• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.4. Krisis Finansial Global

Pengumuman BNP Paribas, Perancis, pada 9 Agustus 2007 yang menyatakan ketidaksanggupannya untuk mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime

krisis likuiditas terburuk di berbagai belahan dunia. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Kronologi terjadinya krisis dijelaskan pada tabel di bawah ini :

TABEL 4.2 KRONOLOGIS KRISIS FINANSIAL GLOBAL

Tahun Bulan Kronologis

2007 Agustus BNP Paribas tidak sanggup mencairkan sekuritas yang ter- kait dengan subprime mortgage di AS. The Fed dan ECB memompa likuditas ke pasar masing-masing USD24 miliar dan hampir € 95 miliar. The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,75%.

Oktober Kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank (Swiss), Citibank, dan Merryl Lynch. Bank of England (BOE) melakukan injeksi likuiditas sebe- Sar £10 miliar akibat penarikan uang besar-besaran (bank

run). The Fed kembali menurunkan suku bunga 25 bps

menjadi 4,5%

Desember The Fed mengambil langkah memompa likuiditas melalui kerjasama dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, BOE, Bank of Japan, ECB, dan Swiss National Bank.The Fed memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25%.

2008 Januari-Maret Pasar saham global berjatuhan, terendah sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3 bulan sebanyak 200 bps menjadi 2,25% dan terus me- lakukan injeksi likuiditas. Bear Stearns, salah satu dari li- ma bank investasi terbesar di AS, terpaksa diakuisisi oleh rivalnya JP Morgan Chase, menyusul kerugian besar yang diderita.

September Pemerintah AS memutuskan untuk menyelamatkan Fannie Mae dan Freddie Mac, yang menjadi progam bailout ter- besar dalam sejarah AS selama ini. Lehman Brothers di- nyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank inves- tasi besar pertama yang benar-benar mengalami ko- laps sejak terjadinya krisis. American International Group (AIG), perusahaan asuransi terbesar di AS, juga

diambang kebrangkutan. The Fed memutuskan untuk me- mberikan bailout sebesar USD85 miliar. Dampak krisis ke- uangan telah semakin berimbas ke sektor riil, seperti

Eropa.

Oktober Intensitas krisis ke seluruh dunia semakin meningkat, di- picu oleh kebangkrutan Lehman Brothers. Flight to quality memicu outflows yang menyebabkan melemahnya nilai tu- kar. Pemerintah AS akhirnya mengumumkan paket

penyelamatan sektor finansial sebesar USD700 miliar, Inggris mengumumkan paket penyelamatan perbankan sedikitnya sebesar £50 miliar. Jerman menyediakan bantuan sebesar €50 miliar untuk menyelamatkan Hypo Real Estate Bank. Tindakan tersebut juga ditambah aksi bersama penurunan suku bunga sebesar 0,5% dengan lima bank sentral lain yaitu ECB, BoE, Bank of Canada, Swedia, dan Swiss.

November-Desember Tiga negara yaitu Ukraina, Pakistan, dan Eslandia menerima bantuan finansial dari IMF, disusul oleh Hongaria dan Belarusia. AS secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi oleh Economic Research National Bureau of (NBER). The Fed terus menurunkan suku bunga hingga mencapai level 0,25%, yang merupakan level terendah dalam sejarah.

2009 Januari-Februari Angka pengangguran di AS pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 7,2%, yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Ekspor Cina dilaporkan

mengalami penurunan terbesar dalam satu dekade terakhir. Inggris secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi. Senat AS akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi. Senilai US838 miliar. Pada bulan yang sama, US Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank senilai USD1,5 triliun.

Sunber: Bank Indonesia

4.4.2 Dampak Krisis Finansial Global terhadap Perekonomian Indonesia

Transmisi dampak krisis global ke perekonomian Indonesia pada dasarnya melewati dua jalur, yaitu jalur finansial (financial channel) dan jalur perdagangan (trade channel) atau jalur makroekonomi.

a. Dampak Melalui Financial Channel

Dampak krisis melalui jalur finansial dimungkinkan secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung akan muncul apabila bank atau lembaga

assets), atau meskipun tidak memiliki aset bermasalah namun memiliki kaitan dengan

lembaga keuangan yang memiliki eksposur yang besar terhadap aset bermasalah. Selain itu, transmisi dampak krisis melalui jalur finansial langsung juga muncul melalui aktivitas deleveraging, di mana investor asing yang mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik dana yang tadinya ditanamkan di Indonesia. Selain melalui keterkaitan terhadap aset bermasalah dan deleveraging, dampak langsung jalur finansial juga muncul melalui aksi flight to quality, yaitu penyesuaian portfolio dari aset yang dipandang berisiko ke aset yang lebih aman. Kondisi ini dipicu oleh munculnya perilaku risk aversion yang berlebihan dari investor menyusul goncangan yang terjadi di pasar keuangan.

Transmisi global melalui jalur finansial dapat berjalan secara tidak langsung, yaitu melalui munculnya hambatan terhadap ketersediaan pembiayaan ekonomi, baik yang bersumber dari perbankan, lembaga keuangan lain maupun pihak-pihak lainnya. Secara tradisional, sumber pembiayaan ekonomi biasanya berasal dari perbankan, sejalan dengan perannya sebagai lembaga intermediasi.

b. Dampak Melalui Trade Channel

Intensitas dampak krisis melalui jalur perdagangan telah mengakibatkan menurunnya kinerja pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan NPI yang cukup positif di paruh pertama 2008 berubah secara signifikan di semester II-08, terutama di triwulan akhir. Tekanan pada kondisi NPI diantaranya didorong oleh memburuknya kinerja neraca berjalan yang dipicu oleh menurunnya kinerja ekspor, menyusul melemahnya permintaan global dan anjloknya harga-harga komoditas dunia. Rentannya ekspor Indonesia terhadap shock di kondisi eksternal ini sesungguhnya tidak terlepas dari karakteristik komoditas ekspor Indonesia (Bank Indonesia, 2009).

4.5 Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang dan IHSG Semasa Krisis

Selama triwulan I-2008 nilai tukar rupiah secara rata-rata relatif stabil. Rupiah sempat menguat di akhir Februari hingga mencapai level terkuat Rp 9.181/USD. Sementara itu, pelemahan IHSG lebih jauh tertahan oleh kebijakan The Fed yang kembali menurunkan Fed Fund Rate-nya hingga mencapai level 2,25% yang diikuti dengan kebijakan injeksi likuiditas untuk menjaga keseimbangan di pasar uang antar bank. IHSG pada akhir triwulan I ditutup pada level 2447,30 poin. Meskipun mengalami rebound, IHSG cenderung lebih fluktuatif dibandingkan dengan periode sebelumnya terutama sejalan dengan berbagai gejolak eksternal yang terjadi di perekonomian global. Pergerakan IHSG selama triwulan I-2008 masih cenderung sensitif oleh aktivitas investor asing dan sentimen eksternal. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan net beli asing yang diikuti oleh penguatan IHSG, demikian pula dengan kondisi sebaliknya. Masih belum stabilnya kondisi ekonomi global menyebabkan pemain asing cenderung makin berhati-hati dan beralih kepada perdagangan saham. (Bank Indonesia, 2008)

Selama triwulan II-2008 nilai tukar rupiah bergerak cukup stabil meski sempat mengalami tekanan. Tekanan depresiasi terhadap rupiah terutama akibat tingginya harga minyak serta dampak lanjutannya yang mempengaruhi faktor sentimen pasar. Rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang triwulan II-2008 bergerak dari Rp9.208/USD menjadi Rp9.259/USD. Sementara itu, di akhir triwulan laporan rupiah ditutup pada level Rp9.296/USD, melemah dibandingkan dengan penutupan triwulan I yang mencapai Rp9.185/USD. Stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia dalam upaya menstabilisasi nilai tukar. Di pasar saham, pada triwuIan II-2008, IHSG ditutup pada level 2349,10 atau turun dibandingkan dengan akhir triwulan I-2008.

Tabel 4.3 Perkembangan Nilai Tukar Mata Uang dan IHSG Semasa Krisis

Bulan

Tahun 2008 Tahun 2009

Nilai tukar mata uang (rupiah/dollar AS)

IHSG (poin)

Nilai tukar mata uang (rupiah/dollar AS) IHSG (poin) Januari 9407 2.627,25 11167 1.332,67 Februari 9181 2.721,94 11853 1.285,48 Maret 9185 2.447,30 11850 1.434,07 April 9209 2.304,52 11025 1.722,77 Mei 9291 2.444,35 10393 1.916,83 Juni 9296 2.349,10 10207 2.026,78 Juli 9164 2.304,51 10111 2.323,24 Agustus 9149 2.165,94 9978 2.341,54 September 9341 1.832,51 9901 2.467,59 Oktober 10048 1.256,70 9483 2.367,70 November 11711 1.241,54 Desember 11346 1.355,41

Sumber: Bank Indonesia dan Yahoo! Finance

Pada triwulan III 2008, sentimen negatif yang dipicu gejolak di pasar keuangan global telah mendorong aliran keluar modal asing. Investasi portofolio mencatat terjadinya aliran keluar modal asing (net outflow). Guna memenuhi kebutuhan akan impor yang meningkat, pelaku ekonomi domestik melakukan penarikan aset yang ditempatkan di luar negeri dan sebagian dibiayai dari utang luar negeri, hal ini meyebabkan IHSG menurun ke posisi 1832,51 di akhir triwulan III 2008. Terjadinya aliran keluar modal asing memberi tekanan pada nilai tukar rupiah selama triwulan III-2008. Meskipun demikian, Bank Indonesia senantiasa mengawal perkembangan nilai tukar melalui kebijakan stabilisasi di pasar valas guna mengurangi tekanan dan volatilitas rupiah. Dengan upaya tersebut, rupiah dalam triwulan III-2008 secara rata-rata masih menguat dibandingkan periode sebelumnya. Nilai tukar rupiah secara rata-rata triwulanan terapresiasi dari Rp 9.265 per USD menjadi Rp 9.218 per USD. Tekanan depresiatif mulai terjadi di penghujung triwulan III-2008 seiring dengan perkembangan ekonomi global yang memengaruhi perilaku pemilik modal asing. Risk

aversion, atau sikap menghindari risiko dari para pelaku pasar, telah menyebabkan tekanan pada rupiah. 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 Januar i Febr uar i Mar et April Me i Juni Ju li Agu stus Sep tem ber Okt obe r Nov ember Des ember Bulan Po in Bulan IHSG 2008 Bulan IHSG 2009

Gambar 4.3 Perkembangan IHSG dari Januari 2008 sampai Oktober 2009

Namun, sejak triwulan IV-2008, gejolak keuangan global telah menyebabkan tekanan pada perekonomian Indonesia. Melemahnya ekspor, tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia, dan gejolak di pasar uang, telah menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di pasar keuangan, kondisi likuiditas keuangan global ketat dan pada waktu bersamaan persepsi risiko terhadap negara emerging markets meningkat. Pada gilirannya hal ini menyebabkan anjloknya IHSG ke posisi 1.241,54, serta melemahnya nilai tukar secara tajam sejak awal triwulan IV 2008 yaitu ke posisi Rp 10048/USD.

Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada perekonomian domestik selama triwulan I-2009. Hal tersebut mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Rata-rata nilai tukar pada triwulan I mencapai Rp 11623 dan rata-rata IHSG mencapai 1350,74 poin. Meski demikian, berlangsungnya aktivitas ekonomi selama dilakukannya pesta demokrasi dalam rangka

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Janua ri Febr uar i Mare t Apri l Mei Juni Jul i Agus tus Sept em ber Okt ober Nov em ber Des em ber Bulan R u p ia h /d o la r A S Bulan Nilai tukar mata uang 2008 Bulan Nilai tukar mata uang 2009

Gambar 4.4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/dolar AS dari Januari 2008 sampai Oktober 2009

Di pasar saham, secara umum perkembangan bursa efek selama triwulan II-2009 ditandai oleh peningkatan indeks harga hingga mencapai posisi 2.026,78 poin.. Fundamental domestik yang membaik serta kenaikan harga komoditas global telah mendorong maraknya pembelian saham baik oleh investor asing maupun domestik. Secara rata-rata, selama triwulan II-2009 rupiah terapresiasi ke posisi Rp 10542. Penguatan nilai tukar tersebut ditopang oleh meningkatnya pasokan valas sejalan dengan aliran masuk modal asing.

Membaiknya Neraca Pembayaran Indonesia dan sentimen positif di pasar keuangan global turut mendorong kestabilan nilai tukar rupiah di triwulan III 2009. Meski sempat mengalami tekanan pada Juli 2009 dimana nilai tukar mencapai Rp 10111/USD, nilai tukar bergerak menguat ke posisi Rp 9483/USD di bulan Oktober 2009. Penguatan rupiah ini didukung oleh fundamental ekonomi domestik yang masih kuat seperti tercermin pada neraca transaksi berjalan yang mencatat surplus, imbal hasil yang menarik, serta persepsi risiko yang membaik sehingga menjadi daya tarik bagi investor asing. Selain itu, sentimen positif

juga relatif masih kompetitif dibandingkan negara kawasan. Selama triwulan III-2009, rata– rata rupiah menguat ke level Rp 9.997 per dolar AS.

Di pasar saham, perkembangan bursa efek selama triwulan III-2009 ditandai oleh peningkatan indeks harga dari posisi 2.323,24 poin Juli 2009, kemudian meningkat menjadi 2.341,54 poin pada Agustus 2009, menuju level 2.467,59 poin pada September 2009. Fundamental domestik yang membaik serta harga komoditas global yang meningkat merupakan faktor yang mendorong pembelian saham baik oleh investor asing maupun domestik yang signifikan.

Dokumen terkait