• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

A. Penilaian Kinerja PHPL 1. Prasyarat

1.1. Kepastian Kawasan

Pemegang Izin dan Pemegang Hak Pengelolaan

BAIK (100 %)

 KPH Banyuwangi Selatan memiliki dokumen legal dan administrasi tata batas lengkap sesuai dengan tingkat realisasi pelaksanaan tata batas yang telah dilaksanakan

 Realisasi tata batas telah 100% (tata batas telah temu gelang), pelaksanaan rekonstruksi batas setiap 10 tahun sekali, dan pada laporan triwulan pemeriksaan batas masih terdapat Laporan Pal Batas yang tidak sesuai dengan kondisi dilapangan  Para pihak telah mengakui batas areal kerja dan

tidak ada konflik batas dengan pihak lain dengan tersedianya BATB KPH Banyuwangi Selatan melalui Proces Verbal Van Afbakening yang ditulis dalam bahasa Belanda

 Terdapat perubahan fungsi kawasan hutan pada KPH BANYUWANGI SELATAN dan telah ada perubahan perencanaan yang telah mendapat penetapan dari Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Nomor : SK.

5816/MenLHK-PHPL/UHP/2015, tanggal 31 Desember 2015..  Didalam areal kerja KPH Banyuwangi Selatan

terdapat penggunaan kawasan diluar sektor kehutanan berupa pinjam pakai kawasan hutan dan tukar menukar kawasan hutan serta tedapat bukti upaya pemegang izin untuk mendata & melaporkan seluruh penggunaan kawasan di luar sektor kehutanan kepada instansi yang berwenang 1.2. Komitmen Pemegang Hak

Pengelolaan (100 %) BAIK  KPH Banyuwangi Selatan telah mempunyai visi dan misi yang ditetapkan oleh direksi, dan telah memperhatikan kerangka pengelolaan hutan lestari

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

 KPH Banyuwangi Selatan telah melaksanakan sosialisasi visi misi pada level pemegang izin dan masyarakat yang dibuktikan dengan adanya berita acara dan daftar hadir pelaksanaan sosialisasi.  Implementasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL)

oleh KPH BANYUWANGI SELATAN telah sesuai dengan visi dan misi PERUM PERHUTANI. Visi dan Misi telah diimplementasikan baik pada Aspek Prasyarat, Aspek Produksi, Aspek Ekologi maupun pada Aspek Sosial

1.3. Jumlah dan kecukupan

tenaga profesional bidang

kehutanan pada seluruh

tingkatan untuk mendukung

pemanfaatan, implementasi,

penelitian, pendidikan dan

latihan.

BAIK (93,33 %)

 Keberadaan tenaga profesional bidang kehutanan di lapangan PERUM PERHUTANI KPH BANYUWANGI SELATAN tersedia pada setiap bidang kegiatan pengelolaan hutan tetapi jumlahnya kurang dari ketentuan sesuai Peraturan Dirjen BPK No. P.8/VI/SET/2009 dengan luasan areal < 50.000 Hektar, namun berdasarkan SE Dirjen BUK Nomor : S.545/VI-BIKPHH/2013 tanggal 30 April 2013 pemenuhan GANISPHPL dapat dipertimbangkan sampai dengan 1 Januari 2016.

 Realisasi peningkatan kompetensi SDM > 84% dari

rencana sesuai kebutuhan (peningkatan

kompetensi SDM > 70%).

 Dokumen ketenagakerjaan yang dimiliki oleh KPH BANYUWANGI SELATAN tersedia lengkap

1.4. Kapasitas dan mekanisme

untuk perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan

periodik, evaluasi, dan

penyajian umpan balik

mengenai kemajuan

pencapaian (Kegiatan)

Pemegang Hak Pengelolaan.

 KPH Banyuwangi Selatan telah mempunyai struktur organisasi dan job description yang sesuai dengan kerangka PHPL dan telah disahkan oleh Direksi melalui Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 007/KPTS/DIR/2014 tanggal 13 Januari 2014  KPH BANYUWANGI SELATAN telah memiliki

perangkat SIM, dan telah memiliki tenaga pelaksananya

 Terdapat Organisasi SPI/Internal Auditor di Kantor Direksi Jakarta dan Kantor Divisi regional Jawa Timur sebagai perwakilan dan fungsi-fungsi berjalan dengan efektif untuk mengontrol seluruh tahapan kegiatan

 KPH Banyuwangi Selatan telah ada bukti keterlaksanaan seluruh tindak koreksi dan pencegahan manajemen berbasis hasil monitoring dan evaluasi melalui hasil evaluasi yang diberikan laporan SPI/Audit Internal

1.5. Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA).

BAIK (100 %)

 Kegiatan RKT KPH BANYUWANGI SELATAN sudah disosialisasikan kepada masyarakat sekitar hutan, yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan dalam

wilayah hak pengelolaan, mendapatkan

persetujuan atas dasar informasi awal yang memadai

 Terdapat persetujuan dalam proses tata batas dari para pihak, yaitu : pihak Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta pihak masyarakat desa sekitar (LMDH)

 Terdapat persetujuan dalam proses dan

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

seluruh desa yang berada di sekitar areal kerja Pemegang Hak Pengelolaan

 Terdapat persetujuan dalam proses penetapan kawasan lindung dari para pihak, yaitu : Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH.

2. Produksi

2.1. Penataan Areal Kerja

Jangka Panjang dalam

Pengelolaan Hutan Lestari.

BAIK (86,67 %)

 KPH Banyuwangi Selatan terdapat dokumen RPKH Kelas Perusahaan Jati KPH Banyuwangi Selatan dengan Luas 45.376,86 Ha untuk Jangka Perusahaan 1 Januari 2011 s/d 31 Desember 2020 yang disusun oleh Kepala Seksi Perencanaan Hutan (KSPH) V Jember (Adi Winarno, SHut, MM/ NPP 2 420 021) pada tanggal 9 Desember 2010, dinilai oleh Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan Usaha ( Ir. Yulianto, Msi/ NPP 3000 190), diketahui oleh Kepala Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (Ir. Miftahudin Afandi, SE, SH, MH/ NIP 19550418 198203 1004) dan disahkan oleh Direksi Perum Perhutani Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Hutan (Haryono Kusumo) dan telah mengalami revisi yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2016 melalui SK Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Nomor

SK.5816/MenLHK-PHPL/UHP/2015 tanggal 31 Desember 2015 Tentang Persetujuan Revisi RPKH untuk jangka waktu 10 tahun 2011 – 2020 (Periode 1 Januari 2016 s/d 31 Desember 2020) atas nama KPH Banyuwangi Selatan KP Jati Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Timur dengan Luas 43.818,0 Ha yang telah disetujui An. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, MSc. Kedua dokumen RPKH disusun berdasarkan hasil risalah areal produksi efektif yang realistis/benar dituangkan dalam dokumen PDE-2

 Penataan areal kerja RTT 2011-2015 (blok RTT dan compartment/petak) hanya sebagian (> 50%) sesuai dengan RPKH

 Berdasarkan uji petik pemeliharaan batas petak, seluruh tanda batas (pal) petak terlihat jelas dan dapat dikenali di lapangan namun perlu di cat kembali.

2.2. Tingkat pemanenan lestari untuk setiap jenis hasil hutan kayu utama dan nir kayu pada setiap tipe ekosistem.

BAIK (88,89 %)

 KPH Banyuwangi Selatan telah memiliki data potensi tegakan dalam kelas hutan yang menggambarkan kondisi lapangan di tiap Bagian Hutan yaitu BH Blambangan dan BH Genteng  Terdapat perhitungan etat berdasarkan tabel

volume tegakan

 Terdapat rencana pengaturan tebangan

berdasarkan hasil perhitungan etat tetapi tidak digunakan dalam penyusunan RTT

2.3. Pelaksanaan penerapan tahapan sistem silvikultur untuk menjamin regenerasi hutan

BAIK (100 %)

 KPH Banyuwangi Selatan telah memiliki SOP seluruh tahapan kegiatan sistem silvikultur dan isinya telah sesuai dengan ketentuan teknis yang

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi berlaku.

 KPH Banyuwangi Selatan telah melaksanakan implementasi kegiatan tahapan THPB sebesar 100%).

 Rata-rata potensi tegakan sebelum masak tebang selama periode 2011 – 2015 berdasarkan bagan tebang dalam RPKH sebesar 97,24 m3/Ha untuk tebangan A2 kelas perusahaan jati.

 Sebagian besar tingkat permudaan tanaman dalam jumlah yang mampu menjamin kelestarian hasil hutan sebesar 98,11 % (keberhaslan tanaman > 75% pada tahun ke 3)

2.4. Ketersediaan dan

penerapan teknologi ramah lingkungan untuk pemanfaatan hutan.

BAIK (100 %)

 KPH Banyuwangi Selatan terdapat Prosedur kerja RIL tertuang dalam PK Pemanenan Kayu dengan kode PK-SMPHT-.05.007 untuk Tebang Habis Hutan Jati yang berlaku efektif : 13 April 2015  KPH Banyuwangi Selatan telah melakukan RIL

pada 3 tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Monitoring kegiatan pemanenan hasil.

 Nilai Fe Jati KPH Banyuwangi Selatan berdasarkan data hasil cutting test selama periode 2011-2015 sebesar 80,17% atau di atas 0,7. Sedangkan hasil uji petik terhadap tebangan pada pohon no 1113 diperoleh hasil limbah pemanfaatan hutan minimal atau faktor eksploitasi (FE) sebesar 101%

2.5. Realisasi penebangan

sesuai dengan rencana kerja penebangan/

pemanenan/pemanfaatan pada areal kerjanya.

BAIK (100 %)

 KPH Banyuwangi Selatan telah tersedia dokumen RTT tebang habis (A2). Tebang pembangunan (B1), dan tebang penjarangan E berdasarkan RPKH yang disahkan pejabat yang berwenang.

 Peta RTT sesuai dengan peta lampiran RPKH.  Terdapat penandaan batas tebangan sesuai

dengan peta kerja.

 Realisasi volume tebangan total mencapai 80% (>70%) dan per jenis tebangan A2 sebesar 77,58% (>70%), tebangan B sebesar 85,52% (<70%), dan tebangan E sebesar 73,1% (>70%) untuk periode tahun 2011-2015 pada lokasi yang sesuai dengan RTT yang disahkan serta tidak melebihi luas yang direncanakan.

2.6. Tingkat investasi dan reinvestasi yang memadai dan memenuhi kebutuhan dalam

pengelolaan hutan,

administrasi, penelitian dan

pengembangan, serta

peningkatan kemampuan

sumber daya manusia.

BAIK (90,48 %)

 Hasil analisa kesehatan finansial Divisi Regional Jawa Timur diperoleh bahwa likuiditas 146%, solvabilitas 100% dan rentabilitas positif. Catatan akuntan publik terhadap Laporan Keuangan yang berakhir pada Desember 2014 dan 2013 adalah Wajar.

 Realisasi alokasi dana mencapai 115,71% (>80%) dari kebutuhan kelola hutan yang seharusnya berdasarkan laporan penatausahaan keuangan yang sesuai dengan Pedoman Pelaporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi (yang telah di audit akuntan publik)

 Perbedaan proporsi anggaran selama periode 2011 -2015 sebesar 37,71 % %, hal ini berarti alokasi dana untuk seluruh bidang kegiatan kurang

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi proporsional (perbedaan 20 - 50%).

 Realisasi pendanaan untuk kegiatan teknis kehutanan berjalan lancar sesuai tata waktu.  Terealisasi modal untuk kegiatan pembinaan

hutan, perlindungan hutan dan penanaman tanah kosong di areal sebesar 103,98% atau ≥ 80 %.  Realisasi penanaman dalam periode 2011 – 2015

sebesar 100% atau > 70% dari yang direncanakan dalam RTT

3. Ekologi

Indikator 3.1 Keberadaan,

Kemantapan Dan Kondisi

Kawasan Lindung Pada Setiap Tipe Hutan.

BAIK (87,5 %)

 KPH Banyuwangi Selatan telah mengalokasikan Kawasan Lindung seluas 14.883,08 Ha sesuai dengan dokumen Perencanaan ( RKPH revisi 2016- 2020 ) dan sesuai dengan kondisi Biofisiknya.

 Kawasan lindung yang telah di tata batas dilapangan adalah 100 % yakni sepanjang 148,562 km

 79,85 % dari luas kawasan lindung diareal kerja KPH Banyuwangi Selatan seluas 14.833,1 Ha kondisinya masih berhutan.

 Sosialisasi keberadaan kawasan lindung terhadap para pihak hanya mencapai 14 % dari yang seharusnya.

 Terdapat laporan pengelolaan yang sesuai RKL terhadap seluruh kawasan Lindung

Indikator 3.2 Perlindungan Dan

Pengamanan Hutan. (91,66 %) BAIK  KPH Banyuwangi Selatan telah mengembangkan prosedur penanganan gangguan keamanan hutan dan lahan terhadap seluruh gangguan yag ada meliputi gangguan pencurian kayu, kebakaran, perambahan lahan, bencana alam, penggembalaan dan perburuan liar.

 Jenis dan jumlah dan fungsi sarana prasarana perlindungan hutan telah sesuai dengan ketentuan dan dapat difungsikan dengan baik.

 Jumlah personil SDM Perlindungan hutan memadai namun belum ditunjang dengan kualifikasi yang sesuai.

 Kegiatan perlindungan hutan diimplementasikan

melalui tindakan tertentu

(preemptif/preventif/represif) dengan

mempertimbangkan seluruh jenis gangguan hutan yang ada.

Indikator 3.3 Pengelolaan Dan Pemantauan Dampak Terhadap

Tanah Dan Air Akibat

Pemanfaatan Hutan.

BAIK (90,9 %)

 Terdapat prosedur pemantantauan dampak secara lengkap namun prosedur pengelolaan dampak terhadap tanah dan air tidak lengkap

 KPH Banyuwangi Selatan telah memiliki sarana pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dokumen perencanaan dan berfungsi dengan baik.  Tersedia personil pengelolaan dan pemantauan

dampak namun kualifikasinya kurang sesuai  KPH banyuwangi Selatan telah memiliki Dokumen

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

Perencanaan Lingkungan yang diimplementasikan secara operasional dam dokukem Rencana Operesional Tahunan Kelola Lingkungan

 KPH banyuwangi Selatan telah memiliki Dokumen

Perencanaan Pemantauan Lingkungan yang

diimplementasikan secara operasional dalam dokumen Rencana Operesional Tahunan Kelola Lingkungan. Realisasi kegiatan Pemantauan lingkunag dilaporkan dalam dokumen Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL setiap 6 bulan sekali  Terdapat dapak besar dan penting dalam kegiatan

pengelolaan hutan KPH Banyuwangi Selatan namun terdapat upaya untuk menangani dampak tersebut.

Indikator 3.4 Identifikasi Spesies Flora Dan Fauna Yang Dilindungi Dan/Atau Langka, Jarang, Terancam Punah, Dan Endemik.

SEDANG (66,67 %)

 Tersedia prosedur identifikasi tetapi tidak

mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang hak pengelolaan

 KPH Banyuwangi Selatan telah

mengimplementasikan sistem identifikasi tetapi tidak mencakup seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal kerjanya.

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi Indikator 3.5 Pengelolaan Flora

Untuk:

c. Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak

terganggu, dan bagian yang tidak rusak

d. Perlindungan terhadap

species flora dilindungi

dan/atau jarang, langka dan

terancam punah dan

endemik.

SEDANG (66,67 %)

 KPH Banyuwangi selatan telah mengembangkan Prosedur terhadap sebagian jenis flora dilindungi, jarang dan terancam punah.

 KPH Banyuwangi selatan telah melakukan mengelolaan terhadap sebagian jenis flora dilindungi, jarang, terancam punah dan langka diareal kerjanya.

 Terdapat gangguan terhadap kondisi sebagian species flora dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang hak pengelolaan.

Indikator 3.6 Pengelolaan Fauna Untuk:

- Luasan tertentu dari hutan produksi yang tidak

terganggu, dan bagian yang tidak rusak

- Perlindungan terhadap species flora dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik.

BAIK (100 %)

 Pengelolaan Satwa dilindungi, langka dan terancam punah yang dilakukan oleh KPH Banyuwangi Selatan berdasarkan SOP tersebut diatas meliputi kegiatan :

1. Identifikasi terhadap jenis dan keberadaan satwa dilindungi.

2. Monitoring terhadap keberadaan jenis satwa dilindungi melalui kegiatan pemantauan dan pengelolaan Biodiversity.

3. Perlindungan terhadap satwa melalui kegiatan

pencegahan perburuan terhadap satwa

dilindungi.

4. Kegiatan pengelolaan terhadap jenis-jenis satwa jenis mamalia rumenansia, mamalia karnivora, mamalia arboreal, aves karnivora, aves terestrial, aves air, herpetofauna.

Dengan demikian KPH Banyuwangi Selatan telah mengembangan Prosedur Pengeloaaan terhadap seluruh jenis-jenis satwa yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang hak pengelolaan

 Terdapat implementasi pengelolaan fauna untuk

seluruh jenis yang dilindungi dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik yang terdapat di areal pemegang hak pengelolaan .

 Tidak ada gangguan terhadap kondisi species

fauna dilindungi dan/atau jarang, langka dan terancam punah dan endemik

4. Sosial

4.1. Kejelasan deliniasi

kawasan operasional

perusahaan/unit manajemen

dengan kawasan masyarakat

hukum adat dan/atau

masyarakat setempat

BAIK (92,60 %)

 Terdapat dokumen/ laporan yang lengkap mengenai pola penguasaan dan pemanfaatan SDA/SDH setempat, identifikasi hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat, dan rencana pemanfaatan SDH oleh pemegang hak pengelolaan

 Terdapat mekanisme penataan batas/rekonstruksi batas kawasan secara partisipatif dan konflik batas kawasan yang disepakati para pihak.

 Terdapat mekanisme mengenai pengakuan hak-hak dasar masyarakat hukum adat dan masyarakat setempat dalam perencanaan pemanfataan SDH, yang legal, lengkap dan jelas.

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

 Terdapat bukti-bukti tentang luas dan batas kawasan pemegang hak pengelolaan dengan batas kawasan yang dimiliki oleh masyarakat hukum adat/ setempat .

 Terdapat persetujuan para pihak dan konflik dapat dikelola dengan baik

4.2. Implementasi

tanggungjawab sosial

perusahaan sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku

BAIK (91,66 %)

 Tersedia dokumen yang lengkap menyangkut tanggung jawab sosial Pemegang hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundangan yang relevan/berlaku.

 Tersedia mekanisme yang lengkap & legal tentang pemenuhan kewajiban sosial pemegang hak pengelolaan terhadap masyarakat

 Auditee telah memiliki bukti-bukti pelaksanaan

kegiatan sosialisasi mengenai hak dan

kewajibannya terhadap masyarakat dalam

mengelola SDH namun belum lengkap mencakup seluruh rencana dan bidang sosialisasi serta mencakup seluruh LMDH.

 Terdapat bukti yang lengkap tentang realisasi pemenuhan tanggung jawab sosial terhadap seluruh masyarakat.

 Tersedia laporan/dokumen yang lengkap terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial pemegang hak pengelolaan termasuk ganti rugi .

4.3. Ketersediaan mekanisme dan implementasi distribusi manfaat yang adil antar para Pihak

BAIK (100 %)

 Tersedia data dan informasi yang lengkap & jelas tentang masyarakat hukum adat dan/ atau masyarakat setempat yang terlibat, tergantung, terpengaruh oleh aktivitas pengelolaan SDH

 Terdapat mekanisme yang legal, lengkap dan jelas mengenai peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat .

 Terdapat dokumen rencana pemegang hak pengelolaan mengenai kegiatan peningkatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat, yang lengkap dan jelas

 Terdapat bukti implementasi sebagian besar (≥ 50%) kegiatan peran serta dan aktivitas ekonomi masyarakat hukum adat dan/atau masyarakat setempat oleh pemegang hak pengelolaan ).

 Terdapat bukti dokumen/Laporan mengenai pelaksanaan distribusi manfaat kepada para pihak yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik.. 4.4. Keberadaan mekanisme

resolusi konflik yang handal (100 %) BAIK  Terdapat mekanisme resolusi konflik yang lengkap dan jelas

 Terdapat konflik dan tersedia peta konflik yang lengkap dan jelas.

 Tersedia organisasi, sumberdaya manusia, dan pendanaan yang cukup untuk mengelola konflik  Terdapat dokumen/laporan penanganan konflik

yang lengkap dan jelas

4.5. Perlindungan,

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

peningkatan kesejahteraan

tenaga kerja (100 %)  Pemegang hak pengelolaan telah merealisasikan karyawan

sebagian besar rencana pengembangan

kompetensi.

 Terdapat dokumen standar jenjang karir dan telah diimplementasikan seluruhnya.

 Terdapat dokumen tunjangan kesejahteraan karyawan dan telah diimplementasikan seluruhnya. B. Verifikasi Legalitas Kayu

1.1. Areal unit manajemen hutan terletak di kawasan hutan produksi

1.1.1. Pemegang Izin/Hak

Pengelolaan mampu

menunjukkan keabsahan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

MEMENUHI  Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2010 Tanggal

22 Oktober 2010 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara.Dokumen ini telah di tetapkan di Jakarta yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia dan telah di undangkan pada tanggal 22 Oktober 2010 yang ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

 Kesesuaian kawasan yang dikelola oleh auditee mengacu pada SK Menteri Kehutanan Nomor : 395/Menhut-II/2011 tanggal 21 Juli 2011 tentang penunjukan kawasan hutan di wilayah Provinsi Jawa Timur seluas ± 1.361.146 Ha beserta lampiran peta kawasan hutan dan perairan Provinsi Jawa Timur skala 1 : 250.000 yang ditandatangani oleh Menteri Kehutanan (Zulkifli Hasan) dan Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 900/Kpts/Dir/2013 tanggal 30 Agustus 2013 tentang Pembagian Kawasan Hutan pada KPH Banyuwangi Selatan.

 Verifier tersebut masuk dalam kategori tidak dapat diterapkan (Not Applicabel) karena auditee adalah merupakan pemegang hak pengelolaan dan bukan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) sehingga tidak dibebani dengan pembayaran iuran IUPHHK.

 Terdapat laporan hasil identifikasi penggunaan kawasan diluar sektor kehutanan yang dibuat oleh bagian Hugra. Kegiatan diluar sektor kehutanan adalah berupa Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan Eksplorasi Tambang Emas dan mineral pengikutnya Eksplorasi Tambang Emas dan mineral pengikutnya.

2.1. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan memiliki rencana penebangan pada areal tebangan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang

2.1.1. RKUPHHK/RPKH dan

Rencana Kerja Tahunan

(RKT/Bagan Kerja/RTT)

disahkan oleh yang berwenang

MEMENUHI  Auditee telah memiliki dokumen RPKH beserta

revisinya untuk kelas perusahaan jati periode 01 Januari 2011 s/d 31 Desember 2020 yang disusun dan disahkan oleh pejabat yang berwenang dan disusun mengacu pertauran yang berlaku.

 Dokumen Revisi RPKH untuk satu Kelas Perusahaan/KP, yaitu RPKH KP Jati seluas 43.818,40 Ha dengan Bagian Hutan yaitu

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

Blambangan dan Genteng,, periode 01 Januari 2016 s/d 31 Desember 2020 dan telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang pada Bulan Desember 2011.

 Auditee juga telah memiliki dokumen RTT tahun 2015 dan 2016 beserta suplisinya yang disusun oleh petugas yang berwenang.

 Dokumen RPKH dan RTT dilengkapi dengan peta dengan skala 1:100.000.

 Auditee telah memiliki peta areal yang tidak boleh ditebang pada Peta Lampiran dokumen RPKH yaitu peta kelas hutan, dan pada lampiran dokumen RTT 2015 serta RTT 2016 yaitu peta RTT dan peta micro planning bidang tebangan.

 Peta blok tebangan adalah merupakan lampiran SPK tebangan yang dimiliki oleh mandor tebang. Posisi blok/petak tebangan posisinya benar dan terbukti di lapangan. Penandaan patok batas petak mengacu pada SOP yang dikembangkan oleh Auditee.

2.2. Adanya Rencana Kerja yang sah

2.2.1. Pemegang Izin/Hak

Pengelolaan mempunyai

rencana kerja yang sah sesuai dengan peraturan yang berlaku

MEMENUHI  Auditee telah memiliki dokumen RPKH jangka

periusahaan 01 Januari 2011 s/d 31 Desember 2020 dengan luas kawasan 45.376,86 Ha yang disusun dan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

 Dokumen Revisi RPKH untuk satu Kelas Perusahaan/KP, yaitu RPKH KP Jati seluas 43.818,40 Ha dengan Bagian Hutan yaitu Blambangan dan Genteng,, periode 01 Januari 2016 s/d 31 Desember 2020 dan telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang pada Bulan Desember 2011.

 Verifier tersebut telah dilakukan verifikasi tetapi tidak dapat diterapkan (Not Applicable), karena Auditee tidak melakukan pemanfaatan kayu hutan alam pada areal penyiapan lahan yang diizinkan untuk pembangunan hutan tanaman. Jenis tanaman yang dikembangkan oleh auditee adalah jenis tanaman jati, mahoni, dan kesambi.

3.1. Pemegang Izin/Hak Pengelolaan menjamin bahwa semua kayu yang diangkut dari Tempat Penimbunan Kayu (TPK) hutan ke TPK Antara dan dari TPK Antara ke industri primer hasil hutan(IPHH)/pasar mempunyai identitas fisik dan dokumen yang sah

3.1.1. Seluruh kayu bulat yang ditebang/dipanen atau yang dipanen/dimanfaatkan telah di– LHP-kan

MEMENUHI  Auditee telah memiliki dokumen LP-KHP dan buku

ukur yang dibuat berdasarkan buku taksasi DK 316.

 LP-KHP dibuat dan disahkan oleh petugas yang berwenang dari Instansi kehutanan.

 Hasil uji petik menunjukkan kesesuaian antara LP-KHP, buku ukur, fiisk kayu dan tunggak di lapangan.

3.1.2. Seluruh kayu yang

Kriteria/Indikator Nilai Ringkasan Justifikasi

dilindungi dengan surat

keterangan sahnya hasil hutan DKB/DK 304 yang diterbitkan oleh mandor tebang. Selanjutnya dari TPK untuk tujuan industri kayu disertai dengan dokumen FAKB/SKSHHK.

Hasil pemeriksaan dokumen antara dokumen LMKB dengan FAKB/SKSHHK menunjukkan kesesuaian. 3.1.3. Pembuktian asal usul

kayu bulat (KB) dari Pemegang

Izin/Hak Pengelolaan

IUPHHKHA/

IUPHHK-HT/IUPHHK-RE/Pemegang Hak Pengelolaan

NOT

APPLICABLE  Verifier ini diverifikasi tetapi tidak dapat diterapkan atau Not Applicable, karena Auditee

adalah pemegang hak pengelolaan dan bukan

Pemegang IUPHHK-HA. Auditee telah

Dokumen terkait