• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18 September 2001 menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro

(PPK-BM). Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan UMKM yang layak. Dari pengertian diatas Kupedes adalah salah satu segmen bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro.

Dalam Kupedes BRI, terdapat beberapa pengelompokan, pengelompokan dilakukan berdasarkan sektor dan segmen bisnis yang dijalankan oleh pengusaha kecil. Sektor dan segmen Kupedes digolongkan berdasarkan kegunaan atau berdasarkan kegunaan segmen dari kredit yang diberikan, yaitu Kupedes modal kerja / usaha (eksploitasi) dan Kupedes investasi. Kupedes juga terbagi menjadi sektor-sektor seperti : Kupedes eksploitasi agribisnis, Kupedes eksploitasi non agribisnis, Kupedes investasi agribisnis dan Kupedes investasi non agribisnis. Untuk Kupedes eksploitasi agribisnis terdapat beberapa sektor yaitu eksploitasi pertanian, eksploitasi perindustrian, eksploitasi perdagangan, dan eksploitasi jasa lainnya, dan untuk Kupedes investasi agribisnis antara lain : Kupedes investasi pertanian, investasi perindustrian, investasi perdagangan, dan investasi jasa lainnya. Agribisnis dalam hal ini merupakan usaha dari hulu sampai hilir yang dibiayai oleh Kupedes.

Pada umumnya, sasaran pemberian Kupedes ditujukan kepada golongan masyarakat pengusaha dan golongan masyarakat berpenghasilan tetap yaitu : 1. Pengusaha, yaitu semua pengusaha yang bergerak di berbagai sektor ekonomi

perdagangan dan jasa lainnya yang usahanya benar-benar layak untuk diberikan Kupedes.

2. Golongan Masyarakat Berpenghasilan Tetap

a. Pegawai Negeri yang dimaksudkan dalam peraturan pemerintah (PP) No 6 tahun 1974 bab I pasal 1 adalah :

1) Pegawai Negeri Sipil

2) Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian 3) Pegawai Badan Usaha Milik Negara.

4) Pegawai Perusahaan daerah

b. Pensiunan dari golongan masyarakat berpenghasilan tetap tersebut pada butir (2.a)

c. Pegawai tetap dari perusahaan swasta.

Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap. Sebagai kredit skala mikro, prosedur Kupedes sangat mudah dan sederhana, namun dalam penyalurannya perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit lini yang menyangkut kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian Kupedes yaitu : 1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi

dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasus perkasus, bukan berbentuk paket (massal).

3. Selektif, yaitu Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI Unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

Berdasarkan tujuan penggunaannya Kupedes dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut :

1. Kupedes Modal Kerja

Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagai tambahan dana/pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif).

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai semua kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya yang terkait dan menunjang pada hasil usaha bercocok tanam seperti pengecer pupuk/obat-obatan, pengusaha mikro yang mengumpulkan segala hasil pertanian, peikanan, peternakan, perkebunan, dan memasarkan kembali dengan atau tanpa proses lebih lanjut.

b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, pengolahan bahan setengah jadi atau menjadi barang jadi, pengolahan bahan setengah jadi menjadi barang jadi.

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan, pembelian, penjualan dan pemasaran barang dagangan misalnya perdagangan sembako (Sembilan bahan pokok), material bangunan, batik atau kain dan sebaginya. Dalam hal

ini tidak termasuk pembelian, penjualan dan pemasaran hasil langsung pertanian seperti yang dimaksudkan pada butir (a) di atas.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan usaha bersifat pelayanan jasa kepada umum, misalnya usaha bengkel, salon, penjahit tansportasi dan lain-lain. e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu untuk pembiayaan

konsumtif dan produktif yang pengembaliannya didasarkan pada pendapatan (gaji) nasabah.

2. Kupedes Investasi

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat produktif.

Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai sebagai berikut :

a. Sektor pertanian, yaitu untuk membiayai pembelian alat-alat pertanian seperti bajak, traktor, alat perontok padi, alat sortasi, mesin parut kelapa, pembuatan gudang, lantai jemur, pembelian bibit tanaman keras (tidak habis dalam satu kali panen seperti jeruk, karet, kelapa, teh kopi) atau untuk pembelian bibit ayam petelor, sapi perah, sapi kerja dan lain sebagainya. b. Sektor perindustrian yaitu untuk pembiayaan pengadaan alat-alat produksi

seperti mesin-mesin, wadah tungku dan lain-lain, pembangunan atau perbaikan bangunan pabrik, tempat usaha, tempat jemuran dan sebagainya asal tujuannya tidak untuk mengolah hasil langsung pertanian.

c. Sektor perdagangan yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat berjualan, perbaikan, perluasan tempat berjualan atau pembangunan tempat berjualan/pembangunan/ perluasan/perbaikan gudang yang tidak bertujuan untuk memperdagangkan/menempatkan hasil-hasil langsung pertanian sebagai barang/ benda dominan.

d. Sektor jasa, yaitu untuk pembiayaan pembelian alat-alat perbengkelan, mesin jahit, salon, pembelian kendaraan, pembangunan atau perbaikan bangunan bengkel atau salon.

e. Sektor Golongan Berpenghasilan Tetap (GBT) yaitu dipergunakan untuk pembiayaan investasi yang pengembaliannya didasarkan dari pendapatan (gaji). Dilihat dari tujuan penggunaannya,maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/ pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah.

Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kredit diproses yaitu :

Persyaratan untuk calon nasabah pengusaha baru/nasabah lama lancar :

1) Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI Unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala

desa setempat. Khusus untuk calon nasabah kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI Unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setalah mendapat putusan ijin prinsip dari Kantor Cabang/Kantor Wilayah/Kantor Pusat.

2) Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes.

3) Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan copy surat izin usaha tersebut.

4) Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka :

a. Untuk permohonan Kupedes sampai dengan 2 juta cukup dengan foto copy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI Unit pada saat pendaftaran.

b. Untuk permohonan Kupedes diatas 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari Kepala Desa/Kelurahan

5) Tidak sedang menikmati kredit lainnya di Kantor Cabang BRI atau di BRI Unit lainnya.

6) Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

7) Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan. 2.4 Teori Pendapatan

Dalam ekonomi modern terdapat dua cabang utama teori, yaitu teori harga dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi makro, yaitu teori yang mempelajari hal-hal besar seperti :

• Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen • Investasi dunia usaha

• Pembelian yang dilakukan pemerintah

Menurut ilmu ekonomi klasik, Adam Smith dan David Ricardo, distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kelas sosial yang utama : pekerja, pemilik modal, dan pemilik tanah. Ketiganya menentukan 3 faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap sektor dianggap sebagai pendapatan masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional. Teori mereka meramalkan bahwa begitu masyarakat makin maju, para tuan tanah akan relatif lebih baik keadaannya dan para kapitalis (pemilik modal) menjadi relatif buruk keadaannya (Sumitro, 1991).

Menurut Pareto distribusi pendapatan berdasarkan besarnya (size distribution of income), yaitu distribusi pendapatan diantara rumah tangga yang berbeda, tanpa mengacu pada sumber-sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan keditak-merataan distribusi pendapatan cukup besar di semua negara.

Pendapatan atau income masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar produksi. Harga faktor produksi di pasar ditentukan oleh tarik-menarik antara penawaran dan permintaan.

Dalam ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktivitas ekonomi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pendekatan memaksimalkan keuntungan atau profit maximization

Yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk memaksimumkan profit berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak untuk meningkatkan penjualan. Untuk meningkatkan volume penjualan dapat dilakukan dengan cara marketing mix, yaiktu kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi ( Kadariah, 1994).

2. Pendekatan meminimumkan biaya atau cost minimization

Yaitu usaha kegiatan pelaku ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi biaya yang telah dilakukan dapat diminimalkan. Upaya-upaya peminimuman biaya ini yang akan menciptakan alokasi biaya yang sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi turun dan mempunyai pengaruh terhadap profit atau laba, misalnya jumlah alokasi biaya pada suatu bidang kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang dapat dikerjakan oleh sedikit orang. Ini berarti ada penggunaan biaya untuk gaji atau upah karyawan. Dengan demikian total biaya berkurang dengan turunnya total biaya ini cateris paribus, profit secara otomatis meningkat.

Kesejahteraan dilihat dari dua dimensi yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan objektif diukur dari dua indikator yaitu indikator utama dilihat dari pendapatan berdasarkan garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan seseorang

terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan anak, kesehatan keluarga dan pendapatan perkapita.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang mana segala yang kita lakukan tidak dapat lepas dari bantuan orang lain. Dan setiap manusia ingin hidup dengan sejahtera. Kondisi Sejahtera yang dimaksud menunjuk pada kesejahteraan sosial, yaitu tercukupinya kebutuhan material dan non-material. Dalam masyarakat Indonesia, kondisi sejahtera itu diartikan hidup aman dan bahagia karena semua kebutuhan dasar dapat terpenuhi, seperti makanan yang cukup, gizi, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, pendapatan yang layak, dan perlindungan. Dalam buku “3 orientasi kesejahteraan sosial”, definisi kesejahteraan sosial dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu; kesejahteraan sebagai sebuah kegiatan atau pelayanan, keadaan dan ilmu. Yang dimaksud dengan kesejahteraan sebagai sebuah keadaan adalah kesejahteraan yang melipti jasmaniah, rohaniah dan bukan merupakan perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja.

Kesejahteraan sosial menurut Friedlander dalam Suud (2006:8) “Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dimaksudka untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan dan hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk memperkembangkan seluruh kemampuan dan untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya” definisi tersebut merupakan definisi

kesejahteraan sosial sebagai sebuah keadaan, yang mencerminkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang yang harus saling membantu agar menciptakan suasana yang harmonis dan sejahtera. Wickenden menjelaskan tentang kesejahteraan sosial sebagai sebuah pelayanan, bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu sistem peraturan, program-program, kebaikan-kebaikan, pelayanan-pelayanan yang memperkuat atau menjamin penyediaan pertolongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi penduduk dan keteraturan sosial. Yang terakhir, arti kesejahteraan sosial sebagai sebuah ilmu. Menurut Soehartono, orang-orang-orang yang mempunyai berbagai macam kebutuhan akan pelayanan tersebut khususnya yang idak dapat memenuhi berdasarkan kriteria pasar, maka mereka manjadi sasaran atau perhatian kesejahteraan sosial.

Dokumen terkait