengetahuan dan Tingkat

Ekonomi dengan Tindakan Pengobatan Mandiri pada Responden yang Menggunakan Obat Batuk Tanpa Resep

Responden dalam penelitian ini yang memilih menggunakan obat batuk

tanpa resep dalam pengobatan mandiri sebanyak 6 responden.

1. Pola pengobatan mandiri

Pola pengobatan mandiri pada penyakit batuk yang dilakukan oleh

responden pada bagian ini adalah menggunakan obat batuk tanpa resep. Pola

pengobatan mandiri dengan menggunakan obat batuk tanpa resep meliputi : produk

obat batuk tanpa resep yang biasa digunakan, sumber informasi obat batuk tanpa

resep, tempat mendapatkan obat batuk tanpa resep, dan alasan menggunakan obat

batuk tanpa resep.

a. Produk obat batuk tanpa resep yang paling sering digunakan responden

Pengobatan mandiri sebaiknya tetap mengikuti prinsip-prinsip penggunaan

obat secara rasional, yaitu mempertimbangkan ketepatan dalam penentuan indikasi

atau penyakit, ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), ketepatan dosis,

mengingat obat yang beredar dipasaran jumlahnya mencapai ratusan dengan berbagai

fungsi yang terkadang dapat membingungkan pasien.

Gambar 25. Distribusi Penggunaan Produk Obat Batuk Tanpa Resep pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tanpa Resep di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 25 menunjukkan bahwa 66,67% responden menggunakan obat

batuk Komix® untuk mengobati batuk dan 33,33% responden menggunakan Vicks

Formula 44® bila menderita batuk. Komix® merupakan obat batuk yang paling

banyak digunakan oleh responden, kemungkinan karena Komix® sudah dikenal oleh

masyarakat secara luas. Responden dalam memilih obat seharusnya menyesuaikan

dengan kondisi tubuhnya sendiri karena suatu obat dalam kondisi t.ubuh tertentu

dapat menimbulkan bahaya.

b. Sumber informasi obat batuk tanpa resep yang digunakan responden

Seiring dengan perkembangan jaman, banyak sekali alat yang dapat

digunakan sebagai media untuk keberlanjutan suatu informasi terutama informasi

yang berkaitan dengan kesehatan. Gambar berikut ini akan memberikan gambaran

tentang sumber informasi yang digunakan responden dalam memilih obat batuk tanpa

resep dalam pengobatan mandiri.

33,33% 66,67%

Komix

33,33%

Gambar 26. Distribusi Sumber Informasi Obat Batuk Tanpa Resep pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tanpa Resep di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 26 menunjukkan bahwa 66,67% responden mendapatkan informasi

tentang obat batuk tanpa resep dari televisi atau radio dan 33,33% responden

mendapatkan informasi dari teman atau tetangga atau orang lain. Teman atau

tetangga atau orang lain menjadi sumber informasi obat batuk tanpa resep terbesar

bagi responden karena tiap individu pada dasarnya tidak dapat hidup tanpa

bersosialisasi dengan orang lain. Pengaruh iklan obat yang sangat gencar melalui

berbagai media seperti radio, televisi, koran, dan poster di sepanjang jalan dapat

mengakibatkan pemilihan obat dengan tidak benar misalnya tidak

mempertimbangkan efek samping obat.

c. Tempat responden mendapatkan produk obat batuk tanpa resep.

Masyarakat dapat menemukan dan membeli obat-obatan kimia yang dijual

bebas dari apotek, toko obat sampai warung di pelosok desa. Dibawah ini adalah

tempat yang dipilih responden dalam mendapatkan obat batuk tanpa resep pada saat

responden mengalami batuk.

teman atau tetangga atau orang lain televisi atau radio

66,67%

Gambar 27. Distribusi Tempat Mendapatkan Obat Batuk Tanpa Resep pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tanpa Resep di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Gambar 27 menunjukkan bahwa 83,33% responden mendapatkan obat

batuk tanpa resep di warung terdekat dan 16,67% responden mendapatkan dari toko

obat. Warung terdekat merupakan tempat yang paling banyak dipilih responden,

selain karena alasan jarak yang dekat juga karena obat yang dibeli diwarung dapat

dibeli secara eceran.

d. Alasan responden menggunakan obat batuk tanpa resep

Supardi dkk (2004) menyatakan bahwa pengobatan mandiri yang sesuai

dengan aturan adalah penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas sesuai dengan

keterangan yang tercantum pada kemasannya. Pengobatan mandiri yang tidak sesuai

dengan aturan, selain dapat membahayakan kesehatan juga dapat mengakibatkan

pemborosan waktu dan biaya karena harus melanjutkannya dengan pelayanan medis.

Gambar 28. Distribusi Alasan Penggunaan Obat Batuk Tanpa Resep pada Responden yang Melakukan Pengobatan Mandiri dengan Obat Batuk Tanpa Resep di Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 16,67% 83,33% toko obat warung terdekat 66,67% 33,33%

biaya lebih murah dibanding ke dokter mudah didapat dan hemat waktu

Gambar 28 menunjukkan bahwa 66,67% responden memilih bahwa obat

batuk tanpa resep karena mudah didapat dan hemat waktu dan 33,33% responden

memilih obat batuk tanpa resep karena biaya yang lebih murah dibanding ke dokter.

Harga obat tanpa resep yang lebih murah dibandingkan harga obat dengan resep atau

biaya konsultasi dokter, jarak dan waktu, serta obat tanpa resep sekarang ini sudah

tersebar luas dari apotek sampai warung menjadi pertimbangan responden.

Dokumen terkait