• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria kelayakan Investasi

Dalam dokumen ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PABRIK KELA (Halaman 76-82)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

7.4 Kriteria kelayakan Investasi

Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan secara umum untuk dianalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback period (PP). Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis kriteria investasi untuk kedua skenario yang digunakan (Tabel 11). Sedangkan rincian lengkap analisis kelayakan investasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 11. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Pabrik kelapa Sawit

Kriteria Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman)

NPV 106.698.657.000 - 30.727.367.000

IRR 22,34 9,03

B/C 2,30 0,63

PP 3 thn, 8 bln 6 th, 4 bln

7.4.1 Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate 7 persen untuk skenario I dan 15 persen untuk skenario II. Discount rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Penggunaan discount rate tersebut (7 % dan 15 %) dikarenakan biaya modal yang diinvestasikan ke dalam proyek berasal dari sumber yang berbeda sehingga biaya yang ditimbulkan oleh setiap keputusan investasi tidak sama.

Hasil analisis menunjukkan NPV bernilai positif pada discount rate 7 persen untuk skenario I, sebesar Rp.106.698.657.000 dan skenario II pada discount rate 15 persen bernilai negatif sebesar Rp. 30.727.367.000 selama 15 tahun. Nilai NPV positif pada skenario I merupakan indikasi bahwa rencana investasi pembangunan pabrik kelapa sawit layak untuk dilaksanakan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari nol. Sementara nilai NPV negatif pada skenario II mengindikasikan bahwa pembangunan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial.

7.4.2 Internal Rate of Return (IRR)

Analisis Internal Rate of return dengan discount rate 7 persen dan 15 persen digunakan untuk mengevaluasi kemampuan proyek dalam menghasilkan keuntungan yang dikaitkan dengan nilai waktu uang. Nilai IRR mencerminkan besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk mendiskontokan seluruh kas masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan jumlah investasi proyek. Hasil analisis menunjukkan nilai IRR 22,34 pada skenario I dan 9,03 pada skenario II. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan pabrik kelapa sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan pada skenario I sehingga layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II nilai IRR lebih rendah dari cost of capital yang telah ditentukan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan ditinjau dari aspek finansial.

7.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net benefit cost Ratio dilakukan untuk mengukur berapa besar manfaat yang dapat diterima dari setiap investasi yang dikeluarkan. Hasil analisis rencana pembangunan pabrik kelapa sawit menghasilkan nilai B/C Ratio 2,30 pada

skenario I dan 0,63 pada skenario II. Artinya keuntungan yang dihasilkan dari proyek ini pada skenario I, lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan sehingga layak untuk dilaksanakan. Sedangkan pada skenario II keuntungan yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, maka pembangunan pabrik kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial pada skenario II karena manfaat yang dihasilkan lebih kecil dari biaya yang diinvestasikan.

7.4.4 Payback Period (PP)

Analisis payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Hasil analisis proyek pembangunan pabrik kelapa sawit ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 3 tahun 8 bulan pada skenario I dan 6 tahun 4 bulan pada skenario II. Bila di tinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 15 tahun, maka pembangunan pabrik memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan karena janka waktu pengembalian investasi lebih kecil dari umur proyek.

7.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat tingkat kepekaan pabrik kelapa sawit terhadap perubahan kondisi diluar jangkauan asumsi yang telah dibuat pada saat perencanaan. Analisis ini dilakukan dan diarahkan pada dua indikator yaitu bila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen. Penetapan kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen merujuk pada data inflasi rata-rata tahunan di Indonesia dalam satu dekade terakhir yang tidak pernah melebihi dari 10 persen. Sedangkan penurunan kapasitas produksi 10 persen merupakan tingkat toleransi yang dianggap wajar

atas penurunan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh faktor-faktor nonteknis yang mungkin terjadi di lapangan.

a. Kenaikan Biaya Produksi (10 %)

Pada indikator kenaikan biaya produksi, analisis sensitivitas dilakukan dengan asumsi terjadinya kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen. Semua variabel biaya produksi diproyeksikan mengalami kenaikan kecuali biaya pembelian TBS dan biaya asuransi. Pengecualian dilakukan karena harga TBS memiliki korelasi dengan harga CPO dan Kernel, karena naik turunnya harga TBS dipengaruhi oleh harga CPO dan Kernel. Sedangkan biaya asuransi sifatnya tetap sehingga tidak berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan produksi. Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis sensitivitas bila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen (Tabel 12).

Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas Pada Indikator Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 10 %.

Kriteri Investasi Skenario I (Dana Sendiri) Skenario II (Pinjaman)

NPV 99.772.392.000 - 35.189.724.000

IRR 21,47 8,12

B/C 2,21 0,57

PP 4 th, 1 bln 6 th, 8 bln

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas yang dilakukan bila terjadi kenaikan biaya produksi 10 persen, pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I untuk semua kriteria investasi yang dipakai, pembangunan pabrik kelapa sawit memungkinkan dan layak untuk dilaksanakan. Dari hasil analisis ini dapat artikan bahwa dengan tingkat toleransi kenaikan biaya produksi 10 persen kegiatan operasional pabrik masih mampu memberikan manfaat pada skenario I. Sedangkan skenario II tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan hasil yang

ditunjukkan oleh nilai NPV yang negatif, IRR di bawah cost of capital dan B/C ratio kecil dari satu. Rincian lengkap proyeksi perhitungan kriteria kelayakan bila terjadi kenaikan biaya produksi 10 persen dapat dilihat pada Lampiran 3.

b. Penurunan Kapasitas Produksi (10 %)

Analisis sensitivitas dengan indikator penurunan kapasitas produksi, dilakukan dengan asumsi terjadinya penurunan kapasitas olah pabrik sebesar 10 persen. Penurunan kapasitas olah berimflikasi pada penurunan biaya pengadaan bahan baku dan biaya bahan pembantu proses produksi. Selain itu, penurunan kapasitas olah mengakibatkan penurunan volume produksi yang berpengaruh terhadap pendapatan penjualan atau output yang dihasilkan. Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis sensitivitas bila terjadi penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen pada Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Sensitivitas Pada Indikator Penurunan Kapasitas Produksi Sebesar 10 %.

Kriteri Investasi Skenario I (Dana sendiri) Skenario II (Pinjaman)

NPV 84.671.172.000 - 45.027.555.000

IRR 19,52 6,09

B/C 2,03 0,45

PP 4 th, 3 bln 8 th, 1 bln

Dari hasil analisis yang dilakukan jika terjadi penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen (Tabel.13), pembangunan pabrik kelapa sawit pada skenario I masih layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria-kriteria investasi yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan kapasitas produksi pada tingkat toleransi 10 persen yang berkaitan dengan pasokan atau ketersediaan bahan baku pada skenario I masih dapat memberikan manfaat serta tidak menyebabkan aktifitas operasional pabrik kelapa sawit terganggu. Sementara pada

skenario II menjadi tidak layak untuk dilaksanakan.. Rincian lengkap proyeksi perhitungan yang ditimbulkan oleh penurunan kapasitas produksi dapat dilihat pada Lampiran 5.

BAB VIII

Dalam dokumen ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PABRIK KELA (Halaman 76-82)

Dokumen terkait