PENGEMBANGAN MENULIS MELALUI ASPEK KREATIF
C. Energi Kreatif Menulis
3. Kreatif Berpikir
Pikiran atau otak manusia menyimpan banyak data, baik data yang pernah digunakan maupun data yang akan digunakan, semua bercampur dalam pikiran kita. Karena data yang tersimpan dalam pikiran kita sangat banyak, diperlukan kecermatan untuk mengatur, mengurut, dan memilih
60
data yang akan dikeluarkan. Data yang dimaksud dapat berupa kata-kata yang akan disusun jadi kalimat, atau kalimat yang akan dirangkai secara tepat untuk penyusunan karya tulis ilmiah.
Merangkai kata-kata ataupun kalimat menjadi sebuah tulisan yang baik diperlukan konsentrasi dan pemikiran yang jernih. Selain itu, kecepatan dalam berpikir juga diperlukan agar apa yang sudah dipikirkan untuk dibuat menjadi tulisan tidak terlupakan atau cepat hilang dari benak kita. Dengan demikian, rencana penulisan kita berjalan lancar. Menurut para ahli psikologi, dokter jiwa, dan dokter syaraf kemampuan dan kecepatan berpikir dapat meluruh atau menurun apabila tidak dijaga, terutama pada usia tua dapat mempercepat kepikunan (Wardhana & Ardi Suryo Ardianto, 2007: 22).
Kemampuan dan kecepatan berpikir dapat dimaknai dengan berpikir kreatif. Apabila sudah berpikir kreatif maka dampak yang muncul adalah mengeluarkan segala apa yang ada dalam pikiran secara produktif. Oleh karena itu, salah satu ciri konkret dari seseorang yang berpikir kreatif adalah produktif atau mampu menghasilkan.
Berpikir kreatif adalah cara menganalisis sesuatu yang telah diterima melalui rangsangan indera dan terekam oleh otak untuk menarik kesimpulan. Kemudian, melakukan tindakan-tindakan tertentu berdasarkan hasil analisisnya sehingga menghasilkan sesuatu yang baru. Menurut D.W. Mackinnon dalam Wardhana & Ardi Suryo Ardianto (2007: 22) selain menghasilkan sesuatu yang baru, seseorang dapat dikatakan berpikir kreatif apabila memenuhi dua syarat, yaitu.
a. Hasil yang ditemukan mampu memecahkan masalah secara realistis.
b. Hasil pemikirannya dapat mempertahankan pengertian atau pengetahuan yang murni.
Pada hakikatnya setiap orang memunyai kemampuan untuk bertindak kreatif. Devito dalam Wardhana & Ardi Suryo Ardianto, (2007: 23) mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan tingkat kreatif yang berbeda-beda dan setiap orang lahir dengan potensi kreatif yang dapat dikembangkan dan ditumbuhkan. Namun, kemampuan berpikir kreatif tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses kehidupan yang dipengaruhi dua aspek, yaitu lingkungan dan kebiasaan. Orang yang berpikir kreatif sering tidak menyadari dirinya bahwa mereka dapat berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif seseorang ditandai dengan mudahnya melahirkan gagasan atau ide gagasan baru yang tidak lazim, kontroversial, atau aneh, tetapi ide tersebut dapat dikerjakan dan diselesaikan. Hasil kemampuan berpikir kreatif ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Misalnya, orang yang berpikir kreatif membuat inovasi baru alat penyiram elektrik
61 untuk tumbuhan salah satu contoh bersifat positif, tetapi orang yang membuat beras sintesis adalah contoh hasil berpikir kreatif bersifat negatif.
Berpikir kreatif diperoleh melalui proses kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan kebiasaan. Lingkungan dapat mencukup unsur lingkungan fisik dan sosial budaya, sedangkan kebiasaan merupakan tingkah laku yang sering dilakukan seseorang secara berulang-ulang karena adanya respon dari seseorang tersebut. Kalau kebiasaan adalah tingkah laku maka kebiasaan tidak dapat dilepaskan dari lingkungan karena antara tingkah laku dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat.
Menurut H.L. Leff dalam Wardhana & Ardi Suryo Ardianto, (2007: 24) menjelaskan bahwa cara orang berpikir dalam menanggapi rangsangan dari lingkungannya ada dua mcam, yaitu linier dan sistem. Perbedaan cara berpikir akan menghasilkan pula perbedaan hasil analisis terhadap sebuah kasus atau objek. Misalnya, sebuah perguruan tinggi peminatnya sangat tinggi akhirnya diserbu pendaftar mahasiswa baru karena perguruan tinggi tersebut berkualitas dan banyak menghasilkan alumni yang cerdas dan berprestasi sehingga mudah mendapatkan lapangan kerja, cara analisis tersebut menggunakan pola berpikir linier, sedangkan cara berpikir pola sistem hasil analisnya akan mengatakan bahwa sebuah perguruan tinggi peminatnya sangat tinggi akhirnya diserbu pendaftar mahasiswa baru karena penyebabnya beragam, yaitu jarak dari rumah ke perguruan tinggi tersebut dekat, kemudahan transportasi, SPP- nya murah, dan sebagainya. Jadi, perbedaan cara berpikir dapat menyebabkan hasil analisis pemikiran seseorang yang berpikir kreatif berbeda antara satu dengan lainnya terhadap objek yang sama.
Keadaan lingkungan serta kebiasaan seseorang memiliki peran penting dalam proses membentuk berpikir kreatif. Hal ini dapat dilihat pada seseorang yang berada di lingkungan yang tidak kondusip akan sulit berpikir kreatif untuk menghasilkan tindakan meskipun pada hakikatnya setiap orang memiliki kemampuan bertindak.
Ada beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian untuk memeroleh kemampuan berpikir kreatif, yaitu.
a. Memunyai kepekaan terhadap gejolak dan perubahan lingkungan. b. Memunyai minat menganalisis terhadap gejolak dan perubahan
lingkungan.
c. Memunyai keinginan untuk ikut menyelesaikan masalah yang timbul dari hasil analisis terhadap gejolak dan perubahan lingkungan.
Kemampuan berpikir kreatif tidak hanya diperoleh melalui kepekaan terhadap gejolak dan perubahan lingkungan, tetapi juga diperoleh melalui
62
membaca. Seseorang yang sering membaca, pikiran akan selalu disegarkan dengan mendapat hal-hal baru yang terdapat dalam bahan bacaan. Perlu diketahui bahwa membaca adalah kegitan melatih daya ingat otak (olah otak) terhadap apa yang dibaca sehingga otak atau pikiran selalu segar. Membaca merupakan kegiatan komunikasi secara tidak langsung yang akan direkam oleh otak, dan hasil dari olah otak yang dinamakan pikiran akan bekerja menghasilkan analisis tentang apa yang dibaca. Jadi, membaca adalah mengasah ketajaman berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir kreatif juga dapat ditunjang oleh kemampuan berbahasa karena orang yang menguasai beberapa bahasa akan menyebabkan sel pada otaknya bertambah. Oleh karena itu, orang yang memunyai kemampuan beberapa bahasa akan cenderung mudah berpikir kreatif karena kaya dengan perbendaharaan kosakata seperti, beberapa tokoh ilmuwan dan negarawan. Misalnya, Cokroaminoto, H. Agusalim, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, B.J. Habibie, dan sebagainya mereka memiliki kemampuan berpikir kreatif ditandai banyaknya ide dan gagasan yang dihasilkan. Selain itu, aspek yang tidak kalah pentingnya dalam membentuk berpikir kreatif adalah bahasa ibu, bahasa ini menyentuh hati dan dapat membentuk kehalusan perasaan. Sebab melalui bahasa ibu dibentuk karakter yang mengiringi pertumbuhan jiwa seorang anak sejak kecil. Dalam proses pendidikan dan pengasuhan banyak ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kelembutan yang disampaikan seorang ibu kepada anaknya, ungkapan tersebut penulis
menyebutnya sebagai “bahasa hati”.